Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang

baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu
kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan,
informasi-informasi,

dan

kemampuan-kemampuan

baru,

agar


dapat

membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.
Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam
rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti
yang dicita-citakan (Nasution, 1989).
Dalam bidang kesehatan, penyuluhan juga berperan merubah
perilaku hidup. Menurut UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan
diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat
pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan
untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup
sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Salah satu bentuk dari
penyuluhan kesehatan adalah penyuluhan gizi.

Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul &

Azwar, 1983).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui
sosialisasi

dan

penyampaian

pesan-pesan

gizi

yang

praktis

akan

membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola

konsumsi

masyarakat.

Seseorang

yang

berpengetahuan

gizi

baik

cenderung memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya
(Depkes RI, 2002).
Teknik penyuluhan gizi adalah cara mempertemukan sasaran
dengan materi. Penentuan teknik tergantung pada tujuan, metode, materi,
karakteristik sasaran, media dan situasi. Beragam teknik penyuluhan gizi
meliputi


ceramah,

seminar,

diskusi,

lokakarya,

simulasi,

pameran,

demonstrans, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial (Depkes RI,
2009).
Pesan gizi yang disampaikan dalam penyuluhan gizi harus tepat.
Seseorang tidak perlu mencakup semua informasi yang diketahui tentang
sesuatu hal, tetapi apa yang disajikan harus didasarkan pada pengetahuan
terbaik yang dimiliki (Depkes RI, 2002). Dalam penelitian ini pesan gizi


yang disampaikan adalah tentang keamanan pangan jajanan yang terdiri
dari 5 (lima) kunci keamanan pangan anak sekolah.
Berbagai penelitian penyuluhan gizi telah dilakukan, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010), tentang pengaruh
penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu menyimpulkan bahwa penyuluhan
gizi mempengaruhi perilaku ibu. Begitu juga penelitian yang dilakukan
oleh Ditamarte (2011) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap
pengetahuan ibu tentang gizi balita di Desa Argotirto Kabupaten Malang
menyimpulkan bahwa pemberian penyuluhan gizi pada ibu balita mampu
meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita.
2.1.1 Metode Penyuluhan
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005),
pilihanseorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik
penyuluhan

sangattergantung

dicapai.Metode

penyuluhan


kepada

tujuan

merupakan

salah

khusus

yang

ingin

satu

faktor

yang


mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode
yang dikemukakan antara lain :
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan.
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh.

Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi
sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan
penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu,
selain

itu

ada

juga


membutuhkan

banyak

tenaga

penyuluh

dan

membutuhkan waktu yang lama.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam

metode

ini,

penyuluh


berhubungan

dengan

sasaran

penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran
dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih
produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak
manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi
tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik
dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman
maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.
Kelemahan

metode

ini


adalah

adanya

kesulitan

dalam

mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran.
Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah
dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat
yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah.
3. Metode berdasarkan pendekatan massal.

Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran
dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi,
metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan
kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan,
tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk

dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye,
pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh
metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter
kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah
dengan

leaflet

maupun

ceramah

dengan

film

berpengaruh

secara

signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan
kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi
tentang keamanan pangan, dengan tujuan terjadinya proses perubahan
perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan
dengan memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling
tukar informasi dan pengalaman antar sesama peserta penyuluhan
diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan
pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.

2.1.2 Media Penyuluhan
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses pembelajaran cendrung diartikan sebagai
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda
yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia
yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan
dipahami.
Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat
berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan
perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2)
Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah
untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas,
terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak.
Beberapa alat peraga penyuluhan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah
ini :

Benda

Benda

Sampel, model, specimen (benda
yang diawetkan), pamphlet, leaflet,
folder, brosur/booklet

Placard, poster, flipchart, photo,
flannelgraph, transparency,
sheet

Alat Peraga
Penyuluhan
Gambar
Diproyeksi
kan

Slide-film, movie- film,
filmstrip, video-film, film
televisi/TV

Lambang
Grafik

Grafik (garis batang), diagram,
skema dan peta

Gambar 2.1 Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ( Lucie,2005)

Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat untuk
menyalurkan pesan, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa. (Angkowo dkk, 2007). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Chairunisyah (2011), tentang pengaruh penggunaan media
gambar (visual) terhadap peningkatan hasil belajar siswa menyimpulkan
bahwa media visual gambar dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriani (2008), menyimpulkan
bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dan intelegensi dalam
mempengaruhi

kemampuan

membaca.

