TRANSFORMASI NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI UPAYA MEMUPUK DISIPLIN PESERTA DIDIK:Studi di SDN Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN DISERTASI . . . ii

HALAMAN PERNYATAAN . . . iii

ABSTRAK . . . iv

ABSTRCT . . . v

KATA PENGANTAR . . . vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH . . . viii

DAFTAR ISI . . . xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . . . 1

B. Rumusan Masalah . . . . . . 9

C. Tujuan Penelitian . . . 10

D. Manfaat Penelitian . . . .. . . 11

E. Asumsi Penelitian .. . . 11

BAB II NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MEMBINA DISIPLIN SISWA A. Urgensi Pendidikan Nilai . . . 17

1. Substansi Pendidikan Nilai . . . 17

a. Pengertian tentang Nilai . . . . . . 17

b. Konsep dan Hakikat Pendidikan Nilai . . . 22

c. Ruang Lingkup Pendidikan Nilai . . . 34

d. Pendidikan Nilai di Sekolah . . . 40

2. Dasar-Dasar Nilai-Nilai Akhlak . . . 43

a. Pengertian Akhlak . . . 43

b. Kandungan Nilai-Nilai Akhlak dalam Alquran. . . . 47


(2)

C. Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran . . . . 68

1. Makna Transformasi dan Disiplin . . . 68

2. Makna Pendidikan Akhlak . . . 72

3. Pendidikan Akhlak dalam Pembelajaran . . . … 73

4. Integrasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran . . . .. 82

D. Hubungan antara Pendidikan Akhlak, Pembelajaran IPS, dan Pengenbangan Disiplin dalam Konteks Pendidikan Umum 1. Pendidikan Akhlak dan Kehidupan Sosial . . . 85

2. Konsep dan Dokumen Pendidikan IPS di Sekolah Dasar . 90

a. Konsep Pendidikan IPS di Sekolah Dasar . . . 90

b. Dokumen IPS di Sekolah Dasar . . . 94

3. Pembinaan Disiplin Siswa di Sekolah . . . 98

4. Kajian antara Nilai-Nilai Akhlak, Pengajaran IPS, dan Pembinaan Disiplin dalam Pendidikan Umum . . . 103

a. Konsep Pendidikan Umum . . . 103

b. Hakikat Pendidikan Umum . . . 105

c. Pola Umum Sistem Nilai Kehidupan Manusia . . . 107

d. Kaitan Nilai-Nilai Akhlak, Pembelajaran IPS, dan Pembinaan Disiplin Siswa . . . 108

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian . . . 113

B. Subjek dan Lokasi Penelitian . . . 115

1. Subjek Penelitian . . . 115

2. Lokasi Penelitian . . . 116

C. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data . . . 118

1. Jenis Data . . . 118

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data . . . 119

D. Langkah-langkah Penelitian . . . 123

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian . . . 125

1. Identifikasi Subjek Penelitian . . . 125

2. Nilai-Nilai Akhlak dalam Mata Pelajaran IPS . . . 127

3. Tarnsformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran IPS 137 a. Kinerja Guru dalam Menyusun RPP . . . 137


(3)

4. Kendala-Kendala dalam Mentransformasikan Nilai Akhlak 169

5. Deskripsi Suasana Disiplin Siswa di SDN Pemurus Baru .. 171

B. Pembahasan Hasil Penelitian . . . 185

1. Kandungan Nilai-Nilai Akhlak dalam Mata Pelajaran IPS. . 185

2. Proses Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin. . . 194

a. Perencanaan Guru . . . 194

b. Implementasi Mengajar Guru . . . 204

3. Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru . . . 215

4. Suasana Disiplin Siswa di Sekolah . . . 218

5. Hasil Upaya Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Proses Pembelajaran IPS . . . 225

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Umum . . . 230

B. Simpulan Khusus . . . 234

C. Rekomendasi . . . 239

DAFTAR PUSTAKA . . . 241


(4)

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu isu penting yang dikemukakan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara, 11 Mei 2010 yang lalu adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak yang dikenal dengan character building. Presiden mengemukakan bahwa yang disebut dengan karakter kuat atau baik, baik perseorangan, masyarakat, maupun bangsa adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Yudhoyono (2010) http;//www.setneg.go.id/index.php? option=com content&task =iew&id =4552&Itemid=26[18 Mei 2012]

Pendidikan akhlak akhir-akhir ini mengemuka karena sekarang ini bangsa Indonesia telah dilanda oleh krisis multi dimensional yang berpangkal dari krisis akhlak, sehingga berdampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai fenomena dan gejala sosial seperti praktek sopan santun yang sudah mulai memudar, kasus-kasus kekerasan, geng motor, pornografi, tauran, bentrok antarwarga, makin membudayanya ketidakjujuran yang tercermin dengan makin meningkatnya korupsi di kalangan pejabat negara, kasus-kasus narkoba, kekerasan di kalangan siswa, seolah sudah menjadi pemberitaan sehari-hari.

Budimansyah (2011: 47) menguraikan bahwa secara kasat mata kita menyaksikan betapa masih lebarnya kesenjangan antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam sumber-sumber normatif konstitusional dengan fenomena


(6)

sosial, kultural, politik, ideologis, dan religiositas dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia sampai dengan saat ini. Dalam media massa setiap saat kita menyaksikan kondisi paradoksal antara nilai dan fakta, seperti tindak kekerasan, pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi kekuasaan, korupsi kolektif, kolusi dengan baju profesionalisme, dan seterusnya.

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai kepada siswa selalu memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan nilai dalam rangka membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cita-cita tersebut tercantum dalam setiap tujuan pendidikan nasional dari masa ke masa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional … bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk memenuhi tuntutan tujuan di atas, semua program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan dirancang untuk melaksanakan fungsi dan tujuannya ke arah itu. Rancangan program pendidikan itu disebut dengan kurikulum. Dalam Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003, Bab I pasal 1 ayat 19, disebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Hamalik (2011: 3) mengemukakan pandangan lama


(7)

adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.

Sehubungan dengan itu, kebijakan mengenai kurikulum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain Pendidikan Agama. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dalam penjelasan tersebut terkandung makna bahwa dalam setiap pembelajaran menempatkan akidah dan akhlak sebagai potensi rohani yang harus diwujudkan dalam bentuk amal shaleh sehingga menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Kebijakan lainnya yang berhubungan dengan tugas-tugas guru dalam proses pembelajaran adalah bahwa mulai tahun ajaran 2011-2012 setiap guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hendaklah

mencantumkan “karakter siswa yang diharapkan” setelah rumusan SK dan KD dan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan agama seperti yang dikemukakan oleh Daradjat (2001: 174) bahwa pendidikan Islam berfungsi untuk: (1) menanamkan rasa keimanan yang kuat, (2) menanamkembangkan kebiasaan dalam melaksanakan amal ibadah, amal shaleh, dan akhlak mulia, (3) menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT.

Dalam kaitan ini, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu


(8)

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan dengan amanat ini akhirnya pendidikan akhlak diakomodasi oleh lembaga pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Semua lembaga pendidikan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat menyelenggarakan pendidikan akhlak, dan semua mata pelajaran hendaknya mengandung nilai-nilai akhlak yang terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa akhlak merupakan elemen penting dalam pendidikan. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai kata kunci yang berkenaan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang atau peraturan mengenai tujuan pendidikan, seperti kata ketuhanan, keimanan, ketakwaan, kepribadian, susila, dan akhlak mulia. Kedudukan pendidikan agama dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahkan memperoleh tempat yang cukup istimewa karena merupakan satu-satunya bahan ajar yang wajib disampaikan disemua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.

Bila mencermati tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang, jelas terlihat bahwa akidah dan akhlak dijadikan sebagai landasan pendidikan melalui setiap mata pelajaran. Hal ini dipandang penting dan mendasar karena tujuan pendidikan nasional pada intinya adalah membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengakui serta mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa. Di sinilah pentingnya fungsi dan peranan nilai-nilai akidah/akhlak dalam mencapai maksud dan tujuan yang esensi dari pendidikan nasional tersebut.


