EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI. pdf

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS XI
MADRASAH ALIYAH

Muhammad Helmi Azhar
Toto Ruhimat1
Mohammad Ali2
Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Model Pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang
bertujuan untuk memberikan keragaman baru dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe scramble diterapkan dengan memberi tayangan mengenai
teks deskriptif, setelah itu peserta didik diberikan pilihan untuk mencocokan bentuk kata,
kalimat dan pronoun yang sesuai antara kolom jawaban dengan kalimat yang acak dan kolom
pertanyaan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskriptif
santri kelas XI di Madrasah Aliyah. Tujuan umum penelitian ini yaitu apakah terdapat
perbedaan keterampilan menulis teks deksriptif Bahasa Inggris yang signifikan antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan model pembelajaran group
investigation di Kelas XI Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut? Sedangkan
tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana perkembangan keterampilan
menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dan group investigation pada aspek word mechanism dan vocabulary, kemudian
tujuan selanjutnya, untuk mengetahui apakah keterampilan menulis teks deskriptif Bahasa
Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble pada aspek word mechanism, dan aspek vocabulary lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen. Desain penelitian
menggunakan desain dengan kelompok tak setara. Simpulan dari penelitian ini secara umum
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble efektif digunakan untuk
meningkatkan keterampilan menulis teks deskriptif Bahasa Inggris pada aspek word
mechanism dan vocabulary

Kata Kunci

1
2


: Model Kooperatif Scramble, Keterampilan Menulis, Bahasa Inggris

Penulis Penanggung Jawab 2
Penulis penanggung jawab 1

ABSTRACT

Cooperative Learning model type scramble is one of the models which aims to give a new
diversity in English learning activities. Cooperative Learning model type scramble is applied
by given videos about the descriptive text, after that, students are given options to match a
word form, sentences and appropriate pronounce between column answers which contains
random sentences and column questions. This research was conducted in Class XI at Madrasa
Aliyah to improve students descriptive writing skills. The purpose of this research is to find
whether there is a difference in writing skills between students who follow English learning
with cooperative learning model type scramble and students who follow English learning with
group investigation model in Class XI at Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah
Garut? Meanwhile the specific purpose of this research is to describe how the development of
students writing skills who follow English learning with cooperative learning model type
scramble and group investigation on word mechanism and vocabulary aspects and the next
specific purpose is whether students writing skills on descriptive text who follow English

learning with cooperative learning model type scramble based to word mechanism aspects,
and vocabulary aspects are higher than students who follow learning with the learning group
investigation. Research methods in this study is quasi-experiments method with no equivalent
design. The conclusion of this research in general is the application of cooperative learning
model type scramble is effective to improve students writing skills on descriptive text based to
word mechanism aspect and vocabulary aspect.

Keywords

: Cooperative Learning model type scramble, writing skills, English

Kemampuan berbahasa pada masa
globalisasi ini harus lebih mendunia,
polemik permasalahan bahasa asing dan
urgensinya menjadi hal yang sering
dibincangkan
dan
dirasakan
oleh
masyarakat. Apalagi dengan adanya

deklarasi AFTA (Asean Free Trade Area)
yang diisukan pada tahun 2015 silam,
apakah bangsa Indonesia dapat mengikuti
deklarasi tersebut. Penggunaan bahasa
resmi di Indonesia adalah Bahasa
Indonesia, sedangkan dilansir dalam harian
Kompasiana.com bahwa beberapa bangsa
yang kondisinya masih negara berkembang,
menggunakan Bahas Inggris sebagai
bahasa resminya. Pernyataan tentang
kelemahan Indonesia dalam berbahasa
asing ini ditegaskan kembali dalam data
EPI (English Proficiency Index) lembaga
pembelajaran bahasa inggris EF (English
First)
yang mengurutkan kemampuan
berbahas Inggris Negara Indonesia berada
pada posisi ke-32 setelah Vietnam. Hal
tersebut harus menjadi pemicu bagi
Indonesia dalam menningkatkan kualitas

