ISLAM DALAM MEDIA ANTARA DAKWAH DAN KOME

MAKALAH MEDIA DAN RELIGI

DISUSUN OLEH :
DIORITANIA PUTRI ANDINY
20130530192
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POOLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
2014

ISLAM DALAM MEDIA :
ANTARA DAKWAH DAN KOMERSIALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jaman sekarang, hal apa yang tidak terkait oleh media? Mulai dari lifestyle sampai hal
edukasi. Banyak hal positif yang kita dapa dari media. Namun, secara tidak sadar kita telah
terhegemoni oleh media tersebut. Maksudnya, kita telah tertipu oleh kesadaran semu yang
diberikan oleh media. Media seolah olah memberikan hal yang benar dan dapat diterima oleh
para masyarakat. Namun sebenarnya, relita di kehidupan nyata tidak seperti apa yang diberikan
oleh media tersebut. Media juga dapat memberi arahan terhadap pandangan masyarakat terhadap

suatu hal. Contohnya, seorang artis akan selalu memakai barang barang yang bermerk, wanita
cantik itu ialah wanita berbadan langsing, berkulit putih, dan juga berhidung mancung, dan
masih banyak contoh yang lainnya.
Media seolah menjadi center atau pusat dari gaya hidup dan juga menjadi salah satu
sumber rujukan oleh masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan, yang salah satunya yaitu
dalam hal mengenal agama lebih jauh. Dari sinilah, banyak pihak yang dapat melihat ada
peluang besar di dalam media tersebut. itulah mengapa kita akhir akhir ini sering melihat acara
acara yang berbau religi di televisi. Di Indonesia, yang masyarakatnya dominan beragama Islam,
tentu saja acara agama yang akan paling “laku” di media ialah acara berbau Islam. Seperti acara
talk show dengan ustad-ustadzah, maupun acara tentang pengetahuan tentang Islam melalui
video-video yang dihubungkan dengan hadist hadist. Dalam makalah ini kita akan membahas
tentang dakwah dan komersialisasi.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar dakwah (pengertian, tujuan, dan fungsi)
2.

Apa itu komersialisasi

3.


Apa hubungan antara dakwah dan komersialisai

1.3. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa dakwah yang ada di media itu
ternyata ada yang termasuk dakwah yang dikomersialisasikan.

1.4. Manfaat Makalah
Makalah ini bermanfaat untuk menyadarkan pembaca bahwa kebanyakan acara di
televisi, yang kita bahas disini adalah dakwah di media sebenarnya membuat kita terhegemoni,
yaitu memberikan kita kesadaran palsu.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Dakwah
Secara epistimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a,
yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan
permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, khotbah,
ceramah, dan lain lain. Dan dakwah ini berlandaskan amal ma’ruf dan nahi munkar, yang berarti
mangajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan atau kemungkaran.

Dakwah adalah kegiatan dalam agama yang merupakan bentuk dari media sosialisasi
yang berisi ajaran-ajaran agama Islam. Isi dakwah juga mencakup nasehat-nasehat untuk
umatnya. Selain itu, dakwah juga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai dan norma-norma
agama kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tahu bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang
disampaikan. Adanya dakwah juga dapat mengarahkan setiap individu dalam masyarakat
terhadap hal-hal yang baik. Sehingga setiap individu memahami dan mengerti perbuatan yang
baik dan buruk, serta perbuatan yang dilarang dan tidak dilarang. Dakwah dalam perspektif
sosiologi merupakan suatu alat sosialisasi agama terhadap umatnya. Dalam proses sosialisasi
tersebut, dakwah berperan dalam pembentukan kepribadian kepada umatnya dan mengarahkan
kepada umatnya kepada hal-hal yang baik. Dan dalam Islam, berdakwah itu hukumnya wajib.

B. Apa itu Komersialisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Insonesia (KBBI), komersialisasi adalah perbuatan
menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan. Komersialisasi merupakan suatu tindakan yang
mengutamakan sisi beneficial atau keuntungan. Jadi, komersialisasi dalam televisi itu berarti
media yang seharusnya memberikan informasi dan edukasi yang bermutu untuk masyarakat
tidak lagi mementingkan kualitas acara mereka. Mereka lebih mementingkan sebuah acara yang
menguntungkan daripada acara yang berkulaitas tinggi.

C. Hubungan Antara Dakwah dan Komersialisasi

Media menjadi salah satu sarana yang paling ampuh dalam menyebarkan dakwah kepada
masyarakat luas. Karena dengan media, dakwah tersebut akan sampai ke masyarakat dengan
merata. Sampai ke pelosok negri pun, dakwah tersebut dapat di sampaikan. Namun berbicara
tentang media, pastilah tidak dapat dipisahkan oleh kata kata komersialisasi. Dakwah di televisi
menjadi salah satu acara yang mempunyai rating yang tinggi. Karena itulah, para pelaku media
menjadikan acara dakwah mejadi salah satu sumber keuntungan mereka, dengan cara
mengkomersialisasikan dakwah tersebut.
Kebanyakan acara dakwah yang sering kita lihat di televisi ataupun media lainnya itu
termasuk dakwah yang telah di komersilkan. Ada beberapa indikasi jika acara dakwah yang ada
di media telah di komersilkan. Salah satunya yaitu adanya iklan iklan yang persentasenya tidak
berbanding lurus dengan acara dakwah itu sendiri, dan juga konten iklan iklan tersebut tidak ada
relasi ataupun tidak berhubungan dengan acara dakwah. Komersialisasi yang terjadi dalam
dakwah di media ini mempunyai dampak yang tidak baik untuk dakwah tersebut, karena konten
dari dakwah itupun tidak diperhatikan lagi. Dalam makalah ini, penulis akan memberikan
beberapa contoh acara dakwah yang telah di komersialisasikan dan juga acara dakwah yang
masih memegang teguh tujuan awal dakwah, yaitu menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
agama kepada masyarakat.
1. Acara dakwah yang telah di komersialisasi
a) Mamah & AA Beraksi (05.55 – 07.25 WIB) di Indosiar
Mengapa acara dakwah ini termasuk dakwah yang di komersilkan? Dalam

