Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawat gigi atau behel (bahasa Inggris: dental braces) adalah salah satu
alat yang digunakan untuk meratakan dan merapikan gigi. 3 Menurut jenisnya,
bracket (bagian yang menempel) pada kawat gigi untuk tujuan estetis atau
kosmetik ada yang bisa dilihat dan tidak bisa dilihat. Siapa yang sangka bahwa
kawat gigi atau behel telah ada dan terus berkembang sejak Sebelum Masehi
(SM). Dahulu penggunaan behel berfungsi untuk menjaga gigi yang goyang,
tetapi dengan terus berkembangnya zaman dan pengetahuan, kawat gigi biasanya
digunakan untuk underbites, maloklusi, overbites, gigitan silang, gigitan terbuka,
gigitan yang mendalam, gigi bengkok, dan kelemahan lain seperti gigi dan
rahang. 4

Semakin berkembangnya zaman, Penggunaan kawat gigi di Indonesia
semakin meningkat. Bahkan penggunaan kawat gigi ini bukan lagi untuk
kesehatan gigi dan mulut melainkan menjadi trend bagi kalangan anak muda

zaman sekarang. Meningkatnya minat masyarakat akhir - akhir ini untuk memakai
kawat gigi cukup baik yakni selain untuk kesehatan juga untuk memperbaiki
penampilan.

3

http://www.mitrakeluarga.com/gading/mengenal-kawat-gigi-lebih-dekat/ diunduh 18
September 2015 23.30 WIB
4
Agam Ferry Erwana, Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut, ( Yogyakarta : Andi Publisher,
2013 ), hal 35

1
Universitas Sumatera Utara

2

Kawat gigi merupakan teknologi dibidang kedokteran gigi untuk
membantu orang yang memiliki susunan gigi tidak teratur, atau istilah kedokteran
disebut maloklusi. Pada umumnya, maloklusi terjadi akibat faktor bawaan yang

antara lain termasuk gigi berjejal, adanya ruang atau celah antar gigi. Kelebihan
atau kekurangan gigi, serta kelainan pada rahang dan muka. Selain itu maloklusi
juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan buruk atau faktor lain, seperti kebiasaan
menghisap jari tangan sejak kecil, kebiasaan menjulurkan lidah, atau kondisi
pasca kecelakaan yang melibatkan bagian muka, kehilangan gigi terlalu dini, dan
banyak faktor lainnya. 5 Untuk mengatasi maloklusi biasanya melibatkan banyak
faktor dan membutuhkan perawatan khusus dengan menggunakan alat - alat
ortodonti seperti kawat gigi. 6

Penerapan kawat gigi berfungsi untuk memindahkan gigi akibat dari gaya
dan tekanan pada gigi. Ada empat dasar yang diperlukan untuk membantu
memindahkan gigi. Dalam kasus logam tradisional atau kawat gigi, satu
menggunakan bracket, bahan pengikat, kawat lengkung, dan elastis ligatur, juga
disebut “cincin O” untuk membantu meluruskan gigi. Gigi bergerak ketika kawat
lengkung memberikan tekanan pada bracket dan gigi. Kawat gigi memiliki
tekanan konstan, yang dari waktu kewaktu, memindahkan gigi ke posisi yang
tepat. 7

5


Ardyan Gilang Ramadhan, Serba-serbi kesehatan Gigi dan Mulut, ( Jakarta :Bukune,
2010), hal 155
6
Ibid.
7
Siti Yundali Hongini dan Mac Aditiawarman, Kesehatan Gigi dan Mulut, ( Bandung :
Pustaka Reka Cipta, 2012), hal 26

Universitas Sumatera Utara

3

Kawat gigi sebagian besar digunakan dalam mengobati gigi pada anak anak maupun orang dewasa. Mereka terdiri dari bracket kecil yang menempel
kedepan tiap gigi dan geraham disesuaikan dengan pita yang mengelilingi gigi.
Keuntungannya adalah salah satunya bisa makan dan minum sambil mengenakan
brace sedangkan kerugiannya adalah mereka harus diperketat secara berkala oleh
dokter gigi.
Prosedur yang harus dialami didalam pemasangan kawat gigi adalah setiap
orang atau pasien harus berkonsultasi kepada dokter secara visual. Pemeriksaan
tersebut membutuhkan waktu perawatan dari enam bulan sampai enam tahun,

tergantung beratnya kasus, lokasi, usia, dan lain - lain, meskipun penelitian telah
menunjukkan bahwa durasi rata - rata adalah 1 tahun dan 4 bulan. 8
Semakin meningkatnya perkembangan teknologi kedokteran tentu cukup
membuat

semakin

kuatnya

kepedulian

masyarakat

terhadap

kesehatan.

