Peran Guru Pendidikan Agama Islam PAI d

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak pada
Remaja
(Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok)
A. Konteks Penelitian
Masa remaja (perjalanan masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan)
merupakan masa mereka yang penuh emosional dan kelabilan diri. Dimana pada
masa itu mereka belum mampu menguasai dirinya sendiri baik secara pemikiran
maupun kelakuan diri. Pada masa inilah remaja mengalami gejolak pada dirinya
sendiri, keraguan, pemikiran yang tidak menentu, dan juga sulit mengendalikan
diri. Serta pada masa ini mereka masih dalam proses pencarian jati diri.Masa yang
penuh dengan kelabilan diri inilah remaja banyak mendapatkan banyak pengaruh
dari luar, baik pengaruh baik dan bahkan pengaruh-pengaruh negatif yang
menyimpang dari nilai-nilai moral agama. Hal ini disebabkan karena pergeseran
nilai yang mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru yang
berupa krisisnya akhlak remaja.
Adanya krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan
salah satu akibat dari pengaruh perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang
tidak terimbangi dengan perkembangan nilai-nilai moral yang baik. Perilaku
remaja yang terlalu agresif akan berimbas pada banyak orang, yang nantinya tidak
hanya merugikan banyak orang, namun juga akan merugikan diri mereka sendiri.
Perilaku remaja yang mudah marah, bersikap kasar, kurang disiplin, hidup

bersenang-senang (berfoya-foya), serta malas melakukan kegiatan terutama
kegiatan-kegiatan yang baik. Bahkan adapula perilaku remaja yang menyimpang
nilai-nilai dan etika keagamaan, seperti tidak hormat pada orangtua, pemakaian
obat-obatan, minum-minuman keras, serta pergaulan hidup yang bebas hingga
harus terjerumus pada penyimpangan seks bebas. Hal tersebut kini tengah menjadi
problematika terbesar para remaja dan telah merugikan banyak orang dan pihakpihak tertentu.
Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pergaulan hidup kita
khususnya di dunia para remaja yang menyuguhkan kesenangan hidup yang
1

fantastic. Pola hidup remaja yang terkadang berubah dan lebih condong pada
budaya lain, budaya yang sebenarnya tidak mencerminkan budayanya sendiri.
bahkan mereka yang bangga atas dengan budaya luar. Seharusnya hal tersebut
tidak dilakukan oleh para remaja masa kini yang hanya merupakan pekerjaan yang
sia-sia. Para remaja seharusnya ingat bahwa mereka adalah sebagai generasi
bangsa yang akan mengantarkan kemajuan bangsa dan Negara ini.
Untuk itu di zaman yang penuh propaganda ini, dimana propagandanya
telah meluluhlantakkan nilai-nilai moral diseluruh dunia. Remaja digiring pada
nilai-nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilainilai agama. Akibatnya muncul euforia sekularis yakni tergila-gila pada materi
dan menjadikan uang adalah segala-galanya, hingga pada akhirnya terjadilah

pemujaan terhadap uang bahkan menganggap uang sebagai Tuhan.1
Selain itu keberadaan orang-orang yang ada di sekitar anak remaja juga
sangat memiliki peran penting dalam perkembangan akhlak remaja. Mulai dari
keluarga, guru, teman, masyarakat,serta orang-orang yang dekat dengan para
remaja. Salah satu orang yang terpenting adalah seorang guru. Dari sinilah guru
menjadi pilar utama juga dalam membina akhlakul karimah untuk keberhasilan
remaja harapan bangsa.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya adalah guru Pendidikan Agama Islam.
Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup penting dalam
suatu sekolah/lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus
mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian (character
building) siswanya. Selain itu, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga
dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui pendidikan Islam, guru mampu
menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu tugas Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul adalah
menyuruh manusia berakhlak baik.

1Luqman Hakim Ash-Shadiqi, Tafsir Gaul, (Jakarta: Pustaka Group, 2009), hal.11.


2

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat.
Dipundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Secara
garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan
kecerdasan yang ada di dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus
dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang
cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Kecerdasannya
meliputi

kecerdasan

intelektual

(kemampuan

potensial

mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir),


seseorang

untuk

kecerdasan emosional

(hubungan sosial), kecerdasan spiritual (kecerdasanyang mengangkat fungsi
internal diri sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan tertentu).
Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu faktor utama untuk
membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana yang
dikemukakan di atas. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai unit kedua dalam
masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi
kehidupan dan perilaku remaja. Kedudukan dan peran guru Pendidikan Agama
Islam dalam kehidupan remaja bersifat fundamental karena pada hakekatnya guru
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu wadah dalam pembinaan watak
dan akhlak.
Mengingat krisis akhlak yang melanda negeri ini, sebagaimana keluhan
dari orangtua, pendidik, dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
keagamaan dan sosial berkenaan dengan ulah para siswa yang sukar dikendalikan,

nakal, keras kepala, tawuran, obat-obat terlarang dan sebagainya. 2 Maka dari itu,
tanggung jawab guru agama Islam adalah untuk membentuk remaja agar menjadi
orang yang berakhlakul karimah dan cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa
di masa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus
bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam
rangka membina jiwa dan watak remaja. Sedangkan tugas utama seorang guru

2Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya: elKaf, 2005), hal.2.

