MANAJEMEN PEMBINAAN SUMBER DAYAMANUSIA UNTUK MENINGKATKAN PERAN RESOURCE CENTER : Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….. vi

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I : PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian………..… B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ……….……….…… 1. Fokus Penelitian ……...………..……….……. 2. Pertanyaan Penelitian ………... C. Tujuan Penelitian…………...……… D. Manfaat Penelitian ………..………... E. Struktur Organisasi Tesis……… 1 5 5 6 7 7 8 BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………..….... 10

A. Manajemen Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)………..……. 1. Konsep dasar manajemen... 2. Manajemen Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)... 3. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)………... B. Resource Cente (RC)……….….….

1. Pengertian………..…

2. Peran Resource Center (RC)……….…………..…... 3. Fungsi Resource Center (RC)……….……….….. 4. Mekanisme Kerja Resource Center (RC)…………...………….….. 5. Resource Center (RC) di Jawa Barat………. 6. Penguatan Lembaga Resource Center (RC)………..….….. C. Manajemen Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) pada Resource

Center (RC)………

10 10 14 16 18 18 19 20 23 24 26 29


(2)

1. Perencanaan Program Pembinaan...

2. Pengorganisasian Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Resource Center (RC)... 3. Pelaksanaan Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) pada

Resource Center (RC) ... 4. Pengendalian Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) pada

Resource Center (RC)…………..……….. 29

35

38

39

BAB III : METODE PENELITIAN………. 41

A. Lokasi dan Subjek Penelitian………

B. Desain Penelitian ………..………

C. Pendekatan Penelitian………

D. Definisi Operasional ……….

E. Teknik Pengumpulan Data ………...

F. Instrumen Penelitian ……….

G. Analisis Data……….….

41 42 46 47 49 51 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 56

A. Hasil Penelitian ……….

1. Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Evaluasi Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) di Resource Center (RC)... 2. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Lembaga Dalam

melakukan Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) ………... 3. Upaya Yang Dilakukan Lembaga Dalam Mengatasi

Hambatan………. 4. Hasil Validasi Rancangan Model Hipotetik Manajemen

56

56

70


(3)

Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Resource Center (RC)………...

B. Pembahasan ………

74 96

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….. 119

A. Kesimpulan……….

B. Rekomendasi……….……..

119 123 DAFTAR PUSTAKA


(4)

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masalah pendidikan khusus diatur dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan arah baru pada pengembangan dan peningkatan mutu layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Pada pasal 5 ayat (1) yang berbunyi

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal (2) yang berbunyi “Warga Negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus”. Kedua ayat di atas diperjelas dengan pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan istimewa”. Oleh karena itulah ,maka menjadi

tantangan bagi para guru dan administrator pendidikan khusus untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan khusus, yang salah satunya dalam aspek pengembangan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan tersebut.

Salah satu upaya melaksanakan undang-undang sistem pendidikan tersebut di atas, maka pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai kriteria


(6)

minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi: a) Standar Isi, b) Standar Proses, c) Standar Kompetensi Lulusan, d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, e) Standar Sarana dan Prasarana, f) Standar Pengelolaan, g) Standar Pembiayaan, h) Standar Penilaian Pendidikan. ( Bab II, pasal 2 ayat (1) PP 19/2005).

Lembaga pendidikan formal bagi anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa. SLB memiliki peran untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga mencapai kemandirian di masa yang akan datang. Peran lembaga SLB terus ditingkatkan oleh pemerintah tidak hanya sekedar lembaga pelayanan pembelajaran saja, tetapi dikembangkan menjadi resource center sehingga memiliki peran yang lebih luas untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Seiring dengan meningkatnya peran sekolah tersebut, maka dituntut pula adanya pengembangan kompetensi para pendidik dan tenaga kependidikannya agar mampu menjalankan peran tersebut. Pembinaan sumber daya manusia menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan oleh sekolah agar mampu melakukan tugas sebagai sumber daya yang handal di bidang pendidikan kebutuhan khusus.

Pembinaan sumber daya manusia dilaksanakan secara komprehensif oleh pimpinan lembaga resource center yakni dilakukan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Pelaksanaan konkrit dari pembinaan sumber daya manusia pada resource center dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan para pendidik dan tenaga


(7)

kependidikan dalam aspek yang berhubungan dengan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut dimaksudkan agar sumber daya manusia di resource center memiliki kompetensi yang memadai dalam hal proses pendidikan baik dalam strategi pembelajaran, pemanfaatan teknologi pendidikan, layanan konsultasi dan infomasi masalah pendidikan berkebutuhan khusus, serta penyedia media pembelajaran. Pembinaan bagi para guru misalnya dilakukan melalui kegiatan kelompok kerja guru, kegiatan di gugus sekolah, pelatihan di lembaga-lembaga penyelenggara diklat, pemberian kesempatan mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, seminar-seminar. workshop, dan kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara merata kepada guru maupun tenaga kependidikan secara berkala sehingga semua pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan yang sama.

