Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PENJAMIN DALAM PEMBERIAN
KREDIT TERHADAP USAHA KECIL MENENGAH

A. Pengertian Hukum Penjamin dalam Pemberian Kredit
Dalam melakukan suatu usaha, kredit merupakan salah satu alternatif
solusi untuk kebutuhan dana. Hampir sebagian besar perusahaan pernah
mengajukan kredit kepada kreditur. Namun, tidaklah semudah itu bagi perusahaan
untuk memperoleh fasilitas kredit, pihak kreditur pasti akan sangat selektif untuk
memilih perusahaan mana yang mempunyai tingkat resiko gagal bayar paling
rendah. Untuk itu kredibilitas, total aset, dan keuangan perusahaan pun menjadi
salah satu pertimbangan kreditur.
Selain hal tersebut, pihak kreditur juga sering kali mensyaratkan adanya
jaminan. Jaminan ini diperlukan kreditur untuk mengantisipasi kemungkinan
pihak debitur gagal untuk memenuhi kewajibannya. Dengan adanya jaminan ini,
maka resiko bagi kreditur semakin kecil, karena jika terjadi gagal dalam
pembayaran, maka pihak kreditur dapat menyita jaminan tersebut dan kemudian
di lelang yang hasilnya digunakan untuk membayar sisa kreditnya.
Secara umum, jaminan yang biasa dicantumkan adalah jaminan yang
berupa kebendaan, misalnya jaminan berupa gedung, tanah, kendaraan, dan
sebagainya. Pihak kreditur akan melakukan penilaian beberapa nilai dari jaminan

tersebut, sehingga dapat menjadi landasan mengenai berapa dana yang dapat

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh kreditur. Namun, pada kenyataannya, hal tersebut juga tidaklah
cukup untuk menjamin debitur dari kemungkinan gagal dalam melakukan
pembayaran. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya perusahaan-perusahaan
yang memanipulasi data-data perusahaan sehingga nilai dari asset perusahaan
bertambah. Untuk mengatasi kendala tersebut, akhir-akhir ini sebagian besar
pihak bank akan meminta jaminan personal guarantee (jaminan perorangan)
untuk setiap perjanjian kredit. Jaminan perorangan pada umumnya merupakan
jaminan tambahan mengingat jaminan pokok dari pemberian kredit adalah proyek
yang dibiayai dengan kredit itu yang berupa jaminan kebendaan.
Dalam prakteknya yang menjadi Borg atau penjamin adalah orang-orang
atau perusahaan yang memiliki hubungan kepentingan di bidang bisnis antara
debitur dengan Borg atau penjamin hutang tersebut. Jarang sekali terjadi seorang
penjamin tidak mempunyai hubungan atau kepentingan dengan debiturnya.
Tujuannya adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah
diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.
Jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan

langsung pada perseorangan tertentu misalnya borgtocht.Borgtocht diatur dalam
KUH Perdata Buku II Bab XVII Pasal 1820 sampai Pasal 1850.Borgtocht berasal
dari bahsa Belanda yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan penanggung
atau penjamin. Dalam bahasa Belanda orangnya disebut Borg. Dalam bahasa
Indonesia dinamakan Penanggungan atau penjaminan. Ahli hukum R.Subekti,
dalam bukunya Aneka Perjanjian menggunakan istilah penanggungan utang.
Orangnya yang menanggung disebut penanggung. Dalam tulisan itu penulis

53
Universitas Sumatera Utara

menggunakan istilah Penjamin dan orangnya disebut penjamin karena defenisi
Borgtocht pada pasal 1820 KUH Perdata intinya menjamin pelunasan utang
seorang debitur.
Borgtocht atau penjamin adalah perjanjian dengan mana seorang pihak
ketiga, guna kepentingan si berpiutang (kreditur) mengikatkan diri untuk
memenuhi perjanjian si berutang (debitur) manakala orang ini sendiri (debitur)
tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Dengan demikian pengertian atau
defenisi yang diberikan Pasal 1820 KUH Perdata untuk memudahkan pengertian
Borgtocht tersebut.

Jaminan dalam bentuk jaminan perorangan (Borgtocht) yang diatur dalam
KUH Perdata mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Jaminan Borgtocht mempunyai sifat accessoir
b. Borgtocht tergolong jaminan perorangan
c. Borgtocht tidak memberikan hak preferent (diutamakan)
d. Besarnya penjamin tidak melebihi atau syarat-syarat yang lebih berat
perikatan pokok.
e. Penjamin memiliki hak-hak istimewa dan tangkisan-tangkisan
f. Kewajiban penjamin bersifat subsider
g. Perjanjian Borgtocht bersifta tegas, tidak dipersangkalan
h. Penjamin beralih kepada ahli waris. 41

41

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2005,

hal.140

54
Universitas Sumatera Utara


Jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda
tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang
menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.
Jaminan penangguhan utang (Borgtocht) adalah jaminan yang bersifat
perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu.
Jaminan bersifat perorangan ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur
tertentu terhadap harta kekayaan debitur seumumnya.
Contohnya Borgtocht jaminan yang bersifat perorangan ini mempunyai
azas kesamaan (Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata) artinya tidak
membedakan piutang mana yang lebih dahulu terjadi dan piutang yang terjadi
kemudian. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan
penjamin dan tidak mengindahkan urutan terjadinya.
Perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga (penjamin) dapat
dilakukan dengan sepengetahuan si debitur (si berutang) atau bahkan tanpa
sepengetahuan debitur.
Dalam jaminan borgtocht ini berarti seorang penjamin secara hukum
menyediakan seluruh atau sebagian tertentu harta kekayaan yang dimiliki
sekarang maupun yang akan datang, baik barang tetap atau barang bergerak untuk
menjamin utang debitur, manakala debitur tidak mampu melunasi hutangnya.