Penelitian

Rahmi

(2007),

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penggunaan
media pembelajaran dengan hasil belajar.
Penelitian Junita (2009), disimpulkan bahwa penggunaan media
pembelajaran dan kecerdasan visual spasial mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar keterampilan dan pengelolaan informasi. Disamping berperan
dalam meningkatkan semangat belajar dan membangkitkan minat belajar,
media pembelajaran juga memberi pengalaman belajar.
Media akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran
dapat

menerima

pesan

orang

tersebut

dengan

jelas

dan

tepat

(Notoatmodjo,2007).
Media penyuluhan dalam kesehatan adalah semua sarana atau upaya
untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar
ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap
kesehatan. Setiap jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan
(Notoadmodjo, 2007). Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari jenisjenis media dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media
No.
1

2

3

Jenis Media
Media
Cetak,
seperti:
- poster,
- leaflet,
-

brosur

-

lembar balik

Media
elektronik
seperti:
- Televisi
- Radio
- Film
- Video film
- CD dan VCD

Media
luar
ruangan,
seperti
- Banner
- Layar lebar
- Spanduk

Kelebihan

Kekurangan

- Tahan lama,
Tidak
dapat
- Mencakup banyak orang, biaya menstimulir
efek
rendah,
gerakan dan suara,
- Mudah dibawa, tidak perlu listrik, mudah rusak dan
dan
terlipat
- Mempermudah pemahaman

-

Mudah dipahami,
Lebih menarik,
Sudah dikenal masyarakat,
Mengikut sertakan seluruh indra,
Penyajiannya dapat dikendalikan
dan diulang-ulang,
- Jangkauannya relative besar.

- Biaya lebih tinggi,
- Perlu listrik dan alat,
perlu persiapan dan
penyimpanannya,
- Perlu Ketrampilan
Untuk
Mengoperasikannya

- Mudah dipahami,
- Lebih menarik, dan
- Jangkauannya relative besar

- Biaya lebih tinggi,
- Perlu listrik dan alat,
perlu persiapan dan
penyimpanannya,

Sumber :Notoadmodjo, 2007
Media

merupakan

salah

satu

sarana

penting

dalam

proses

pendidikan gizi. Peran media sangat strategis untuk memperjelas pesan
dan meningkatkan efektivitas proses pendidikan gizi.
2.1.3 Media Poster dan Film
Menurut Angkowo dkk (2007) yang membagi media berdasarkan
jenisnya, media poster dan leaflet merupakan media gambar. Menurut

Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media,
poster merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan
dapat dipergunakan di berbagai tempat. Taufik (2007) menjelaskan bahwa
media poster merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam
kegiatan promosi kesehatan masyarakat.
Poster adalah suatu pesan singkat dalam bentuk gambar dan /atau
tulisan dengan tujuan memenaruhi seseorang untuk menginginkan sesuatu
yang ditawarkan dan untuk memengaruhi agar orang itu bertindak. Poster
adalah media yang paling umum digunakan di lingkungan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang
lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi,
tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa
keindahan, dan mempermudah pemahaman. Selain itu poster juga mampu
menyampaikan kesan-kesan tertentu serta mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku orang yang melihatnya.
Film merupakan media audio visual. Film dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda dengan kamera dan oleh animasi. Pengaruh
media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu
propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan,
misalnya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi
tahap bertahan, menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi
perspektif psikologis (Supariasa, 2012).