Pemasangan kawat gigi yang seharusnya hanya menjadi kewenangan dokter
spesialis ortodonti tetapi pada kenyataannya mereka yang bukan dokter gigi pun
turut menawarkan praktek di pinggir jalan dengan label : “Ahli Gigi Terima

Pasang Kawat Gigi”. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339 / Menkes / Per /V /
1989 Tentang Pekerjaan Tukang Gigi dimana dikatakan, bahwa tukang gigi
adalah “ mereka yang melakukan pekerjaan di bidang penyembuhan dan
pemulihan kesehatan gigi dan tidak mempunyai pendidikan berdasarkan

8

Ibid hal 35

Universitas Sumatera Utara

4

kedokteran gigi serta telah mempunyai Izin Menteri Kesehatan untuk melakukan
pekerjaannya ”. 9
Tukang gigi tidak pernah mempelajari secara langsung pada gigi yang
terdapat pada tengkorak manusia. Tukang gigi tidak pernah tahu dan belajar
mengenai aspek medis terkait alat - alat yang digunakan. Ketua Persatuan Dokter
Gigi Indonesia ( PDGI ) Zaura Rini Matram mengatakan “kawat gigi yang
dipasang tidak pada prosedur selain dapat menyebabkan gigi bergeser juga dapat

menimbulkan beragam penyakit. Pemasangan kawat gigi seharusnya didasarkan
pada pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
gigi”. 10
Praktek pemasangan kawat gigi oleh tukang gigi ditentang oleh PDGI.
PDGI beralasan, Kawat gigi yang dipasang sembarangan dapat menimbulkan
resiko infeksi bagi jaringan yang hidup didalam gigi, berikut resiko kawat gigi
yang dipasang oleh tukang gigi. Pertama, penggunaan kawat gigi dapat
menyebabkan peregangan di tulang gusi. Tekanan yang terus menerus bisa
membuat gigi terkoyak karena tempat berpijaknya gigi akan bergeser.
Hal ini jarang sekali disadari oleh pengguna kawat gigi. Resiko kedua
adalah tumbuhnya bakteri di mulut. Celah antara gigi dan kawat gigi dan antar
kawat gigi yang satu dengan yang lain dapat menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Dengan adanya banyak celah di dalam mulut, bakteri akan mempunyai banyak
tempat baru untuk hidup. Untuk mencegah masalah dengan bakteri, maka

9

Lihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/MENKES/PER/V/1989 Tentang
Pekerjaan Tukang Gigi Pasal 1 huruf a.
10

http://health.kompas.com/read/2011/04/04/14572541/tukang.gigi.dan.risiko.infeksi
diunduh 20 september 2015 pukul 20.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

5

perawatan yang maksimal pada seluruh bagian dalam mulut harus sangat
diperhatikan. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahaya infeksi atau
penularan penyakit. Memasang gigi di tempat yang kurang bersih atau
sembarangan dapat memberikan resiko tertular penyakit. Pemasangan kawat gigi
di tempat yang tidak resmi atau berijin dan tergolong murah akan menyebabkan
lebih banyak resiko, termasuk penularan penyakit. Tentu saja, ini adalah bahaya
gigi yang sangat utama. 11
Menurut Paul F. Camgigenisch, profesi adalah :
“suatu moral community ( masyarakat moral ) yang memiliki cita - cita
dan nilai - nilai bersama. Anggota - anggota profesi disatukan oleh latar
belakang pendidikan yang sama dan bersama sama mempunyai keahlian
yang tidak dimiliki oleh orang lain, sehingga memperoleh kewenangan
tersendiri, dan oleh karena itu mempunyai tanggung jawab khusus”. 12