Seluruh atau sebagian harta kekayaan yang disediakan tersebut tergantung
perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga tadi.
Seperti perjanjian jaminan lainnya, perjanjian jaminan borgtocht bersifat
accessoir artinya kebendaan jaminan berbetuk borgtocht ini tergantung pada

55
Universitas Sumatera Utara

perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit. Perjanjian jaminan borgtocht hapus
apabila perjanjian pokoknya (perjanjian kredit) hapus misalnya kredit telah
dilunasi dan lain-lain.
Mengingat jaminan borgtocht ini bersifat accesoir dan sebagai cadangan
saja maka seorang penjamin (borg) diberikan “hak istimewa” yaitu hak dimiliki
seorang penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan milik si berutang utama
(debitur) terlebih dahulu disita dan dijual/lelang. Jika hasil penjualan harta
kekayaan debitur tidak cukup untuk melunasi hutangnya, kemudian baru harta
kekayaan penjamin.
Hak istimewa seorang penjamin tersebut tercantum dalam pasal-pasal
KUH Perdata, tetapi biasanya dalam praktek membuat perjanjian jaminan hak-hak
istimewa ditiadakan/dihapuskan. Akibat dihapuskannya hak-hak istimewa

tersebut maka kedudukan seorang penjamin adalah apabila si berutang (debitur)
tidak membayar hutangnya maka si penjamin dapat ditagih untuk segera melunasi
hutang debitur.
Hak istimewa yang dimiliki seorang penjamin itu ada karena penjamin
(borgtocht) sifatnya hanya sebagai cadangan saja artinya jika debitur tidak
melunasi hutangnya maka penjamin melunasi hutang debitur itu.
Ada dua macam bentuk jaminan borgtocht yaitu jaminan perorangan
(personal guaranted) dan jaminan perusahaan (corporate guaranted). Adapun
unsur-unsur jaminan perorangan, yaitu :
a. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu

56
Universitas Sumatera Utara

b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu
c. Terhadap kekayaan debitur umumnya. 42

B.

Fungsi Penjamin Kredit dalam Pemberian Kredit

Kredit

pada

awal

perkembangan

mengarahkan

fungsinya

untuk

merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan
pecapaian kebutuhan, baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari.
Sebelum memberikan kredit pada pihak debitur, senantiasa meminta
jaminan kepada pihak debitur dengan tujuan agar kredit yang diberikan tersebut
dapat dikembalikan dikemudian hari dan biasanya jaminan tersebut adalah dalam
bentuk kebendaan agar mudah dieksekusi dan tidak menimbulkan permaslaahan

dikemudian hari.
Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi
debitur, kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh pada tahapan yang
lebih baik. Maksudnya, baik bagi pihak debitur maupun kreditur mendapatkan
kemajuan. Kemajuan tersebut tergambar apabila mereka memperoleh keuntungan
juga mengalami peningkatan kesejahteraan, dan masyarakat pun atau negara
mengalami suatu penambahan dari penerima pajak, juga kemajuan ekonomi, baik
yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang
diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan mempunyai fungsi. 43

42

H.Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Rajawali PERS, Jakarta,hal.5
43
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung,hal.481

57
Universitas Sumatera Utara


Pemerintah melalui kebijakan tanggal 29 Januari 1990 (Pak. Jan, 29 Tahun
1990) tentang penyempurnaan sistem Perkreditan ini mewajibkan setiap Bank
untuk menyalurkan 20% kreditnya kepada kegiatan usaha kecil dan kegiatan
koperasi yang produktif yang dibiayai dari dana Bank tersebut.
Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada
lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yag dapat
dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat benda jaminan adalah :
a. Mempermudah diperolehnya kredit bagi pihak yang memerlukannya.
b. Tidak

melemahkan

potensi/kekuatan

si

pencari kredit


untuk

melakukan dan meneruskan usahanya.
c. Memberikan informasi kepada debitur, bahwa barang jaminan setiap
waktu dapat di eksekusi, bahkan diuangkan untuk melunasi utang si
penerima (nasabah debitur).
Manfaat benda jaminan bagi kreditur adalah :
a. Terwujudnya keamanan yang terdapat dalam transaksi dagang yang
ditutup.
b. Memberikan kepastian hukum bagi kreditur. Sedangkan manfaat benda
jaminan bagi debitur adalah untuk memperoleh fasilitas kredit dan
tidak khawatir dalam mengembangkan usahanya.
Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan ekonomi. Karena keberadaan lembaga ini dapat
memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur. Kegunaan jaminan kredit adalah

58
Universitas Sumatera Utara

untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada Bank untuk mendapat pelunasan

dari agunan apabila debitur melakukan cidera janji yaitu untuk membayar kembali
hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
Penjamin kredit berfungsi untuk melengkapi kesiapan anda mendapatkan
persetujuan kredit dari bank atau kreditur lainnya, dan bukan menggantikan
seluruh agunan yang seharusnya anda serahkan untuk jumlah tertentu atas kredit.
Penjamin kredit pada dasarnya dapat dimanfaatkan oleh pengusaha atas
persetujuan pihak lembaga kredit atau orang penjamin. Meskipun demikian bila
antara kreditur atau penerima dan penjamin belum terdapat kerja sama.
Pada dasarnya permohonan penjamin dari seorang calon debitur dapat saja
diproses oleh penjamin (LPK), walaupun pada awalnya ketentuan penjamin akan
disampaikan terlebi dahulu kepada pihak kreditur.

