Penentuan Kadar Sitronellal Dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon Nardus L. Randle) Yang Diproduksi Oleh Masyarakat Aceh Chapter III V

BAB III
METODE

3.1

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang
(UPT. PSMB) Medan yang bertempat di Jalan STM No. 17 Kampung Baru,
Medan pada tanggal 23 Januari 2017sampai 03 Februari 2017.

3.2

Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sereh yang

diproduksi oleh Masyarakat Aceh.

3.3


Alat
Alat yang digunakan adalah alat asetilasi, alat pemanas, alat penyabunan,

buret 50 ml (pyrex), corong pisah 250 ml, gelas ukur 10 ml (pyrex),gelas ukur 50
ml (pyrex), kondensor,labu cassia 100 ml (kimax),labu elenmeyer 200 ml, labu
kaca tahan alkali, labu ladenburg 100 ml, lampu uap natrium, neraca analitik
(mettle

toledo),penangas

air,

penangas

air

yang

dilengkapi


dengan

thermostat,pembakar bunsen, piknometer 10 ml (duran), piknometer 25 ml
(duran), pipet volume 10 ml, pipet volume 20 ml,refraktometer (carlzeis jena),
tabung reaksi dan termometer.

Universitas Sumatera Utara

3.4

Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam asetat anhidrat, benzoyl

clorida, bromofenol blue larut dalam etanol, es batu, etanol 80%, etanol
90%,fenolftalein (PP) 20%, garam, hidroksilamonium khlorida larut dalam etanol,
kalium iodida, kertas lakmus, larutan asam khlorida (HCl) 0,5 N, larutan jenuh
natrium hidroksida (NaOH), larutan iodium, larutan kalium hidroksida (KOH)
0,5N dalam etanol 95%, larutan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) dalam natrium
khlorida (NaCl), magnesium sulfat anhidrat (MgSO 4 ), minyak sereh sampel I,
minyak sereh sampel II, dannatrium asetat anhidrat.


3.5

Prosedur

3.5.1 Penentuan kadar sitronellal sesuai SNI 06-3953-1995
Hidroksilamonium

kloridadipipet

20

ml

larutan

dan

dimasukkan


kedalamlabu Erlenmeyer, ditambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida yang
diukur dengan buret, kemudian dicampurkan. Campuran tersebut dituangkan
kedalam labu yang berisi 700 mg contoh minyak, labu Erlenmeyer yang telah
kosong disimpan tanpa mencucinya.Diamkan labu yang berisi campuran dan
contoh minyak kemudian didihkan dengan refluks selama beberapa waktu dan
dinginkan dengan cepat sebelum pendingin refluks dipisahkan.Untuk contoh
minyak yang berwarna gelap ditambahkan bromfenol biru. Ditambahkan larutan
asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna kehijau-hijauan.
Kemudian dipindahkan separuh dari campuran reaksi ini kedalam Erlenmeyer
yang disimpan semula. Campuran yang separuhnya lagi dinetralkan sampai timbul
warna kuning muda, kemudian dipindahkan kembali kedalam labu yang satu lagi,

Universitas Sumatera Utara

lalu dicampurkan dan dikembalikan lagi separuh dari larutan kedalam labu yang
kosong itu. Dilanjutkan cara ini sampai suatu saat dimana penambahan tetes asam
klorida kedalam larutan yang ada didalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi
menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang
terdapat dalam labu kedua.Sebagai alternative titrasi ini dapat dilakukan dengan
metode potentiometris sampai pH 3,5. Bersamaan dengan penentuan, dilakukan

pengujian blanko dengan pereaksi-pereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang
sama pula
Contoh perhitungan :
Kadar sitronellal =

�(�0−�1)
20 �

Keterangan :
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam pengujian
blanko
M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan
kedalam standar untuk minyak sereh.
3.5.2 Penentuan bobot jenis sesuai SNI 06-3953-1995
Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian basuh berturut-turut dengan
etanol dan dietil eter. Lalu dikeringkan bagian dalam piknometer tersebut denga
arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Dibiarkan piknometer di dalam lemari
timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Setelah itu, diisi piknometer dengan

air suling sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Dicelupkan
piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit. Dan
disipkan penutupnya dan keringkan piknometernya. Lalu dibiarkan piknometer di
dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1 ).
Kemudian dikosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter,