masyarakat, utamanya dalam berbahasa
Inggris.
Kualitas
berbahasa
asing
masyarakat Indonesia tergantung dengan
pengembangan kapasitas berbahasa yang
dilakukan pemerintah pada masyarakatnya.
Pada Kurikulum 2013 terdapat perubahan
tujuan dari kurikulum sebelumnya yang
lebih mementingkan sisi kemampuan
kognitif berbasis hafalan ke jenjang
kemampuan diatasnya yaitu keterampilan.
Keterampilan berbahasa pada dasarnya
terdiri dari empat keterampilan, yaitu
keterampilan
menyimak,
berbicara,
membaca dan menulis. Keterampilan
menulis merupakan keterampilan memiliki

tingkatan kesulitan yang tinggi dibanding
keterampilan berbahasa yang lain. Tarigan
(2008, hlm 2) menyatakan “keterampilan
menulis dibutuhkan waktu yang lama dan
latihan yang intensif.” Keterampilan

menulis merupakan salah satu tingkat dari
ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom.
Keterampilan menulis merupakan bentuk
nyata dari tingkat ranah kognitif sintesa.
Pada tingkatan sintesa, siswa dapat
merangkai atau menyusun kembali
komponen-komponen yang telah dia lihat
baik itu dari kegiatan pembelajaran atau
suatu fakta, yang kemudian dijelaskan
dalam bentuk pemahaman yang tersusun
dari komponen-komponen tersebut. Dalam
Permendikbud nomor 24 Tahun 2016
tentang kompetensi dasar dan kompetensi
inti ruang lingkup mata pelajaran Bahasa

Inggris SMA/MA kelas XI, terdapat
beberapa standar kompetensi menyebutkan
bahwa ada beberapa keterampilan menulis
yang harus siswa kuasai. Pertama, teks
deksriptif,
yakni
siswa
dapat
mengungkapkan
makna
at
secara
kontekstual terkait fungsi sosial sesuai
dengan struktur kebahasaan. Kedua, teks
pemberitahuan,
yakni
siswa
dapat
menyusun teks khusus dalam bentuk
pemberitahuan. Ketiga, teks recount, yakni

siswa dapat menangkap peristiwa sejarah
yang dikonversikan menjadi teks sesuai
dengan struktur kebahasaan yang berlaku.
Namun, apakah siswa dapat mengikuti dan
menguasai
kompetensi
keterampilan
menulis pada mata pelajaran bahasa Inggris
tersebut.
Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah
Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah
Garut memiliki nilai yang cukup baik.
Berdasarkan data nilai siswa pada mata
pelajaran Bahasa Inggris yang diambil dari
40 orang siswa kelas XI tahun pelajaran
2016/2017 di sekolah tersebut terhitung
siswa mempunyai nilai sebagai berikut :


Tabel 1.1
Data Nilai Bahasa Inggris
Keterangan Niali
Nilai Rata-

Nilai

Max.

Min.

Rata

81

46

65,34

Berdasarkan tabel tersebut jika

dianalaisis kembali nilai tertinggi dalam
sampel kelas sebesar 81 dan nilai terkecil
sebesar 46 dengan rata-rata nilai sebesar
65,3. Hal tersebut dirasa kurang wajar
menimbang pondok pesantren memiliki
kebijakan hari berbahasa setiap minggunya,
maka dirasakan sedikit timpang ketika
siswa dibiasakan untuk melakukan kegiatan
hari berbahasa setiap minggunya namun
nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih
dibawah standar kelulusan sekolah. Maka
dari itu perlu dibentuk satu bentuk
perubahan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, Peneliti merangkum rumusan
masalah dalam penelitian ini menjadi
beberapa rumusan masalah. Rumusan
masalah umum dalam penelitian ini adalah
Apakah terdapat perbedaan keterampilan