(9)

Sementara itu, fungsi pendidikan saat ini sedang menghadapi tantangan sebagai akibat dari pengaruh globalisasi yang sedang melanda masyarakat secara luas. Berbagai kasus penyimpangan dan kekerasan saat ini sering terjadi dan bahkan sering dilakukan oleh para siswa yang telah memperoleh berbagai pengetahuan yang berkenaan dengan akhlak. Tafsir dalam Sauri (2011: vii) menjelaskan bahwa perilaku bangsa saat ini sedang mengalami dekadensi moral. Tawuran di berbagai kota besar dan kecil sering terjadi: tauran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung, mahasiswa dan sopir angkot, demonstran dengan polisi atau demonstran dengan lainnya, dan antarkomunal lainnya. Bahkan pertengkaran di gedung kebanggaan rakyatpun sering terjadi, justru dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya memosisikan diri dengan akhlak mulia sebagai anggota dewan yang terhormat. Disiplin kerja dan sopan santun di berbagai kalangan nyaris hilang. Penghormatan siswa kepada guru terkadang hanya terjadi di ruang kelas saat pembelajaran berlangsung, di luar itu hubungan keduanya menjadi longgar. Pembunuhan sering terjadi terhadap orang yang seharusnya dicintai seperti anak membunuh orangtuanya, dan berbagai kasus kriminal lainnya.

Dengan berlandaskan nilai-nilai akhlak, proses pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan masyarakat Indonesia harus mengacu pada falsafah negara Pancasila yang menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap pemeluk agama hendaknya menjadikan akidah/akhlak sebagai landasan pendidikan. Karena itu, nilai-nilai akhlak perlu diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah dasar sehingga dapat membentuk


(10)

manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, taat dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah-sekolah belum sepenuhnya dijadikan sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai akhlak yang berkaitan dengan perilaku disiplin sehingga dirasakan kurang mampu memberikan pemahaman secara holistik kepada siswa. Karena itu, diperlukan rekonstruksi pembelajaran akhlak ke arah yang lebih holistik, futuristik, dan humanistik dengan melakukan transformasi nilai-nilai akhlak dalam setiap pembelajaran sebagai upaya memupuk perilaku disiplin di kalangan siswa.

Melalui proses transformasi, siswa dapat mengenal nilai-nilai positif yang bersumber dari ajaran agama dan berkembang dalam masyarakat sehingga dapat mendorong untuk bertingkahlaku sesuai dengan ajaran agama dan norma yang dianut dalam masyarakat. Dari proses transformasi itu nilai-nilai akhlak akan terinternalisasi dalam diri siswa sehingga akan membentuk kepribadian yang mapan. Soekanto (1982: 140) menjelaskan “sosialisasi sebagai suatu proses, di mana warga masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati, dan menghargai norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat”.

Sabda (2002: 688) “dalam dunia pendidikan transformasi adalah model pengajaran yang berorientasi pada proses perubahan yang terjadi (perorangan) dan sosial, baik itu perubahan sikap, nilai, pengetahuan, maupun keterampilan”. Proses pembelajaran di sekolah-sekolah dirancang melalui adanya interaksi antarkomponen, seperti tujuan pendidikan dan pengajaran, siswa, guru, perencanaan pengajaran, metode, media, dan evaluasi. Semua komponen tersebut saling berhubungan dan


(11)

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Hamalik (2001: 78) “proses pengajaran dapat terselenggara dengan lancar, efisien, dan efektif, bila adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung dalam

sistem pembelajaran tersebut”. Guru yang profesional memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan semua komponen tersebut sehingga dapat berinteraksi secara positif.

Guru yang profesional dituntut kemampuan dan kesediaan serta tekad untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan secara nasional, institusional, dan bahkan tujuan kurikuler. Untuk itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan menguasai dan memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, terampil dan kreatif dalam menyajikan materi, menguasai berbagai strategi dan metode mengajar, sabar dan telaten dalam membimbing/mengasuh siswa dalam mengamalkan ajaran agama, serta dapat menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Perilaku guru dipandang sebagai sumber pengaruh yang dapat memberi efek kepada siswa. Para pakar mengemukakan bahwa betapapun bagusnya kurikulum, hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sebagai „curriculum actual’.

Dengan mengikuti alur berpikir di atas, dapat dipahami bahwa transformasi dalam proses pembelajaran di sekolah berlangsung melalui interaksi pembelajaran antara guru dan siswa. Di sekolah gurulah yang banyak berperan dalam proses transformasi nilai-nilai tersebut dengan menggunakan bermacam-macam media dan metode.


(12)

Untuk mengetahui transformasi yang berlangsung dalam proses pembelajaran serta bagaimana penggunaan komponen-komponen pendidikan secara holistik-integratif di Sekolah Dasar Negeri, maka penelitian terhadap masalah ini menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Untuk itu, penelitian ini memfokuskan pada bagaimana transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik di Sekolah Dasar Negeri dalam wilayah Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.

Berdasarkan data dari beberapa hasil penelitian yang menggambarkan kondisi pembelajaran akhlak/budi pekerti sekarang ini, khususnya pembelajaran di sekolah-sekolah, seperti yang dikemukakan oleh Supriatna, U (2010: 350) menemukan bahwa pengembangan visi dan misi religius tentang nilai-nilai akhlak karimah di sekolah hanya dipahami sebagai wacana, slogan, dan lebih banyak teoretisnya. Sedangkan tantangan dan hambatan dari pelaksanaan nilai-nilai akhlak di sekolah meliputi antara lain: pengaruh pergaulan negatif, pengaruh media masa dan informatika serta elektronik dari kehidupan global saat ini. Sementara itu Sulthani (2010: 147) menarik beberapa simpulan: (1) peranan orangtua dalam menanamkan nilai budi pekerti sangat diperlukan dengan cara pembiasaan dan keteladanan dan memberi kemudahan serta penghargaan atas prestasi anak dalam mengelola dirinya; (2) peranan sekolah (guru dan tenaga kependidikan lainnya) dalam menanamkan nilai budi pekerti dengan memberi keteladanan perilaku yang baik sehingga ia dapat ditiru dan digugu; (3) kesinambungan pendidikan budi pekerti antara keluarga, sekolah, dan masyarakat berjalan dengan baik dan harmonis; (4) peningkatan pembelajaran budi


(13)

pekerti terintegrasi menunjukkan perubahan dalam nilai prestasi belajar dan nilai-nilai budi pekerti; (5) kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan hari-hari besar keagamaan/nasional merupakan sarana yang baik dalam pendidikan budi pekrti.

Dari beberapa data penelitian dan pendapat para pakar dan praktisi pendidikan di atas, menunjukkan bahwa proses pembelajaran nilai-nilai akhlak di sekolah dasar selama ini masih memiliki banyak permasalahan, baik yang berkenaan dengan aspek isi/kurikulum, proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas, maupun internalisasi nilai-nilai akhlak dalam diri siswa, yang semua itu belum dapat dicapai secara maksimal. Proses pendidikan yang berlangsung selama ini di sekolah telah direduksi maknanya menjadi pengajaran semata, di mana proses pendidikan agama (akhlak) lebih banyak menekankan dimensi transfer ilmu dan transfer kompetensi, sedangkan aspek internalisasi nilai dan amaliah belum banyak digarap.

Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah: bagaimana proses transformasi/internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran sebagai upaya memupuk disiplin di kalangan siswa? Secara lebih eksplisit, penelitian ini dikembangkan dengan judul “Transformasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Proses Pembelajaran IPS Sebagai Upaya Memupuk Disiplin Peserta Didik (Studi di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin)”.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan masalah utama yang diajukan di atas, maka rumusan masalah ini dikembangkan dalam lima pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(14)

1. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dan dapat dikembangkan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?

2. Bagaimana pelaksanaan transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?

4. Bagaimana gambaran suasana sikap disiplin siswa di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?

5. Bagaimana hasil upaya transformasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan pokok di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk secara umum tentang proses transformasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin.

Secara lebih rinci tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menemukan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin;

2. Untuk mengetahui cara-cara guru mentransformasikan nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin;


(15)

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru IPS dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran di dalam kelas.

4. Untuk mengetahui gambaran suasana sikap disiplin siswa di lingkungan sekolah setelah pembelajaran IPS ;

5. Untuk memperoleh gambaran hasil dari upaya transformasi nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:

1. Bagi sekolah dan guru dapat dijadikan sebagai bahan dalam menemukan dan mentransformasikan nilai-nilai akhlak pada setiap proses pembelajaran di sekolah; 2. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dapat dijadikan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan dalam menyusun kurikulum, terutama integrasi nilai-nilai akhlak ke dalam setiap mata pelajaran;

3. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang mendalam bagi para pakar dan praktisi pendidikan sebagai upaya menemukan strategi yang tepat dalam proses penurunan nilai-nilai akhlak di sekolah-sekolah.