Film keamanan pangan makanan jajanan merupakan media audio
visual yang dihasilkan dari rekaman orang dan benda yang berhubungan
dengan keamanan pangan jajanan. Dengan media audio visual ini
diharapkan terjadi perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan
yang selanjutnya

akan mempengaruhi

sikap dan tindakan tentang

keamanan pangan jajanan.
Penelitian Mukhtar (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh media audio
visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk,
begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2012) bahwa
penyuluhan dengan media film animasi efektif meningkatkan pengetahuan siswa
tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menggunakan media poster
dan film keamanan pangan jajanan sebagai alat peraga dalam penyuluhan
gizi pada murid Sekolah Dasar. Media penyuluhan gizi ini dibuat oleh
peneliti.
2.1.4 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan,
keterampilan
dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
perubahan perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan
kesejahteraan

keluarga

yang

ingin

dicapai

melalui

pembangunan

kesehatan. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku

adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan
perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya
penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan
pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan
atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntugkan.
Menurut Sarwono (2007), perubahan perilaku melalui pemberian
informasi/pendidikan

kesehatan

akan

memakan

waktu

yang

lama.

Meskipun lama, hasil/perubahan yang dicapai ternyata lebih lama
menetap/lestari dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena
individu merasakan sendiri adanya kebutuhan berperilaku sehat. Menurut
Mubarak dkk (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab
perilaku itu terjadi akibat adanya paksaan aturan yang mengharuskan
untuk berbuat.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini
menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai
bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan
perilaku, selain membutuhkan waktu
yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah
dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010) untuk
merubah

perilaku,

seseorang

harus

mengikuti

tahap-tahap

proses

perubahan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek
(practice).
Berbagai penelitian penyuluhan tentang penyuluhan sebagai proses
perubahan perilaku, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2012)
tentang pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pedagang gorengan tentang bahaya
penggunaan kertas koran. Terjadi perubahan perilaku sebelum dan sesudah
penyuluhan. Sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan
sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan
sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi
36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%,
sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung
(2010) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam
penyediaan menu seimbang untuk balita. Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizitentang penyediaan menu
seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi
pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan
gizi

adalah

cukup

(71,43%),

sesudah

penyuluhan

gizi

sikap

ibu

menjadibaik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik
sebanyak 14,29%, sesudah penyuluhan gizi menjadi42,86%. Hal ini
membuktikan bahwa penyuluhan efektif diberikan untuk merubah perilaku
sasaran.

Dalam penyuluhan gizi perubahan perilaku merupakan tujuan dari
penyuluhan

gizi.

Penelitian

yang

dilakukan

oleh

pusat

penelitian

kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) (2003) terhadap perilaku
makan sehat pekerja di perusahaan elektronik. Hasilnya adalah terjadi
perubahan perilaku yang disebabkan intervensi penyuluhan gizi yaitu
proporsi perilaku makan sehat pekerja meningkat dari 32,2% menjadi
47,1% (Depkes, 2009).
Perubahan

perilaku

juga

dipengaruhi

banyak

faktor

dalam

penyuluhan gizi. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam
penyuluhan gizi adalah metode, materi, media, dan petugas yang
melakukannya. Agar tercapai suatu hasil yang optimal, faktor-faktor
tersebut harus bekerjasama secara optimal dan harmonis (Depkes RI,
2002).
Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media
dan berbagai metode dalam mengubah perilaku. Penelitian yang dilakukan
Djaiman dkk (2004) tentang pengembangan media praktis tentang
pertumbuhan balita dengan sasaran ibu balita pengunjung pelayanan
kesehatan menyimpulkan bahwa pemberian media saja pada ibu balita
tidaklah cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan minat ibu untuk
memantau pertumbuhan balitanya di posyandu akan tetapi pemberian
media yang dikombinasikan dengan penyuluhan dapat meningkatkan

pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di
posyandu.
Penelitian oleh Priyanti (2011) tentang keefektifan penyuluhan
kesehatan

menggunakan

media

film

animasi

dalam

meningkatkan

pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Hasil penelitian membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media
film animasi , efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Menurut Depkes (2009), penyuluhan gizi dengan media dapat
meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
mampu mengatasi masalah-masalah g izi yang dihadapi menjadi mampu
mengatasinya.
Peranan penyuluhan gizi menggunakan media dalam perubahan
perilaku juga dibuktikan dalam penelitian Tampubolon (2009) tentang

pengaruh penyuluhan gizi dengan media visual poster dan leaflet makanan
sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus
SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada penyuluhan gizi dengan media poster mampu
meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) konsumsi
makanan jajanan pada siswa sekolah menengah.
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka (2007) tentang
pengaruh penyuluhan gizi dengan media leaflet terhadap perubahan

perilaku keluarga sadar gizi ibu balita di Kecamatan Banjarangkan I,
Propinsi Bali menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan perilaku Kadarzi
pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi dengan media
leaflet dari pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi
tanpa media leaflet.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2012)
tentang penyuluhan gizi dengan media komik untuk meningkatkan
pengetahuan
menunjukkan

tentang
ada

keamanan

peningkatan

makanan

jajanan.

pengetahuan

siswa.

