Analisis Permasalahan Hukum Perbankan Berkaitan Dengan Transaksi E-Banking (Studi Kasus Pada Bank BNI-1946 Kantor Cabang USU-Medan)
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM
TRANSAKSI E-BANKING
A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan
Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan
penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.
Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank
(perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas
demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas
12
Universitas Sumatera Utara
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap
proses pembangunan bangsa.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang
pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah
di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.12
Adapun landasan hukum perbankan yaitu :
1. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan
usahanya. 13Perbankan Indonesia dalam
melakukan
usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat.15
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,
12
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers,
2013), hal 24
13
Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
14
Ibid., Pasal 2
15
Ibid., Pasal 3
16
Ibid., Pasal 4
13
Universitas Sumatera Utara
bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum
dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum
dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan
penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti
sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga
kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.19
Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan
perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu
lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya
perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang
17
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
19
Ibid., Pasal 7
18
14
Universitas Sumatera Utara
diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan
masyarakat.20
2. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun
2004
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia
adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang ini. 22 Bank Indonesia adalah badan hukum
berdasarkan undang-undang ini. 23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank
Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur
tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib
menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana
pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 27
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank
untuk
mengatasi
kesulitan
pendanaan
jangka
pendek
Bank
yang
20
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra
Aditya Bakti, 2012), hal 26
21
Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)
22
Ibid., Pasal 4 ayat (2)
23
Ibid., Pasal 4 ayat (3)
24
Ibid., Pasal 7
25
Ibid., Pasal 8
26
Ibid., Pasal 9 ayat (1)
27
Ibid., Pasal 9 ayat (2)
15
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan.28
Bank
Indonesia
melaksanakan
kebijakan
nilai tukar
berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. 29 Bank Indonesia dapat
menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang
dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. 30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank
dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai. 34 Dalam rangka melaksanakan
tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuanketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan
kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
28
Ibid., Pasal 11 ayat (1)
Ibid., Pasal 12
30
Ibid., Pasal 14 ayat (1)
31
Ibid., Pasal 16
32
Ibid., Pasal 19
33
Ibid., Pasal 20
34
Ibid., Pasal 21
35
Ibid., Pasal 25 ayat (1)
36
Ibid., Pasal 25 ayat (2)
37
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 2
29
16
Universitas Sumatera Utara
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. 38 Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan
dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba
dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi
hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim
investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik
keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan
posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang,
hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan
tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal. 41
4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan,
dan
penyidikan. 42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
38
Ibid., Pasal 2
Ibid., Pasal 3
40
Ibid., Pasal 7
41
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37
42
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1
43
Ibid., Pasal 1 angka 4
39
17
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46
OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran
(fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai
bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak
menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena
pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang
memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini
otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan
keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio.
Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama
dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan.
Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam
rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi
dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas
44
Ibid., Pasal 1 angka 5
Ibid., Pasal 5
46
Ibid., Pasal 6
45
18
Universitas Sumatera Utara
sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi
kebijakan
yang
baik,
OJK
harus
merupakan
bagian
dari
sistem
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan
lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai tujuan
dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.47
Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service :48
1) Agent of Trust
Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial
intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana
(penyimpan dana atau kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang
membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Fungsi financial
intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur kepercayan (trust).
Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur
kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan menyalurkan
dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan
juga.
2) Agent of Development
Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat, seperti kegiatan
produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa.
3) Agent of Services
Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang
ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller
machine, money market, capital market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut
erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum.
47
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana,
2014), hal 217
48
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Jakarta :
Salemba Empat, 2006), hal 9
19
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang ada dalam bank ditentukan oleh fungsi – fungsi yang
melekat pada bank tersebut. Menurut Undang – Undang RI Nomor 10 tahun 1998
fungsi bank tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi pengumpulan dana, adalah dana dari masyarakat yang disimpan di
bank yang merupakan sumber dana untuk bank selain dana bank,
2. Fungsi pemberian kredit, dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam
bentuk tabungan, giro dan deposito harus segera diputarkan sebab dari dana
tersebut bank akan terkena beban bunga, jasa giro bunga deposito, bunga
tabungan, dan biaya operasional seperti gaji, sewa gedung dan penyusutan.
3. Fungsi penanaman dana dan investasi, biasanya mendapat imbalan berupa
pendapatan modal yang bisa berupa bunga,laba dan deviden.
4. Fungsi pencipta uang, adalah fungsi yang paling pokok dari bank umum jika
dilihat dari sudut pandang ekonomi makro. Tetapi dari sudut pandang manajer
bank, bahwa dengan melupakan sama sekali fungsi ini tidak akan berpengaruh
terhadap maju mundurnya bank yang dipimpinnya.
5. Fungsi pembayaran, transaksi pembayaran dilakukan melalui cek bilyet giro,
surat wesel, kupon dan transfer uang.
6. Fungsi pemindahan uang, kegiatan ini biasanya disebut sebagai pentransferan
uang, yang bisa dilakukan antar bank yang sama, dan antar bank yang berbeda.
Di Indonesia embaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus.
Bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan (agent of
development) yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
20
Universitas Sumatera Utara
tarf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank di Indoesia ditugaskan oleh
pemeritah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan
sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar
pada koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi
dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.49
B. Pengertian dan peraturan-peraturan terkait dengan e-banking
Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan
perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking
meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking
didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung
kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. 50
Elekronik Banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran
tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan
mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak
memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan
kapanpun. 51
Electronic Banking (e-banking) memberikan layanan melalui Internet,
sehingga istilah yang digunakan adalah Internet Banking yaitu sebagai media
alternatif yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank, hal
ini menjadi solusi yang cukup efektif yang tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan
49
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hal 14
http://lirarachmawati.blogdetik.com/2010/01/29/makalahebanking/html, diakses tanggal
2 November 2016
51
Ivansyah, Perlindungan hukum terhadap nasabah atas penggunaan layanan elektronik
banking (e-banking) pada bank rakyat indonesia (riset pada bank rakyat indonesia unit melati),
Jakarta, Universitas Indonesia Press, hal 5
50
21
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki oleh internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan
transaksi melalui layanan E-banking dapat melakukannya dimana dan kapan saja.52
Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk
perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan
kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan
jaringan internet.53
Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah suatu bentuk
pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus
melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional
maupun yang baru.54 Electronic Banking (E-Banking) adalah layanan perbankan
yang memugkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui internet.55
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi
telah membawa perubahan paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
termasuk dalam dunia usaha. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual
sehingga penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama dengan
tingkat akurasi yang rendah, kini dengan berkembangnya teknologi komputer hal
tersebut bisa diperbaiki. Perangkat komputer memberikan manfaat dimana
pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup
tinggi, sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu. Dalam dunia
usaha kita tahu waktu dan tenaga merupakan modal bagi keberhasilan peningkatan
usaha56.
52
www.bi.co.id, diakses tanggal 2 November 2016
Suryani. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. (Jakarta : EGC, 2005), hal 49
54
Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hal 21
55
Tb. Irman, Anatomi Kejahatan Perbankan, (Jakarta : MQS Publishing & CV. Ayyccs
Group, 2006), hal 197
56
www.bppi-medan.depkominfo.go.id diakses tanggal 3 November 2016.
53
22
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
(TIK)
pada
hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka
membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi
informasi
dan
komunikasi
telah
membawa
perubahan
penting
dalam
perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia. Abad ke-21 bahkan
diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (digitaleconomic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika
(electronic banking). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma
strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era
informasi (information age)57.
Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui
perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini
bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk
menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi
pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi
pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank
di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana
murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non
bunga58. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan
saluran elektronik atau dikenal sebagai electronic banking.59
Electronic banking pada dasarnya memiliki sejumlah saluran (channel),
yaitu anjungan tunai mandiri (ATM), layanan pesan singkat (SMS-banking),
internet (internet banking), telepon (call center), dan mesin gesek kartu di toko57
Ibid.
www.bi.go.id diakses tanggal 2 November 2016.
59
Irman S., Op.Cit, hal 37
58
23
Universitas Sumatera Utara
toko (merchant). Pemanfaatan layanan electronic banking mensyaratkan nasabah
harus memiliki rekening tabungan terlebih dahulu untuk menyimpan uang yang
akan ditransaksikan. Jadi, semakin electronic banking diminati, semakin banyak
pula bank mengumpulkan dana murah.
Electronic banking juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank,
yakni meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income).
Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan transaksi yang ditawarkan
electronic banking, misalnya pembayaran tagihan listrik melalui ATM dikenai
biaya Rp 2.500,00 per transaksi60.
Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan
produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran
komunikasi interaktif. Electronic banking meliputi sistem yang memungkinkan
nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan
transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui
jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses
electronic banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA,
ATM, atau telepon61.
Selain itu E-Banking, atau electronic banking bisa diartikan sebagai
aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank
dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet,
khususnya via web. Mirip dengan penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet
seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan rekening, transfer dana
60
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/14/finansial/2503968.html diakses tanggal 3
November 2016
61
http://emshi.blogs.friendster.com/emshi_blog/2007/03/ebanking_bertra.html diakses
tanggal 4 November 2016.
24
Universitas Sumatera Utara
antar rekening, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, telepon),
melalui rekening banknya. Hal tersebut memberi banyak keuntungan yang bisa
didapatkan nasabah dengan memanfaatkan layanan ini, terutama bila dilihat dari
waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena transaksi electronic banking jelas
bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah dapat
terhubung dengan jaringan internet. Electronic banking sebenarnya bukan hal baru
di internet, tapi di Indonesia sendiri, baru beberapa tahun belakangan ini marak
diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan
keamanan nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola
bank disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.
Keamanan memang merupakan isu utama dalam electronic banking karena
sebagaimana kegiatan lainnya di internet, transaksi perbankan di internet juga
rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung
jawab.
Sebuah
situs
electronic
banking
diwajibkan
untuk
menggunakan standar keamanan yang sangat ketat untuk menjamin bahwa setiap
layanan yang mereka sediakan hanya dimanfaatkan oleh mereka yang memang
berhak. Salah satu teknik pengamanan yang sering digunakan dalam electronic
banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun lewat protokol HTTPS
(Secure HTTP). Secure sockets layer yang pada awalnya dikembangkan oleh
netscape diakui oleh industri internet di dunia sebagai sebuah layer berkemampuan
khusus yang menjembatani network layer transmission control protocol/internet
protocol (TCP/IP) dengan application layer hyper text transport protocol (HTTP)
dan internet messaging acces protocol (IMAP). Kemampuan khusus SSL tersebut
adalah pada sistem penyandian yang mampu menghasilkan kode angka acak
25
Universitas Sumatera Utara
sepanjang 128 bit. Mudahnya, TCP/IP ibarat sebuah pipa paralon yang fungsinya
menghantar segala paket data dan informasi transaksi electronic banking62.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa :
“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.” Sedangkan berdasarkan Pasal
4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik,
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik
dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. Membuka kesempatan seluasâ-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan
pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggara Teknologi Informasi.
Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 29 ayat (4) yang
menyatakan bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/15/PBI/2007 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank
Umum tercantum dalam.pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa :
62
http://ebrightnet.blogspot.com/2008/01/pengenalan-dasar-internet.html diakses tanggal 5
November 2016.
26
Universitas Sumatera Utara
“Layanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya disebut Electronic
Banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh
informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui
media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer,
internet banking, mobile phone.”
Selain itu tercantum dalam pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa
disaster recovery center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat Pusat Data
(data center) mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena
tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan atau kerusakan
pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan
pusat data bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business continuity).
Dasar hukum mengenai transaksi electronic banking khususnya bagi
kegiatan perbankan belum ada undang-undang secara khusus yang mengaturnya,
namun ketentuan-ketentuan berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia
sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar hukum
transaksi electronic banking.63
Salah satu perlindungan yang dapat diberikan kepada nasabah adalah
perlindungan terhadap munculnya kerugian pada nasabah melalui penggunaan
produk atau jasa bank. Electronic Banking (e-banking) sebagai salah satu produk
bank disatu sisi memang memberikan banyak manfaat, namun disisi lain juga
terdapat risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian nasabah. Berdasarkaan di
dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan yang khusus mengenai
Electronic Banking (e-banking), namun meskipun tidak ada peraturan perundangundang yang khusus mengatur Electronic Banking (e-banking) di Indonesia dapat
menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah Electronic
63
Abdul HB & Teguh P, Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum
di Indonesia , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal 77
27
Universitas Sumatera Utara
Banking (e-banking) dengan cara menafsirkan peraturan-peraturan terseut ke dalam
pemahaman tentang Electronic Banking (e-banking) atau mengaitkan peraturan
yang satu dengan peraturan lainnya.64
Peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan Electronic Banking
(E-Banking) atau Internet banking adalah
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
Pengaturan Electronic Banking (E-Banking) tidak terlepas dari Undangundang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dimana kegiatan Electronic Banking
(E-Banking) pada khususnya dan penggunaan sarana elektronik lainnya dalam
perbankan di Indonesia dimungkinkan oleh adanya Pasal 6 huruf (n) bahwa
bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai
penyelenggara layanan Electronic Banking (e-banking) dapat menjamin
keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh nasabah, serta nasabah
dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
transaksi perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui
informasi layanan internet banking yang diberikan oleh bank.
Undang-Undang Perbankan juga mengatur masalah kerahasiaan bank.
Menurut Pasal 1 Ayat 28 Undang-Undang Perbankan, rahasia bank adalah
64
Wulanmas Frederik, A.P.G. Buku Ajar Hukum Perbankan. (Yogyakarta
Penerbit Genta Press. 2011), hal 47
28
:
Universitas Sumatera Utara
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan hal yang penting,
karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Di dalam
Pasal 40 Undang-Undang Perbankan dinyatakan “Bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Bank dilarang
memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan
dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut
kelaziman dalam dunia perbankan. Berdasarkan ketentuan tersebut, UndangUndang Perbankan telah secara konsisten menjelaskan bahwa pengertian
rahasia bank hanya menyangkut nasabah penyimpan dan simpanannya.
Selanjutnya, penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan menyatakan
bahwa keterangan mengenai nasabah, selain sebagai nasabah penyimpan,
bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan.
Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut
mencerminkan akan asas atau prinsip kerahasiaan bank, yang sekiranya
mampu dipergunakan untuk menetapkan dan memberikan perlindungan
hukum atas data pribadi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan
melalui Electronic Banking (e-banking), mengingat bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar
kepercayaan. Mengenai kerahasiaan bank ini, untuk perkembangan saat ini
tidak cukup lagi mengantisipasi dinamika bisnis sektor perbankan. Prinsip
kerahasiaan bank ini dalam konteks perlindungan hukum atas data pribadi
nasabah dapat saja diterapkan, namun penerapannya di dalam penyelenggaraan
29
Universitas Sumatera Utara
internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data
pribadi nasabah yang ada pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang
disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di dalam penyelenggaraan
Electronic Banking (e-banking), data nasabah yang ada tidak hanya data yang
disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak
nasabah dari sarana komputer yang terhubung dengan internet dimana nasabah
melakukan transaksi perbankan. Bank tidak mapu lagi untuk mengantisipasi
dampak
dari
pemanfaatan
layanan
Electronic
Banking
(e-banking).
Ketidakmampuan ini disebabkan karena karakteristik layanan Electronic
Banking (e-banking) untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda
dengan perbankan secara konvensional.
Melihat pada kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang
Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas
data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan Electronic Banking (e-banking).