3

pendidikan agama Islam telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an
surat Ali Imron ayat 164:
      


 

















      

 

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan
Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” (QS.Ali Imron:164)3
Oleh karena itu peran seorang guru Pendidikan Agama Islam merupakan
pendidik utama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak karimah terhadap para
remaja yang bersumberkan ajaran agama islam sangat penting dilakukan agar para
remaja dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga para remaja
dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum,
dan norma kesusilaan.4
Dari paparan diatas, maka peneliti ingin membahas mengenai pembinaan
akhlak remaja. Mengingat remaja merupakan tolok ukur dan harapan dalam
mencapai keberhasilan suatu bangsa, selain itu remaja juga sebagai titik penting
dalam membentuk keberhasilan manusia itu sendiri. Sehingga, peneliti mengambil
judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak
pada Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1
Nglegok)
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 2005), hal.56.
4Ilham Akbar, Peningkatan Pendidikan Akhlak Remaja dalam Keluarga Muslim di Era

Modern, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011), hal.4.

4

Berdasarkan konteks penelitian di atas, penelitian ini difokuskan pada peran
guru PAI sebagai edukator, motivator dan evaluator dalam Membina Akhlak pada

Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok).
Dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran guru PAI sebagai edukator dalam membina akhlak pada
remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?
2. Bagaimana peran guru PAI sebagai motivator dalam membina akhlak pada
remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?
3. Bagaimana peran guru PAI sebagai evaluator dalam membina akhlak pada
remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah
untuk menjelaskan:


1. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai edukator dalam
membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK
1 Nglegok
2. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai motivator dalam
membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK
1 Nglegok
3. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai evaluator dalam
membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK
1 Nglegok
D. Kegunaan penelitian
1. Secara Teoritis
Pada tataran teoritik dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
keilmuan tentang peran Guru PAI dalam membina akhlaq remaja, serta
merubah kondisi pendidikan saat ini yang hanya bermuara pada peningkatan
kualitas dalam mengejar target angka kelulusan sehingga melupakan
penanaman nilai-nilai religius sehingga siswa memiliki kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai khazanah ilmiah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, serta diharapkan dapat menambah


5

wawasan terutama yang berkaitan dengan pembinaan akhlak pada remaja
khususnya di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok
2. Secara Praktis
a) Bagi Sekolah
:
Untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi guru agar tercapai
keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan harapan.
b) Bagi pendidik
:
Untuk dijadikan sebagai penambah wawasan, serta juga untuk
mengingatkan betapa pentingnya pembinaan akhlak dalam diri siswa
khususnya pada remaja, yang tidak hanya berdampak memperlancar
suatu perilaku belajar, namun juga mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut. Selain itu, juga merupakan upaya mengembalikan
tujuan awal pendidikan sebagai membangun suatu bangsa yang beriman
dan berakhlak mulia.
c) Bagi peserta didik :
Untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran, dan juga sebagai

sarana mereka dalam menambah pengetahuan yang belum diketahuinya.
d) Bagi Orang Tua
:
Mengingatkan peran orang tua yang sangat penting juga dalam
membina akhlak yang baik pada anak, sebagaimana turut serta dalam
mendidik generasi masa depan.
e) Bagi Mahasiswa/peneliti:
Sebagai calon pendidik, peneliti dapat mengetahui bagaimana
peran seorang guru yang harus ditempuh untuk menanamkan akhlak yang
baik pada diri siswa.
f) Bagi Peneliti yang akan datang:
Untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian yang
lain. Dan diharapkan bisa memperbaiki dan mengembangkan penelitian
tersebut untuk menjadi lebih baik.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari persepsi yang salah dalam memahami tesis yang
berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak
pada Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1
Nglegok). Maka perlu kiranya peneliti memberikan beberapa penegasan sebagai
berikut:

6

1. Penegasan konseptual.
a. Peran guru pendidikan agama islam
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, di sebutkan bahwa
Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa.5
Jadi yang dimaksud dengan peran guru disini adalah tindakan
yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka
menciptakan budaya religius berdasarkan pada tujuan Pendidikan
Nasional.
Pengertian pendidikan Islam menurut Hasbullah merupakan
pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan
berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.6
b. Membina akhlaq pada remaja
Adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara efisien dan
efektif untuk mewujudkan karakter pada diri Seseorang yang
mengalami pertumbuhan dari masa-kemasa menuju masa kedewasaan
yang dalam hal ini adalah siswa, sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku.
2. Penegasan operasional.