E. Asumsi Penelitian

Seperti telah diuraikan pada bagian latar belakang bahwa kualitas pendidikan sangat berkaitan erat dengan komponen-komponen pendidikan lainnya, seperti guru, siswa, kurikulum, proses pembelajaran, media pembelajaran, sarana dan pasilitas lainnya. Komponen-komponen yang berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar


(16)

tersebut berupa: siswa sebagai raw input, guru, kurikulum, metode dan media pembelajaran, kepala sekolah, dan masyarakat.

Siswa sebagai raw input harus diolah melalui proses transformasi dengan melibatkan berbagai komponen yang saling bersinerji satu dengan yang lainnya. Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa harus dikembangkan secara wajar dan normal sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan baik pula. Sementara itu, guru dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya hendaknya dapat membawa dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran ke dalam suasana yang dapat menyenangkan belajar siswa sehingga dapat tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Karena itu, guru harus pandai memilih dan menentukan metode yang tepat. Trianto (2010: 5) mengemukakan bahwa

“masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan”. Rendahnya perolehan pengetahuan siswa itu tentu sebagian disebabkan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional yang tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik. Kenyataan sekarang ini proses belajar masih didominasi oleh tindak guru sehingga dapat menjadi kendala bagi siswa untuk berkembang.

Sedangkan kurikulum yang dituangkan dalam bentuk silabus berisikan garis-garis materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rancangan penilaian. Dengan kata lain kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk silabus sangat menentukan arah pencapaian pengetahuan siswa. Pengetahuan apa yang akan diterima siswa akan tergambar dari isi dan muatan silabus. Silabus merupakan hasil pengembangan dari


(17)

kurikulum berisikan dokumen pembelajaran yang di dalamnya mengandung standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Karena itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar dirumuskan berdasarkan kajian tuntutan kompetensi lulusan setiap mata pelajaran.

Siklus saling keterlibatan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan pada skema di bawah ini. Skema tersebut merupakan pengembangan dari Peta Komponen Pendidikan Sebagai Sistem (Sukmadinata, 2006: 7).

(Sumber dari: Sukmadinata, dkk., 2006: 7)

Skema ini menjelaskan bahwa banyak komponen yang ikut berkontribusi dalam mencapai hasil pendidikan, terutama yang berkaitan secara langsung adalah kurikulum, kompetensi guru, proses pembelajaran yang meliputi: perencanaan guru, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Aspek kurikulum memerlukan kajian yang mendalam sehingga materi benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan

INSTRUMENTAL INPUT

Kepala Sekolah Guru Bidang Studi Kurikulum/silabus dan RPP

OUTPUT RAW INPUT

Siswa: Intelektual Emosional Spiritual Fisik-kesehatan

Peer group

PROSES

ENVIRONMENTAL INPUT

Kelas Sekolah Masyarakat


(18)

perkembangan masyarakat. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan serta penataran yang sesuai dengan bidangnya, sedangkan pada aspek proses harus didukung oleh aspek kompetensi guru, kurikulum, dan lingkungan baik sekolah, rumah tangga, maupun masyarakat.

Hasil pembelajaran juga banyak tergantung dari kemampuan guru dalam mentransformasikan bahan ajar kepada siswa sehingga diperoleh pemahaman yang benar tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mampu mengembangkannya secara lebih komprehensif, dan akhirnya dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tugas guru dalam proses pembelajaran bukan sekedar mampu mentransfer ilmu pengetahuan secara kognitif, tetapi juga mampu menumbuhkan nilai yang menjadi sikap hidup siswa secara afektif, mampu berperan sebagai pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran, serta mampu menyusun perencanaan pembelajaran sekaligus sebagai contoh dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Guru adalah sosok yang ideal dan menjadi idola bagi siswa sehingga harus menjadi manusia yang dapat ditiru dan digugu. Karena itu, dalam proses implementasi pembelajaran di dalam kelas guru harus mampu mengembangkan desain pembelajaran dengan baik dan tampil dengan berbagai media dan metode sehingga dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakter siswa yang diharapkan.


(19)

Sering kritik ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menenkankan pada aspek kognitif semata. Penumpukan pada ranah kognitif saja pada subjek didik kurang bermanfaat karena tidak ada keseimbangan antara aspek afektif dan psikomotor. Akibatnya siswa hanya mampu menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Dalam keadaan yang demikian, maka kompetensi seorang guru dituntut harus mampu meramu bahan ajar yang lebih komprehensif sehingga proses pembelajaran dapat tercipta lebih menarik dan menyenangkan.

Siklus keterlibatan guru dengan komponen-komponen pendidikan lainnya dalam proses pembelajaran dapat dipetakan sebagaimana terlihat dalam bagan berikut ini:

(Sumber dari: Tim Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran FIP UPI, 2002: 54)

Dari alur siklus di atas, dapatlah diyakini bahwa bila semua komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik maka siswa akan mendapat perolehan hasil

REKAYASA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

DAMPAK PENGAJARAN HASIL BELAJAR DAMPAK PENGIRING

PENGEMBANGAN SISWA YANG BERAKHLAK MULIA, BERPERILAKU DISIPLIN

DESAIN INSTRUKSIONAL TINDAK MENGAJAR GURU KURIKULUM YANG BERLAKU SISWA Pembelajaran di Kelas Pembelajaran di Kelas GURU TINDAK BELAJAR SISWA KBM


(20)

belajar secara maksimal berupa: (1) perolehan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dampak dari proses pembelajaran (instruksional effect); (2) perolehan dari dampak penggiring (nurturent effect), berupa berakhlak mulia dan sikap disiplin peserta didik. Kedua sasaran inilah yang hendak dicapai dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di sekolah.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan naturalistik yang menghendaki interaksi langsung secara intensif dan mendalam terhadap sumber informasi dan subjek penelitian, sehingga dapat dengan akurat mengetahui transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Para peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya. (Denzin, Norman dan Yvonna Lincoln, 2009: 6).

Sementara itu, Nasution (2003: 9-12) menguraikan beberapa ciri dari penelitian naturalistik, tiga di antaranya yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti yang memasuki lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian key instrument atau alat peneliti utama. Mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan seperti tes atau angket seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai intrumen dapat memahami makna interaksi antarmanusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.

3. Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data sebanyak mungkin yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan dan


(22)

uraian. Penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif.

Penelitian kualitatif pada dasarnya mementingkan proses dan sekaligus hasil dengan memperhatikan perkembangan terjadinya sesuatu di lapangan yang bertujuan untuk mencari makna kelakuan dan perbuatan, sehingga dapat memahami masalah dan situasi yang terjadi. Pendekatan seperti ini berusaha memahami kelakuan manusia dalam konteks yang lebih luas. Untuk itu peneliti sendiri terjun ke lapangan dengan melibatkan diri dalam situasi yang sebenarnya.

Dalam penelitian kualitatif menonjolkan makna kontekstual, di mana peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap relevan dengan masalah penelitian. Penelitian kualitatif juga lebih mengutamakan kemampuan menafsirkan fakta-fakta dengan pemahamannya sendiri secara mendalam, sehingga pemaknaan terhadap masalah tidak terjadi distorsi.

Sementara itu subjek dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai menempati kedudukan yang sama dengan peneliti, sehingga tidak diberlakukan sebagai objek yang dipandang lebih rendah kedudukannya. Metode kualitatif naturalistic tidak menggunakan sampling dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampelnya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Guna memperoleh situasi yang natural, peneliti atau wajar, peneliti tidak menonjolkan diri dalam melakukan observasi.

Dalam keadaan tertentu sesuai dengan kebutuhan, penelitian kualitatif naturalistic dapat melakukan triangulasi di mana informasi dari sati pihak dicek kembali kebenarannya dengan cara memperoleh informasi itu dari sumber lain


(23)

membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak agar informasi yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi. Penelitian kualitatif bermakna pada banyak hal yang lebih mengandalkan penggunaan observasi terlibat dengan pemaknaan yang mendalam (deep interview). Dalam mengumpulkan data nanti akan menggunakan observasi terlibat di dalam kelas.