C.

Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Berbicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam usaha kecil

dan menengah disingkat UKM tidak mudah. Banyak istilah yang mucul dalam
hubungannya dengan usaha kecil dan menengah. Ada yang menyebut golongan
ekonomi lemah, usaha mikro ada juga yang menggunakan istilah industri kecil
dan sedang, serta ada juga menyebut dengan industri rumah tangga.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia.
UKM

ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian

59
Universitas Sumatera Utara

masyarakat.44 UKM ini juga sangat membantu negara atau pemerintah dalam hal
penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UKM juga banyak tercipta unit-unit
kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung
pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UKM juga memiliki fleksibilitas yang
tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini
perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar
terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan
elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.
Dalam studi ini digunakan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM).
a. Menurut kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah, Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- . Sementara
itu, usaha menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000
s.d. Rp 10.000.000.000.- tidak termasuk tanah dan bangunan.
b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berdasarkan kuantitas tenaga kerja,
yaitu usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja lima sampai sembilan belas orang, sedangkan usaha menengah

44

https://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/04/12/usaha-kecil-menengahukm/diakses tanggal 1 September 2016

60
Universitas Sumatera Utara

merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja dua puluh sampao
dengan sembilan puluh sembilan orang.
c. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefenisikan sebagai perorangan atau
badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai
penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,- atau aset
setinggi-tingginya Rp 600.000.000,- (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari :
(1) Bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan,
(2) Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak,
nelayan, perambah hutan , penumbung, pedagang barang dan jasa)
d. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) :
(1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakaan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupu tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

61
Universitas Sumatera Utara

(3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasaai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini.
Berdasarkan definisi UKM di atas, maka penulis dapat disimpulkan UKM
merupakan usaha kecil yang dapat menghasilkan omzet pertahunnya setinggitingginya Rp 200.000.000,- sampai dengan 600.000.000,- tanpa termasuk tanah
dan bangunan, serta memiliki pekerja lima sampai dengan sembilan belas orang.
Sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang omset per tahun paling
banyak Rp 200.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000 (diluar tanah dan
bangunan) dengan tenaga kerja dua puluh sampai dengan sembilan puluh
sembilan orang yang dilakukan perorangan maupun badan usaha.
Ciri-ciri usaha kecil menengah (UKM) adalah :
1. Bahan baku mudah diperoleh
2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih
teknologi
3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun
4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak

62
Universitas Sumatera Utara

5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar
lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk
diekspor
6. Melihatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis
menguntungkan.
Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran
sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, dan penyedia lapangan kerja
terbesar. UKM juga berperan penting dalam pengembangan perekonomian lokal
dan pemberdayaan masyarakat, dan pencipta pasar baru dan sumber inovasi. Oleh
karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,
dengan arah peningkatan produktivitas dan daya asing, serta menumbuhkan
wiraushawan baru yang tangguh.
Salah satu keunggulan UKM adalah ia terkadang dangat lincah mencari
peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru ketimbang
perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan.
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan
kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UKM memberi
berbagai jenis kontribusi, antara lain sebagai berikut :
1. Kontribusi UKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional ; Pembentukan
Investasi Nasional menurut harga berlaku :
a. Tahun 2007, kontribusi UKM tercatat sebesar Rp. 461,10 triliun atau
52,99% dari total investasi nasional sebesar Rp. 870,17 triliun.

63
Universitas Sumatera Utara

b. Tahun 2008, kontribusi UKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 179,27
triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp. 640,38 triliun.
2. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ;
PDB Nasional menurut harga berlaku :
a. Tahun 2007, kontribusi UKM terhadap PDB nasional menurut harga
berlaku tercatat sebesar Rp. 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%
b. Tahun 2008, kontribusi UKM terhadap PDB nasional menurut harga
berlaku tercatat sebesar Rp. 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%
3. Kontribusi UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional ; pada tahun
2008, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau
97,04% dari total penyerapan tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar
2,43%.
4. Kontribusi UKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional ; pada tahun 2008
kontribusi UKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non
migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28, 49%.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UKM merupakan pilar utama
perekonomian

Indonesia.

Karakteristik

utama

UKM

adalah

kemampuannya mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan
menanggung biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu, adalah sangat
wajar

jika keberhasilan UKM diharapkan mampu

meningkatkan

perekonomian Indonesia secara keseluruhan

64
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS KEDUDUKAN PENJAMIN ( BORG ) DALAM
PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL
DAN MENENGAH

A. Tanggung Jawab Penjamin dalam Pemberian Kredit
Umumnya pemberian kredit pada pemohon kredit adalah untuk membantu
pemohon

kredit

untuk

menjalankan

usahanya.