Penegasan operasional merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian guna memberi batasan kajian pada suatu penelitian. Adapun
penegasan secara operasional dari judul “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam Membina Akhlak pada Remaja (Studi multy situs di
MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok) adalah upaya-upaya
yang sistematik dalam hal ini berkenaan dengan berbagai peran yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlaq
remaja. Hal ini peran guru pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan
5 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka,
2005), 751
6 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Maarif, 1984), 23

7

peran guru sebagai edukator, peran guru sebagai motivator dan peran guru
sebagai evaluator. Sehingga dengan menerapkan perannya tersebut
diharapkan akan mencerminkan aklaq pada diri siswa baik di sekolah
maupun di rumah. Seperti siswa akan saling menghormati antar siswa,
mengucapkan salam dengan gurunya, bersalaman dengan gurunya, sopan
santun dan lain sebagainya.
F. Kajian pustaka
a. pembahasan tentang Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak pada
Remaja
1) pengertian guru pendidikan agama islam
Pembahasan tentang guru agama sangatlah luas, karena begitu
banyaknya referensi dan kajian tentang pembahasan mengenai guru
agama, maka dari itu untuk mempermudah dalam memahami tentang
pengertian guru agama penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud guru
dalam tesis ini adalah guru sebagai pendidik formal.
Secara umum definisi pengertian guru agama menurut para ahli
sebagai berikut :
a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan : Guru adalah
seseorang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar, jadi

kalau

guru pendidikan agama adalah seseorang yang profesinya mengajar
pendidikan agama Islam.7
b) Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.8
c) H.M. Arifin. Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai citacita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta
7 W.J.S Purwa darmito, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka), hlm. 335
8Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: Pustaka Eureka,2006),
hlm. 7

8

mamahami kebutuhan perkembangan siswa bagi kehidupan masa
depannya, ia tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang
diperlukan oleh siswa akan tetapi juga memberikan nilai dan tata
aturan yang bersifat Islami ke dalam pribadi siswa sehingga menyatu
serta mewarnai perilaku mereka yang bernafaskan Islam.9
2) Peran Guru PAI sebagai Edukator
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku
dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran
di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan
berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual
dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu
pengetahuan,teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang
dikembangkan.10
Guru sebagai pendidik hendaknya juga harus mengarahkan
peserta didiknya pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan
kamil seiring dengan tujuan Allah swt menciptakannya.11
Selain itu guru juga harus bisa mengembangkan kepribadian,
membimbing, membina budi pekerti, dan memberikan pengarahan.12
3) Peran Guru PAI sebagai Motivator
Guru sebagai penggerak pembelajaran hendaknya mampu
menggerakkan siswa-siswinya untuk selalu memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar khususnya dalam penelitian ini adalah guru PAI.
9H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 193
10Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal.37.
11Zainnatun Nisa, Peranan Guru Akhidah Akhlak dalam Membentuk Nilai Moral dan
Etika Siswa MTs Negeri Pulosaari Ngunut Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan,
2011), hal.19.
12Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.33.

9

Motivasi belajar adalah kekuatan (power motivation), daya pendorong
(driving force), atau alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang
kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,
inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik
dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.13
Selain itu guru juga perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa
sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik.14
Motivasi tersebut tumbuh dan berkembang dengan jalan
langsung dari dalam individu itu sendiri (intrinsik) dan dari
lingkungan (ekstrinsik). Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus
mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengajar.
4) Peran Guru PAI sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Maka dari itu, mengingat
kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang memadai.15
Guru sebagai evaluator, yang

dimaksudkan

agar

guru

mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau
belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Dengan
melakukan penilaian, guru akan dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar.16Dalam fungsinya
sebagai penilai hasil belajar, guru hendaknya secara terus-menerus
memantau hasil belajar yang telah dicapai peserta didiknya dari waktu
13 Hanifah dkk, konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama, 2009),
hal.26
14Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, ......, hal.33.
15Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , ……, hal.61.
16Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, ......, hal.31.

10

ke waktu. Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan memiliki dua
kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai

dengan

baik,

danyangkeduauntukmemeperbaiki

serta

mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar.17
Selain itu dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru
dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif
memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi,
jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi
yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.18
Kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator
adalah
meliputi

memahami teknik evaluasi, baik tes maupun nontes yang
jenis

masing-masing

teknik,

karakteristik,

prosedur

pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari
berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat asal.19
b. Pembahasan tentang Akhlak Remaja
1) Pengertian dan Dasar Akhlak
Secara etimologi (bahasa) kata akhlak berasal dari bahasa Arab
yang merupakan bentuk jamak dari kata “khulq” yang berarti
“thabi’ah” yang berarti tabiat atau watak.20 Kata akhlak jika diuraikan
secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika
digabungkan (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita
pada kata Al-Khalik yaitu Allah Swt dan kata makhluk, yaitu seluruh
alam yang Allah ciptakan. Hal ini berarti akhlak merupakan sebuah
perilaku yang muatannya menghubungkan antara hamba dengan Allah
Swt.21

17Ibid, hal.32.
18Moch.User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal.12.
19Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , ……, hal.62
20Abdul Mustaqim, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2007), hal.1.
21Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo:Era
Intermedia, 2004), hal.13.