menulis deskriptif yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa
Inggris dengan model pembelajaran
scramble dan siswa yang mengikuti
pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran
group
investigation.
Sedangkan rumusan masalah secara
spesifiknya sebagai berikut : (1) bagaimana
keterampilan siswa dalam menulis teks
deskriptif yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran group
investigation pada aspek word mechanism
? (2) bagaimana keterampilan siswa dalam
menulis teks deskriptif yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran
group investigation pada aspek vocabulary
(3) bagaimana keterampilan siswa dalam
menulis teks deskriptif yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran
scramble pada aspek word mechanism? (4)
bagaimana keterampilan siswa dalam
menulis teks deskriptif yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran
scramble pada aspek vocabulary? (5)
Apakah keterampilan siswa dalam menulis
teks deksriptif aspek word mechanism yang
mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris
dengan model pembelajaran scramble lebih
tinggi daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran group investigation? (6)
Apakah keterampilan siswa dalam menulis
teks deksriptif aspek vocabulary yang
mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris
dengan model pembelajaran scramble lebih
tinggi daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran group investigation?
Adapun
tujuan
umum
dari
penelitian ini adalah melihat keefektifan
penggunaan model pembelajaran scramble
dalam pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan
tujuan spesifik pada penelitian ini yaitu (1)
Mendeskripsikan keterampilan siswa
dalam menulis teks deskriptif pada aspek
word
mechanism
yang
mengikuti
pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran group investigation. (2)
Mendeskripsikan keterampilan siswa
dalam menulis teks deskriptif pada aspek
vocabulary yang mengikuti pembelajaran
Bahasa Inggris dengan model pembelajaran
group investigation. (3) Mendeskripsikan
keterampilan siswa dalam menulis teks
deskriptif pada aspek word mechanism
yang mengikuti pembelajaran Bahasa
Inggris dengan model pembelajaran
scramble.
(4)
Mendeskripsikan
keterampilan siswa dalam menulis teks
deskriptif pada aspek vocabulary yang
mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris
dengan model pembelajaran scramble. (5)
Membuktikan keterampilan menulis teks
deksriptif
siswa
yang
mengikuti

pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran scramble pada aspek word
mechanism lebih tinggi daripada siswa
mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris
dengan model pembelajaran group
investigation.
(6)
Membuktikan
keterampilan menulis teks deksriptif siswa
yang mengikuti pembelajaran Bahasa
Inggris dengan model pembelajaran
scramble pada aspek vocabulary lebih
tinggi
daripada
siswa
mengikuti
pembelajaran Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran group investigation.
Pembelajaran merupakan salah satu
bentuk tindakan yang terukur dan
terstruktur
yang
mengacu
pada
perencanaan yang telah dirancang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Desain
pembelajaran dirancang dan diterapkan
dengan tujuan tercapainya ketercapaian
kemampuan siswa baik itu dari segi
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
tetap sejalan dengan kompetensi dan
indikator yang telah ditentukan sebagai
tolak ukur keberhasilan hasil belajar siswa.
Corey dan Sagala dalam Darmawan (2013,
hlm. 7) menyatakan “proses pembelajaran
merupakan bentuk rekayasa kegiatan
pengembangan kapasitas individu dengan
kondisi yang memungkinkan perekayasa
ikut
andil
dalam
mengubah,
mengembangkan dan mengarahkan respon
yang dihasilkan oleh objek kegiatan
tersebut.” Gagne dalam Sanjaya (2015,
hlm. 27) menjelaskan bahwa” instruction is
a set of events that effect learners in such a
way that learning is facilitated.”
Pembelajaran merupakan satu bentuk
interaksi antara pengajar dan peserta didik
demi terbentuknya hasil pembelajaran yang
diharapkan. Sagala dalam Sumantri(2015,
hlm. 2) menjelaskan bahwa “pembelajaran
merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik.” Perlu
menjadi perhatian Pendidik bahwa dalam