Kenyataan di lapangan, sampai saat ini pembinaan sumber daya manusia di resource center masih belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan masih belum optimalnya peran resource center baik bagi sekolahnya sendiri maupun bagi sekolah lain di sekitarnya. Pelaksanaan pembinaan sumber daya manusia masih banyak kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi oleh lembaga resource center adalah masih belum seimbangnya antara tuntutan yang harus dipenuhi dalam menjalankan peran resource center dengan dukungan sumber daya yang lain seperti sumber dana, dukungan sarana dan prasarana, serta dukungan ahli. Hal tersebut berdampak


(8)

pada pelaksanan pembinaan SDM yang masih kurang, padahal sebagai resource center sangat diperlukan adanya pengelolaan dalam meningkatkan kompetensi para pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga dapat menjalankan perannya sebagai resource center.

Kondisi riil SLB yang memiliki peran sebagai resource center pada saat ini masih harus terus dibenahi dan ditingkatkan perannya. SLB-SLB yang memiliki tugas sebagai resource center masih belum optimal melaksanakan fungsi sebagai resource center. Hal ini terbukti sekolah-sekolah tersebut masih terfokus pada pelaksanaan layanan pendidikan di dalam sekolahnya sendiri belum secara luas mengimbaskan proses layanan pendidikannya ke lembaga-lembaga pendidikan yang berada di lingkungannya maupun ke wilayah lain yang lebih luas. Padahal resource center yang merupakan lembaga yang memfokuskan pada kebutuhan layanan anak berkebutuhan khusus pada aspek tertentu seperti Braille, Autism, berkesulitan belajar, dan keterampilan-keterampilan tertentu bagi anak berkebutuhan khusus, seharusnya mampu menjalankan peran sebagai pusat layanan baik pada sekolahnya sendiri maupun sekolah yang lain dalam beberapa aspek seperti dalam hal layanan praktis pendidikan maupun pusat informasi pendidikan. Dengan demikian maka sangat diperlukan suatu pengelolaan yang profesional agar dapat mejalankan peran tersebut. Resource center yang berpusat pada Sekolah Luar Biasa haruslah dikembangkan perannya agar dapat lebih berkembang dan berdaya guna bagi sekolah luar biasa yang lain atau sekolah-sekolah inklusif.


(9)

Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat masih adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya diperankan oleh resource center dengan kondisi riil yang terjadi sampai saat ini. Maka dari latar belakang itulah dibutuhkan adanya pola pembinaan sumber daya manusia yang efektif agar fungsi resource center tersebut dapat berkembang melalui manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk menigkatkan peran resource center.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1. Fokus Penelitian

Masalah pembinaan sumber daya manusia pada sekolah yang menjadi resource center merupakan hal yang sangat penting untuk diatasi, sebab kunci keberhasilan dalam menjalankan peran resource center terletak pada sumber daya manusianya. Sumber daya manusia pada resource center pada intinya adalah para pendidik dan tenaga kependidikan yang harus memiliki kompetensi memadai agar mampu menjalankan peran resource center tersebut. Pola pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center harus dilakukan secara efektif agar mereka memiliki kompetensi baik secara teoritik maupun praktik dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus sehingga dapat dirasakan oleh sekolah-sekolah yang ada di dalam maupun di luar lingkungannya.

Fokus penelitian adalah manajemen pembinaan sumber daya manusia pada resource center yang meliputi: 1) perencanaan, pengorganisasian,


(10)

pelaksanaan, dan evaluasi pembinaan sumber daya manusia, 2) Hambatan-hambatan yang dihadapi lembaga dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia, 3) upaya yang dilakukan lembaga untuk mengatasi hambatan dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia, 4) model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut , maka pertanyaan penelitiannya

adalah: “Bagaimanakah manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk

meningkatkan peran resource center?”

Pertanyaan penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center?

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi lembaga dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center?

3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan lembaga untuk mengatasi hambatan dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center?

4. Bagaimanakah model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji kondisi objektif tentang manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran yang objektif mengenai: 1. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pembinaan

sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi lembaga dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

3. Upaya yang dilakukan lembaga untuk mengatasi hambatan dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

4. Model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis tentang manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center. Manfaat penelitian ini diuraikan sebagai berikut:


(12)

1. Manfaat teoritis:

Dapat menghasilkan prinsip-prinsip manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

2. Manfaat praktis:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lembaga terkait seperti sekolah dan lembaga induk pembina sekolah (Dinas Pendidikan) dalam menyelenggarakan pembinaan bagi pengelola resource center melalui manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center yang sinergis antara perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

E. Struktur Organisasi Tesis

Rincian urutan penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang Penelitian b. Fokus dan Pertanyaan Penelitian c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian e. Struktur Organisasi Tesis


(13)

Bab II Kajian Pustaka

Berisi pemaparan tentang manajemen sumber daya manusia dan resource center serta hubungan rasional diantara keduanya sesuai dengan tujuan penelitian.