Meskipun telah diatur mengenai kewenangan tukang gigi didalam
Peraturan Menteri Kesehatan, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui
mengenai peraturan mengenai kewenangan tukang gigi dan apa sebenarnya resiko
bagi konsumen yang menerima jasa ortodonti yang ditawarkan oleh tukang gigi
daripada pelayanan ortodonti yang ditawarkan oleh dokter spesialis ortodonti
karena tarif yang ditawarkan oleh tukang gigi jauh lebih murah dibandingkan tarif
jasa dokter spesial ortodonti.
Dalam penulisan ini hal - hal tersebut ingin dikaji yaitu mengenai
kewenangan tukang gigi dalam memberikan jasa ortodonti kepada konsumen.
Kajian untuk mengetahui apakah pemberian layanan jasa ortodonti oleh tukang

11

http://artikelkesehatanwanita.com/bahaya-gigi-behel-di-dokter-profesional-maupuntukang-gigi.html diunduh 26 September 2015 pukul 23.00 WIB
12
Danny Wiradharma, Etika Profesi Medis, Cet 2. ( Jakarta : Universitas Trisakti, 2005),
hal. 94

Universitas Sumatera Utara


6

gigi ditinjau dari Undang - Undang mengenai Kesehatan dan Peraturan Menteri
Kesehatan yang mengatur kewenangan pekerjaan tukang gigi merupakan
pelanggaran terhadap hak setiap konsumen dan bagaimana peraturan tersebut
dapat melindungi konsumen tehadap fenomena kawat gigi saat ini. Oleh karena
itu, maka penelian dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Jasa
Tukang Gigi berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen” dianggap perlu untuk diteliti.
B. Permasalahan
Berdasarkan pengamatan dan penelahaan dari berbagai informasi,
literature serta peristiwa - peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam hal
penelitian ini :
1. Bagaimana hubungan transaksi antara konsumen dengan Ahli Tukang
Gigi ?
2. Bagaimana tanggung jawab Ahli Tukang Gigi terhadap konsumen
(penerima layanan jasa ortodonti) berdasarkan Undang - Undang
Perlindungan Konsumen, dan Undang - undang Kesehatan ?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa yang timbul antara konsumen dan
Ahli Tukang Gigi apabila terjadi persoalan hukum dikemudian hari ?


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan mengangkat judul skripsi tentang “ Perlindungan Konsumen
Terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen”.Ingin melakukan penelitian yang bertujuan :

Universitas Sumatera Utara

7

1. Untuk mengetahui secara konkret bagaimana hubungan konsumen dan
Praktik Ahli Gigi (khususnya di Kota Medan), sudah memenuhi unsur unsur hukum dan kepastian hukum.
2. Untuk mengetahui aspek hukum apa sajakah yang ditimbulkan akibat
tidak dilindunginya hak konsumen.
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa konsumen apabila
terjadi pelanggaran dalam praktik Pemasangan Gigi Kawat oleh Tukang
Gigi
Adapun manfaat dari penelitian penulisan skripsi ini adalah :
1. Secara Teoritis
a. Untuk lebih mengetahui secara mendalam mengenai prosedur- prosedur

Pemasangan Gigi Kawat oleh Ahli Gigi dan sesuai dengan prosedur
hukum yang berlaku serta lebih khususnya bagi perlindungan konsumen
terhadap adanya praktik tersebut
b. Untuk mengetahui prosedur maupun langkah-langkah baik litigasi maupun
non litigasi apabila terjadi sengketa dalam praktik pemasangan gigi kawat
oleh Ahli Gigi
2. Secara Praktis :
a. Dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan mengenai praktik
pemasangan gigi kawat
b. Agar masyarakat khususnya konsumen dapat mengetahui apasaja yang
menjadi hak-haknya apabila terjadi pelanggaran serta apabila perlindungan
hukum terhadap konsumen itu dilanggar.