Penggunaan pendekatan kualitatif yang sejalan dengan studi kasus deskriptif analitik dikemukakan juga oleh Bogdan dan Biklen (1982) yang merinci beberapa ciri penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Mempunyai latar belakang alamiah (natural setting); 2. Manusia sebagai instrument penelitian;

3. Menggunakan pendekatan kualitatif; 4. Menganalisis data sebagai induktif;

5. Teori dasar (grounded theory) melalui analisis secara induktif; 6. Laporannya bersifat deskriptif;

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil;

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian; 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; 10.Desain bersifat sementara; dan

11.Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Untuk keperluan itu perlu dijelaskan hal-hal yang terkait langsung dengan proses penelitian sebagaimana uraian berikut ini.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah materi mata pelajaran IPS dan para guru mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin. Guru yang dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini dirancang sebanyak enam orang yang dipilih masing-masing dua orang untuk setiap sekolah dasar. Mata pelajaran IPS


(24)

yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial yang sangat memerlukan nilai-nilai akhlak. Sedangkan mata pelajaran yang dijadikan sebagai bahan telaahan dalam menentukan kandungan nilai-nilai akhlak adalah materi mata pelajaran IPS kelas I s.d. kelas VI. Sementara itu, proses pembelajaran yang dijadikan sebagai fokus pengamatan dipilih kelas V.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri yang terdapat dalam Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Di Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin terdapat tiga buah Sekolah Dasar Negeri, yaitu Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 2, dan Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 3. Ketiga Sekolah Dasar Negeri inilah yang dijadikan sebagai sasaran penelitian. Penentuan ketiga sekolah ini dijadikan sebagai tempat penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 2 Banjarmasin ini merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang ditetapkan sebagai sekolah yang berstandar nasional dan salah satu SDN Percontohan yang terdapat di Kota Banjarmasin; 2. Sekolah-sekolah ini lokasinya terletak disuatu kelurahan yang padat penduduknya yang mencerminkan lingkungan sosial budaya masyarakat yang multi cultural, multi etnis, dan dengan latar belakang sosial ekonomi yang bervariasi sehingga menggambarkan keadaan masyarakat yang majemuk. 3. Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin telah menyusun visi-misi,


(25)

pendidikan nasional dengan menempatkan iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai sasaran utamanya yaitu:

Visi: mewujudkan sekolah berdisiplin, berkualitas, cerdas, terampil, dan bertakwa.

Misi:

a. menyusun dan menerapkan KTSP secara bertahap;

b. mengupayakan proses pembelajaran dan bimbingan yang berkualitas;

c. mengupayakan peningkatan SDM tenaga pendidik melalui bimbingan teknis, KKG, supervisi, pelatihan/workshop, dan studi lanjut;

d. menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan, dan e. menanamkan aqidah/keyakinan melalui ajaran agama.

Tujuan:

a. Mewujudkan sekolah yang standar sehingga unggul dalam prestasi, membina akhlak, berwawsan global berdasarkan iman dan takwa;

b. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi;

c. Meningkatkan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik;

d. Mengembangkan keragaman budaya sesuai dengan potensi karakteristik daerah dan lingkungan; dan

e. Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak mulia.

4. Dalam membina keimanan dan akhlak para siswa, sekolah-sekolah ini melakukankegiatan “Jumat Takwa” dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang


(26)

secara berkala melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan dengan dibimbing oleh para guru.

Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif dan kualitatif, dengan bidang kajian meliputi:

a. Telaah kurikulum, silabus, buku teks, dan RPP guru mata pelajaran untuk menemukan nilai-nilai akhlak/karakter yang terdapat di dalamnya serta pengembangannya dalam pelaksanaan pembelajaran;

b. Kualifikasi guru yang mencakup: latar belakang pendidikan, pelatihan/penataran yang mendukung penguatan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik yang pernah diikuti;

c. Kinerja guru dalam proses pembelajaran yang meliputi aspek: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pengelolaan proses pembelajaran, (3) pelaksanaan evaluasi; d. Aktivitas belajar siswa yang meliputi motivasi dan sikap siswa dalam proses

pembelajaran, tingkat keterlibatan dan tanggung jawabnya, serta hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran;

e. Suasana disiplin sekolah yang meliputi: disiplin datang/hadir, disiplin masuk kelas, disiplin dalam belajar, disiplin menggunakan waktu istirahat, dan disiplin pulang; dan

f. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak/karakter siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran.

C. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data


(27)

a. Nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar; b. Kinerja guru, yang meliputi: perencanaan guru, implementasi guru;

c. Suasana disiplin sekolah;

d. Kebijakan-kebijakan sekolah yang terkait dengan pembelajaran;

e. Kualifikasi guru yang mencakup: latar belakang pendidikan, pelatihan dan penataran kompetensi keguruan yang pernah diikuti;

f. Kompetensi guru, yang meliputi aspek: kemampuan penguasaan materi, kemampuan mengelola pembelajaran, kemampuan memahami siswa, kemampuan menjadi teladan bagi siswa, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara edukatif dengan siswa;

g. Kinerja guru, dilihat dari segi aspek: kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi;

h. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran; i. Pemahaman dan perilaku siswa.

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini akan diperoleh dari sumber-sumber dokumen-dokumen pembelajaran berupa: kurikulum/silabus pembelajaran sekolah dasar, buku teks/buku paket, RPP guru, siswa, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin yang menjadi lokasi dan subjek dalam penelitian.

Dalam mengumpulkan data dilakukan beberapa teknik, yaitu: Teknik Hermeneutika Inquiri, Teknik Dokumen Analisis, dan Teknik Penelitian Tindakan.


(28)

Hermeneutika Inquiri digunakan untuk menelaah dan menggali data tentang

nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS yang dilakukan secara mendalam sehingga diperlukan ketajaman pemaknaan guna mengungkap informasi dan melakukan interpretasi data. Teknik ini digunakan terutama untuk menggali pemahaman guru dalam memahami makna nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam buku paket, kurikulum/silabus serta kebijakan-kebijakan yang diambil oleh institusi dan para praktisi pendidikan di sekolah. Teknik ini dipakai karena hermeneutika merupakan studi tentang pemahaman dan bagaimana data diungkap melalui penafsiran.

Dokumen analisis diperlukan guna menelaah beberapa bahan dokumen

berupa: kurikulum mata pelajaran/silabus, perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Dengan demikian melalui analisis dokumen ini akan dilakukan analisis dokumen kebijakan, panduan kurikulum, dan sampai analisis buku teks yang digunakan.

Sedangkan penelitian tindakan dilakukan guna memperoleh data tentang tindakan guru yang dilakukan dengan mengadakan observasi di dalam kelas selama proses pembelajaran IPS berlangsung. Peneliti sendiri berkolaborasi dengan guru sebagai sejawat di dalam kelas. Penelitian tindakan dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran. Dengan cara ini peneliti dapat melihat tampilan pembelajaran guru IPS secara utuh melalui tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Guna memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan teknik yang digunakan dilakukan dengan:


(29)

a. Observasi, terutama untuk: (1) mendeskripsikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru; (2) memfokuskan kinerja guru dan murid dalam proses implementasi pembelajaran di dalam kelas; dan (3) mendeskripsikan suasana disiplin sekolah; dan (4) untuk mengetahui profil SDN Pemurus Baru 1, 2, dan 3 Banjarmasin;

b. Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data yang mendalam dan rinci. Peneliti dapat memberikan pertanyaan susulan dan bahkan dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang jelas bagi responden. Wawancara dipilih bila menghadapi situasi (1) pewawancara berhubungan dengan orang yang terlibat; (2) ingin menanyakan sendiri informasi yang lebih mendalam; (3) ingin mengungkap suatu peristiwa, situasi atau keadaan tertentu di luar kebiasaan yang ada.

c. Dokumen analisis, digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan file sekolah, guru, dan siswa, serta dokumen pembelajaran yang meliputi kurikulum/silabus dan RPP guru.

d. Kuesioner, diberikan kepada siswa yang berisi pertanyaan baik terbuka maupun tertutup yang terkait dengan perilaku dan nilai-nilai akhlak terutama nilai disiplin sekolah.

Semua jenis data yang diperlukan di atas akan dikembangkan sebagaimana tergambar dalam kisi-kisi berikut ini.