11

Sedangkan menurut istilah definisi akhlak dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar diantaranya:22
1) Menurut Miskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2) Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3) Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengan lahirnya, macam-macam perbuatan, baik
atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
4) Sedangkan dalam kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak
diartikan sebagai sifat-sifat manusia yang terdidik.
Selain itu, ada beberapa dasar yang mendukung mengenai
Akhlak yang didasarkan pada Al-Qur’an hadis Rasulullah SAW,
sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan
akhlaq”.(Hadits riwayat Ahmad).23
Di dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda yang artinya,
“Kaum Mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang
paling bagus akhlaknya”.24
Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan diatas, dapat kita
ketahui bahwa yang dapat dijadikan sebagai sumber dan landasan
hukum Akhlakul Karimah adalah kesemuanya telah tercerminkan
dalam kepribadian Rasulullah SAW. Seperti halnya firman Allah yang
termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21:

     
    

22Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003), hal.3-4.
23Jalaluddin Al-Suyuti, Jami’us Shogir, (Surabaya: Dar-Al Nasyr Al-Mishriyah, 1992),
hal.103.
24Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlaq, (Jakarta: AMZAH, 2011),
hal.230.

12

   
  

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)25
2) Pengertian Remaja
Kata “remaja” dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja
artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut
merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu
orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih
berpengalaman

memiliki

peranan

penting

dalam

membantu

perkembangan remaja menuju kedewasaan.Remaja juga berasal dari
kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa.26
Dalam

perkembangan

manusia,

secara

umum

manusia

mengalami berbagai perubahan, mulai dari masa kandungan, bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, masa tua, hingga seseorang meninggal.
Pada masa remaja banyak para ahli berbeda-beda pendapat mengenai
batasan usia remaja. Batasan-batasan yang berbeda tersebut timbul
dikarenakan perbedaan tempat dan sudut pandang dari kematangan
remaja itu sendiri.27
Berikut ini beberapa batasan usia remaja yang dikemukakan
oleh beberapa ahli psikologi :
Pertama, L.C.T Bigot.PhKohnstam dan Bg.Palland, ahli-ahli
psikologi berkebangssaan Belanda yang dikutip oleh B.Simanjutak,
a)
b)
c)
d)
e)

sebagai berikut:
Masa bayi dan kanak-kanak
Masa sekolah/ intelektual
Masa pueral
Masa praepubertas
Masa pubertas

: 0-7 bulan
: 7-13 tahun
: 13-14 tahun
: 14-15 tahun
: 15-18 tahun

25Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ……, hal.336.
26https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, diakses pada 22 September 2015.
27Ilham Akbar, Peningkatan Pendidikan Akhlak Remaja dalam Keluarga Muslim di Era
Modern, ……, hal.11.

13

f) Masa adolescence
: 18-21 tahun28
Kedua, Elisabet B.Hurlock, “rentangan usia remaja antara 13
sampai dengan 21 tahun yang dibagi menjadi remaja awal 13/14 tahun
hingga 17 tahun, dan remaja akhir antara 17tahun sampai 21 tahun.29
Menurut Zakiyah Darodjat, secara teoritis empiris bahwa
rentangan masa remaja pertama kira-kira umur 13/16 tahun, dimana
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat dan remaja
akhir kira-kira umur 17 tahun sampai 21 tahun, yang merupakan
pertumbuhan atau perubahan pribadi terakhir dalam pembinaan
pribadi sosial.30
Selanjutnya secara global yang dipaparkan oleh Siti Rahayu
membagi masa remaja dalam usia 12-21 tahun, dengan perincian 1215 remaja awal, 12-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21
tshun masa remaja akhir.31
G. Penelitian Terdahulu
Secara umum banyak tulisan dan penelitian yang mirip dengan penelitian
ini. Namun selama ini belum peneliti temukan tulisan yang sama dengan
penelitian judul yang peneliti ajukan ini, dibawah ini akan peneliti tampilkan
beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan:
 Siti Mas’amah (Skripsi STAIN Tulungagung, 2003)32
Mengenai “Peranan Guru dalam Pembinaan Perilaku Siswa terhadap
Akhlak Al-Karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung”. Dari hasil penelitian
ini bahwa peranan guru dalam pembinaan perilaku siswa terhadap akhlak alkarimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung tergolong baik.Hal ini disebabkan
karena banyak peserta didik yang sudah mengenal agama semakin
bertambah dan karena pendidikan akhlak dalam keluarga mempengaruhi
tingkah laku dan kepribadian anak didik.
Hasil dari penelitian peranan guru dalam pembinaan perilaku siswa
terhadap akhlak al-karimah kepada sesama diSLTP Negeri 2 Tulungagung
28Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal.23.
29Ibid, hal.11.
30Zakiyah Darodjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal.122.
31Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press, 1998), hal.262.
32Siti Mas’amah, Peranan Guru dalam Pembinaan Perilaku Siswa terhadap Akhlak ALKarimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2003)