Hasil

penelitian

Ada

Perbedaan

peningkatan pengetahuan antar kelompok yang diberikan penyuluhan gizi
dengan media komik dengan tanpa media komik, di mana kelompok
dengan media komik memiliki peningkatan pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok tanpa media komik.
Hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penyuluhan gizi
dengan media dapat merubah perilaku sasaran kearah yang lebih baik.
Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan
dan peningkatan pengetahuan sasaran sebagai tahap awal terjadinya
perubahan perilaku.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penyuluhan
gizi dengan media poster dan film tentang keamanan pangan jajanan
dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku keamanan pangan
murid melalui peran aktif murid dan pengalaman antar sesama murid,

diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan
pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.

2.2

Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta
lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi
perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).
2.2.1 Pengetahuan Keamanan Pangan
Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses
mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik
melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang,

sebab

dari

hasil

penelitian

ternyata

perilaku

yang

didasari

oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan
yaitu : 1) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap tahu, yaitu
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) memahami,
yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar;
3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahanmasalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan
untuk

menjabarkan

materi

atau

suatu

subyek

kendala

komponen-

komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan suatu
materi (Green & Lewis, 1986).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari

responden (Azwar, 2005). Sedangkan menurut Green & Lewis, dkk,
(1986),

pengetahuan

merupakan

hasil

stimulasi

informasi

yang

diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk
termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian,
membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup.
Pengetahuan keamanan pangan murid yaitu murid mengetahui
tentang jenis – jenis pangan, ciri- ciri pangan yang aman, cara menjaga
kebersihan diri dan kantin sekolah serta mengetahui cara membaca label
pada pangan kemasan.
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara berstruktur
dengan kuesioner. Kedalaman pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik
responden. Penilaian praktis dapat dilakukan jauh lebih mudah apabila
penilaian

itu

dirancang

dari

semula

sebagai

bagian

dari

strategi

pengembangan program dan bukan ditentukan kemudian hari (Madanijah,
2004).
2.2.2 Sikap

Keamanan Pangan

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respons

tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor
pendapat dan emosi seseorang tentang senang, tidak senang, setuju tidak
setuju, baik, tidak baik dan sebagainya. Sedangkan menurut Winardi
(2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon
tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.

Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok yaitu (1) kepercayaan (keyakinan), ide,
konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak (tend to
behave).
Respon tertutup murid tentang keamanan pangan dapat dicontohkan
dengan reaksi “setuju” atau “tidak setuju” dalam membeli pangan jajanan
yang murah dan berwarna cerah.
2.2.3 Tindakan Keamanan Pangan
Suatu

sikap

belum

terwujud

dalam

bentuk

tindakan.

Untuk

mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan
pengertian

terlebih

dahulu,

membentuk

dan

mengubah

sikap

atau

menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung
dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2010).
Adapun tingkatan dari tindakan adalah (1) Persepsi, (2) Respon
Terpimpin (Guide Response), (3) Mekanisme (Mechanisme) dan adaptasi
(adaptation)
Tingkatan pertama adalah Persepsi yang diartikan sebagai mengenal
dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil. Persepsi murid tentang keamanan pangan adalah murid dapat
memilih jenis- jenis pangan yang aman untuk dikonsumsi.

Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
Dalam keamanan pangan, respon terpimpin dapat dicontohkan seperti
murid mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan dan murid
melakukan langkah- langkah mencuci tangan dengan benar.
Mekanisme yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
dilakukan oleh seseorang dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu
sudah menjadi kebiasaan. Dalam tindakan keamanan pangan, mekanisme
dapat dicontohkan seperti membeli makanan jajanan yang aman, membeli
jajanan ditempat yang bersih, selalu memabaca label kemasan pangan
seperti tanggal kadaluarsanya dan selalu mencuci tangan sebelum makan.
Tingkatan yang terakhir dari proses tindakan adalah adaptasi
(Adaptation)

yang

dapat

diartikan

sebagai

tindakan

yang

sudah

berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2010).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan apa yang diketahui atau
disikapinya. Inilah yang disebut
tindakan kesehatan.