Universitas Sumatera Utara

8

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan penelitian di perpustakaan, bahwa tidak ada
menemukan skripsi yang berjudul “ Perlindungan Konsumen Terhadap Konsumen
Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen” Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan - bahan
yang berkaitan dengan judul skripsi ini baik melalui literatur yang diperoleh dari
perpustakaan atau literatur yang diperoleh dari dosen - dosen Fakultas Hukum
USU maupun dari media cetak, media elektronik serta disamping itu juga
dilakukan penelitian.
Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada
perpustakaan Fakultas Hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi
tersebut belum ada ataupun belum terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum
USU. Skripsi yang berkaitan dengan kesehatan gigi adalah :
1. M. Roihan / 070200404 “Perjanjian Perlindungan Kesehatan Terhadap
Staf, Karyawan, Dan Pensiunan” ( Studi Pada Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Medan )
2. Rizki Widatul Husna / 080200222 “Perlindungan Hukum Pasien Pengguna
Jamkesmas Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di R.S.U.P H.Adam
Malik”
3. Kartika P.L.M / 110200071“Perlindungan Hukum terhadap Hak - Hak
Pasien Berdasarkan Hukum Positif Indonesia” (Studi Pada Unit Pelayanan
Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan)

Universitas Sumatera Utara

9

Dengan demikian, penulisan skripsi ini dapat dikatakan yang pertama kali
dilakukan, sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik dan moral.
E. Metode Penelitian
Metode penulisan pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan
hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek. 13 Dalam penulisan skripsi
metode penelitian sangat diperlukan agar penelitian skripsi menjadi lebih terarah
dengan data yang dikumpulkan melalui pencarian - pencarian data yang terhubung
dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitan hukum
mengenai norma - norma serta ketentuan - ketentuan hukum yang telah ada atau
telah berlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis 14 dan metode yuridis
empiris, yaitu penelitian hukum mengenai cara atau prosedur yang digunakan
untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih
dahulu untuk kemudian meneliti data primer yang ada di lapangan. 15

13

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2003), hal 28
14
Ibid, Hal 71
15
Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif, ( Jakarta : Rajawali Press, 1995 ) hal
52

Universitas Sumatera Utara

10

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu dimaksudkan untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan ataupun gejala gejala sosial yang ditimbulkan pemasangan kawat gigi yang dilakukan tukang
gigi. 16
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber atau langsung dari
sumber pertama dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari
dokumen - dokumen yang resmi, buku - buku, hasil - hasil penelitian, 17 yang
terdiri atas :
a. Bahan hukum primer ialah bahan - bahan hukum contohnya undang undang perlindungan konsumen no. 8 tahun 1999, undang - undang
kesehatan 36 tahun 2009, peraturan menteri kesehatan tentang
pekerjaan tukang gigi, peraturan pemerintah, kitab undang - undang
hukum perdata, dan lain - lain.
b. Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti hasil - hasil penelitian, pendapat
pakar hukum, dan lain - lain.
c. Bahan hukum tersier ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah yang menjadi
16

Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Radja Grafindo Persada, 2009)

hal 174
17

Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, ( Medan : Pustaka
Bangsa Press, 2009 ), hal 30

Universitas Sumatera Utara

11

tambahan bagi penulisan skripsi iniyang berkaitan dengan penelitian
ini. 18
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah adalah :
a. Studi kepustakaan (Library research) : yakni dengan membaca,
mempelajari dan menganalisa buku-buku yang berhubungan dengan
skripsi ini.
b. Studi Lapangan ( Field research) : yakni dengan mengadakan wawancara
kepada Konsumen Pengguna Jasa Ortodonti dan Ahli Gigi.
4. Lokasi Penelitian dan Sampel
Adapun lokasi penelian akan dilakukan di 10 ahli pasang gigi atau tukang
gigi yang ada di Medan
Teknik pengambilan sampel merupakan proses memilih suatu bagian yang
representif dari sebuah populasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam
penelitian ini adalah non random sampling, yaitu karena tidak semua individu
dalam populasi dapat dijadikan sampel 19. Sampel yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah tukang gigi di Medan.