Bab III Metode Penelitian

a. Lokasi Dan Subjek Penelitian b. Desain Penelitian

c. Pendekatan Penelitian d. Definisi Operasional e. Teknik Pengumpulan Data f. Instrumen Penelitian g. Analisis Data

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian

b. Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi a. Kesimpulan

b. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)


(15)

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan sebuah upaya sistematis dalam rangka menemukan

suatu pemecahan dalam bidang kajian tertentu baik secara teoritis maupun praktis. Oleh karena itu sangat dibutuhkan metode yang tepat agar penelitian tersebut dapat berjalan dengan efektif. Metode tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat dilakukan secara sistematis, terarah, serta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian.

Demikian pula halnya dalam pelaksanaan penelitian ini, maka pada bab III akan membahas mengenai metode penelitian. Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini adalah di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi. Alasan sekolah tersebut dijadikan sebagai lokasi penelitian, karena SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi merupakan RC rintisan yang dikembangkan oleh Direktorat PLB dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2005.


(17)

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah merangkap Kepala Resource Center sebagai sumber/informan utama, wakil kepala sekolah, empat orang guru dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB, satu orang dari Komite Sekolah dan satu orang dari Team Inklusi Jawa Barat sebagai sumber/ informan pendukung. Disamping itu didukung pula oleh tim validasi yang terdiri dari satu orang pejabat dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang mewakili pihak pengambil kebijakan RC, satu orang widyaiswara BPPTK PLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dan satu orang widyaiswara P4TK TK dan PLB yang mewakili unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan dan pelatihan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

a. Tahap I

Pada tahap I dilakukan proses pengumpulan data awal/ kondisi objektif RC tentang manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center. Kondisi objektif yang akan diungkap pada tahap I ini meliputi: 1) Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pembinaan sumber daya manusia, 2) Hambatan-hambatan yang dihadapi lembaga dalam melakukan pembinaan sumber daya


(18)

manusia, dan 3) Upaya yang dilakukan lembaga untuk mengatasi hambatan dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia.

Kondisi objektif tersebut diperoleh melalui proses wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dan informasinya diperoleh dari informan yang ada di sekolah yakni kepala sekolah yang merangkap kepala resource center sebagai informan utama, wakil kepala sekolah, empat orang guru dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB, satu orang dari Komite Sekolah dan satu orang dari Team Inklusi Jawa Barat sebagai sumber/ informan pendukung.

b.Tahap II

Data awal/ kondisi objektif RC yang dihasilkan dari penelitian pada tahap I tersebut, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan draft hasil awal data kondisi objektif RC mengenai manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center. Dari hasil awal data kondisi objektif RC tersebut, maka dilakukan perumusan model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan validasi melalui metode Focus Group Discussion (FGD) dengan sumber/informan yang terdiri dari satu orang pejabat dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, satu orang widyaiswara BPPTK PLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dan satu orang widyaiswara P4TK TK dan PLB, sebagai bahan


(19)

untuk merumuskan model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan peran resource center.

Setelah diperoleh data hasil validasi, kemudian dilakukan analisis berdasarkan hasil validasi tersebut didukung dengan kajian teori. Maka akan dihasilkan sebuah produk berupa model hipotetik manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

Setiap tahapan tersebut di atas digambarkan dalam desain penelitian berikut (Gambar 5):


(20)

DESAIN PENELITIAN

TAHAP I

PENGUMPULAN DATA AWAL/KONDISI OBJEKTIF RC

PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara 2. Observasi

3. Studi Dokumentasi Sumber/Informan: 1. Kepsek/Kepala RC 2. Wakil Kepsek 3. Guru

4. Komite Sekolah 5. Team Inklusi Jabar

TAHAP II ANALISIS DATA

Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi

HASIL AWAL:

Data/Kondisi Objektif Lapangan Pembinaan SDM Di RC

MERUMUSKAN MODEL HIPOTETIK

PELAKSANAAN VALIDASI a. Metode: Focus Group Discussion (FGD) b. Sumber/Informan:

1. Pejabat Bid. PLB Disdik 2. Widyaiswara BPPTK-PLB

3. Widyaiswara P4TK TK dan PLB.

ANALISIS HASIL VALIDASI DENGAN DUKUNGAN KAJIAN TEORI

HASIL AKHIR:

MODEL HIPOTETIK MANAJEMEN PEMBINAAN SDM DI RC


(21)

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif, serta studi kasus sebagai strateginya.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang komprehensif dan mendalam mengenai manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, hambatan dan upaya mengatasi hambatan tersebut baik secara internal maupun eksternal. Variabel-variabel tersebut dideskripsikan secara lengkap dan mendalam melalui teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengkaji permasalahan tentang data atau informasi yang diperlukan sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya memecahkan masalah dari


(22)

berbagai pertanyaan yang timbul dari masalah yang sedang dihadapi pada masa tersebut atau pada masa sekarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surachmad (1994 : 131) yang mengemukakan bahwa: "Metode merupakan cara utama dan terpopuler yang dapat dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan".