Bank

dalam

rangka

mempertimbangkan pemberian kreditnya selain melihat pada prospek usaha yang
akan dijalankan juga melihat pada jaminan apa yang akan dijaminkan oleh
pemohon. Jika dilihat pada kenyataannya yang sangat membutuhkan kredit adalah
usaha kecil dan menengah yang justru tidak bisa menyediakan jaminan yang
dituntut oleh bank Pasal 24 Undang-undang Perbankan.
Ketentuan Pasal 1820 KUH Perdata dinyatakan bahwa Penanggungan
merupakan suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna
kepentingan si pemberi hutang (kreditur) mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berhutang (debitur) manakala orang ini sendiri tiidak
memenuhinnya”.
Dari ketentuan pasal tersebut, di atas dapat disimpulkan

bahwa

penanggung hutang adalah suatu perjanjian untuk mengikatkan diri untuk suatu
pemenuhan perjanjian, dengan demikian perjanjian penanggungan merupakan
perjanjian yang sifatnya accesoir yaitu perjanjian yang mengikuti perjanjian
pokok, sehingga perjanjian penanggungan dianggap tidak pernah ada jika terdapat

65

65
Universitas Sumatera Utara

perjanjian pokok yang tidak sah. Hal ini merupakan atau mengandung cacat
hukum sehingga secara yuridis batal demi hukum. 45
Penjaminan

pribadi

merupakan

bagian

dari

skema

perjanjian

penanggungan yang diatur pada KUH Perdata Bab XVII KUH Perdata. Inti dari
perjanjian penanggungan adalah adanya pihak ketiga yang setuju untuk
kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang,
apabila pada waktunya si berutang sendiri tidak berhasil memenuhi kewajibannya
Pasal 1820 KUH Perdata. Berbeda dengan skema jaminan lainnya, yaitu jaminan
kebendaan yang memberikan hak penuh kepada kreditur atas suatu hak kebendaan
spesifik apabila terjadi kegagalan pemenuhan prestasi (misal: gadai, fidusia),
maka perjanjian penanggungan hanya memberikan kreditur hak umum untuk
menagih kepada pihak-pihak yang telah mengikatkan diri sebagai penanggung
dalam hal kegagalan pembayaran, sehingga kedudukan kreditur yang dijamin oleh
penanggung masih berada di bawah kreditur yang dijamin oleh hak jaminan
kebendaan. 46
Apabila pihak yang memegang suatu tanggung jawab tersebut melakukan
kesalahan/pelanggaran karena suatu kealpaan, kelalaian dan kesengajaan sehingga
menimbulkan kerugian yang diderita oleh pihak kreditur sebagai akibat dari

45

Nurman Hidayat, Tanggung Jawab Penanggung Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014, hal 2.
46
Anju Ciptani Putri Manik, Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin (Personal
Guarantee) Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan 2007, hal 88

66
Universitas Sumatera Utara

kesalahan/pelanggaran tersebut maka pihak kreditur dapat menuntut ganti rugi
sesuai dengan yang diatur dalam isi perjanjian 47
Penjamin adalah debitur dari kewajiban untuk menjamin pembayaran oleh
Seorang Penjamin berkewajiban untuk membayar utang debitur kepada kreditur
manakala sidebitur lalai atau cidera janji, penjamin baru menjadi debitur atau
berkewajiban untuk membayar setelah debitur utama yang utangnya ditanggung
cidera janji dan harta benda milik debitur utama atau debitur yang ditanggung
telah disita dan dilelang terlebih dahulu tetapi hasilnya tidak cukup untuk
membayar utangnya, atau debitur utama lalai atau cidera janji sudah tidak
memepunyai harta apapun. Maka berdasarkan ketentuan tersebut penjamin atau
penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur, kecuali debitur lalai
membayar 48
Penjamin diatur dalam Pasal 1831-1850. Dari ketentuan-ketentuan di
dalam KUH Perdata tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin atau
penanggung adalah juga seorang debitur. Mengenai penanggungan dijelaskan
dalam Pasal 1820 KUH Perdata yang menyatakan bahwa penanggungan ialah
suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan
diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi
perikatannya.
Hak penjamin dalam pemberian kredit, antara lain berhak menuntut balik
kepada pihak debitur atas sita jaminan yang di sahkan oleh pihak Pengadilan

47

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016
48
Imran Nating, Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta
Pailit, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h. 33

67
Universitas Sumatera Utara

Negeri karena kesalahan dalam pengambilan keputusan. Tidak adanya keharusan
apabila pihak kreditur wanprestasi dan pihak debitur menyita langsung atas sita
jaminan yang telah di serahkan. Jika pihak debitur dinyatakan tidak cakap dalam
melakukan perjanjian maka pihak penjamin dinyatakan mengikuti dari pihak
debitur. Jika ada pelelangan sita jaminan maka apabila harga jaminan melebihi
dari jumlah hutang harga. 49
Kewajiban penjamin dalam pemberian kredit, meliputi kewajiban
penjamin untuk menyerahkan jaminan kepada kreditur apabila debitur dinyatakan
wanprestasi dan benar-benar bersalah tanpa pengurangan untuk biaya-biaya
maupun hutang-hutang dari pihak debitur. Penjamin tidak wajib membayar
kepada kreditur selainnya jika debitur lalai, sedangkan bendabenda debitur ini
harus lebih dahulu disita dan jiual untuk melunasi utangnya. Penjamin tidak
terkena kewajiban apapun selain mnyerahkan jaminannya, termasuk dipenjarakan.
Penjamin berkewajiban menanggung kerugian atas orang yang ditanggung apabila
ia menghindari hutang nya kepada pihak kreditur.50
Pada jaminan kebendaan, si debitur yang berhutang memberi jaminan
benda kepada kreditur, sebagai jaminan atas hutang yang dipinjam debitur. Jadi
apabila debitur tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo maka pihak
kreditur dapat menuntut eksekusi atas benda yang telah dijaminkan oleh debitur
tersebut untuk melunasi hutangnya. Sedangkan dalam jaminan perorangan atau
borgtocht ini jaminan yang diberikan oleh debitur bukan berupa benda melainkan