(30)

KISI-KISI PENGEMBANGAN PERTANYAAN PENELITIAN

No

Pertanyaan

Penelitian Dimensi Aspek Indikator

1

Nilai-nilai akhlak apa saja yang telah terintegrasi dalam mata pelajaran IPS?

Nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam mata pelajaran IPS Sosial, moral, sikap, dan perilaku 1. Kerjasama 2. Disiplin

3. Tolong menolong 4. Gotong royong 5. Jujur/amanah 6. Tanggung jawab 7. Menjaga kehormatan 8. Ikhlas

9. Cinta tanah air 10.Toleransi 11.Rasa hormat

12.Taat pada peraturan 13.Kebersamaan 14.Sabar

15.Rajin 16.Sportif 17.Rendah hati 18.Kebersihan 19.Sopan 20.Ramah 21.Syukur 22.Pemaaf 2

Bagaimana cara guru menstransformasikan nilai-nilai akhlak dalam proses

pembelajaran IPS di sekolah dasar sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan guru Transformasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran

1. Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) 2. Menentukan standar

kompetensi dan kompetensi dasar 3. Merumuskan tujuan

pembelajaran

4. Menetapkan akhlak atau karakter siswa yang diharapkan

5. Implementasi proses pembelajaran.

a. Kegiatan awal (appersepsi dan motivasi) b. Kegiatan inti:

eksplorasi, elaborasi, konfirmasi.


(31)

c. Kegiatan penutup.

3

Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak Pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan pengayaan bahan ajar

Sikap, social, moral, dan perilaku

Guru Kurang memiliki: 1. Pengetahuan tentang

nilai; 2. Pengalaman

mengajarkan nilai; 3. Keterampilan

mengintegrasikan nilai; 4. Pengayaan terhadap

bahan ajar. 4 Bagaimana deskripsi

suasana disiplin siswa di sekolah.

Suasana disiplin siswa di sekolah Sosial, moral, dan perilaku Ketaatan atas: 1. Disiplin datang 2. Disiplin masuk kelas 3. Disiplin belajar

4. Disiplin waktu istirahat 5. Disiplin pulang

5

Bagaimana hasil upaya transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS

Proses pembelajaran IPS di dalam kelas

Sikap, perilaku, dan social

1. Kinerja perencanaan guru

2. Kinerja implementasi guru di dalam kelas

D. Langkah-langkah Penelitian

1. Mengumpulkan beberapa literature sebagai bahan kajian analisis dokumen berupa kurikulum, silabus, dan buku paket guna menemukan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam setiap mata pelajaran;

2. Melakukan analisis dokumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru guna mendeskripsikan kinerja guru dalam menyusun perencanaan;

3. Melakukan observasi kelas guna mendeskripsikan tindakan atau implementasi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran;


(32)

4. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa di sekolah guna mendapatkan gambaran suasana disiplin sekolah yang meliputi disiplin datang, disiplin masuk kelas, disiplin belajar, disiplin waktu istirahat, dan disiplin pulang.


(33)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan Umum

Nilai-nilai akhlak yang ditemukan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Pemurus Baru Banjarmasin yang bersumber dari Isi Pengembangan Silabus dan Program Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Buku Teks/Paket, dan RPP guru dapat ditransformasikan dalam proses pembelajaran IPS. Nilai-nilai tersebut adalah: disiplin (discipline), kerjasama, gotong-royong, tolong-menolong (cooperation), jujur/amanah (fairness), adil (justice), tanggung jawab (responsibility), menjaga kehormatan (honor), ikhlas (honest), toleransi (tolerance), rasa hormat (respect), tekun/rajin (diligence), taat/patuh (faithful), syukur (thanks to God), rendah hati (humble), teliti (accurate), peduli (caring), ramah (hospitality), cinta tanah air, cinta lingkungan, cinta kebersihan, cinta keindahan, cinta sesama makhluk, pemaaf, cinta budaya sendiri, kasih sayang, sopan, dan santun.

Nilai-nilai akhlak tersebut terutama nilai disiplin adalah nilai yang terdapat disetiap pokok bahasan mata pelajaran IPS dan dapat dikembangkan serta ditansformasikan melalui proses pembelajaran. Nilai-nilai tersebut masih belum terintegrasi sepenuhnya secara eksplisit di dalam kurikulum mata pelajaran IPS, sehingga guru mendapat kesulitan untuk menemukan sendiri nilai-nilai tersebut dalam setiap pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran IPS.


(34)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru telah memenuhi standar penyusunan RPP guru seperti yang terdapat pada Perangkat Pembelajaran Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam RPP guru, telah tercantum karakter siswa yang diharapkan yang ditempatkan setelah tujuan pembelajaran. Sedangkan nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam bahan ajar atau buku paket tidak secara eksplisit tercantum dalam RPP guru, namun nilai-nilai tersebut secara implisit ada dalam kegiatan inti terutama dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi.

Struktur perencanaan mengajar guru terdiri atas: Identitas (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu); Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD); Tujuan Pembelajaran, Karakter Siswa yang diharapkan; Materi Pokok, Langkah-Langkah Pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi); Alat dan Sumber Bahan, serta Evaluasi.

Dalam proses implementasi, semua guru telah melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam perangkat pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Prosedur implementasi tersebut meliputi: (1) Kegiatan Awal, berisi presensi, apersepsi, kepercayaan diri untuk mengawali pembelajaran, memberi motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) Kegiatan Inti, meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi; (3) Kegiatan Penutup, guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara


(35)

konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; serta merencanakan kegiatan tindak lanjut.

Transformasi nilai-nilai akhlak terutama nilai disiplin dilakukan guru dalam kegiatan inti melalui kegiatan eksplorasi dan sering diulangi/disampaikan lagi dalam kegiatan penutup berupa pesan-pesan moral yang disampaikan secara normatif sebagaimana lazimnya setiap mengakhiri suatu pembelajaran. Proses implementasi pembelajaran dirancang dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi; meliputi: (a) menyampaikan tujuan, (b) mengenalkan tema/apersepsi dan memotivasi, (c) mengelompokkan siswa, (d) membagi lembar tugas kelompok/LKS, dan (e) menyiapkan sumber-sumber yang relevan.

2. Tahap Eksplorasi; meliputi: (a) sintesis informasi/materi baik verbal maupun nonverbal yang dapat ditangkap oleh siswa dalam rangka memahami materi pokok yang disampaikan; (b) presesnsi hasil peroleh pengetahuan; dan (c) diskusi kelas dan tanggapan umum.

3. Tahap Elaborasi; meliputi penambahan, pengembangan, dan perluasan pengetahuan sisiwa dalam memahami materi yang terkait dengan pokok bahasan.

4. Tahap Konfirmasi; meliputi: (a) mengaitkan dengan situasi kontekstual, (b) mengidentifikasi landasan nilai yang medasarinya.

5. Tahap Simpulan dan Tindak Lanjut; meliputi: (a) bersama siswa menarik simpulan pembelajaran, (b) melakukan tindak lanjut hasil perolehan pembelajaran.


(36)

Kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak melalui proses pembelajaran IPS dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) sebagian guru belum terbiasa menemukan sendiri nilai-nilai akhlak yang terkait langsung dengan materi pelajaran yang akan diajarkan; (2) guru kurang memiliki pengayaan pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak yang berhubungan dengan materi yang sedang diajarkan, sehingga guru sering tidak mampu mengembangkan bahan ajar secara lebih luas dan mendalam; (3) guru belum memahami konsep pembelajaran terpadu sehingga merasa kesulitan dalam menyampaikan bahan ajar; (4) kurangnya waktu yang disediakan untuk menjelaskan nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam materi pelajaran, sehingga guru takut kalau menyita waktu jam pelajaran IPS yang bisa berdampak tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPS itu sendiri.

Suasana disiplin siswa di sekolah umumnya sudah cukup kondusif, terutama disiplin datang, disiplin masuk kelas, disiplin waktu istirahat, dan disiplin pulang. Sedangkan disiplin belajar di dalam kelas masih rendah terutama bila dilihat dari segi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran termasuk dengan metode diskusi sendiri. Keterlibatan siswa hanya terlihat pada kegiatan menghapal dan menjawab soal-soal pada lembar LKS.

Transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS menunjukkan adanya peningkatan upaya guru dalam proses pembelajaran sebagai upaya memupuk disiplin siswa di sekolah dasar, meskipun hasil upaya tersebut masih belum maksimal dapat dicapai. Sementara itu, transformasi nilai-nilai disiplin yang dikembangkan


(37)

melalui proses pembelajaran IPS dapat memupuk kesadaran siswa akan pentingnya perilaku disiplin di sekolah.

Dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak, guru telah melakukan berbagai upaya yang dimulai dari menyusun perencanaan mengajar, menyusun karakter siswa yang diharapkan yang tertuang dalam RPP sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran. Transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS menunjukkan adanya peningkatan upaya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai upaya memupuk disiplin siswa, meskipun hasil upaya tersebut masih belum maksimal dapat dicapai. Sementara itu, transformasi nilai-nilai disiplin siswa melalui proses pembelajaran IPS di sekolah dapat memupuk kesadaran akan pentingnya arti disiplin di kalangan siswa berupa disiplin datang ke sekolah, disiplin masuk kelas, disiplin belajar di dalam kelas, disiplin menggunakan waktu istirahat, dan disiplin pulang. Upaya transformasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran IPS yang diterapkan di sekolah dasar seperti ini dapat diterapkan dan ditingkatkan serta dikembangkan sebagai upaya memupuk sikap disiplin peserta didik.

B. Simpulan Khusus

1. Nilai-Nilai Akhlak yang terkandung dalam mata pelajaran IPS dapat ditransformasikan melalui proses pembelajaran, jika guru mampu menemukan dan mengembangkan sendiri nilai-nilai tersebut serta memahami konsep pembelajaran terpadu/terintegrasi sebagai upaya memupuk disiplin peserta didik;


(38)

sistematis, maka proses implementasi pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi akan mudah dilaksanakan dan menghasilkan

outcome yang berkualitas. Pelaksanaan transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS akan mudah dilakukan, jika prosedur/tahapan perencanaan dan implementasi pembelajaran di dalam kelas dapat dipenuhi dengan baik.

3. Jika guru mampu menemukan sendiri nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS; memiliki pengayaan pengetahuan yang komprehensif mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai akhlak; dan memahami konsep pembelajaran terpadu antara nilai disiplin dan pembelajaran IPS, maka kendala-kendala yang dihapi guru dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak akan dapat diatasi.

4. Suasana disiplin siswa di sekolah akan tumbuh dengan baik, jika timbul kesadaran di kalangan siswa untuk mematuhi segala peraturan dan tata tertib sekolah. Guna menumbuhkan dan memupuk kesadaran siswa akan pentingnya arti disiplin, harus dilakukan melalui proses transformasi nilai-nilai akhlak dengan berbagai metode, strategi, dan pendekatan. Tujuan disiplin sekolah adalah: (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku disiplin siswa; (2) mendorong siswa untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar; (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) memberi pengalaman kepada siswa untuk belajar hidup


(39)

dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan teratur serta bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

5. Hasil upaya transformasi nilai-nilai akhlak akan efektif dapat memupuk sikap disiplin siswa, jika nilai-nilai tersebut secara eksplisit terintegrasi ke dalam kurikulum, silabus, dan bahan ajar mata pelajaran IPS. Karena itu, penerapan konsep pembelajaran terpadu dalam proses pembelajaran IPS harus dipahami oleh guru. Paradigma sukses belajar ilmu pengetahuan dan teknologi harus diubah, tidak hanya merekam nilai kognitif semata, tetapi harus dapat menanamkan keberhasilannya atas sikap, budi pekerti, dan akhlak. Dalam hal ini, substansi materi pelajaran IPS harus dapat menjadi wahana pembentukan budi pekerti dan akhlak dengan jalan menanamkan nilai-nilai intrinsik yang dikandungnya. Oleh karena itu, guru harus mampu mengemas perencanaan pengajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan, pembahasan, analisis, dan simpulan dari hasil penelitian ini, maka beberapa hal yang perlu direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Rekomendasi kepada Pengguna

a. Kebijakan pemerintah dalam penerapan Pembelajaran Terpadu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat menjadikan para guru bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Karena itu, transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan oleh para guru, mengingat


(40)

karakteristiknya sangat sesuai dengan konsep pembelajaran terpadu/terintegrasi;

b. Karena keberhasilan implementasi transformasi nilai-nilai akhlak lebih banyak ditentukan oleh peran guru, maka kepala sekolah harus dapat membangun dan menumbuhkan semangat guru untuk melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakter siswa yang diharapkan.

2. Rekomendasi untuk Pejabat Terkait

a. Implementasi transformasi nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran IPS menitikberatkan pada kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi, maka pengetahuan dan keterampilan guru perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan, penataran, workshop, lokakarya, dan yang sejenisnya yang dilakukan khusus untuk itu;

b. Perlu diadakan kebijakan yang mengarah pada upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga keteraturan dan ketertiban proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik.

3. Rekomendasi kepada Ilmuan, Peneliti, Pakar dan Praktisi Pendidikan

a. Kepada para ilmuan dan peneliti yang berminat melakukan penelitian yang serupa dengan fokus pengamatan yang berbeda, kiranya temuan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut secara luas dan mendalam yang masih banyak belum terungkap dalam penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan model pengembangan transformasi nilai-nilai akhlak di sekolah;


(41)

b. Kepada para pakar dan praktisi pendidikan kiranya dapat menyusun konsep kurikulum terpadu antara ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan nilai-nilai akhlak yang tersebar dalam materi pelajaran, sebagai pedoman bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S dan Hadi Sriwijaya. (2010). Pengembangan Kurikulum dan

Pengembangan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Yogyakarta: Cipta Media

Akbar, S. (2007). Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif

Pendidikan Umum (Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses Internalisasi Nilai Kewirausahaan). Malang: UM Press

Allport,G.W. (1964). Pattern and Growth in Personality. New York: Holt,

Renehart and Winston Gross Cultural Psychology (vol.5)

Al Munawar, S.A.H. (2005). Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam Sistem

Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Ciputat Press

Alquran Digital versi 2.1 http://www.alquran-digital.com

Al-Falimbani. (1995). Sairu as-Salihin, I. Terjemahan Abu Hanifah. Jakarta: CV. Dewi Sari

Al-Ghazali. (1989). Ihya ‘Ulumuddin. Beirut: Dar Al-Fikr.

Ali, M. (2008). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. (1994).

Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir. Kairo: Mu-assasah Daar al-Hilal

Anis, I. (1972). Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: Daar al-Ma’arif

Anshari, M. H. (1996). Kamus Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional

Anshari, H. (1983). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Anwar, R dan Abdul R. (2002). Kamus Istilah Teologi Islam, Bandung: CV.

Pustaka Setia

Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta

Arthur, W. (1978). Afective Education or None at All. Values Education Journal


(43)

Balyai. (1999). Proses Belajar Mengajar Agama Islam di SMA, Tesis pada Program Magister IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Barni, M. (2007). Sumber Sifat Buruk dan Pengendaliannya Kajian Tematik

Ayat-Ayat Al-Quran. Banjarmasin: Antasari Press

Berten, K. (1999). Etika. Seri Filsafat Atmajaya. Jakarta: PT. Gramedia

Bogdan, R.C. & Biklen. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Inc Brameld, T. (1975). Education as Power. New York: Holt, Reneheart and

Winston, Inc.

Budiardjo, A. (1987). Kamus Psikologi. Semarang: Bahara Prize

Budimansyah, D. (2011). “Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa” dalam Budimansyah, D dan Kokom Komalasari (ed) 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya

Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Wijaya Aksara Press

bekerja sama dengan Laboratorium UPI

Bukhari. (1979). Shahih al-Bukhari, Juz I. Istambul Turki: Al-Maktabah Al Islami

Buseri, K. (2004). Nilai-Nilai Ilahiah Remaja Pelajar; Telaah Phenomenologis dan Strategi Pendidikannya. Yogyakarta: UI Press

Chaplin, J.P. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Daradjat, Z. (2001). Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Karya Unipress Denzin, Norman, K dan Yvonna, S. Lincoln. (2000). Handbook of Qualitative

Reseacrh (edisi bahasa Indonesia 2009), Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djahiri, A. K. (1996). Menelusuri Dunia Afekti:f Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Lap Pengajaran PMP IKIP Bandung

El-Mubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Fathoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional

(Paradigma Baru), Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama


(44)

Fogarty, F. (1991). How to Integrate the Curricula. Skyligh Publising Inc. Polatine Illions

Fraenkel, Jack. R. (1977). How to Teach About Values: An Analytic

Approach. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Greedler, M.E. (1992). Learning and Instruction Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing Company.