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman tentang penelitian yang akan dilakukan, maka dijelaskan aspek-aspek dalam penelitian sebagai berikut: 1. Manajemen memiliki pengertian yang berbeda-beda, namun berfokus pada

unsur yang sama yakni suatu aktivitas pengelolaan organisasi. Ada tiga pandangan mengenai pengertian manajemen yang berbeda: “pertama,

mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen ...; kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada adminsitasi; dan ketiga, pandangan menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi”. (Mulyasa, E, 2002 : 19).

Konsep manajemen merupakan suatu konsep yang mencerminkan adanya kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam organisasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bottinger dalam Nanang Fattah (2001:3), yang menyatakan bahwa: "Manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur yaitu pendanaan, pengetahuan teknis, dan komunikasi".


(23)

Dari pendapat diatas dapat diambil makna bahwa manajemen mengandung arti optimalisasi sumber-sumber daya atau pengelolaan dan pengendalian. Sumber-sumber daya yang dioptimalkan, dikelola, dan dikendalikan tersebut meliputi sumber daya manusia dan sumber pendukung lainnya. Proses tersebut mencakup langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu pola atau sistem koordinasi yang dilakukan dalam organisasi melalui proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,, dan pengawasan dengan memberdayakan semua kekuatan yang dimiliki dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.

Dalam tesis ini berhubungan dengan manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

2. Sumber daya manusia adalah seluruh personalia yang turut terlibat dalam suatu proses kegiatan dalam upaya mencapai tujuan. Dalam hal ini sumber daya manusia yang dimaksud adalah pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di resource center SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi.

3. Resource center adalah lembaga khusus yang dibentuk dalam rangka pengembangan pendidikan kebutuhan khusus/ pendidikan inklusif yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak khususnya anak berkebutuhan khusus, orang tua, keluarga, sekolah regular/ sekolah biasa, masyarakat


(24)

dan pemerintah serta pihak lain yang berkepentingan untuk memperoleh informasi yang seluas-luasnya dan melatih berbagai keterampilan serta memperoleh berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan berkebutuhan khusus/pendidikan inklusif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Wawancara

Teknik ini digunakan dengan melakukan wawancara secara mendalam berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan namun bersifat terbuka agar pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan data yang diperlukan sehingga sangat dimungkinkan bagi peneliti untuk menggali informasi yang berkaitan dengan penelitian yang belum tercantum dalam pedoman wawancara.

Teknik wawancara dilakukan untuk menggali data secara objektif dari subyek penelitian yang merupakan pelaku/stakeholder yang langsung terlibat dalam pengelolaan resource center, sehingga data yang diperoleh benar-benar merupakan hasil empiris dari subyek penelitian tersebut.

Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menggali data mengenai variabel penelitian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, hambatan dan upaya mengatasi hambatan tersebut baik secara internal maupun eksternal dalam hal


(25)

manajemen pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

b. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung kegiatan pembinaan sumber daya manusia di resource center SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan.Pada kegiatan observasi, peneliti tidak terlibat dalam kegiatan sehingga peneliti hanya mengamati apa yang terjadi secara alami.

Observasi dilakukan dengan alasan untuk mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian, sehingga dapat membandingkan antara keterangan hasil wawancara dengan hasil pengamatan.

Variabel-variabel yang diamati melalui observasi adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

c. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi merupakan teknik yang tidak kalah penting dengan teknik yang lain. Teknik ini diperlukan agar data-data yang diperoleh dari teknik wawancara dan observasi bukan berdasarkan perkiraan.


(26)

Data yang dihimpun dan dianalisis melalui studi dokumentasi meliputi data tertulis, gambar maupun elektronik seperti dokumen manajemen pembinaan SDM yang ada di resource center, foto-foto ataupun catatan-catatan penting serta dokumen penting lainnya. Analisis dokumen digunakan untuk mengungkap data-data yang sifatnya tertulis. Data yang diperoleh dari observasi dan analisis dokumen digunakan untuk mendukung data yang diperoleh dari wawancara. Selain itu kedua teknik pendukung tersebut digunakan untuk kepentingan validasi data penelitian.