49

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016
50
Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016

68
Universitas Sumatera Utara

berupa pernyataan oleh seorang pihak penjamin yang tak mempunyai kepentingan
apa-apa baik terhadap debitur maupun terhadap kreditur, bahwa debitur dapat
dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan; dengan syarat bahwa
apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak penjamin
itubersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur tersebut.51
Seorang debitur yang memiliki seorang penjamin (borgtocht) mempunyai
tanggung jawab dalam wanprestasi yang dilakukan debitur utamanya. Ketentuan
Pasal 1831 KUH Perdata dinyatakan bahwa seorang penjamin (borgtocht) tidak
diwajibkan ikut dan turut membayar kepada kreditur selain jika debitur utama
lalai dan aset-asetnya telah disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi
utangnya. 52
Peran sebagai penjamin kredit adalah melakukan sejumlah kewajiban
debitur kepada penerima kreditur. Hal ini dilakukan apabila pada saat kredit telah
jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kredit antara debitur dan
kreditur, ternyata debitur (terjamin) tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah
disepakati tersebut.53
Tujuan penjamin kredit dalam perjanjian kredit UKM , antara lain :
1.

Menyakinkan pihak bank (kreditur) dalam memberikan kredit kepada
debitur umumnya perorangan pelaku usaha perorangan yang memiliki

51

M. Yahya Harahap. Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni : Bandung, 1996, hal 315
Luky Pangastut, Pertanggung Jawaban Pihak Personal Guarantee Yang Dinyatakan
Pailit, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UNS, Jurnal Repertorium, ISSN:23552646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015, hal 150.
53
https://evamelasari.wordpress.com/2013/04/29/teori-penjamin-kredit/diakses tanggal 29
September 2016
52

69
Universitas Sumatera Utara

prospek, tetapi belum memenuhi persyaratan teknis bagi suatu penyaluran
kredit sebagaimana mestinya.
2.

Memperoleh pendapatan dari fee yang diberikan untuk dikelola dengan
menggunakan asas pengelolaan keuangan yang sehat dan bertanggung jawab.

3.

Mengambilalih sementara risiko kegagalan pelunasan pinjaman yang
diterima pihak terjamin, sehingga kewajiban terjamin kepada penerima
jaminan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. 54

B. Kedudukan Penjamin Bila Debitur Wanprestasi
Dalam KUH Perdata, jaminan perorangan diatur pada Bab XVII yaitu
mengenai perjanjian penanggungan. Pada Pasal 1820 KUHPerdata menjelaskan
bahwa perjanjian penanggungan adalah perjanjian dengan adanya pihak ketiga
yang setuju untuk kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatan si berutang, apabila pada waktunya si berutang sendiri tidak berhasil
memenuhi kewajibannya. Dalam hal penjaminnya adalah pribadi, maka yang
perlu diperhatikan adalah status sosial dan status ekonomi garantor itu. Bonafilitas
garantor secara ekonomi dan status sosialnya di dalam masyarakat, menjadi
syarat penentu dan dapat dijadikan alasan, dapat tidaknya garantor itu diterima
kreditur. Berkaitan dengan garantor pribadi ini, apabila perjanjian kredit jatuh
tempo, dan debitur tidak dapat membayar utang-utangnya, maka debitur dapat
dimohonkan pailit. Setelah debitur dinyatakan pailit, lalu semua hartanya dijual
oleh kurator untuk membayar utang-utangnya. Apabila hasil penjualan itu tidak

54

Ibid

70
Universitas Sumatera Utara

mencukupi untuk melunasi utang-utangnya, maka kurator dapat menjual harta
garantor untuk menutupi kekurangannya. Jadi, garantor baru tampil memenuhi
kewajibannya apabila debitur (utama) sudah kehabisan harta untuk membayar
utang-utangnya. 55
Penjamin sangat diperlukan dalam setiap kredit yang dilakukan oleh pihak
debitur terhadap kreditur. Perjanjian jaminan perorangan bahkan dapat diadakan
tanpa sepengetahuan debitur tersebut. Jaminan kebendaan dapat diadakan antara
kreditur dengan debitur, atau antara kreditur dengan orang ketiga yang menjamin
dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur. 56
Kewajiban penjamin untuk melunasi utang debitur tersebut baru dilakukan
setelah kreditur mengeksekusi harta kekayaan milik debitur yang hasilnya tidak
mencukupi untuk melunasi utangnya. 57 Selama kreditur belum melakukan
eksekusi atau penjualan harta kekayaan debitur, guarantor/penjamin tidak
memiliki kewajiban membayar utang debitur yang dijaminnya. Jadi meskipun
guarantor/penjamin telah mengikatkan diri sebagai guarantor/penjamin tidak serta
merta memiliki kewajiban uuntuk membayar utang debitur. Bisa dikatakan bahwa
tanggung jawab penjamin hanyalah sebagai cadangan atau subsider, dalam hal
penjualan harta kekayaan debitur tidak mencukupi atau sama sekali debitur tidak
memiliki harta benda yang dapat dijual. Hal ini sesuai Pasal 1831 KUH Perdata
yang mengaskan bahwa guarantor/penjamin tidaklah diwajibkan membayar