2.3.Keamanan Pangan
Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk
dikonsumsi. Keamanan pangan secara garis besar digolongkan menjadi 2
yaitu aman secara rohani dan aman secara jasmani. Aman secara rohani
berhubungan dengan kehalalan, dan aman secara jasmani meliputi pangan
itu bebas dari bahaya biologi atau mikroorganisme yang membahayakan,
bebas cemaran fisik dan bebas cemaran kimia. Pangan tradisional pada
umumnya memiliki kelemahan dalam hal keamanannya terhadap bahaya
biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau cemaran
tersebut seringkali terdapat dan ditemukan karena rendahnya mutu bahan
baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannnya praktek sanitasi dan
higiene yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun
produsen yang menangani pangan tradisional.
Berdasarkan Undang – Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996,
keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
Upaya

untuk

mewujudkan

keadaan

tersebut

tertuang

dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan. Setelah melalui proses panjang yang melibatkan berbagai

pihak

peraturan

ini

menggariskan

hal-hal

yang

diperlukan

untuk

mewujudkan pangan yang aman, bermutu, dan bergizi.
Suatu pangan dikatakan aman apabila bebas dari bahaya yang
ditimbulkan akibat dari keberadaan cemaran tersebut. Kata bebas dalam
hal ini tidak selalu berarti sama dengan nol atau tidak ada sama sekali.
Karena berbagai alasan beberapa bahan tersebut tidak dapat dihilangkan
dengan seksama, namun melalui berbagai penelitian dan pengkajian
nasional dan internasional ditetapkan standar atau batas maksimal
keberadaan dari masing-masing bahan tersebut.
2.3.1 Pangan Jajanan Anak Sekolah
Sumber pangan bagi anak selama di sekolah sebagian besar berasal
dari kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah. Oleh karena itu peranan
kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah sangat penting untuk
menyediakan pangan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan
yang dijual di kantin sekolah atau oleh pedagang di luar sekolah sangat
beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan
kebiasaan jajan anak sekolah yaitu makanan sepinggan, makanan camilan/
snack, minuman dan buah
a. Makanan sepinggan
Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat
disiapkan dirumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin sekolah. Makanan
sepinggan dikenal dengan istilah “jajanan berat”. Jajanan ini bersifat mengenyangkan

dan dapat menggantikan makanan utama seperti makan siang. Contoh makanan
sepinggan adalah mi ayam, bakso kuah, bubur ayam, nasi goreng, lontong sayur, gado
– gado, ketropak, siomay, mi goreng, dan soto ayam
b. Makanan camilan/ snack
Camilan / snack merupakan makanan yang dikonsumsi di luar makanan
utama dan dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari
camilan basah (seperti pisang goreng, risoles, lemper, kue lapis, donat , jelly dan
gorengan lainnya) dan camilan kering (seperti keripik, biscuit, kue kering, permen
dan lain- lain).
c. Minuman
Minuman meliputi minuman ringan dalam kemasan (seperti minuman
berkarbonasi cola dan minuman berkarbonasi jeruk) dan minuman ringan yang tidak
dikemas (seperti es sirup, es the lemon dan lain- lain) serta minuman campur (seperti
es pisang ijo, es doger dan lain- lain).
d. Buah, yaitu yang siap konsumsi. Bila buah berkulit yang harus dikupas dan
atau dipotong antara lain pepaya, nenas, semangka dan melon.
2.3.2

Lima Kunci Keamanan Pangan Anak Sekolah
Berikut adalah lima kunci keamanan pangan dari Badan Pengawas

Makanan dan Obat (BPOM) yang dapat menjadi pedoman untuk
mengajarkan pada siswa, bagaimana cara memilih jajanan yang aman.
Kunci pertama yaitu kenali jajanan yang aman. Pangan yang aman
adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia, dan benda lain.

