Model Pembelajaran Non Directive Teachin
Model Pembelajaran Non-Directive Teaching
Widhianti Putri Hutami (1500954)
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
widhiph@student.upi.edu
Model pembelajaran Non-Directive teaching dikemukakan oleh Carl Rogers. Rogers
menggunakan konsep terapi sebagai salah satu cara belajar. Rogers (dalam Siddiqui 2013)
mengatakan bahwa hubungan manusia yang positif akan membuat orang berkembang maka
pembelajaran haruslah berdasarkan konsep hubungan antar manusia dibanding konsep mata
pelajaran, proses, atau sumber intelektual lainnya. Dalam model ini sangat ditekankan kepada
bagaimana terbangunnya hubungan yang positif antara guru dengan murid, murid dengan
murid, murid dengan lingkungan dan hubungan murid dengan dirinya sendiri.
Model Non-Directive teaching menurut Rusman (2011) memiliki tujuan yaitu
menekankan kepada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti
kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan konsep diri. Model ini memiliki asumsi
bahwa siswalah yang harus bersedia bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri dan
proses belajar tersebut dapat berhasil jika siswa dan guru dapat berkomunikasi secara baik
satu sama lain (Siddiqui, 2013). Dapat disimpulkan bahwa fokus dari model ini berupa
pengembangan diri peserta didik yang dilandasi oleh teori belajar humanistik.
Model ini memiliki enam tahap yang dikutip oleh Siddiqui (2013), sintak pelaksanaan
pembelajarannya, yaitu : 1) mendefinisikan situasi, 2) menjelajahi masalah, 3)
mengembangkan wawasan, 4) merencanakan dan membuat keputusan, 5) mengintegrasikan,
dan 6) mengaplikasikan. Jadi dalam melaksanakan model ini siswa pada awalnya akan
didorong oleh guru untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Lalu mereka mencoba
mencari dan menemukan masalah yang nantinya diberi respon oleh guru. Masalah yang
sudah ditemukan dikaji oleh siswa dengan melakukan diskusi dan guru memberi dorongan
serta bantuan. Siswa didorong untuk merencanakan bentuk-bentuk keputusan yang akan
diambil dari masalah yang dibahas dan guru berperan memberikan klarifikasi atas keputusan
– keputusan. Pada tahap integrasi, siswa mengembangkan wawasannya lebih jauh dengan
memecahkan masalah dan memberi solusi, membuat rencana yang lebih terintegrasi dan aksi
positif. Setelah semua tahap tersebut, maka siswa harus mengaplikasikan hasil dari
pembelajarannya ke lingkungannya.
Daftar Pustaka
Siddiqui. (2013). Nondirective Teaching Model: An Effective Way of Counseling. Global
Research Analysis, 2(4), hlm. 51-53.
Rusman. 2011. Pendekatan dan model pembelajaran. [online]. Diakses
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
dari
Widhianti Putri Hutami (1500954)
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
widhiph@student.upi.edu
Model pembelajaran Non-Directive teaching dikemukakan oleh Carl Rogers. Rogers
menggunakan konsep terapi sebagai salah satu cara belajar. Rogers (dalam Siddiqui 2013)
mengatakan bahwa hubungan manusia yang positif akan membuat orang berkembang maka
pembelajaran haruslah berdasarkan konsep hubungan antar manusia dibanding konsep mata
pelajaran, proses, atau sumber intelektual lainnya. Dalam model ini sangat ditekankan kepada
bagaimana terbangunnya hubungan yang positif antara guru dengan murid, murid dengan
murid, murid dengan lingkungan dan hubungan murid dengan dirinya sendiri.
Model Non-Directive teaching menurut Rusman (2011) memiliki tujuan yaitu
menekankan kepada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti
kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan konsep diri. Model ini memiliki asumsi
bahwa siswalah yang harus bersedia bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri dan
proses belajar tersebut dapat berhasil jika siswa dan guru dapat berkomunikasi secara baik
satu sama lain (Siddiqui, 2013). Dapat disimpulkan bahwa fokus dari model ini berupa
pengembangan diri peserta didik yang dilandasi oleh teori belajar humanistik.
Model ini memiliki enam tahap yang dikutip oleh Siddiqui (2013), sintak pelaksanaan
pembelajarannya, yaitu : 1) mendefinisikan situasi, 2) menjelajahi masalah, 3)
mengembangkan wawasan, 4) merencanakan dan membuat keputusan, 5) mengintegrasikan,
dan 6) mengaplikasikan. Jadi dalam melaksanakan model ini siswa pada awalnya akan
didorong oleh guru untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Lalu mereka mencoba
mencari dan menemukan masalah yang nantinya diberi respon oleh guru. Masalah yang
sudah ditemukan dikaji oleh siswa dengan melakukan diskusi dan guru memberi dorongan
serta bantuan. Siswa didorong untuk merencanakan bentuk-bentuk keputusan yang akan
diambil dari masalah yang dibahas dan guru berperan memberikan klarifikasi atas keputusan
– keputusan. Pada tahap integrasi, siswa mengembangkan wawasannya lebih jauh dengan
memecahkan masalah dan memberi solusi, membuat rencana yang lebih terintegrasi dan aksi
positif. Setelah semua tahap tersebut, maka siswa harus mengaplikasikan hasil dari
pembelajarannya ke lingkungannya.
Daftar Pustaka
Siddiqui. (2013). Nondirective Teaching Model: An Effective Way of Counseling. Global
Research Analysis, 2(4), hlm. 51-53.
Rusman. 2011. Pendekatan dan model pembelajaran. [online]. Diakses
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
dari