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang akurat sebagai bukti fisik tertulis dalam pelaksanaan pembinaan sumber daya manusia, untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Adapun jenis dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi dokumen perencanaan, dokumen pengorganisasian, dokumen pelaksanaan, dokumen evaluasi dan dokumen pendukung/dokumen regulasi pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan peran resource center.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama yaitu peneliti sendiri. Peneliti sekaligus menjadi perencana, pelaksana pengumpul data, menganalisis, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Dalam


(27)

penelitian ini peneliti menggunakan pedoman observasi, wawancara dan pedoman studi dokumentasi.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui proses wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data yang terkumpul akan dianalisis dan diolah dengan teknik sebagai berikut: a. Reduksi data, yakni untuk memisahkan data yang diperlukan dan kurang

diperlukan.

b. Display data dalam bentuk deskripsi, grafik atau tabel sehingga memudahkan untuk membaca dan memaknai data yang terkumpul.

c. Interpretasi data yakni menafsirkan data yang terkumpul untuk disimpulkan dengan melihat keterkaitan atau hubungan antara bagian/aspek variabel yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat diambil makna penting dari penelitian yang telah dilakukan.

Agar penelitian dapat sesuai dengan tujuan, maka diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan sesuai dengan urutan kebutuhan dan prioritas sehingga akan didapat data atau informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian informasi yang diperoleh akan menunjukkan kepada suatu alur yang akan mengungkap masalah yang akan diteliti.


(28)

Dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Orientasi lapangan

Orientasi bertujuan untuk mengetahui pemetaan masalah yang akan diteliti sehingga jelas dan terarah. Dari kegiatan orientasi ini terinventarisir segala sesuatu yang berhubungan dengan rencana penelitian. Kegiatan orientasi memberikan bekal bagi peneliti untuk merumuskan focus masalah dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dan inilah embrio dari masalah penelitian yang akan diteliti.

2). Eksplorasi

Pada langkah ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang akan mendukung pelaksanaan penelitian dalam rangka pengumpulan data. Peneliti melakukan aktivitas wawancara dengan informan, mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang berhubungan dengan penelitian dan fokus masalahnya serta melakukan pengamatan langsung/observasi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan fokus masalah penelitian. Pada tahap ini peneliti dapat mengumpulkan data/informasi selengkap mungkin sehingga dapat dijadikan bahan analisis dan pembahasan.

3). Member check

Pada langkah ini, yang dilakukan adalah membuat laporan hasil penelitian. Maksudnya setelah seluruh data yang diinginkan telah berhasil dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan dengan benar untuk mencapai keabsahan, serta relevansi data dengan permasalahan yang


(29)

diajukan sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan agar data-data yang diperoleh menjadi valid, reliable dan obyektif, serta hasil penelitian terhindar dari bias-bias tertentu. Sarana operasional pada langkah member check adalah: a. Melakukan pengecekan ulang semua data yang terkumpul dengan

melakukan perbandingan substansi penelitian seperti yang disusun dalam pedoman penelitian dan relevansinya dengan permasalahan penelitian.

b. Apabila data yang dikumpulkan ada yang belum lengkap, maka peneliti meminta ulang kepada sumber utama sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

c. Meminta kejelasan dan kepastian, apabila terdapat pernyataan yang tidak jelas dari subyek penelitian dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepada pihak lainnya.

d. Jika pada saat member check berlanjut ternyata ditemukan data dan informasi yang belum lengkap maka akan dihimpun kembali melalui klarifikasi dengan subyek penelitian melalui media komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, email, dan sebagainya.

e. Triangulasi

Moleong (2005:330) menyebutkan bahwa “ Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data lain”.


(30)

Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pembandingan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2005:330). Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka Moleong (2005:331) memberikan cara-cara yaitu:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi .

3) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian mengenai manajemen pembinaan sumber daya manusia (SDM) di resource center (RC) SLB Negeri Citeureup Cimahi disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan pembinaan SDM di resource center

Perencanaan pembinaan SDM di resource center disusun ke dalam pola grand design dan dilakukan secara komprehensif yang menyangkut aspek-aspek yang lebih luas untuk meningkatkan kompetensi personil sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Perencanaan program peningkatan kompetensi berdasarkan pada need assessment sehingga program yang dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan guru. Selain itu program pelatihan berorientasi pada program layanan yang diberikan lembaga RC agar terdapat keseimbangan antara kompetensi personil dengan program yang akan dilaksanakan. Perencanaan dilakukan secara terpadu dengan melibatkan unsur-unsur terkait dalam pengelolaan lembaga RC.

Selain itu pembinaan SDM di resource center dilakukan dengan pelaksanaan magang langsung di perusahaan/industri keterampilan.