subjek bahasa bahwa terdapat beberapa
pertimbangan yang perlu diambil dalam
mengolah potensi yang dimiliki siswa.
Berbahasa merupakan bentuk dari aktivitas
komunikasi yang dilakukan oleh manusia
dengan
manusia
lainnya.
Proses
komunikasi yang dimaksud adalah
bagaimana
manusia
dapat
saling
memahami, mengungkapkan informasi,
perasaan, pengetahuan, pengalaman, dan
budaya yang mereka miliki. Berdasarkan
kesimpulan tersebut dapat dipahami bahwa
kemampuan berbahasa adalah bagaimana
seseorang dapat melakukan kegiatan olah
wacana dengan orang yang ditujukannya,
dalam hal ini proses olah wacana yang
dimaksud terbagi menjadi beberapa jenis
keterampilan yakni keterampilan reseptif
meliputi keterampilan mendengar dan
membaca,
kemudian
keterampilan
produktif yang meliputi keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis.
Pembagian keterampilan berbahasa terbagi
menjadi 2 aspek besar secara praktek
disadari sebagai bentuk tingkat kesukaran
manusia dalam menguasai menerapkan
aspek keterampilan berbahasa dalam
kehidupannya. Wells (1987, hlm. 35)
menjelaskan aspek literasi berbahasa
terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu
Performative, Functional, informational,
dan Epistemic. Performative merupakan
salah satu indikator ketercapaian dalam
berbahasa yang diukur berdasarkan
bagaimana cara siswa menulis, membaca,
mendengarkan dan berbicara dengan
berbagai
simbol
yang
digunakan.
Functional merupakan kemampuan siswa
dalam menggunakan bahasa untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
menulis kalimat berita dan membaca surat
kabar.
Informational
merupakan
keterampilan
peserta
didik
dalam
mengakses subjek atau pelajaran dengan
kemampuan bahasanya. Tingkatan yang
terakhir yaitu Epistemic dimana siswa dapat

mengungkapkan
pemikiran
yang
dimilikinya kedalam susunan kalimat
dengan bahasa yang sesuai. Keterampilan
menulis dalam Bahasa Inggris dibagi
menjadi beberapa Penguasaan jenis teks.
Salah satunya merupakan teks deskriptif,
teks deskriptif merupakan salah satu
kompetensi teks yang perlu dikuasai oleh
siswa. Setiap jenis teks yang harus dikuasai
siswa memiliki tujuan, ciri dan struktur
penulisan yang berbeda. Emilia (2011,
hlm. 94) menjelaskan tujuan dari teks
deskriptif yaitu “memberi informasi
tentang sesuau atau seseorang melalui
rincian yang bersifat menggambarkan
penerima pesan.” Jika siswa dapat
memberikan salah satu gambaran mengenai
objek maka siswa dapat memenuhi salah
satu tingkatan keterampilan berbahasa yaitu
Epistemic karena objek yang siswa pikirkan
diturunkan menjadi teks tentang objek
tersebut. Salah satu upaya dalam
meningkatkan 4 tahapan keterampilan
berbahasa tersebut perlu dukungan dan
fasilitas yang menunjang pembelajaran
bahasa adalah menggunakan model
pembelajaran dan media yang tepat dalam
kegiatan pembelajaran. Penerapan model
pembelajaran
yang
cocok
akan
memberikan dampak yang positif dalam
pengembangan kapasitas peserta didik.
Robert Yinger dalam Sanjaya (2015, hlm.
48) menyatakan “ada beberapa bentuk
tahapan dalam perencanaan pembelajaran
yang masing-masing membentuk siklus,
yakni perencanaan tahunan, perencanaan
term, perencanaan unit dan perencanaan
harian.” Perencanaan dalam kegiatan
pembelajaran membutuhkan beberapa
pertimbangan. Model yang menjadi
landasan dalam membentuk RPP juga harus
sesuai dengan kondisi siswa. Lieach &
Scott dalam Aunurrahman (2008, hlm. 111)
menjelaskan bahwa “beberapa hal perlu
dipertimbangkan guru dalam memilih dan
menentukan model pembelajaran dengan