14

baik, hal ini karena mayoritas peserta didik berasal dari desa, sehingga
semangat kebersamaan, toleransi, gotong royong, tepo sliro sangat Nampak
di dalam mewarnai corak pendidikan agama. Hasil dari peranan guru dalam
pembinaan perilaku siswa terhadap akhlak al-karimah kepada diri seendiri
di SLTP Negeri 2 Tulungagung baik, hal ini karena didukung oleh banyak
siswa yang masuk dalam anggota organisasi sehingga mampu menciptakan
disiplin pribadi, kemandirian individu pada masing-masing peserta didik.
Hasil dari peranan guru dalam pembinaan perilaku ssiswa terhadap akhlak
al-karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung baik, hal ini karena guru sangat
berperan dalam pembinaan akhlakul karimah untuk membentuk tingkah
laku siswa yangbaik penuh dengan keeimanan, untuk mengamalkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari, ketrampilan, dan pengetahuan ajaran
agama islam.
 Imam Yahya (Skripsi STAIN Tulungagung, 2011)33
Mengenai “Peran PAI Dalam Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Kasus
di SMP 3 Kalidawir-Tulungagung)”. Hasil dari penelitian ini bahwa peranan
Pendidikan Agama Islam dalam diri mereka sudah cukup baik meskipun
masih beberapa dari mereka yang melanggar peraturan-peraturan yang telah
ddibuat sekolah dan masih diperlukan bimbingan pembinaan akhlak diluar
sekolah, langkah yang dilakukan adalah Shalat dhuha berjamaah, Tartil
qur’an, shalat dhuhur berjamaah, dan peringatan hari besar agama islam.
Hasil dari konsep pembinaan akhlak dalam pendidikan agama islam
setelah mengenyam pendidikan yang ada baik sekolah maupun diluar
sekolah, mereka terbukti lebih disiplin, kreatif, inovatif dalam kehidupan
ssehari-hari. Mendorong untuk lebih baik untuk bertingkah laku pada diri
sendiri maupun orang lain.
Hasil dari peneelitian faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pembinaan akhlak siswa melalui kegiatan kepramukaan.Faktor pendukung,
meliputi kebijakan kepala sekolah, visi dan misi ssekolah, peran peserta
didik, peran guru, sarana dan prasarana.Sedangkan untuk faktor

33Imam Yahya, Peran PAI Dalam Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMP 3
Kalidawir-Tulungagung), (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)

15

penghambat, meliputi kurangnya kesadaran dari mereka, jadwal kegiatan
yang sering benturan, dan faktor pergaulan.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan tertentu yang dipilih dalam suatu penelitian akan
memiliki konsekuensi tersendiri sebagai sebuah sistem yang harus diikuti
dan dilaksanakan secara konsisten dari awal hingga akhir penelitian agar
dapat memperoleh hasil yang maksimal dan bernilai ilmiah sesuai dengan
kapasitas, daya jangkau dan maksud dari pendekatan tersebut.
Pendekatan kualitatif menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi
adalah

metode

penelitian

yang

berusaha

menggambarkan

dan

menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. 34 Demikian juga
Prasetya mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menjelaskan fakta apa adanya.35
Penelitian mengenai Peran Guru PAI dalam membina aklaq pada
remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan di SMK 1 Nglegok

ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi situs.
Pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan karena obyek yang diteliti
berlangsung dalam latar yang wajar dan bertujuan untuk mengetahui,
memahami dan menghayati dengan seksama dan secara lebih mendalam
tentang bagaimana peran Guru PAI dalam membina aklaq yang peneliti
lakukan di MA Ma’arif NU kota Blitar dan di SMK 1 Nglegok
Penelitian kualitatif berarti membicarakan sebuah metodologi
penelitian yang di dalamnya mencakup pandangan-pandangan filsafati
mengenai disciplined

inquiry, dan mengenai realitas dari obyek yang

distudi dalam ilmu-ilmu sosial dan

tingkah laku, bukan sekedar

34Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), 157.
35Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis
Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STAIN, 1999), 59.

16

membicarakan metode penelitian yang sifatnya lebih teknis kemetodean
dalam pekerjaan penelitian.36
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan memakai rancangan studi multi situs ( multi site study ).
Maksudnya adalah dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan
bukan berupa angka -angka, melainkan data tersebut mungkin berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan
dokumen resmi lainnya.37
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan studi multi
situs yang merupakan rancangan penelitian dan dilakukan di tempat dua
lokasi yang berbeda, namun dari keduanya menggunakan bentuk
pengumpulan data yang sama, yaitu manusia yang diambil dari hasil
wawancara, tulisan, kertas atau berkas, dokumen atau foto-foto yang dapat
dijadikan bahan untuk pembahasan mengenai Peran Guru PAI Dalam
membina akhlaq pada remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota
Blitar dan SMK 1 Nglegok)
a. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti disamping bertindak sebagai
pengumpul data juga sekaligus sebagai instrument aktif dalam upaya
mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpul
data yang lain selain manusia, yang berbentuk alat-alat
dokumen-dokumen lainnya

bantu dan

dapat pula digunakan, namun fungsinya

hanya sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti
di lapangan, dalam penelitian ini sebagai tolok ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan secara langsung dan
aktif antara peneliti dan informan atau sumber data di sini mutlak
diperlukan.