55

Syamsudin M. Sinaga. Hukum Kepailitan Indonesia. Jakarta, Tatanusa, 2012, hal 408.
Iswi Hariyani dan R. Serfianto D.P., Bebas Jeratan Utang-Piutang, Yogyakarta,
Pustaka Yustisia, 2010, hal.73-74
57
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, Alfabeta, 2003, hal.
250-251.
56

71
Universitas Sumatera Utara

kepada kreditur, selain jika debitur lalai sedangkan harta benda debitur ini harus
lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. 58
Prinsip dari perjanjian penjaminan, bahwa seorang penjamin tidak
diwajibkan memenuhi kewajiban para kreditur, kecuali setelah kewajiban debitur
tidak terpenuhi. Penjamin memiliki beberapa hak istimewa, yaitu: 59
1. Hak untuk meminta agar harta benda debitur disita dan dilelang terlebih
dahulu bagi pemenuhan kewajiban terhadap kreditur;
2. Apabila terdapat lebih dari satu penjamin, maka guarantor berhak untuk
meminta pada kreditur agar dilakukan pemecahan piutang antara masingmasing penjamin. Artinya penjamin hanya menanggung sebagian dari piutang
tersebut. Kedudukan penjamin berdasarkan ketentuan dalam KUH Perdata
adalah sama dengan debitur. Namun demikian menurut ketentuan hukum
penjaminan pula bahwa terhadap seorang penjamin memiliki hak istimewa,
tetapi hak istimewa tersebut dari penjamin dapat dilepaskan dengan suatu
perjanjian yang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian tersebut, bahkan
penjamin dapat membuat perjanjian saling mengikatkan dirinya secara
tanggung renteng dengan debitur utama dalam menghadapi kreditur. Dengan
perjanjian pelepasan hak istimewa dari penjamin, maka guarantor telah
menetapkan dirinya sebagai “debitur”.
Berdasarkan

uraian

tersebut

di

atas,

maka

terhadap

seorang

Penjamin dapat dipailitkan, apabila dalam hal telah melepaskan hak istimewa

58

Ibid
http://isisikhwansyah.blogspot.co.id/2011/06/debitor-pailit-hubungannya-dengan.html,
diakses tanggal 29 September 2016.
59

72
Universitas Sumatera Utara

sebagai guarantor, serta kreditur pemohon dapat membuktikan dalam persidangan
di pengadilan niaga dengan langkah-langkah sebagai berikut:

60

1. Debitur utama telah dimintai pertanggungjawabannya, tetapi debitur utama
sudah tidak memiliki harta sama sekali atau setelah disita dan dilelang harta
debitur utama tersebut, namun harta tersebut tidak mencukupinya atau debitur
sudah benar-benar pailit
2. Harus dibuktikan, bahwa guarantor (sebagaimana sayarat yang telah
ditentukan di dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan, yaitu bahwa
memiliki lebih dari satu kreditur
3. Salah satu utang tersebut telah jatuh tempo.
Kedudukan antara debitur dengan penjamin adalah sama-sama seorang
debitur. Kedudukan hukum penjamin apabila debitur wanprestasi maka penjamin
wajib memberikan pertanggungjawabannya kepada kreditur apabila debitur tidak
dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi dari perjanjian jaminan yang
telah disepakati oleh kreditur dan penjamin. 61
Kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi merupakan hal yang rumit
dalam suatu perkara perdata, namun demikian penjamin tetap merupakan borg
yaitu kedudukan penjamin atau borg akan terlihat pada saat debitur wanprestasi
yang menurut ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata bahwa seorang penjamin tidak

60

Ibid
Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016
61

73
Universitas Sumatera Utara

mempunyai kewajiban untuk membayar kreditur terkecuali debitur utama
wanprestasi maka si penjamin harus membayar kepada kreditur62
Sesuai dengan Pasal 1832 KUHPerdata angka (2) bahwa kedudukan antara
debitur utama dengan penjamin (borgtocht) adalah sama-sama seorang debitur.
Akibatnya penjamin atau penanggung tersebut juga berkewajiban melunasi utang
debitur utama kepada kreditur atau para krediturnya apabila debitur utama tidak
membayar utang yang telah jatuh waktu dan atau yang telah dapat ditagih
Si penjamin ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi
dan bunga serta jika ada alasan untuk itu. (Pasal 1839 KUH Perdata). Kemudian
dikatakan oleh Pasal 840 Si penjamin yang telah membayar, menggantikan demi
hukum segala hak si berpiutang terhadap si berhutang. Pergantian ini adalah apa
yang dalam hukum perjanjian dinamakan "subrogasi", dalam hal ini subrogasi
menurut unclang-undang sebagaimana yang ditnaksudkan dalam Pasal 1402 sub 3
KUH Perdata.63
Penjamin yang telah mengikatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban
debitur, berada dalam posisi yang lemah. Hal ini disebabkan karena pemberian
jaminan dibuat untuk melindungi kepentingan kreditur, sehingga pada saat debitur
mengalami kegagalan dalam pemenuhan kewajibannya, penjamin segera dapat
dimintakan

untuk

pemenuhannya

berdasarkan

perjanjian

pemberian

garansi/jaminan yang telah dibuat. 64 Setiap adanya jaminan perorangan maka

62

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016
63
I Gede Krisna Adi Yasa, Perlindungan Hukum Terhadap Penjamin Untuk Memperoleh
Pembayaran Kembali Dari Debitur Yang Wanprestasi Jika Penjamin Telah Melaksanakan
Kewajibannya Pada Bank Bni Cabang Denpasar, 2013, 7
64
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal 321-323