Gunarsa, S.D. (1987). Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: Gunung Mulia Gunawan, A. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hakam, K. A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press --- (2008). Pendidikan Nilai. Bandung: Value Press Comb.

Halidah, S. (2008). Transformasi Nilai-Nilai Tarbawiyyah pada Anak.

AN-NAHDHAH: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan. STAI

Darul Ulum Kandangan

Halim, A. (2009). Sistem Boarding School dalam Pembinaan Akhlak Siswa di

Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Qardhan Hasana Kota Banjarbaru. Tidak diterbitkan

Hamalik,O. (2011). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hasan, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Henry, N.B. (1952). The Fifty-First Yearbook of the National Society for the

Study of Education: Part One General Education. Chicago: The

University of Chicago Press.

Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Ibrahim, R. (2009). Pendidikan Nilai dalam Era Pluralitas: Upaya Membangun Solidaritas Sosial, INSANIA: Jurnal Pemikiran

Alternatif Pendidikan, STAIN Purwokerto. Vol. 12 No.3

Ilyas, Y. (2005). Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY ---.(2004). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY


(45)

Indrakusuma, A.D. (1973). Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: IKIP Malang

Jazairya, ABJ. (1978). Aqidah Mukmin. Cet ke-2. Cairo: Maktabah al-kulliyat al-azhariyah.

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak

Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing

Kniker, C.R. (1977). You and Values Education. Charles E. Merrill Publishing Company, Columbus, Ohio

Krathwohl, D. R. (ed). (1964). Taxonomy of Educational Objectives, London: Longman Group

Kupperman, JJ. (1983). The Foundation of Morality. London: George Allen & Unwin

Langgulung, H. (1980). Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif

Lemin, M; Potts, Helen, Welssford, Pam. (1994). Values Strategies for

Classroom. Victoria: The Australian Council for Educational

Research, Ltd.

Lickona, T. (1992). Educating for Character: How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility. New York: Publishing History.

---. (2004). Character Matters: How to Help Our Children Develop

Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. New York:

Touchstone

Madjid, A. (2006). Pendidikan Berbasis Tauhid. KHAZANAH: Jurnal PPS

UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Vol.03 No.10.

Maftuh, B. (2008). Pengantar Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Maulana Mahmud, AAH. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press

Maure, R.E. (1994). Designing Interdisciplinary Curriculum in Middle, Junior

High, and High Schools. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo,

Singapore, Allyn and Bacon

Metclaf, L. E. (ed). (1997). Value Education; Rationale, Strategies, and


(46)

Muhadjir, N. (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jogjakarta: Rakesarasen

Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah dan

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mujib, A. (1999). Fitrah dan Kepribadian Islam – sebuah pendekatan psikologi. Jakarta: Darul Falah

Muliawan, J.U. (2005). Pendidikan Islam Integratif: Upaya Menginterpelasi

Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Nasution, H. (1995). Islam Rasional, Bandung: Mizan

Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara Nasution, S. (1982). Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars

Nata, A. (2006). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Phenix, P.H. (1964). Realms of Meaning: A Philosophi of The Curriculum for

General Education. New York: McGraw-Hill Book Company.

Rasyidi & Cawidu, H. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: CV. Kuning Mas

Raths, Louis. E; Harmin, Merril; Simon, Sidney (1978). Values and Teaching;

Working with Values in The Classroom. Second Edition. Sydney:

Charless E. Merrill Publishing Company

Rokeach, M. (1973). The Nuture of Human Value. New York: The Free Press Allport, G.W. 1964: Pattern and Growth in Personality. New York: Holt, Renehart and Winston Cross Cultural Psychology (vol.5)

Rusminah, S. (2010). Aplikasi Materi Akhlak di MAN 2 Kandangan. Tidak diterbitkan

Sabda, S. (2002). Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam (Upaya Pencarian Model Pendidikan Islam Terpadu), KHAZANAH: Majalah


(47)

--- (2002). Tipologi Konsep Kurikulum Pesantren di Kalimantan Selatan, KHAZANAH: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan IAIN Antasari Banjarmasin, Vol. I No. 6

--- (2006). Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq. Jakarta: PT. ciputat Press Group

--- (2009). Model Pengembangan Kurikulum: Integrasi Saintek

dengan Imtaq. Banjarmasin: Antasari Press

Sabiq, S. (1995). Aqidah Islami Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: CV. Diponegoro

Said, M. (1985). Ilmu Pendidikan. Bandung: Alumni

Salamah. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bidang Studi PAI untuk Meningkatkan Akhlak Siswa. KHAZANAH. Jurnal Ilmiah

Keagamaan dan Kemasyarakatan IAIN Antasari Banjarmasin. Vol.

III No. 06

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana

--- (2000). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai

Religi, Social dan Budaya). Bandung: PT. Grafindo

---. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT. Genesendo ---, (2010). Meretas Pendidikan Umum. Bandung:

---. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis dan Teosofis

tentang Akhlak, Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi Pekerti, Tatakrama, dan Sopan Santun, Bandung: Rizqi Press

Schaefer, C. (1989). Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Kasaint Blanc

Shaver, James, P & Strong, William. (1982). Facing Value Decisions,

Rationale Building for Teachers, Second Edition. New York and

London: Teacher College, Columbia University


(48)

Sobur, A. (1991). Anak Masa Depan. Bandung: Angkasa

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press

---.(2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soelaeman, M.I. (1988). Suatu Telaah Tentang Manusia-Religi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

Somad, M. A. (2007). Pengembangan Model Pembinaan Nilai-Nilai

Keimanan dan Ketakwaan Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMAN 2 Bandung: Tidak diterbitkan

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sudjana, N. (2008). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindu

Sukardi. (2011). “Pendidikan Karakter Bangsa Berideologi Pancasila” dalam Budimansyah, D. dan Kokom Komalasari (ed). (2011). Pendidikan

Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa.

Bandung: Widaya Aksara Press bekerja sama dengan Laboratorium PKn UPI

Sukmadinata, N.S., Ayi Novi Jami’at, Ahman. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen),

Bandung: PT. Refika Aditama

Sulhan, N. (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT JePe Press Utama

Sumaatmadja. (2002). Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung: Alfabeta

Sumantri, E. (2011). “Pendidikan Budaya dan Karakter Suatu Keniscayaan

Bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa” dalam Budimansyah, D dan Kokom Komalasari. (ed) 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi

Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya Aksara

Press bekerja sama dengan Laboratorium PKn UPI

__________(1993). Pendidikan Moral: Suatu Tinjauan dari Sudut Konstruksi


(49)

Supriatna, U. (2010). Model Implementasi Nilai-Nilai Akhlak Karimah

Sebagai Upaya Merealisasikan Motto Gerbang Marhamah di Sekolah (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cianjur).

Disertasi Prodi Umum dan Nilai Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Suwito. (2004). Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih. Yogyakarta: Belukar

Tafsir, A. (2011). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam. Bandung: Maestro

Tim Kemendiknas (2011). Perangkat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) Sekolah Dasar. Jakarta: Az-Zahra

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum

dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI

Trianto (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Umary, B. (1989). Materi Akhlak. Solo: Ramadhani

UNESCO. (1993). Strategis and Methods for Teaching Values in the Context

of Science and Technology. Bangkok: Principal Regional office for

Asia and Pacific.

Winecoff, Herbert Larry & Bufford, C. (1987): 3. Toward Improved

Instruction, A Curriculum Development Hand Book for Instruction

School, AISA.