36 Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar dan Aplikasi, ( Malang : YA 3, 1990),18.
37 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991) hlm.
201

17

Peran sebagai instrument sekaligus pengumpul data penulis
realisasikan dengan mendatangi MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1
Nglegok. Kehadiran peneliti dalam pengumpulan data, peneliti
mewawancarai beberapa sumber data mulai kepala madrasah, wakil
kepala madrasah, guru PAI, serta staf madrasah.
Selama di lapangan, peneliti berperan sebagai pengamat partisipan,
senantiasa menghindari segala sesuatu yang dipandang bisa merugikan
subyek dan mengganggu lingkungan pembelajaran.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok
c. Sumber Data Penelitian
Peran peneliti sebagai instrumen pengumpulan data sangat
menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena maksud
penelitian kualitatif

yang ingin memahami, mengungkap perasaan,

pengertian persepsi, dan perilaku manusia. Menurut Arikunto sebagaimana
dikutip Tanzeh, sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Dengan kata lain sumber data dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sumber data berupa orang
(person), sumber data berupa tempat atau benda (place) dan sumber data
berupa

simbol

(paper)

yang

cocok

untuk

penggunaan

metode

dokumentasi.38
Disamping informan manusia dipilih sebagai sumber berkenaan
dengan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki. Lebih lanjut Moleong
menjelaskan bahwa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama.39
Adapun yang merupakan sumber data utama atau informan kunci
dalam penelitian ini adalah para Guru PAI,dan informs pendukung adalah
Kepala Sekolah,tenaga pendidik dan sebagian dari tenaga kependidikan
38Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 58-59.
39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ……….., 121.

18

yang ada di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok. Dan
kemudian

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan

dikumpulkan dari berbagai sumber dan melalui berbagai teknik. Data
dokumen akan didekati dengan teknik dokumenter. Data peristiwa dan
perilaku sehari-hari akan didekati dengan teknik pengamatan langsung
(observasi). Sedangkan data realitas simbolik sebagaimana dipikirkan,
dipahami, dan dihayati oleh orang-orang yang ada disekitar obyek
penelitian, akan dikumpulkan dan didekati dengan teknik wawancara
mendalam.
Namun demikian untuk pemilihan informan dalam penelitian
kualitatif dilakukan dengan cara snowball sampling, yaitu informan kunci
akan menunjuk orang-orang yang mengetahui masalah yang akan diteliti
untuk melengkapi keterangannya dan orang-orang yang ditunjuk akan
menunjuk orang lain bila keterangan yang diberikan kurang memadai
begitu seterusnya, dan proses ini akan berhenti jika data yang akan digali
di antara informan yang satu dengan yang

lainnya ada kesamaan,

sehingga data dianggap cukup dan tidak ada yang baru. Bagi peneliti hal
ini juga berguna terhadap validitas data yang dikemukakan oleh para
informan.
d. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara Mendalam (Dept Interview)
Dalam penelitian kualitatif naturalistik, peneliti biasanya
melakukan berbagai wawancara mendalam dengan berbagai pihak.
Wawancara ini dapat dilakukan secara formal atau direncanakan,
dan dapat juga dilakukan secara

informal, tidak menggunakan

catatan-catatan dan bentuk yang tertentu. Dalam wawancara itu yang
penting diciptakan suasana yang akrab santai, sehingga peneliti
dapat mengumpulkan data selengkap-lengkapnya .40

40 Spradley, J.P 1979. The Ethnographic Interview,( New York: Holt, Rinehart and Winston),107

19

Wawancara

yang

akan

peneliti lakukan

disini

bersifat

eksploratif yang diharapkan akan banyak mempunyai data dari dialog
dengan Kepala Madrasah/Sekolah, Guru PAI, Tenaga Pendidik dan
Tenaga Kependidikan yang berguna untuk memperoleh gambaran
tentang peran Guru PAI dalam membina akhlaq pada remaja termasuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam menjalankan
perannya untuk meningkatkan kinerjanya.
2) Dokumentasi
Untuk menghindari hilangnya data yang telah terkumpul, maka
perlu dilakukan pencatatan secara lengkap dan secepat mungkin dalam
setiap selesai pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data jenis
kualitatif ini biasanya memerlukan waktu yang panjang, dilakukan
secara simultan dalam
merumuskan

masa yang

sama

antara

hipotesis dan menganalisa data lapangan.

tahapan analisa dan hipotesa selanjutnya, maka

aktivitas
“Pada

harus didukung

dengan sumber-sumber data sebelumnya seperti catatan data
lapangan dan catatan kepustakaan yang terkait dengan masalah
penelitian.”41 Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus
dan berakhir pada saat peneliti sudah berhasil memperoleh data yang
lengkap tentang Profil MA Ma’arif