mengkaji fokus baik itu berupa hasil, proses
atau konten” alasan utama yang menjadi
dasar mengapa model pembelajaran
scramble menjadi alternatif yang dipilih
pada penelitian ini adalah kondisi siswa
yang memiliki beban psikis yang berbeda
menuntut siswa untuk lebih belajar secara
mandiri dan terstruktur. Jam pelajaran yang
berbanding dengan sekolah biasa menjadi
salah satu pemicu kurang terstrukturnya
pola pelaksanaan pembelajaran sehingga
perlu adanya kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan agar siswa tidak merasa
terbebani dengan jam pelajaran mata
pelajaran Bahasa Inggris yang sedikit.
Kemudian mudahnya bahan ajar dan media
pembelajaran yang digunakan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe scramble
menjadi salah satu alasan mengapa model
ini menjadi pilihan dalam melaksanakan
pembelajaran Bahasa Inggris. Langkah
langkah
yang
ditempuh
dalam
melaksanakan
model
pembelajaran
scramble secara umum terbagi menjadi
beberapa tahapan, Menurut Huda (2014,
hlm. 305), “tahapan pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Scramble
terdiri dari proses persiapan materi,
pembagian lembar jawaban secara acak,
pengerjaan soal dalam durasi tertentu, dan
penilaian”. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan beberapa langkah tambahan
pada saat tindakan di kelas. Peneliti
memberikan video mengenai teks deskriptif
sendiri sebagai prolog dari kegiatan
pembelajaran, hal ini dilakukan agar siswa
dapat menerima informasi yang lebih dari
video tersebut. Kemudian saat pertengahan
jam pelaksanaan pembelajaran, peneliti
menggunakan permainan scrabble untuk
meningkatkan kosa kata yang dimiliki oleh
siswa mengenai kata-kata yang umumnya
digunakan untuk menulis teks deskriptif.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuasi-eksperimen dengan desain
kelompok tak setara. Metode penelitian
kuasi-eksperimen adalah penelitian yang
digunakan untuk melihat pengaruh atau
hubungan antara perlakuan dan dampak
yang dilakukan terhadap dua kelompok.
Kelompok dalam penelitian ini ada
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Jumlah sampel penelitian perkelasnya sebanyak 34 orang siswa.
Sehingga total sampel pada dua kelasnya
berjumlah 68 orang. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk
soal uraian bebas dan objektif dengan
jumlah 10 soal. Sebelum instrumen
diberikan kepada sampel penelitian,
peneliti melakukan uji coba instrumen
kepada 40 orang responden, untuk
mengukur instrumen yang digunakan sudah
valid dan tepat sasaran, instrumen tersebut
yang diuji cobakan dan dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
dalam penelitian ini dengan cara melakukan
expert judgement, dan selanjutnya
dilakukan uji validitas empiris dengan
rumus
Pearson
Product
Moment.
Sedangkan uji realiabilitas menggunakan
pengukuran reliabilitas Spearman Brown.
Tahapan selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisis data yang dilakukan dibantu
dengan Statistical Products and Solution
Services (SPSS) versi 20.0. Analisis data
yang akan dilakukan adalah uji normalitas
dengan uji normalitas Kolmogorov
Smirnov, selanjutnya uji homogenitas
dengan menggunakan uji Levene test, dan
yang terakhir uji hipotesis dengan
menggunakan dengan menggunakan uji t.
HASIL DAN TEMUAN
Berdasarkan hasil perhitungan uji
validitas pada uji coba instrumen dengan
menggunakan rumus korelasi product
moment dari 10 soal uraian didapatkan
rhitung sebesar 0,4112. Sedangkan rtabel pada
derajat kerpercayaan 95% adalah 0,2573.

Hasil perhitungan uji reliabilitas
dilakukan
dengan
manual
dengan
menggunakan teknik Cronbanch Alpha.
Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung
(1,24) dan rtabel (0,2573), dapat disimpulkan
bahwa rhitung (1,24) > rtabel (0,2573),
berdasarkan kriteria tersebut dapat
dikatakan bahwa instrumen tes yang
digunakan reliabel.
Perbandingan hasil pembelajaran
model pembelajaran scramble dan group
investigation

Menurut data dari hasil penelitian,
diketahui bahwa adanya perbedaan dari
hasil belajar para peserta didik. Berikut
merupakan penjelasan mengenai skor
pretest, skor posttest dan skor gain peserta
didik kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Pelaksanaan
penelitian
yang
diberikan kepada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dengan memakai
instrumen berbentuk soal dengan tipe
uraian objektif dan dengan jumlah 10 soal.
Rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen adalah 21,0 dengan skor
tertinggi adalah 30,0 dan skor terendah
adalah 15.
Rata-rata skor pretest kelompok
kontrol 19,9 dengan skor tertinggi adalah
26 dan skor terendah adalah 12.
Rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen adalah 31,8 dengan skor
tertinggi yang diperoleh adalah 36 dan skor
terendah adalah 25
Rata-rata skor posttest kelompok
kontrol adalah 25,0. Skor tertinggi yang
diperoleh adalah 31 dan skor terendah
adalah 19.
Tabel 1. 2
Skor Keseluruhan Kelas Eksperimen
Kelas