74
Universitas Sumatera Utara

pihak kreditur dapat menuntut kepada penjamin untuk membayar hutang debitur
bila debitur lalai atau tidak mampu untuk membayar hutangnya tersebut

C. Upaya apa yang Dilakukan oleh Bank Sumut untuk Menyelesaikan
Kredit Macet Ketika Debitur Wanprestasi
Bank sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dan
menyalurkan dana, memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian.
Bank dalam aktivitas menyalurkan dana ke masyarakat, menerima berbagai
macam risiko. Risiko yang dihadapi bank dalam penyaluran dana kepada debitur
dapat berupa risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis.
Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, serta harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat
karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko. Dalam praktek
perbankan untuk adanya pemberian kredit dari bank, maka pihak bank harus
mengadakan perjanjian didalam penyerahan uang terhadap debitur seperti yang
telah disepakati bersama. Karena biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian
kredit yang dibuat sebelum dilakukan penyerahan uang, sehingga perjanjian kredit
ini merupakan perjanjian perdahuluan dari penyerahan uang. 65
Kredit macet yang terjadi pada PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar,
disebabkan oleh faktor :66

65

http://pengacaramuslim.com/penyelesaian-kredit-bermasalah/diakses tanggal 29
September 2016.
66
Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016

75
Universitas Sumatera Utara

Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya kredit macet yaitu:
1. Buruknya perencanaan finansial atas aktiva tetap/modal kerja.
2. Kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal proses pemberian kredit.
3. Terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
4. Itikad kurang baik dari kreditur, pengurus atau pegawai kreditur
5. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya
sistem informasi kredit bermasalah.
Faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah:
1. Kegagalan usaha debitur
2. Terjadinya musibah terhadap debitur dalam kegiatan usaha debitur, seperti
kebakaran atau bencana alam.
3. Pendapatan bersih menurun
4. Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran piutang
semakin lambat.
5. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:14/15/PBI/2012 Tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan
ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi lima tingkatan,
yaitu: 67
1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
67

Peraturan Bank Indonesia Nomor:14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum

76
Universitas Sumatera Utara

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening relatif aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria:
a.

Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau
e. Terdapat indikasi masalah keuangan debitur; atau
f. Dokumentasi pinjaman lemah.
4. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
180 hari; atau
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau 60
d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

77
Universitas Sumatera Utara

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar.
Restrukturisasi kredit dalam penyelamatan kredit macet merupakan suatu
upaya yang ditawarkan dan menguntungkan baik dari pihak kreditur maupun dari
pihak debitur. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelamatan kredit macet
antara lain: 68
1. Tidak adanya keterbukaan antara kreditur dengan debitur. Hal demikian tidak
lepas dari sifat hubungan yang antagonistik antara keduanya. Pihak kreditur,
dalam hal ini bank, dalam praktiknya menetapkan persyaratan yang lebih
mencerminkan besarnya kerugian yang dapat ditolerirnya serta kepastian
pembayaran sesegera mungkin tanpa memperhatikan kondisi bisnis dan
keuangan.
2. Adanya keterbatasan baik finansial maupun tenaga staf yang ahli di bidang
restrukturisasi pada lembaga-lembaga fasilitas. Sementara pada sisi yang lain
nasabah debitur maupun bank kreditur terlalu berharap banyak pada lembaga
tersebut secara fakta sebenarnya juga tidak mempunyai kekuatan memaksa.
68

Wahyu Santoso, Restrukturisasi Kredit Sebagai Bagian Integral Restrukturisasi
Perbankan, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 6, No. 1, April 2008, hal 21

78
Universitas Sumatera Utara

3. Kurangnya koordinasi antara lembaga yang terlibat sebagai fasilitator dalam
restrukturisasi, karena masing-masing lembaga tersebut mempunyai agenda
atau prioritas yang berbeda satu dengan yang lain.
Beberapa

kebijakan

yang

dilakukan

PT.

Bank

Sumut

Cabang

Pematangsiantar dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian kredit macet
terhadap debitur antara lain :

69

1. Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar melalukan penjadwalan
kembali (rescheduling), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan
terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal
pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang, termasuk
perubahan jumlah angsuran, dan bila perlu dengan penambahan kredit.
Kebijakan ini dapat diberikan dengan cara memperpanjang jangka waktu
kredit, memperpanjang jangka waktu angsuran.
2. Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar melakukan persyaratan
kembali (reconditioning), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau
seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan
jadwal angsuran, dan atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit
tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi
atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.
3. Melalui penataan kembali (Restructuring), yaitu upaya berupa perubahan
syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau

69

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.

79
Universitas Sumatera Utara

melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan,
yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau reconditioning.
Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar dalam menyelesaikan
kredit macet melakukan dua cara yaitu penyelamatan kredit adalah suatu langkah
penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara bank sebagai
kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur dan penyelesaian kredit adalah
suatu langkah penyelesaian kredit macet melalui lembaga hukum. Yang dimaksud
dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara
(PUPN) dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui
Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian
sengketa. 70
Tindakan yang diambil oleh PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar
dalam upaya menyelesaikan kredit macet ketika debitur wanprestasi dengan cara
melakukan pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan secara
preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar setelah
melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi, kemudian pihak
kreditur akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur. 71
Upaya Preventif tindakan untuk mengantisipasi munculnya kredit macet
yang dilakukan oleh Bank Sumut Cabang Pematangsiantar kepada debiturnya
adalah dari semua persyaratan-persyaratan administrasi aplikasi pembiayaan dan
tindakan survey yang dilakukan oleh Credit Officer , seharusnya akan terlihat

70

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.
71
Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.