18

Abdurahman, Sosiologi dan Metodelogi Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press :
2009), hal 25
19
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, ( Jakarta: Sinar Grafika, 1991 )
hal 43

Universitas Sumatera Utara

12

Syarat - syarat yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah
sebagai berikut : 20
a. Harus didasarkan pada ciri - ciri, sifat - sifat, atau karakteristik tertentu
yang merupakan ciri - ciri utama dari populasi
b. Subjek yang diambil sebagai sampel harus benar - benar merupakan
subjek yang paling banyak mengandung ciri - ciri yang terdapat pada
populasi
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi
pendahuluan
Adapun yang menjadi responden adalah :
a. Dokter gigi Spesialis Ortodonti
b. Tukang gigi
c. Konsumen
Adapun yang menjadi informan adalah salah satu pengurus Persatuan
Dokter Gigi Indonesia ( PDGI) yang ada di Medan.
5. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul secara lengkap dan disusun
secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis data secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk

20

Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penulisan Hukum Dan Jurimetri, ( Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1982), hal 34

Universitas Sumatera Utara

13

menentukan isi atau makna suatu aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam
menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian. 21
Penarikan kesimpulan dari proses berfikir dianggap valid bila proses
berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu, misalnya cara penarikan
kesimpulan secara deduktif. Deduktif ialah cara pengambilan kesimpulan dari
umum ke khusus. Didalam deduktif, kesimpulan harus mengikuti alasan (premis)
yang diberikan, alasan yang dikatakan berarti kesimpulan dan merupakan suatu
bukti (proof). 22 Jadi penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung oleh peneliti terhadap objek penelitian Perlindungan
Hukum Terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi berdasarkan UU No. 8 Tahun
1999.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 ( lima ) bab, dimana masing- masing bab
dibagi lagi atas beberapa sub bab. Uraian singkat atas bab- bab dan sub - sub bab
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan bab yang menguraikan tentang hal - hal yang
umum yang mendasari penulisan skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang,
permasalahan, manfaat dan tujuan penulisan ,kerangka teori , metode penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab Kedua merupakan bab yang berisi tentang gambaran umum tentang
perlindungan tentang konsumen dan perlindungan konsumen, yang dimulai

21
22

Bambang Sunggono, Op Cit, hal 30
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal

65

Universitas Sumatera Utara

14

dengan latar belakang hukum perlindungan konsumen, pengertian konsumen dan
hukum perlindungan konsumen, asas, prinsip, dan tujuan hukum perlindungan
konsumen, hak dan kewajiban konsumen, serta hak dan kewajiban pelaku usaha.
Bab Ketiga merupakan bab yang menguraikan gambaran mengenai Peran
dari Pemerintah dan Ikatan dokter gigi di Indonesia, pelayanan jasa ortodonti,
sejarah orttodonti, dasar hukum pemberian layanan jasa ortodonti, dasar hukum
pemberian layanan jasa ortodonti, peran pembinaan dan pengawasan Pemerintah
di Bidang Kesehatan,
Bab Keempat ini merupakan bab yang membahas tentang pokok
permasalahan yakni aspek perlindungan hukum konsumen dalam praktik Ahli
Gigi Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999, yang terdiri dari : Hubungan transaksi
antara konsumen dan tukang gigi khususnya di Kota Medan, Tanggung jawab
pelaku usaha terhadap pelanggaran praktik Ahli Gigi, penyelesaian sengketa
konsumen apabila terjadi pelanggaran
Bab Kelima berisikan mengenai penutup yaitu kesimpulan dan saran dari
pembahasan dan penguraian dari bab- bab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Malpraktek Di Rumah Sakit Ditinjau Dari UU NO.8 Tahun 1999 (Studi pada Rumah Sakit Elisabeth Medan )

2 82 103

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

19 108 106

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

0 1 8

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

0 1 24

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Tukang Gigi Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Tempat Usaha Tukang Gigi di Kota Medan)

0 0 4

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS JASA TUKANG GIGI DI KOTA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 14

Perlindungan hukum terhadap konsumen atas jasa tukang gigi di Kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18

TANGGUNG JAWAB HUKUM PEKERJAAN TUKANG GIGI TERHADAP KONSUMEN PENERIMA JASA TUKANG GIGI DI KOTA SEMARANG - Unika Repository

0 0 15