NU kota Blitar dan SMK 1

Nglegok
3) Observasi Partisipan
Dalam observasi ini peneliti bermaksud untuk menjalin
interaksi sosial yang intensif dengan subyek yang berada didalam
kancah penelitian, yang menjadi ciri khusus dari penelitian kualitatif.
Sebagaimana dikemukakan oleh Yatim Riyanto bahwa dalam
observasi ini, peneliti seolah-olah menceburkan diri kedalam
lingkungan kehidupan dari sekelompok orang atau situasi yang akan
dipelajari dan dimengerti.42
41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian-,………., 161
42 Ibid.

20

Pada penelitian ini, metode observasi partisipan dilakukan
untuk memperoleh data tentang lokasi sekolah, kegiatan-kegiatan
sekolah, aktivitas Guru PAI, kreativitas pendidik, komunikasi antara
kepala madrasah dengan para tenaga pendidik.
4) Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang
diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1
Nglegok dalam membina akhlaq pada remaja, upaya-upaya yang
dilakukan Guru PAI sebagai edukator, menjadi motivator dan menjadi
evaluator dalam transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain yang telah dihimpun untuk meningkatkan pemahaman
peneliti,
Sedangkan Huberman dan Miles mengemukakan bahwa
analisis data penelitian kualitatif merupakan proses penelaahan,
pengerutan dan pengelompokan data dengan tujuan untuk menyusun
hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi teori hasil penelitian.43
Berdasarkan hal tersebut maka analisis data dalam penelitian ini
adalah proses mencari dan mengatur hasil observasi, wawancara, dan
catatan lapangan lainnya.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis
data kualitatif adalah :44
a. Reduksi Data
Langkah ini diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi
dari suatu data tentang peran Guru PAI, maka memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam
43 A. Michael Huberman and B. Miles Mathew, Qualitatif Data Analysis : A Source of New
Method. Beverly Hills, CA : Sage Publications,14
44 Ibid.

21

reduksi ini terdapat proses living in dan living out, maksudnya data
terpilih adalah living in dan data yang terbuang adalah living out.
b. Display Data
Langkah ini merupakan proses untuk menampilkan data
secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel,
matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan
dikuasai oleh peneliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan
yang tepat.
c. Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion)
Sejak awal pengumpulan data peneliti membuat simpulansimpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut
dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat

dan

selanjutnya kearah simpulan yang lebih mantap.
5) Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin kepercayaan atau validitas data tentang peran
Guru PAI dalam menciptakan suasana religius maka keabsahan dan
kelayakan data, yang dilakukan dengan berbagai cara, yakni :
a) Diskusi Sejawat
Diskusi sejawat yaitu dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
rekan- rekan

sesama

mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung,

Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok. Diskusi ini
dilakukan

dengan cara

membahas data dan

penelitian selama peneliti berada

temuan- temuan

di lapangan, peneliti

akan

mendiskusikan hasil kembali data dengan tenaga pendidik dan kepala
madrasah. Melalui diskusi teman sejawat ini, diharapkan akan banyak
memberikan

kritikan

demi

menyempurnakan pembahasan dan

22

menjadikan bahan-bahan informasi

bagi peneliti untuk keperluan

audit dikemudian hari.
Diskusi teman sejawat ini bertujuan :
a. Untuk membuat agar peneliti

tetap memperhatikan sikap

yang lebih terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi teman
sejawat ini, peneliti dapat menelaah pada pengertian mendalam
yang nantinya dapat

menjadi

dasar

bagi

klarifikasi

penafsiran.
b. Dengan

diskusi

sejawat

dapat memberikan

kesimpulan awal yang baik untuk mulai

suatu

menjajaki dan

menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada
kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti
dapat dikonfirmasikan, akan tetapi dalam
tersebut

mungkin

sekali

dapat

diskusi analitik

terungkap segi-segi

lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti. Jika
peneliti tidak dapat mempertahankan posisinya, maka dia perlu
mempertimbangkan kembali arah pemikirannya itu.45
b). Triangulasi Data
Kegiatan triangulasi data digunakan untuk mencari
informasi baru guna membuktikan bahwa data yang telah
diperoleh adalah data yang terpercaya. Pencarian informasi
tentang data yang sama, digali dari beberapa informasi yang
berbeda dan pada tempat yang berbeda pula.
c). Triangulasi Sumber Data
Untuk

menguji

keabsahan

data

digunakan

pula

triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan suatu
fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari
dimensi waktu maupun sumber-sumber lain, misalnya dengan
45. Ibid

23

membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara
dengan kepala madrasah dengan data yang diperoleh dari
tenaga

pendidik.