80
Universitas Sumatera Utara

tingkat kemampuan keuangan pemohon. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar
juga harus melakukan penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan kredit, dilakukan
dengan analisis prinsip 5C, diantaranya. 72
Beberapa kendala dalam upaya yang dilakukan oleh Bank Sumut untuk
menyelesaikan kredit macet ketika debitur wanprestasi, yaitu kendala internal
berupa sistem kinerja yang kurang baik dari pihak PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar dan kendala eksternal, antara lain adanya perbuatan melawan
hukum terhadap perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dan
kreditur, yang dilakukan oleh debitur seperti debitur selalu menghindar, debitur
kurang memahami, dan/atau tidak memperhatikan isi dari perjanjian kredit. 73
Dengan adanya berbagai kendala, maka penyelesaian kredit macet yang
paling ideal apabila di Bank Sumut Cabang Pematangsiantar terjadi kendala
normatif maka pihak kreditur dapat dikenai Pasal 1365 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Penggantian kerugian tersebut
berdasarkan pada adequate theorie yaitu semua sebab yang menimbulkan akibat
harus dihukum.
Penyelesaian kendala internal yang timbul adalah pihak-pihak dari dalam
lembaga perbankan sendiri yang melakukan kesalahan internal, sehingga pihak

72

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.
73
Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang
Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.

81
Universitas Sumatera Utara

yang melakukan kesalahan tersebut mendapat teguran dan sanksi atas peraturan
yang berlaku pada lembaga perbankan tersebut. Kendala eksternal yang timbul
maka Bank Sumut Cabang Pematangsiantar mempunyai penyelesaian dengan cara
penugasan terhadap Relationship Anchor melakukan penekanan kepada debitur
untuk harus tetap membayar angsuran pokok hutang dan bunganya. Apabila
debitur tetap tidak membayar angsuran maka Relationship Anchor segera
melakukan tindakan secara hukum atau yaitu mengajukan gugatan perdata
terhadap debitur ke pengadilan perdata yang berupa gugatan wanprestasi
berdasarkan Pasal 1243 KUH Perdata dengan tuntutan ganti rugi kepada
penjamin.

82
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tanggung Jawab Penjamin dalam Pemberian Kredit, penjamin berkewajiban
melunasi utang debitur utama kepada kreditur atau para krediturnya apabila
debitur utama tidak membayar utang yang telah jatuh waktu dan atau yang
telah dapat ditagih.
2. Kedudukan antara debitur dengan penjamin adalah seorang debitur
Kedudukan hukum penjamin apabila debitur wanprestasi maka penjamin
wajib memberikan pertanggungjawabannya kepada kreditur apabila debitur
tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi dari perjanjian jaminan
yang telah disepakati oleh kreditur dan penjamin. Menurut ketentuan hukum
penjaminan pula bahwa terhadap seorang penjamin memiliki hak istimewa,
tetapi hak istimewa tersebut dari penjamin dapat dilepaskan dengan suatu
perjanjian yang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian tersebut, bahkan
penjamin dapat membuat perjanjian saling mengikatkan dirinya secara
tanggung renteng dengan debitur utama dalam menghadapi kreditur.
3. Upaya penyelesaian kredit macet dapat ditempuh dengan dua cara yaitu upaya
litigasi melalui jalur pengadilan dan upaya non-litigasi melalui upaya preventif
yaitu tindakan untuk mengantisipasi munculnya kredit macet, early warning,
dan upaya negosiasi.

83
Universitas Sumatera Utara

B. Saran
1. Penjaminan guna memberikan suatu perubahan kearah perbaikan tentunya
harus ditegakkan lebih dahulu kepastian hukumnya sehingga keberadaan
terhadap proses penjaminan itu sendiri hars benar-benar dilindungan dan
disahkan oleh aturan hukum yang berlaku sehingga tidak ada yang merasa
dirugikan baik itu secara finasial maupun inmateriil. Untuk itu diharapkan
agar dibentuk suatu peraturan perundang-undangan berupa undang-undang
khusus yang mengatur penjaminan kredit di Indonesia agar kegiatan dan
lembaganya

dapat

berkembang

dengan

baik

guna

memajukan

perekonomian Indonesia.
2. Penjamin, hendaknya melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan atau disepakati oleh masing- masing pihak, baik itu pihak
debitur maupun pihak kreditur, agar Penjamin sebagai pihak ketiga dapat
bertanggungjawab jika debitur melakukan wanprestasi.
3. U.paya penyelesaian kredit macet supaya mendapatkan hasil yang winwin solution adalah debitur sebaiknya menyerahkan jaminan yang
diagunkan untuk dilelang apabila tidak dapat melunasi angsuran pokok
hutang dan bunganya, karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban dari
debitur yang tercantum dalam perjanjian kredit.

84
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Medan

3 54 98

Pengaruh Kebijakan Kredit Usaha Kecil dan Menengah terhadap Peningkatan Pendapatan Debitur pada PT. Bank Bukopin Cabang Medan

0 26 90

Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) (Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam)

1 62 141

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 8

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 2

Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada PT.Bank Sumut Medan Chapter III V

0 2 46

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL A. Pengertian Kredit Secara Umum - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Ca

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 14