Pangan dapat tercemar oleh ketiga jenis bahaya tersebut, yang bila
terkonsumsi dapat menyebabkan sakit. Agar pangan yang kita makan
dapat bermanfaat bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit, maka kita
harus memilih pangan yang aman.
Pangan yang aman harus bebas dari beberapa hal yaitu:
a. Aman dari bahaya biologis, seperti pangan terlihat bersih, kemasan pangan tidak
rusak, pangan tidak basi ( tekstur tidak menyimpang dari keadaan normal, bau
tidak menyimpang seperti bau asam atau busuk )
b. Aman dari bahaya kimia, seperti pangan tidak terlalu kenyal atau gosong, pangan
tidak berasa pahit atau getir, pangan tidak berwarna yang terlalu mencolok,
pangan tidak dibungkus engan kertas koran atau kertas bekas, dan pangan tidak
menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebih
c. Aman dari bahaya benda lain seperti rambut, serpihan kayu, kerikil dan staples
Kunci kedua yaitu beli jajanan yang aman. Saat membeli pangan,
kita harus memilih tempat dengan tepat yaitu harus aman dari bahaya
biologis, kimia, maupun benda lain. Untuk menghindari bahaya tersebut
ada dalam pangan yang dibeli maka kita harus mengetahui cara- cara
membeli pangan yang aman, seperti:
a. Beli pangan ditempat yang bersih (terlindung dari sinar matahari, debu, hujan
dan angin )
b. Beli pangan dari penjual yang sehat dan bersih (penjual tidak sakit, baju penjual
bersih, kuku dan tangan penjual bersih, penjual selalu mencuci tangannyadengan

baik, dan penjual tidak melakukan tindakan merokok, meludah, makan dan
memegang rambut dengan tangan)
c. Pilih makanan yang telah dimasak
d. Beli pangan yang dipajang, disimpan, dan disajikan dengan baik
e. Konsumsi pangan secara benar (jangan beli minuman yang dibuat dengan
menggunakan air mentah, jangan membeli minuman yang dicampur es kotor )
Kunci ketiga yaitubaca label dengan seksama. Label pangan adalah
setiap keterangan mengenai pangan dengan bentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan
pangan.
Penting untuk memperhatikan/membaca/memahami informasi pada
label yang tercantum di kemasan. Informasi yang perlu dilihat pada label antara lain:
nama pangan olahan, berat/isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau yang
memasukan ke Indonesia, daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan,
keterangan kedaluwarsa, dan kode produksi.
Selain itu, informasi lain yang juga perlu diperhatikan antara lain :
a. Keterangan kandungan zat gizi
b. Pangan halal ( tulisan “halal” hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang
mempunyai sertifikat “halal” )
c. Keterangan tentang produk penyimpanan

d. Peringatan ( label pangan tertentu harus dicantumkan tulisan atau peringatan,
misalnya

pada

pangan

olahan

yang

mengandung

bahan

berasal

babi

mencantumkan “mengandung babi” dan pada produk susu kental manis
mencantumkan “perhatikan! Tidak cocok untuk bayi)
Kunci keempat adalahjaga kebersihan. Meskipun tidak semua
mikroba dapat menyebabkan sakit, mikroba berbahaya/kuman banyak
ditemukan pada tanah, air, hewan, dan manusia. Kuman dapat terbawa
oleh udara atau melalui tangan, lap, dan peralatan makan. Oleh karenanya,
mencuci tangan dengan baik sebelum makan perlu dilakukan. Kuman dan
bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari kita mungkin berasal dari
udaram peralatan atau sumber-sumber lainnya. Mencuci peralatan dapat
menghilangkan sebagian kotoran yang membawa kuman, namun untuk
membunuhnya perlu digunakan bahan pensanitasi. Mencuci tangan yang
paling baik menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Berikut ini adalah beberapa langkah mencuci tangan yang baik : (1) basahi
tangan, (2) tuangkan sabun ke telapak tangan, (3) gosok telapak tangan dari mulai
telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, ujung kuku, sampai pergelangan
tangan dengan sikat yang lembut, (4) bilas tangan dengan air bersih dan (5)
Keringkan tangan dengan lap bersih yang kering.
Selain menjaga kebersihan tangan, menjaga lingkungan kantin agar
tetap bersih juga penting. Kantin harus terbebas dari hama antara lain
tikus, curut, burung, kecoa, lalat dan serangga lainnya. Binatang