(32)

2. Pengorganisasian pembinaan SDM di resource center

Pengorganisasian pembinaan SDM di resource center melibatkan unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan sekolah yakni kepala sekolah, para pembantu kepala sekolah, guru, masyarakat dan orang tua. Masyarakat dan orang tua dilibatkan agar mereka lebih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengelolaan sekolah. Struktur organisasi RC merupakan bagian integral dalam struktur sekolah sehingga tidak terkesan bahwa RC merupakan lembaga tersendiri. Struktur organisasi RC merupakan struktur organisasi sekolah yang menggambarkan adanya peningkatan peran SLB. Dengan demikian RC tidak diarahkan kepada pendirian lembaga baru melainkan sebagai peningkatan peran lembaga SLB.

3. Pelaksanaan pembinaan SDM di resource center

Pelaksanaan pembinaan SDM di resource center dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan baik internal maupun eksternal, kegiatan pertemuan ilmiah dan kegiatan-kegiatan kolektif guru serta dilakukan pola magang ke lembaga-lembaga keterampilan tertentu. Pelaksanaan pembinaan juga dilakukan melalui hubungan kerja sama antara RC dengan pihak luar RC yang bergerak dalam bidang pendidikan seperti lembaga kediklatan, LSM, serta lembaga lain, baik milik pemerintah maupun swasta. Pelaksanaan pembinaan tersebut dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun.


(33)

4. Evaluasi pembinaan SDM di resource center

Evaluasi pembinaan SDM di resource center tidak hanya berorientasi pada hasil yang dicapai tetapi juga berorientasi kepada proses pelaksanaan pembinaan. Pelaksanaan pembinaan dievaluasi agar prosesnya lebih baik. Evaluasi pembinaan SDM di resource center dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan RC sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Evaluasi dilakukan secara bertahap, berkala, dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi dilakukan dalam kurun waktu mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan. Hal ini dilakukan agar pembinaan yang dilakukan dapat terkendali sehingga secara cepat dilakukan perbaikan.

5. Hambatan dan upaya yang dilakukan lembaga dalam mengatasi hambatan pembinaan SDM di resource center.

Hambatan yang dihadapi RC yang diakibatkan karena masalah kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai dan seimbang antara tugas pokok dan fungsi RC diupayakan melalui pelaksanaan diklat yang dilakukan secara internal maupun eksternal. Upaya ini diawali dengan adanya pemetaan kompetensi yang dimiliki guru yang dijadikan sebagai dasar untuk menyusun program pembinaan SDM. Selain itu dilakukan pertemuan-pertemuan ilmiah berupa seminar, workshop, in house training serta kegiatan kolektif guru di


(34)

gugus sekolah. Upaya lain yang dilakukan ialah melalui penigkatan kualifikasi pendidikan formal ke jenjang S1 maupun jenjang S2.

Masalah masih kurangnya dukungan anggaran, maka RC melakukan kerja sama dengan pihak luar seperti lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Masalah belum seimbangnya antara tuntutan peran RC dengan jumlah kompetensi yang dimiliki guru, maka dilakukan dengan pola pembagian tugas yang memadai serta melibatkan praktisi ahli dari lembaga lain.

Masalah belum jelasnya regulasi yang mengatur lembaga RC maka dilakukan sosialisasi dan audiensi dengan pihak pemerintah daerah dan DPR sehingga akan lahir aturan yang jelas mengenai lembaga RC. Masalah belum adanya system monitoring dan evaluasi dari pemerintah, maka dilakukan pelaporan yang dilakukan secara berkala kepada pihak dinas pendidikan mengenai kegiatan RC. Masalah belum optimalnya kerja sama dengan pihak luar maka dilakukan upaya melalui sosialisasi peran RC ke lembaga pemerintah dan non pemerintah. Sedangkan belum optimalnya kerja sama dengan SLB yang memiliki peran sebagai RC dilakukan melalui kegiatan-kegiatan kolektif guru secara berkala.


(35)

B. Rekomendasi

1. Bagi Dinas Pendidikan

a. Dalam rangka memperkuat peran RC di sekolah luar biasa, maka dinas pendidikan hendaknya memprogramkan kegiatan Bidang PLB dan Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PLB.

b. Mengupayakan regulasi yang menjadi payung hukum keberadaan RC ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga keberadaan RC tidak hanya diatur dengan SK Kepala Dinas, tetapi diperkuat dengan Keputusan Gubernur (Kepgub) agar dukungan kebijakan program dari sektor anggaran lebih memadai.

c. Menyusun dan melaksanakan perangkat sistem nonitoring dan evaluasi kegiatan RC, dalam rangka meningkatkan kepedulian dan kinerja personil RC.

2. Bagi lembaga RC

a. Pembinaan SDM dilakukan berlandaskan kepada hasil need assessment sehingga program pembinaannya sesuai dengan kebutuhan guru dan berorientasi kepada tugas pokok RC.

b. Pola pembinaan yang dilakukan diarahkan pada peningkatan kompetensi guru yang memiliki keahlian pada bidang tertentu sehingga sistem pembinaannya mengarah kepada unsur spesialisasi keahlian.


(36)

c. Resource center melakukan koordinasi dengan resource center yang lain sehingga dapat melakukan kerja sama dalam pembinaan SDM. d. Menggunakan model hipotetik manajemen pembinaan SDM di RC,

sebagaimana yang terdapat pada lampiran.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk mengkaji lembaga RC, maka disarankan melakukan pengkajian kepada aspek manajemen sumber daya yang lain di luar SDM seperti manajemen sarana dan prasarannya, manajemen anggaran, manajemen hubungan kerjasamanya, dan manajemen program RC sebagai lembaga dukungan (support system) pendidikan inklusif.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amuda, Heryanto, (2009), Pedoman Resource Center, Bandung, Bidang PLB, Disdik Prov. Jabar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta , Rineka

Cipta.

Creswell, Jhon W, (2010), Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

mixed, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Direktorat PLB. (2004). Buku Seri: Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.

Foreman, Phil. (2001). Integration and Inclusion. Singapore, Nelson Thomson Learning.

Handoko ,T. Hani (1997). Manajemen Personalia, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Jhonsen Berith dan Skorjen M. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah

Pengantar. Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kramers, B.S. (1991). Guideline and Recommended for the Individual Family Service Plan: Maryland. Bethesda.

Matunina, Domi.C (1992). Manajemen Personalia. Jakarta, PT.Rineka Cipta. Moleong, L.J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung , Remaja Rosdakarya.

Mulyasa E, (2002), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya.

Mulyasa E, (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya.

Nanang Fatah. (2001 ) . Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung , Andira. Nasution (1998). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung , Tarsito.

Nawawi, H. (2003). Manajemen Strategik. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Ndraha, T. (1987), Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta, Bina Aksara.

Nisbet, J & Watt, J, (1994), Studi Kasus, Sebuah Panduan Praktis, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


(38)

Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI, (2011), Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Sinar Grafika.

Pendidikan Dalam Konteks Kebijakan Publik, Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, Bandung:Uninus.

Sanusi, A. (2001). Strategi Pendidikan Datam Konteks Kebijakan Publik, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Nusantara. Bandung:Uninus. Siagian, Sondang P, (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Bumi

Aksara.

Silalahi, Ulber. (2002), Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, Bandung, Mandar Maju.

Siswanto, (1995), Dasar-dasar Manajemen, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Skjorten, D.Miriam. (2001). Education Special Needs Education An Introduction, Oslo:Unifub.

Suadin. (2010). Sistem Dukungan Pendidikan Inklusif. Tersedia di: http://suaidinmath. Wordpress.com/2010/05/08/sistem-dukungan-pendidikan-inklusif/. Diakses tanggal 6 November 2011.

Surachmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung :Tarsito .

Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosda Karya.

Syaodih N, (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003. Jakarta,

Fokus Media.

Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta, Fokus

Media.

Uno, Hamzah. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta , Bumi Aksara. Wasliman, l (2002 ). Materi Pelatihan Pemerdayaan Sistem Manajemen Mutu


(39)

Wasliman, Iim, (2007), Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung, Sps UPI.

Yin, Robert K, (1995), Studi Kasus, Desain & Metode, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.


(1)

122

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center

: Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gugus sekolah. Upaya lain yang dilakukan ialah melalui penigkatan kualifikasi pendidikan formal ke jenjang S1 maupun jenjang S2.

Masalah masih kurangnya dukungan anggaran, maka RC melakukan kerja sama dengan pihak luar seperti lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Masalah belum seimbangnya antara tuntutan peran RC dengan jumlah kompetensi yang dimiliki guru, maka dilakukan dengan pola pembagian tugas yang memadai serta melibatkan praktisi ahli dari lembaga lain.

Masalah belum jelasnya regulasi yang mengatur lembaga RC maka dilakukan sosialisasi dan audiensi dengan pihak pemerintah daerah dan DPR sehingga akan lahir aturan yang jelas mengenai lembaga RC. Masalah belum adanya system monitoring dan evaluasi dari pemerintah, maka dilakukan pelaporan yang dilakukan secara berkala kepada pihak dinas pendidikan mengenai kegiatan RC. Masalah belum optimalnya kerja sama dengan pihak luar maka dilakukan upaya melalui sosialisasi peran RC ke lembaga pemerintah dan non pemerintah. Sedangkan belum optimalnya kerja sama dengan SLB yang memiliki peran sebagai RC dilakukan melalui kegiatan-kegiatan kolektif guru secara berkala.