Yani, A. (2009). Pembelajaran IPS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI

Yudhoyono, S.B. (2010). Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan

Hardiknas di Istana Negara Tanggal 11 Mei 2010. Htt.//www.setneg.id/index.php? option=com content&task=view&id =4552&itemid=26

Yudianto, S.A. (2011). “Dimensi Pendidikan Nilai dalam Model-Model Sains-Biologi untuk Pembelajaran Manusia” dalam Budimansyah, D dan Kokom Komalasari (ed). 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi

Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya Aksara


(50)

Zavalloni, M. (1980). Values in Triandis, H,C; Berry, John. W. (ed), Handbook


(51)

PEDOMAN OBSERVASI KELAS BIDANG STUDI IPS

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Tanggal : Nama Guru :

Hari : Waktu :

ASPEK / SUB ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

A. Perencanaan Pembelajaran

1. Perumusan SK/KD

2. Perumusan tujuan pembelajaran IPS

3. Perumusan Karakter siswa yang diharapkan 4. Pemilihan materi pokok/tema pembelajaran 5. Pengembangan materi pelajaran

6. Penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran 7. Pemilihan metode-metode pembelajaran

8. Penyediaan media pembelajaran

9. Pentahapan atau langkah-langkah kegiatan belajar

a. Kegiatan awal

b. Kegiatan inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi

c. Kegiatan akhir: penilaian

10.Penetapan cara penilaian yang terkait dengan nilai akhlak dan karakter siswa

11.Pengorganisasian kelas.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Cara penyampaian pelajaran IPS

2. Sajian bahan-bahan pokok IPS dan karakter siswa 3. Keteraturan dan sistematika penyampaian

pembelajaran IPS dan nilai-nilai akhlak 4. Penerapan kemampuan yang dipilih dalam

pembelajaran dengan penjelasan nilai-nilai akhlak

5. Organisasi kelas - Klasikal - Kelompok - Perorangan

6. Pengungkapan umpan balik - Secara lisan

- Secara tulisan 7. Bimbingan belajar

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B—C --K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K


(52)

- Perbaikan

- Pengayaan nilai-nilai akhlak dan materi pokok

C. Pelaksanaan Penilaian

- Pengamatan

- Mendengarkan diskusi siswa


(53)

PEDOMAN OBSERVASI KELAS BIDANG STUDI IPS DALAM KEGIATAN DISIPLIN BELAJAR

Tanggal : Nama Siswa :

Hari : Waktu :

ASPEK / SUB ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR 1. Perhatian selama pembelajaran IPS

2. Keseriusan / antusias selama pembelajaran IPS 3. Keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran 4. Kemampuan memahami dan menghayati materi IPS 5. Disiplin dalam keluar masuk kelas selama

pembelajaran

6. Bertanggung jawab terhadap tugas belajar yang diberikan guru

7. Terbuka terhadap kritik

8. Menghargai / toleran terhadap pendapat yang berbeda

9. Menggunakan bahasa yang santun dalam berinteraksi

10.Jujur dalam mengemukakan pendapat

11.Jujur dalam mengerjakan tugas-tugas belajar dan ujian

12.Berpartisipasi aktif dalam menciptakan suasana

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K


(54)

belajar yang akrab dan harmonis 13.Hormat kepada guru

14.Berperilaku santun dan ramah kepada sesama teman

15.Berpakaian rapi dan sopan

16.Menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah

BS – B – C – K


(55)

RIWAYAT HIDUP

Ridhahani lahir di Kelua Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 30 Oktober 1955. Pendidikan dasar dan menengah dihabiskan di kota kelahiran, yakni SRN/SDN tamat tahun 1969, PGAN 4 Tahun tamat tahun 1973, dan PGAN 6 Tahun tamat tahun 1975. Pada tahun 1976 melanjutkan pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin dan lulus tahun 1982. Selama kuliah di Fakultas Tarbiyah mendapat bantuan beasiswa Supersemar dari Yayasan Supersemar. Pendidikan magister (S-2) ditempuh di FKIP Unlam Banjarmasin Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2003.

Setelah lulus di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 1983 diangkat sebagai dosen di Fakultas yang sama dengan mengampu beberapa mata kuliah. Selama bekerja sebagai dosen pernah dipercaya memegang beberapa jabatan, antara lain Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan Pembantu Rektor II IAIN Antasari Banjarmasin. Pada tahun 2004 mendapat Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI. Ada beberapa karya ilmiah yang pernah dihasilkan, diantranya (1) Pengembangan Etika Berbasis Agama (Ethic Development Based on Religion); (2) Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Bajau di Kotabaru; (3) Analisis Butir Soal Bahasa Indonesia dalam Ujian Nasional Siswa MAN di KalimantanSelatan.


(1)

Zavalloni, M. (1980). Values in Triandis, H,C; Berry, John. W. (ed), Handbook


(2)

Ridhahani, 2012

Transformasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Proses Pembelajaran Ips Sebagai Upaya Memupuk Disiplin Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

248

PEDOMAN OBSERVASI KELAS BIDANG STUDI IPS

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Tanggal : Nama Guru :

Hari : Waktu :

ASPEK / SUB ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

A. Perencanaan Pembelajaran

1. Perumusan SK/KD

2. Perumusan tujuan pembelajaran IPS

3. Perumusan Karakter siswa yang diharapkan 4. Pemilihan materi pokok/tema pembelajaran 5. Pengembangan materi pelajaran

6. Penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran 7. Pemilihan metode-metode pembelajaran

8. Penyediaan media pembelajaran

9. Pentahapan atau langkah-langkah kegiatan belajar

a. Kegiatan awal

b. Kegiatan inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi

c. Kegiatan akhir: penilaian

10.Penetapan cara penilaian yang terkait dengan nilai akhlak dan karakter siswa

11.Pengorganisasian kelas.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Cara penyampaian pelajaran IPS

2. Sajian bahan-bahan pokok IPS dan karakter siswa 3. Keteraturan dan sistematika penyampaian

pembelajaran IPS dan nilai-nilai akhlak 4. Penerapan kemampuan yang dipilih dalam

pembelajaran dengan penjelasan nilai-nilai akhlak

5. Organisasi kelas - Klasikal - Kelompok - Perorangan

6. Pengungkapan umpan balik - Secara lisan

- Secara tulisan 7. Bimbingan belajar

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B—C --K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K


(3)

- Perbaikan

- Pengayaan nilai-nilai akhlak dan materi pokok

C. Pelaksanaan Penilaian

- Pengamatan

- Mendengarkan diskusi siswa


(4)

Ridhahani, 2012

Transformasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Proses Pembelajaran Ips Sebagai Upaya Memupuk Disiplin Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

250 PEDOMAN OBSERVASI KELAS BIDANG STUDI IPS

DALAM KEGIATAN DISIPLIN BELAJAR

Tanggal : Nama Siswa :

Hari : Waktu :

ASPEK / SUB ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR 1. Perhatian selama pembelajaran IPS

2. Keseriusan / antusias selama pembelajaran IPS 3. Keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran 4. Kemampuan memahami dan menghayati materi IPS 5. Disiplin dalam keluar masuk kelas selama

pembelajaran

6. Bertanggung jawab terhadap tugas belajar yang diberikan guru

7. Terbuka terhadap kritik

8. Menghargai / toleran terhadap pendapat yang berbeda

9. Menggunakan bahasa yang santun dalam berinteraksi

10.Jujur dalam mengemukakan pendapat

11.Jujur dalam mengerjakan tugas-tugas belajar dan ujian

12.Berpartisipasi aktif dalam menciptakan suasana

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K

BS – B – C – K BS – B – C – K BS – B – C – K


(5)

belajar yang akrab dan harmonis 13.Hormat kepada guru

14.Berperilaku santun dan ramah kepada sesama teman

15.Berpakaian rapi dan sopan

16.Menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah

BS – B – C – K


(6)

Ridhahani, 2012

Transformasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Proses Pembelajaran Ips Sebagai Upaya Memupuk Disiplin Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

252 RIWAYAT HIDUP

Ridhahani lahir di Kelua Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 30 Oktober 1955. Pendidikan dasar dan menengah dihabiskan di kota kelahiran, yakni SRN/SDN tamat tahun 1969, PGAN 4 Tahun tamat tahun 1973, dan PGAN 6 Tahun tamat tahun 1975. Pada tahun 1976 melanjutkan pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin dan lulus tahun 1982. Selama kuliah di Fakultas Tarbiyah mendapat bantuan beasiswa Supersemar dari Yayasan Supersemar. Pendidikan magister (S-2) ditempuh di FKIP Unlam Banjarmasin Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2003.

Setelah lulus di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 1983 diangkat sebagai dosen di Fakultas yang sama dengan mengampu beberapa mata kuliah. Selama bekerja sebagai dosen pernah dipercaya memegang beberapa jabatan, antara lain Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan Pembantu Rektor II IAIN Antasari Banjarmasin. Pada tahun 2004 mendapat Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI. Ada beberapa karya ilmiah yang pernah dihasilkan, diantranya (1) Pengembangan Etika Berbasis Agama (Ethic Development Based on Religion); (2) Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Bajau di Kotabaru; (3) Analisis Butir Soal Bahasa Indonesia dalam Ujian Nasional Siswa MAN di KalimantanSelatan.