peliharaan juga tidak boleh ada disekitar kantin. Agar kantin tetap bersih
sebaiknya melakukan beberapa hal seperti, buanglah sampah pada
tempatnya, setelah membuang sampah tutup kembali tempat sampah, usir
bila ada hewan peliharaan disekitar kantin, setelah menggunakan peralatan
makan, letakkan di tempat yang disediakan dan aktif berpartisipasi
menjaga kebersihan sekolah.
Kunci kelima adalahcatat apa yang ditemui. Setelah mengenali
dengan baik pangan jajanan di sekolah, siswa sekolah bisa melaporkan
jika ada panganan yang dinilai aman dan tidak aman ke

guru sekolah,

kemudian guru sekolah akan melaporkannya ke sistem e-notifikasi dari
BPOM. Sistem ini bertujuan untuk menginformasikan secara cepat
barbagai hal terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah baik yang
sifanya positif maupun negatif ( BPOM, 2012).
2.4 Landasan Teori
Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul &
Azwar, 1983).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu
komunikasi dapat dilihat melalui proses : StimulusOrganisme

Respons,

sehingga teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organismerespons).
STIMULU

RESPON
TERTUTUP
Pengetahuan
Sikap

ORGANISME

RESPON
TERBUKA
Praktik
Tindakan
Gambar 2.2 Teori S-O-R
Menurut teori perubahan perilaku S-O-R ini , efek merupakan
reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsangan) tertentu, sehingga orang
dapat melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan
yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya
mengubah sikap.
Proses
penyuluhan

perubahan
gizi

perilaku

tentang

berdasarkan

keamanan

teori

pangan,

S-O-R
diawali

dalam
dengan

pemberianstimulus (rangsangan) berupa pesan - pesan keamanan pangan
yang diberikan oleh penyuluh dengan media poster dan film. Isi pesan
dibuat semenarik mungkin sehingga stimulus (rangsangan) yang diberikan

pada murid dapat diterima. Setelah mendapat stimulus, murid sekolah
mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya tadi. Dalam hal ini, murid sekolah
memahami, tahu dan bersikap sesuai pesan- pesan keamanan pangan.
Stimulus yang telah diterima oleh murid sekolah (organisme) tadi
akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu atau yang bisa
kita katakan telah terjadi perubahan perilaku dari si organisme yakni dari
yang berperilaku keamanan pangan tidak baik diharapkan berubah ke
perilaku keamanan pangan yang baik.
2.5

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini

adalah :
Penyuluhan Gizi dengan Media
Poster Tentang Keamanan
P
J j
PengetahuanKeaman
an Pangan Murid

Sikap Keamanan
Pangan Murid

Tindakan
Keamanan Pangan

Penyuluhan Gizi dengan Media
Film Tentang Keamanan Pangan
J j
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa penyuluhan gizi
dengan media poster dan film adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan-pesan gizi tentang keamanan pangan jajanan kepada
murid sekolah dasar, dengan adanya pesan gizi tersebut, murid sekolah dasar
dapat memperoleh pengetahuan tentang keamanan pangan yang lebih baik.
Pengetahuan keamanan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan tindakan keamanan pangan. Untuk mengetahui ada

tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) maka
sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh
mana perubahan setelah penyuluhan gizi dengan media poster dan film
dilakukan post-test.

Dokumen yang terkait

Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Tentang Gizi Dan Keamanan Pangan Di Lingkungan Sekolah Dasar Kota Dan Kabupaten Bogor

4 18 151

Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa sekolah dasar di Depok dan Sukabumi

0 8 129

Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar

0 4 4

Pengaruh program keamanan pangan di sekolah terhadap pengetahuan penjaja pangan jajanan dan siswa Sekolah Dasar

0 3 26

Efektivitas Penyuluhan Gizi dengan Media Komik untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah Siswa Sekolah Dasar

0 3 11

Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

2 1 17

Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

0 0 2

Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

0 0 6

Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

7 11 5

Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Poster Dan Film Tentang Keamanan Pangan Jajanan Terhadap Perilaku Keamanan Pangan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

0 1 24