Pretest

Posttest

Gain

Kelas

21,0

31,8

10,8

19,9

25

5.1

Eksperimen
Kelas
Kontrol

Hasil
investigation
mechanism

Pembelajaran
pada
Aspek

group
word

Hasil skor rata-rata pretest kelompok
kontrol pada aspek word mechanism adalah
14,9 dengan skor tertinggi adalah 22 dan
skor terendah adalah 8. Rata-rata skor
posttest kelompok kontrol pada aspek word
mechanism adalah 18,4 dengan skor
tertinggi adalah 23 dan skor terendah
adalah 13.
Peningkatan yang dihasilkan peserta
didik adalah berdasarkan skor total rata-rata
sebesar 4,5. Sedangkan berdasarkan nilai
maksimalnya sebesar 1 dan berdasarakan
nilai terkecil sebesar 5.
Hasil
Pembelajaran
group
investigation pada Aspek vocabulary
Hasil skor rata-rata pretest kelompok
kontrol pada aspek word mechanism adalah
2,9 dengan skor tertinggi adalah 6 dan skor
terendah adalah 1. Rata-rata skor posttest
kelompok kontrol pada aspek word
mechanism adalah 6,6 dengan skor
tertinggi adalah 9 dan skor terendah adalah
3.
Peningkatan yang dihasilkan peserta
didik adalah berdasarkan skor total rata-rata
sebesar 3,7. Sedangkan berdasarkan nilai
maksimalnya sebesar 3 dan berdasarakan
nilai terkecil sebesar 1.
Hasil Pembelajaran scramble pada
Aspek word mechanism
Hasil skor rata-rata pretest kelompok
eksperimen pada aspek word mechanism
adalah 15,5 dengan skor tertinggi adalah 21
dan skor terendah adalah 9. Rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen pada aspek
word mechanism adalah 22 dengan skor
tertinggi adalah 26 dan skor terendah
adalah 16.
Peningkatan yang dihasilkan peserta
didik adalah berdasarkan skor total rata-rata
sebesar 6,6. Sedangkan berdasarkan nilai
maksimalnya sebesar 5 dan berdasarakan
nilai terkecil sebesar 7.
Hasil Pembelajaran scramble
pada Aspek vocabulary

Hasil
skor rata-rata
pretest
kelompok eksperimen pada aspek word
mechanism adalah 5,5 dengan skor
tertinggi adalah 10 dan skor terendah
adalah 1. Rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen pada aspek word mechanism
adalah 10 dengan skor tertinggi adalah 12
dan skor terendah adalah 6.
Peningkatan
yang
dihasilkan
peserta didik adalah berdasarkan skor total
rata-rata
sebesar
4,5.
Sedangkan
berdasarkan nilai maksimalnya sebesar 2
dan berdasarakan nilai terkecil sebesar 5.
Setelah melakukan perhitungan
skor pretest dan posttest setiap aspek kedua
kelompok, kemudian langkah berikutnya
data
tersebut
dianalisis
dengan
menggunakan uji normalitas.
Hasil perhitungan dari bahwa pvalue pada kolom kelompok kontrol. pvalue pada gain total kelompok kontrol
mempunyai skor 0,707, p-value pada gain
aspek word mechanism mempunyai skor
0,155, p-value pada gain aspek vocabulary
mempunyai skor 0,193. Data dikatakan
berdistribusi
normal
apabila
nilai
signifikansi >0,05 sedangkan dikatakan
bahwa data yang diperoleh tidak
berdistribusi
normal
apabila
nilai
signifikansi 0,05 sedangkan dikatakan
bahwa data yang diperoleh tidak
berdistribusi
normal
apabila
nilai
signifikansi