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Peraturan perundangan tersebut yang dapat dikaitkan dengan internet banking
misalnya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Di dalam Undang-undang ini bahkan tidak ada pasal
yang jelas-jelas mengatur tentang Electronic Banking (e-banking). Akan tetapi,
ada pasal yang mengatur tentang transaksi dengan media internet. Dengan
dilakukan penafsiran terhadap Undang-Undang ini, maka apabila ada pihakpihak tertentu yang menyalahgunakan media internet dalam transaksi
perbankan, maka apabila terjadi permasalahan ataupun sengketa berkaitan
30
Universitas Sumatera Utara
dengan Electronic Banking (e-banking) dan diatur dalam undang-undang ini,
maka dapat diselesaikan atau diproses dengan berdasarkan pada ketentuanketentuan dalam undang-undang ini.
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya. 65 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian,
iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.66
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, membuka kesempatan seluasluasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di
bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin
dan bertanggung jawab dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 67 Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan
alat bukti hukum yang sah.68 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.69Informasi
65
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Pasal 1 angka 2
66
Ibid., Pasal 3
67
Ibid., Pasal 4
68
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
69
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
31
Universitas Sumatera Utara
Elektronik
dan/atau
Dokumen
Elektronik
dinyatakan
sah
apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini. 70
Dalam hal terdapat mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk
tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap
sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,
ditampilkan,
dijamin
keutuhannya,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan.71 Setiap Orang yang menyatakan hak,
memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain berdasarkan
adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus memastikan
bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada padanya
berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan
Perundangundangan. 72
Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh
Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan
Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali
Pengirim. 73 Kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik di
70
Ibid., Pasal 5 ayat (3)
Ibid., Pasal 6
72
Ibid., Pasal 7
73
Ibid., Pasal 8 ayat (1)
71
32
Universitas Sumatera Utara
bawah kendali Penerima yang berhak.74 Dalam hal Penerima telah menunjuk
suatu Sistem Elektronik tertentu untuk menerima Informasi Elektronik,
penerimaan terjadi pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk.75 Setiap Penyelenggara
Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan
aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik
sebagaimana mestinya. 76
Penyelenggara
Sistem
Elektronik
bertanggung
jawab
terhadap
Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya. 77 Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan
memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik. 78
Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik
ataupun privat.79 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik wajib
beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung. 80
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi juga dapat
dikaitkan dengan internet banking, mengingat bahwa penyelenggaraan internet
banking pada dasarnya tidak terlepas dari penggunaan jasa telekomunikasi.
Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a distance)
dan “komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian
74
Ibid., Pasal 8 ayat (2)
Ibid., Pasal 8 ayat (3)
76
Ibid., Pasal 15 ayat (1)
77
Ibid., Pasal 15 ayat (2)
78
Ibid., Pasal 15 ayat (3)
79
Ibid., Pasal 17 ayat (1)
80
Ibid., Pasal 17 ayat (2)
75
33
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM
TRANSAKSI E-BANKING
A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan
Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan
penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.
Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank
(perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas
demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas
12
Universitas Sumatera Utara
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap
proses pembangunan bangsa.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang
pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah
di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.12
Adapun landasan hukum perbankan yaitu :
1. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan
usahanya. 13Perbankan Indonesia dalam
melakukan
usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat.15
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,
12
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers,
2013), hal 24
13
Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
14
Ibid., Pasal 2
15
Ibid., Pasal 3
16
Ibid., Pasal 4
13
Universitas Sumatera Utara
bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum
dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum
dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan
penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti
sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga
kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.19
Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan
perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu
lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya
perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang
17
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
19
Ibid., Pasal 7
18
14
Universitas Sumatera Utara
diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan
masyarakat.20
2. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun
2004
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia
adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang ini. 22 Bank Indonesia adalah badan hukum
berdasarkan undang-undang ini. 23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank
Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur
tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib
menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana
pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 27
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank
untuk
mengatasi
kesulitan
pendanaan
jangka
pendek
Bank
yang
20
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra
Aditya Bakti, 2012), hal 26
21
Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)
22
Ibid., Pasal 4 ayat (2)
23
Ibid., Pasal 4 ayat (3)
24
Ibid., Pasal 7
25
Ibid., Pasal 8
26
Ibid., Pasal 9 ayat (1)
27
Ibid., Pasal 9 ayat (2)
15
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan.28
Bank
Indonesia
melaksanakan
kebijakan
nilai tukar
berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. 29 Bank Indonesia dapat
menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang
dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. 30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank
dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai. 34 Dalam rangka melaksanakan
tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuanketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan
kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
28
Ibid., Pasal 11 ayat (1)
Ibid., Pasal 12
30
Ibid., Pasal 14 ayat (1)
31
Ibid., Pasal 16
32
Ibid., Pasal 19
33
Ibid., Pasal 20
34
Ibid., Pasal 21
35
Ibid., Pasal 25 ayat (1)
36
Ibid., Pasal 25 ayat (2)
37
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 2
29
16
Universitas Sumatera Utara
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. 38 Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan
dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba
dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi
hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim
investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik
keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan
posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang,
hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan
tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal. 41
4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan,
dan
penyidikan. 42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
38
Ibid., Pasal 2
Ibid., Pasal 3
40
Ibid., Pasal 7
41
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37
42
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1
43
Ibid., Pasal 1 angka 4
39
17
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46
OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran
(fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai
bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak
menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena
pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang
memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini
otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan
keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio.
Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama
dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan.
Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam
rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi
dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas
44
Ibid., Pasal 1 angka 5
Ibid., Pasal 5
46
Ibid., Pasal 6
45
18
Universitas Sumatera Utara
sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi
kebijakan
yang
baik,
OJK
harus
merupakan
bagian
dari
sistem
penyel
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM
TRANSAKSI E-BANKING
A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan
Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan
penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.
Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank
(perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas
demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas
12
Universitas Sumatera Utara
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap
proses pembangunan bangsa.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang
pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah
di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.12
Adapun landasan hukum perbankan yaitu :
1. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan
usahanya. 13Perbankan Indonesia dalam
melakukan
usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat.15
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,
12
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers,
2013), hal 24
13
Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
14
Ibid., Pasal 2
15
Ibid., Pasal 3
16
Ibid., Pasal 4
13
Universitas Sumatera Utara
bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum
dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum
dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan
penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti
sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga
kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.19
Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan
perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu
lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya
perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang
17
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
19
Ibid., Pasal 7
18
14
Universitas Sumatera Utara
diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan
masyarakat.20
2. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun
2004
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia
adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang ini. 22 Bank Indonesia adalah badan hukum
berdasarkan undang-undang ini. 23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank
Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur
tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib
menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana
pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 27
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank
untuk
mengatasi
kesulitan
pendanaan
jangka
pendek
Bank
yang
20
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra
Aditya Bakti, 2012), hal 26
21
Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)
22
Ibid., Pasal 4 ayat (2)
23
Ibid., Pasal 4 ayat (3)
24
Ibid., Pasal 7
25
Ibid., Pasal 8
26
Ibid., Pasal 9 ayat (1)
27
Ibid., Pasal 9 ayat (2)
15
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan.28
Bank
Indonesia
melaksanakan
kebijakan
nilai tukar
berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. 29 Bank Indonesia dapat
menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang
dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. 30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank
dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai. 34 Dalam rangka melaksanakan
tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuanketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan
kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
28
Ibid., Pasal 11 ayat (1)
Ibid., Pasal 12
30
Ibid., Pasal 14 ayat (1)
31
Ibid., Pasal 16
32
Ibid., Pasal 19
33
Ibid., Pasal 20
34
Ibid., Pasal 21
35
Ibid., Pasal 25 ayat (1)
36
Ibid., Pasal 25 ayat (2)
37
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 2
29
16
Universitas Sumatera Utara
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. 38 Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan
dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba
dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi
hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim
investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik
keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan
posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang,
hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan
tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal. 41
4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan,
dan
penyidikan. 42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
38
Ibid., Pasal 2
Ibid., Pasal 3
40
Ibid., Pasal 7
41
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37
42
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1
43
Ibid., Pasal 1 angka 4
39
17
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46
OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran
(fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai
bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak
menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena
pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang
memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini
otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan
keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio.
Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama
dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan.
Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam
rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi
dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas
44
Ibid., Pasal 1 angka 5
Ibid., Pasal 5
46
Ibid., Pasal 6
45
18
Universitas Sumatera Utara
sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi
kebijakan
yang
baik,
OJK
harus
merupakan
bagian
dari
sistem
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan
lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai tujuan
dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.47
Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service :48
1) Agent of Trust
Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial
intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana
(penyimpan dana atau kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang
membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Fungsi financial
intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur kepercayan (trust).
Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur
kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan menyalurkan
dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan
juga.
2) Agent of Development
Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat, seperti kegiatan
produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa.
3) Agent of Services
Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang
ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller
machine, money market, capital market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut
erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum.
47
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana,
2014), hal 217
48
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Jakarta :
Salemba Empat, 2006), hal 9
19
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang ada dalam bank ditentukan oleh fungsi – fungsi yang
melekat pada bank tersebut. Menurut Undang – Undang RI Nomor 10 tahun 1998
fungsi bank tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi pengumpulan dana, adalah dana dari masyarakat yang disimpan di
bank yang merupakan sumber dana untuk bank selain dana bank,
2. Fungsi pemberian kredit, dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam
bentuk tabungan, giro dan deposito harus segera diputarkan sebab dari dana
tersebut bank akan terkena beban bunga, jasa giro bunga deposito, bunga
tabungan, dan biaya operasional seperti gaji, sewa gedung dan penyusutan.
3. Fungsi penanaman dana dan investasi, biasanya mendapat imbalan berupa
pendapatan modal yang bisa berupa bunga,laba dan deviden.
4. Fungsi pencipta uang, adalah fungsi yang paling pokok dari bank umum jika
dilihat dari sudut pandang ekonomi makro. Tetapi dari sudut pandang manajer
bank, bahwa dengan melupakan sama sekali fungsi ini tidak akan berpengaruh
terhadap maju mundurnya bank yang dipimpinnya.
5. Fungsi pembayaran, transaksi pembayaran dilakukan melalui cek bilyet giro,
surat wesel, kupon dan transfer uang.
6. Fungsi pemindahan uang, kegiatan ini biasanya disebut sebagai pentransferan
uang, yang bisa dilakukan antar bank yang sama, dan antar bank yang berbeda.
Di Indonesia embaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus.
Bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan (agent of
development) yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
20
Universitas Sumatera Utara
tarf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank di Indoesia ditugaskan oleh
pemeritah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan
sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar
pada koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi
dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.49
B. Pengertian dan peraturan-peraturan terkait dengan e-banking
Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan
perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking
meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking
didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung
kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. 50
Elekronik Banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran
tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan
mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak
memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan
kapanpun. 51
Electronic Banking (e-banking) memberikan layanan melalui Internet,
sehingga istilah yang digunakan adalah Internet Banking yaitu sebagai media
alternatif yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank, hal
ini menjadi solusi yang cukup efektif yang tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan
49
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hal 14
http://lirarachmawati.blogdetik.com/2010/01/29/makalahebanking/html, diakses tanggal
2 November 2016
51
Ivansyah, Perlindungan hukum terhadap nasabah atas penggunaan layanan elektronik
banking (e-banking) pada bank rakyat indonesia (riset pada bank rakyat indonesia unit melati),
Jakarta, Universitas Indonesia Press, hal 5
50
21
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki oleh internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan
transaksi melalui layanan E-banking dapat melakukannya dimana dan kapan saja.52
Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk
perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan
kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan
jaringan internet.53
Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah suatu bentuk
pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus
melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional
maupun yang baru.54 Electronic Banking (E-Banking) adalah layanan perbankan
yang memugkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui internet.55
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi
telah membawa perubahan paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
termasuk dalam dunia usaha. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual
sehingga penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama dengan
tingkat akurasi yang rendah, kini dengan berkembangnya teknologi komputer hal
tersebut bisa diperbaiki. Perangkat komputer memberikan manfaat dimana
pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup
tinggi, sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu. Dalam dunia
usaha kita tahu waktu dan tenaga merupakan modal bagi keberhasilan peningkatan
usaha56.
52
www.bi.co.id, diakses tanggal 2 November 2016
Suryani. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. (Jakarta : EGC, 2005), hal 49
54
Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hal 21
55
Tb. Irman, Anatomi Kejahatan Perbankan, (Jakarta : MQS Publishing & CV. Ayyccs
Group, 2006), hal 197
56
www.bppi-medan.depkominfo.go.id diakses tanggal 3 November 2016.
53
22
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
(TIK)
pada
hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka
membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi
informasi
dan
komunikasi
telah
membawa
perubahan
penting
dalam
perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia. Abad ke-21 bahkan
diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (digitaleconomic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika
(electronic banking). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma
strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era
informasi (information age)57.
Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui
perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini
bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk
menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi
pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi
pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank
di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana
murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non
bunga58. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan
saluran elektronik atau dikenal sebagai electronic banking.59
Electronic banking pada dasarnya memiliki sejumlah saluran (channel),
yaitu anjungan tunai mandiri (ATM), layanan pesan singkat (SMS-banking),
internet (internet banking), telepon (call center), dan mesin gesek kartu di toko57
Ibid.
www.bi.go.id diakses tanggal 2 November 2016.
59
Irman S., Op.Cit, hal 37
58
23
Universitas Sumatera Utara
toko (merchant). Pemanfaatan layanan electronic banking mensyaratkan nasabah
harus memiliki rekening tabungan terlebih dahulu untuk menyimpan uang yang
akan ditransaksikan. Jadi, semakin electronic banking diminati, semakin banyak
pula bank mengumpulkan dana murah.
Electronic banking juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank,
yakni meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income).
Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan transaksi yang ditawarkan
electronic banking, misalnya pembayaran tagihan listrik melalui ATM dikenai
biaya Rp 2.500,00 per transaksi60.
Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan
produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran
komunikasi interaktif. Electronic banking meliputi sistem yang memungkinkan
nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan
transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui
jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses
electronic banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA,
ATM, atau telepon61.
Selain itu E-Banking, atau electronic banking bisa diartikan sebagai
aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank
dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet,
khususnya via web. Mirip dengan penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet
seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan rekening, transfer dana
60
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/14/finansial/2503968.html diakses tanggal 3
November 2016
61
http://emshi.blogs.friendster.com/emshi_blog/2007/03/ebanking_bertra.html diakses
tanggal 4 November 2016.
24
Universitas Sumatera Utara
antar rekening, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, telepon),
melalui rekening banknya. Hal tersebut memberi banyak keuntungan yang bisa
didapatkan nasabah dengan memanfaatkan layanan ini, terutama bila dilihat dari
waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena transaksi electronic banking jelas
bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah dapat
terhubung dengan jaringan internet. Electronic banking sebenarnya bukan hal baru
di internet, tapi di Indonesia sendiri, baru beberapa tahun belakangan ini marak
diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan
keamanan nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola
bank disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.
Keamanan memang merupakan isu utama dalam electronic banking karena
sebagaimana kegiatan lainnya di internet, transaksi perbankan di internet juga
rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung
jawab.
Sebuah
situs
electronic
banking
diwajibkan
untuk
menggunakan standar keamanan yang sangat ketat untuk menjamin bahwa setiap
layanan yang mereka sediakan hanya dimanfaatkan oleh mereka yang memang
berhak. Salah satu teknik pengamanan yang sering digunakan dalam electronic
banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun lewat protokol HTTPS
(Secure HTTP). Secure sockets layer yang pada awalnya dikembangkan oleh
netscape diakui oleh industri internet di dunia sebagai sebuah layer berkemampuan
khusus yang menjembatani network layer transmission control protocol/internet
protocol (TCP/IP) dengan application layer hyper text transport protocol (HTTP)
dan internet messaging acces protocol (IMAP). Kemampuan khusus SSL tersebut
adalah pada sistem penyandian yang mampu menghasilkan kode angka acak
25
Universitas Sumatera Utara
sepanjang 128 bit. Mudahnya, TCP/IP ibarat sebuah pipa paralon yang fungsinya
menghantar segala paket data dan informasi transaksi electronic banking62.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa :
“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.” Sedangkan berdasarkan Pasal
4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik,
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik
dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. Membuka kesempatan seluasâ-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan
pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggara Teknologi Informasi.
Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 29 ayat (4) yang
menyatakan bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/15/PBI/2007 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank
Umum tercantum dalam.pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa :
62
http://ebrightnet.blogspot.com/2008/01/pengenalan-dasar-internet.html diakses tanggal 5
November 2016.
26
Universitas Sumatera Utara
“Layanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya disebut Electronic
Banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh
informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui
media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer,
internet banking, mobile phone.”
Selain itu tercantum dalam pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa
disaster recovery center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat Pusat Data
(data center) mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena
tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan atau kerusakan
pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan
pusat data bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business continuity).
Dasar hukum mengenai transaksi electronic banking khususnya bagi
kegiatan perbankan belum ada undang-undang secara khusus yang mengaturnya,
namun ketentuan-ketentuan berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia
sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar hukum
transaksi electronic banking.63
Salah satu perlindungan yang dapat diberikan kepada nasabah adalah
perlindungan terhadap munculnya kerugian pada nasabah melalui penggunaan
produk atau jasa bank. Electronic Banking (e-banking) sebagai salah satu produk
bank disatu sisi memang memberikan banyak manfaat, namun disisi lain juga
terdapat risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian nasabah. Berdasarkaan di
dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan yang khusus mengenai
Electronic Banking (e-banking), namun meskipun tidak ada peraturan perundangundang yang khusus mengatur Electronic Banking (e-banking) di Indonesia dapat
menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah Electronic
63
Abdul HB & Teguh P, Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum
di Indonesia , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal 77
27
Universitas Sumatera Utara
Banking (e-banking) dengan cara menafsirkan peraturan-peraturan terseut ke dalam
pemahaman tentang Electronic Banking (e-banking) atau mengaitkan peraturan
yang satu dengan peraturan lainnya.64
Peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan Electronic Banking
(E-Banking) atau Internet banking adalah
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
Pengaturan Electronic Banking (E-Banking) tidak terlepas dari Undangundang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dimana kegiatan Electronic Banking
(E-Banking) pada khususnya dan penggunaan sarana elektronik lainnya dalam
perbankan di Indonesia dimungkinkan oleh adanya Pasal 6 huruf (n) bahwa
bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai
penyelenggara layanan Electronic Banking (e-banking) dapat menjamin
keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh nasabah, serta nasabah
dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
transaksi perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui
informasi layanan internet banking yang diberikan oleh bank.
Undang-Undang Perbankan juga mengatur masalah kerahasiaan bank.
Menurut Pasal 1 Ayat 28 Undang-Undang Perbankan, rahasia bank adalah
64
Wulanmas Frederik, A.P.G. Buku Ajar Hukum Perbankan. (Yogyakarta
Penerbit Genta Press. 2011), hal 47
28
:
Universitas Sumatera Utara
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan hal yang penting,
karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Di dalam
Pasal 40 Undang-Undang Perbankan dinyatakan “Bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Bank dilarang
memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan
dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut
kelaziman dalam dunia perbankan. Berdasarkan ketentuan tersebut, UndangUndang Perbankan telah secara konsisten menjelaskan bahwa pengertian
rahasia bank hanya menyangkut nasabah penyimpan dan simpanannya.
Selanjutnya, penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan menyatakan
bahwa keterangan mengenai nasabah, selain sebagai nasabah penyimpan,
bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan.
Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut
mencerminkan akan asas atau prinsip kerahasiaan bank, yang sekiranya
mampu dipergunakan untuk menetapkan dan memberikan perlindungan
hukum atas data pribadi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan
melalui Electronic Banking (e-banking), mengingat bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar
kepercayaan. Mengenai kerahasiaan bank ini, untuk perkembangan saat ini
tidak cukup lagi mengantisipasi dinamika bisnis sektor perbankan. Prinsip
kerahasiaan bank ini dalam konteks perlindungan hukum atas data pribadi
nasabah dapat saja diterapkan, namun penerapannya di dalam penyelenggaraan
29
Universitas Sumatera Utara
internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data
pribadi nasabah yang ada pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang
disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di dalam penyelenggaraan
Electronic Banking (e-banking), data nasabah yang ada tidak hanya data yang
disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak
nasabah dari sarana komputer yang terhubung dengan internet dimana nasabah
melakukan transaksi perbankan. Bank tidak mapu lagi untuk mengantisipasi
dampak
dari
pemanfaatan
layanan
Electronic
Banking
(e-banking).
Ketidakmampuan ini disebabkan karena karakteristik layanan Electronic
Banking (e-banking) untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda
dengan perbankan secara konvensional.
Melihat pada kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang
Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas
data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan Electronic Banking (e-banking).
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Peraturan perundangan tersebut yang dapat dikaitkan dengan internet banking
misalnya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Di dalam Undang-undang ini bahkan tidak ada pasal
yang jelas-jelas mengatur tentang Electronic Banking (e-banking). Akan tetapi,
ada pasal yang mengatur tentang transaksi dengan media internet. Dengan
dilakukan penafsiran terhadap Undang-Undang ini, maka apabila ada pihakpihak tertentu yang menyalahgunakan media internet dalam transaksi
perbankan, maka apabila terjadi permasalahan ataupun sengketa berkaitan
30
Universitas Sumatera Utara
dengan Electronic Banking (e-banking) dan diatur dalam undang-undang ini,
maka dapat diselesaikan atau diproses dengan berdasarkan pada ketentuanketentuan dalam undang-undang ini.