Triangulasi

sumber

digunakan

untuk

pengecekan data tentang realisasi peran kepala madrasah dalam
meningkatkan sumber daya tenaga pendidik. Triangulasi
sumber data digunakan untuk menyingkat keterbatasan ruang
dan waktu serta membatasi orang sebagai sumber data.
6) Tahapan Penelitian
Dalam pengajuan proposal penelitian ini peneliti menempuh
dua tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahapan persiapan ini peneliti melakukan pencarian
permasalahan

penelitian

dan

Dan peneliti mencoba

mencari-cari

mengangkat

referensi

permasalahan

terkait.
tersebut

dengan cara menentukan untuk sebuah judul penelitian peran
kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja
tenaga pendidik.
b. Tahap Pelaksanaan
Peneliti mulai memasuki obyek penelitian setelah mendapat
ijin penelitian. Pada Minggu pertama bulan Mei peneliti
mengadakan

kegiatan

orientasi

lapangan

akan

yang antara lain

adalah akan menjumpai kepala Sekolah untuk Untuk mendapatkan
data yang lengkap dan terpercaya, kecuali wawancara mendalam,
peneliti juga akan melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi
berkaitan

dengan

pelaksanaan

proses

kepemimpinan

dan

kelengkapannya, dari hasil dokumentasi ini kemudian dianalisis dan
dibuat ringkasan.
c. Tahap Penyusunan Laporan.

24

Selesai

menganalisis

data,

kegiatan

berikutnya

adalah

menyusun laporan penelitian. Laporan tersebut diserahkan kepada
para dosen pembimbing untuk

direvisi

kembali oleh peneliti.

Kegiatan semacam ini terus dilakukan sampai dengan pembimbing
menyatakan hasil penelitian ini siap untuk diujikan.

I. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan: Berisi tentang latar belakang masalah. Setelah
menentukan latar belakang masalah, penulis akan merumuskan fokus
penelitian sebagai dasar acuan dalam penelitian sekaligus menentukan tujuan
penelitian.Setelah itu, penulis mendiskripsikan tentang kegunaan penelitian,
penegasan istilah, hasil penelitian terdahulu serta sistematika pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka: Membahas tentang kajian teoritis yang berkaitan
dengan Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai edukator, motivator,
evaluator dalam membina akhlaq pada remaja dari berbagai sumber, yang
memiliki relevansi dengan fokus dan masalah-masalah yang dirumuskan
dalam fokus penelitian.
Bab III Metode Penelitian: Pada bab ini dibahas tentang pendekatan dan
rancangan penelitian, kehadiran peneliti kelokasi, sumber data teknik
pengumpulan data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data dan tahaptahap penelitian.
Bab IV Hasil penelitian : Menjelaskan tentang berbagai temuan data di
lapangan yang terkait peran Guru PAI dalam membina akhlaq pada remaja di
MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok.
Bab V Pembahasan: Merupakan bab yang membahas tentang pola-pola,
kategori-kategori, dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori

serta

interpretasi dan penjelasan dari temuan teori yang di MA Ma’arif NU kota
Blitar dan SMK 1 Nglegok.

25

Bab VI Kesimpulan dan Saran: Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian
sekaligus disampaikan juga beberapa saran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo:Era
Intermedia, 2004)
Akbar, Ilham, Peningkatan Pendidikan Akhlak Remaja dalam Keluarga Muslim di
Era Modern, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)
Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya: elKaf, 2005)
Al-Suyuti, Jalaluddin, Jami’us Shogir, (Surabaya: Dar-Al Nasyr Al-Mishriyah,
1992)
Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Ash-Shadiqi, Luqman Hakim, Tafsir Gaul, (Jakarta: Pustaka Group, 2009)
Darmito, W.J.S Purwa, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka)
Darodjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 2005)
Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar dan Aplikasi, ( Malang : YA
3, 1990)
Haditomo, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press, 1998)
Hajjaj, Muhammad Fauqi, Tasawuf Islam dan Akhlaq, (Jakarta: AMZAH, 2011)
Hanifah dkk, konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama,
2009)
https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, diakses pada 22 September 2015.
Huberman, A. Michael, and B. Miles Mathew, Qualitatif Data Analysis : A
Source of New Method. Beverly Hills, CA : Sage Publications
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta:
STAIN, 1999)
J.P, Spradley, 1979. The Ethnographic Interview,( New York: Holt, Rinehart and
Winston)
Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. AlMaarif, 1984)
Mas’amah, Siti, Peranan Guru dalam Pembinaan Perilaku Siswa terhadap Akhlak
AL-Karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak
Diterbitkan, 2003)
26

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991)
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
Mustaqim, Abdul, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2007)
Naim, Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003)
Nisa, Zainnatun, Peranan Guru Akhidah Akhlak dalam Membentuk Nilai Moral
dan Etika Siswa MTs Negeri Pulosaari Ngunut Tulungagung, (Tulungagung:
Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005)
Tanzeh, Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011)
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka,
2005)
Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: Pustaka
Eureka,2006)
Usman, Moch.User, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011)
Yahya, Imam, Peran PAI Dalam Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMP 3
Kalidawir-Tulungagung), (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)

27