durasi acara selama 1 jam 30 menit atau 90 menit, persepuluh menit acara
ini tayang, akan disisipkan 9 menit iklan. Iklannya saja sudah memakan
waktu selama 36 menit. Berarti, acara tersebut sendiri tayang selama 54
menit. Jelas ini sangat terlihat komersialisasinya. Perbandingan durasi
acara dan durasi iklan yaitu 6 : 4. Walaupun durasi acara memang sedikit
lebih banyak dibandingkan oleh iklan, tetap saja perbandingannya tidaklah
berbeda jauh. Ditambah dengan konten iklan yang tidak berhubungan

dengan acara dakwah itu sendiri. Setelah diperhatikan, dalam satu kali jam
tayang, terdapat kurang lebih sebanyak 38 brand iklan, dimana beberapa
diantaranya yaitu iklan shampo, minuman energi, sabun cuci, kebutuhan
bumbu dapur, dan pengharum pakaian. Dan dalam acara tersebut ada
session dimana diadakan kuis interaktif dengan penonton dirumah yang
hadiahnya di sponsori oleh Garcia, yaitu ekstrak kulit manggis. Di sini,
penulis tidak melihat adanya hubungan antara produk “Garcia” dengan
acara dakwah tersebut. Makin jelas jika acara dakwah ini telah di
komersialisasi oleh media.
b) Berita Islami Masa Kini (17.15 – 18.00 WIB) di Trans TV
“Berita Islami masa kini” ini termasuk ke dalam acara dakwah di media
televisi. Isi program ini yaitu memberikan hadist-hadist, ayat-ayat suci AlQuran, dan segala pengetahuan tentang Islam. Maka dari itu acara ini

dapat digolongkan menjadi program dakwah. Program ini termasuk
program yang tayang pada jam prime time. Dan dari sini dapat kita lihat
ada maksud tertentu mengapa program ini di siarkan pada jam prime time.
Yaitu untuk membangun citra “Trans TV” menjadi televisi swasta yang
Islami. Ditengah acara juga terpotong oleh adzan maghrib selama 2 menit.
Program ini termasuk dakwah yang di komersilkan. Sama dengan program
Mamah & AA Beraksi tadi, perbandingan durasi acara dan iklannya beda
tipis, yaitu 6 : 4. Perlima menit durasi acara, akan di selipkan 4 menit
iklan. Dan konten iklan iklannya diantara lain yaitu, shampo, motor,
popok bayi, obat, minuman, dan alat elektronik. Kurang lebih terdapat 20
brand dalam 16 menit durasi iklan.
2. Acara dakwah tanpa komersialisasi di media
a) Pintu Cahaya (05.00 – 06.00 WIB) di TVRI
Acara ini merupakan acara dakwah yang masih berpegang dengan tujuan
dakwah pada hakikatnya. Yaitu menanamkan nilai-nilai dan norma-norma

agama kepada masyarakat. Pembicara dalam acara ini puun bukanlah
orang yang telah terkenal dalam dunia media. Persepuluh menit durasi
acara dakwah, di sisipkan 1 menit iklan. Maka dari itu, perbandingnan
durasi acara dengan iklannya yaitu 9 : 1. Dari perbandingan ini saja kita

sudah dapat melihat bahwa iklan itu hanya sebagai selingan yang sangat
sebentar. Ditambah lagi konten iklan disini tidak sama dengan iklan di
televisi televisi atau program program lainnya. Karena isi dari iklan iklan
disini ialah tentang bagaimana kita hidup dalam persatuan diantara
perbedaan agama, tentang go green, tentang ketertiban lalu lintas, dan juga
tentang layanan masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN
Dakwah yang mepunyai fungsi sebagai penanaman nilai-nilai dan norma-norma agama
kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tahu bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang
disampaikan. Adanya dakwah juga dapat mengarahkan setiap individu dalam masyarakat
terhadap hal-hal yang baik. Sehingga setiap individu memahami dan mengerti perbuatan yang
baik dan buruk, serta perbuatan yang dilarang dan tidak dilarang. Maka dari itu, dakwah
seharusnya bukanlah ladang uang yang dapat diperjual belikan. Namun media akhir akhir ini
sudah tidak mementingkan mana yang seharusnya mereka lakukan atau tidak. Kode etik pun
seolah hanya menjadi formalitas saja. Dan ini bukanlah hal yang benar. Jika komersialisasi
dakwah dalam media terus berlanjut, maka dakwah di media bukanlah dakwah agama lagi.
Melainkan hiburan semata yang hanya mementingkan keuntungan.
Maka dari itu kita sebagai penikmat media harus cerdas dan tidak begitu saja menerima

semua yang ditampilkan oleh media. Alangkah lebih bagus jika kita menjadi penonton yang
termasuk dalam kategori negotiated reading, yaitu penonton yang dapat memilih milih mana
yang baik, mana yang buruk, dan mana yang benar benar edukasi, dan mana yang hanya sekedar
entertainment. Agar kita tidak lagi terhegemoni oleh media.