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya. 65 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian,
iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.66
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, membuka kesempatan seluasluasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di
bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin
dan bertanggung jawab dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 67 Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan
alat bukti hukum yang sah.68 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.69Informasi
65
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Pasal 1 angka 2
66
Ibid., Pasal 3
67
Ibid., Pasal 4
68
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
69
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
31
Universitas Sumatera Utara
Elektronik
dan/atau
Dokumen
Elektronik
dinyatakan
sah
apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini. 70
Dalam hal terdapat mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk
tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap
sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,
ditampilkan,
dijamin
keutuhannya,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan.71 Setiap Orang yang menyatakan hak,
memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain berdasarkan
adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus memastikan
bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada padanya
berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan
Perundangundangan. 72
Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh
Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan
Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali
Pengirim. 73 Kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik di
70
Ibid., Pasal 5 ayat (3)
Ibid., Pasal 6
72
Ibid., Pasal 7
73
Ibid., Pasal 8 ayat (1)
71
32
Universitas Sumatera Utara
bawah kendali Penerima yang berhak.74 Dalam hal Penerima telah menunjuk
suatu Sistem Elektronik tertentu untuk menerima Informasi Elektronik,
penerimaan terjadi pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk.75 Setiap Penyelenggara
Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan
aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik
sebagaimana mestinya. 76
Penyelenggara
Sistem
Elektronik
bertanggung
jawab
terhadap
Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya. 77 Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan
memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik. 78
Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik
ataupun privat.79 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik wajib
beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung. 80
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi juga dapat
dikaitkan dengan internet banking, mengingat bahwa penyelenggaraan internet
banking pada dasarnya tidak terlepas dari penggunaan jasa telekomunikasi.
Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a distance)
dan “komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian
74
Ibid., Pasal 8 ayat (2)
Ibid., Pasal 8 ayat (3)
76
Ibid., Pasal 15 ayat (1)
77
Ibid., Pasal 15 ayat (2)
78
Ibid., Pasal 15 ayat (3)
79
Ibid., Pasal 17 ayat (1)
80
Ibid., Pasal 17 ayat (2)
75
33
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM
TRANSAKSI E-BANKING
A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan
Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan
penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.
Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank
(perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas
demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas
12
Universitas Sumatera Utara
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap
proses pembangunan bangsa.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang
pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah
di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.12
Adapun landasan hukum perbankan yaitu :
1. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan
usahanya. 13Perbankan Indonesia dalam
melakukan
usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat.15
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,
12
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers,
2013), hal 24
13
Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
14
Ibid., Pasal 2
15
Ibid., Pasal 3
16
Ibid., Pasal 4
13
Universitas Sumatera Utara
bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum
dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum
dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan
penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti
sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga
kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.19
Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan
perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu
lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya
perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang
17
Ibid., Pasal 5 ayat (1)
Ibid., Pasal 5 ayat (2)
19
Ibid., Pasal 7
18
14
Universitas Sumatera Utara
diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan
masyarakat.20
2. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun
2004
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia
adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang ini. 22 Bank Indonesia adalah badan hukum
berdasarkan undang-undang ini. 23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank
Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur
tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib
menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana
pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 27
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank
untuk
mengatasi
kesulitan
pendanaan
jangka
pendek
Bank
yang
20
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra
Aditya Bakti, 2012), hal 26
21
Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)
22
Ibid., Pasal 4 ayat (2)
23
Ibid., Pasal 4 ayat (3)
24
Ibid., Pasal 7
25
Ibid., Pasal 8
26
Ibid., Pasal 9 ayat (1)
27
Ibid., Pasal 9 ayat (2)
15
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan.28
Bank
Indonesia
melaksanakan
kebijakan
nilai tukar
berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. 29 Bank Indonesia dapat
menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang
dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. 30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank
dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang
menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai. 34 Dalam rangka melaksanakan
tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuanketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan
kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
28
Ibid., Pasal 11 ayat (1)
Ibid., Pasal 12
30
Ibid., Pasal 14 ayat (1)
31
Ibid., Pasal 16
32
Ibid., Pasal 19
33
Ibid., Pasal 20
34
Ibid., Pasal 21
35
Ibid., Pasal 25 ayat (1)
36
Ibid., Pasal 25 ayat (2)
37
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 2
29
16
Universitas Sumatera Utara
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. 38 Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan
dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba
dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi
hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim
investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik
keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan
posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang,
hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan
tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal. 41
4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan,
dan
penyidikan. 42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
38
Ibid., Pasal 2
Ibid., Pasal 3
40
Ibid., Pasal 7
41
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37
42
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1
43
Ibid., Pasal 1 angka 4
39
17
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46
OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran
(fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai
bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak
menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena
pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang
memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini
otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan
keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio.
Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama
dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan.
Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam
rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi
dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas
44
Ibid., Pasal 1 angka 5
Ibid., Pasal 5
46
Ibid., Pasal 6
45
18
Universitas Sumatera Utara
sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi
kebijakan
yang
baik,
OJK
harus
merupakan
bagian
dari
sistem
penyel