(2)

123

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center

: Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rekomendasi

1. Bagi Dinas Pendidikan

a. Dalam rangka memperkuat peran RC di sekolah luar biasa, maka dinas pendidikan hendaknya memprogramkan kegiatan Bidang PLB dan Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PLB.

b. Mengupayakan regulasi yang menjadi payung hukum keberadaan RC ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga keberadaan RC tidak hanya diatur dengan SK Kepala Dinas, tetapi diperkuat dengan Keputusan Gubernur (Kepgub) agar dukungan kebijakan program dari sektor anggaran lebih memadai.

c. Menyusun dan melaksanakan perangkat sistem nonitoring dan evaluasi kegiatan RC, dalam rangka meningkatkan kepedulian dan kinerja personil RC.

2. Bagi lembaga RC

a. Pembinaan SDM dilakukan berlandaskan kepada hasil need

assessment sehingga program pembinaannya sesuai dengan kebutuhan

guru dan berorientasi kepada tugas pokok RC.

b. Pola pembinaan yang dilakukan diarahkan pada peningkatan kompetensi guru yang memiliki keahlian pada bidang tertentu sehingga sistem pembinaannya mengarah kepada unsur spesialisasi keahlian.


(3)

124

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center

: Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Resource center melakukan koordinasi dengan resource center yang lain sehingga dapat melakukan kerja sama dalam pembinaan SDM. d. Menggunakan model hipotetik manajemen pembinaan SDM di RC,

sebagaimana yang terdapat pada lampiran.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk mengkaji lembaga RC, maka disarankan melakukan pengkajian kepada aspek manajemen sumber daya yang lain di luar SDM seperti manajemen sarana dan prasarannya, manajemen anggaran, manajemen hubungan kerjasamanya, dan manajemen program RC sebagai lembaga dukungan (support system) pendidikan inklusif.


(4)

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center : Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amuda, Heryanto, (2009), Pedoman Resource Center, Bandung, Bidang PLB, Disdik Prov. Jabar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta , Rineka Cipta.

Creswell, Jhon W, (2010), Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan mixed, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Direktorat PLB. (2004). Buku Seri: Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan

Inklusif. Jakarta, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.

Foreman, Phil. (2001). Integration and Inclusion. Singapore, Nelson Thomson Learning.

Handoko ,T. Hani (1997). Manajemen Personalia, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Jhonsen Berith dan Skorjen M. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah

Pengantar. Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kramers, B.S. (1991). Guideline and Recommended for the Individual Family

Service Plan: Maryland. Bethesda.

Matunina, Domi.C (1992). Manajemen Personalia. Jakarta, PT.Rineka Cipta. Moleong, L.J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung , Remaja Rosdakarya.

Mulyasa E, (2002), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya.

Mulyasa E, (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya.

Nanang Fatah. (2001 ) . Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung , Andira. Nasution (1998). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung , Tarsito.

Nawawi, H. (2003). Manajemen Strategik. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Ndraha, T. (1987), Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta, Bina Aksara.

Nisbet, J & Watt, J, (1994), Studi Kasus, Sebuah Panduan Praktis, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


(5)

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center : Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI, (2011), Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Sinar Grafika.

Pendidikan Dalam Konteks Kebijakan Publik, Program Pascasarjana

Universitas Islam Nusantara, Bandung:Uninus.

Sanusi, A. (2001). Strategi Pendidikan Datam Konteks Kebijakan Publik, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Nusantara. Bandung:Uninus. Siagian, Sondang P, (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Bumi

Aksara.

Silalahi, Ulber. (2002), Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, Bandung, Mandar Maju.

Siswanto, (1995), Dasar-dasar Manajemen, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Skjorten, D.Miriam. (2001). Education Special Needs Education An

Introduction, Oslo:Unifub.

Suadin. (2010). Sistem Dukungan Pendidikan Inklusif. Tersedia di: http://suaidinmath. Wordpress.com/2010/05/08/sistem-dukungan-pendidikan-inklusif/. Diakses tanggal 6 November 2011.

Surachmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung :Tarsito .

Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosda Karya.

Syaodih N, (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung , Remaja Rosda Karya. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003. Jakarta,

Fokus Media.

Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta, Fokus Media.

Uno, Hamzah. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta , Bumi Aksara. Wasliman, l (2002 ). Materi Pelatihan Pemerdayaan Sistem Manajemen Mutu


(6)

Lina Nurlina, 2012

Manajemen Pembinaan Sumber Dayamanusia Untuk Meningkatkan Peran Resource Center : Studi Kasus di SLB Negeri Citeureup Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wasliman, Iim, (2007), Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung, Sps UPI.

Yin, Robert K, (1995), Studi Kasus, Desain & Metode, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.