Universitas Sumatera Utara

kemudian keringkan dengan arus udara kering. Setelah itu, diisilah piknometer
dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara.
Dicelupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC
selama 30 menit. Dan disisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.
Lalu dbiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbangan (m2 ).
Contoh perhitungan :
Bobot jenis = �

20
=
20


� 2−�

� 1−�

Keterangan :
m
=massa piknometer kosong (g)
m1
=massa piknometer berisi air pada 20oC (g)
=massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
m2

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1


Hasil Penentuan Kadar Sitronellal
Sitronellalyang diperoleh dari minyak sereh adalah 48,296%.Hal ini

menunjukkan kadar sitronellal pada minyak sereh yang diproduksi oleh
Masyarakat Aceh memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995. Mutu minyak sereh
khususnya ditentukan oleh kemurniannya. Penilaian kemurnian minyak sereh
dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, salah satunya yaitu
sitronellal dan bobot jenis (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Sitronellal merupakan komponen minyak sereh yang terpenting. Lama
penyulingan memberikan pengaruh terhadap kadar sitronellal minyak sereh
wangi. Semakin lama penyulingan maka kadar sitronellal semakin naik sampai
batas lama penyulingan 4 jam. Kenaikkan kadar sitronellal disebabkan oleh
semkin banyaknya panas yang diterima oleh sereh wangi untuk menguapkan
minyak dari sereh wangi tersebut, sehingga kadar sitronellal semakin tinggi. Pada
penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal semakin turun, hal ini disebabkan
oleh bahan yang terlalu lama dipanasi, sehingga menyebabkan sitonellal
terdekomposisi menjadi senyawa isoterpen (Sebayang,2011).

4.2


Hasil Penentuan Bobot Jenis
Bobot jenis pada minyak sereh pada penelitian ini sebesar 0,880 (tabel

4.1).Hasil tersebut berada pada rentang batas nilai SNI 06-3953-1995 yaitu 0,8800,922. Hal ini menandakan kemungkinan minyak sereh yang diuji Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Aceh memiliki banyak komponen-komponen kimia penyusun, yang menandakan
densitas (bobot jenis) minyak yang tinggi dikarenakan lamanya waktu destilasi.
Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh
No.
1.

M
28,8200 gr

m1
38,5100 gr

m2

37,3431 gr

Bobot Jenis
0,8796

2.

38,3514 gr

88,2252gr

82,1659 gr

0,8785

Bobot jenis rata-rata

0,8800

Keterangan :

m
=massa piknometer kosong (g)
m1
=massa piknometer berisi air pada 20oC (g)
=massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
m2

Bobot jenis istilah lainnya adalah berat jenis. Berat jenis minyak atsiri
mempengaruhi komponen-komponen penyusun minyak atsiri. Semakin banyak
komponen penyusun minyak atsiri, semakin banyak komponen beranti panjang
atau senyawa polimer dalam minyak maka akan meningkatkan densitas minyak.
Semakin lama waktu destilasi akan terjadi peningkatan konsentrasi minyak yang
disebabkan oleh semakin banyaknya akumulasi komponen-komponen kimia
penyusun minyak atsiri, baik itu senyawa yang bertitik didih tinggi atau rendah
(Sebayang,2011).

BAB V

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan kadar sitronellal dan bobot jenis dari minyak

sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh
masing-masing sebesar 48,296% dan 0,8800. Hal ini menunjukkan kadar
sitronellal dan bobot jenis minyak sereh SNI 06-3953-1995 yaitu min 35% dan
0,880-0,922.

5.2

Saran
Sebaiknya penelitian selanjutnya agar melakukan penetapan kadar

sitronellal menggunakan metode lain seperti Kromatografi Gas dan pada
penentuan bobot jenis minyak sereh dibuat triplo agar hasil lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara