Etika Utilitarianisme dalam bisnis (1)

RINGKASAN MATERI
MATA KULIAH ETIKA BISNIS

OLEH KELOMPOK 4
1.
2.
3.
4.
5.

Tjokorda Istri Anom Yunia Dewi
Made Yunita Mega Sari
Anak Agung Sri Widya Lestari
Gusti Ayu Septiari
I Komang Adi Antara

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2018
Pengertian Utilitarianisme


(01)
(04)
(06)
(10)
(43)

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan
bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility),
biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan. “Utilitarianisme” berasal dari kata Latin “utilis”, yang berarti berguna,
bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori
kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori
sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart
Mill (1748-1832). Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat
atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik
buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak.


Pengertian Etika Utilitarianisme
Etika Utilitarianisme adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu
kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.

Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Secara lebih konkret, dalam kerangka etika untilitarisme kita dapat merumuskan
tiga kreteria objektif yang dapat dijadikan dasar obejektif sekaligus norma utnuk
menilai suatu kebijakan atau tindakan. Tiga kreteria etika utilitarisme yaitu :
1. Manfaat, bahwa kebijakasanaan atau tindakan tertentu dapat mendatangkan
manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik
akan menghasilakan yang baik. Sebalikanya, kebijaksanaan atau tindakan yang
tidak baik akan mendatangkan kerugian.
2. Manfaat terbesar, sama halnya seperti diatas, mendatangkan manfaat yang lebih
besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian
sekecil mungkin.

3. Pertanyaan mengenai manfaat, manfaatnya untuk siapa ? Saya, dia, mereka, atau
kita. Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika utilitarianisme
adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain,
kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut

Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar
bagi sedikit banyak orang atau tindakan yang memberikan kerugian bagi sedikit
mungkin orang / kelompok tertentu.
Dengan demikian, kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika
utilitariasme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata
lain, suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut
etika utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang memawa manfaat besar
bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang
sekecil mungkin bagi sedikit mungkin orang.
Atas dasar kreteria tersebut, etika utilitarianisme mengajukan tiga pegangan
sebagai berikut :
1. Suatu kebijksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan
hanya jika kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat dan
keuntungan.
2. Di antara berbagai kebijaksanaan dan tindakan yang sama baiknya,
kebijaksanaan atau tindakan yang mempunyai manfaat terbesar adalah
tindakan yang paling baik. Atau sebaliknya, di antara kebijaksanaan atau
tindakan yang sama-sama merugikan, kebijaksanaan atau tindakan yang baik
dari segi moral adalah mendatangkan kerugian yang lebih kecil atau terkecil.
3. Di antara kebjaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan

manfaat terbesar, kebijaksaan atau tidakan yang mendatangkan manfaat
terbesar bagi banyak orang adalah tindakan yang paling baik. Atau, di antara
kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan kerugian
terkecil, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang mendatangkan
kerugian terkecil bagi paling sedikit orang.

Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut : bertindaklah
sedemikian rupa hingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar
mungkin bagi sebnyak mungkin orang.

Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh
setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan
terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk
masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir
manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan
‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai Positif Etika Utilitarianisme antara lain :
1. Rasionalitas.
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturanaturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika
utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif dan rasional mengapa sesuatu di

anggap baik.
2. Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak
diketahui alasannya. Jadi, tindakan baik itu kita putuskan dan pilih sendiri
berdasarkan kreteria yang rasional dan bukan sekedar menikuti tradisi, norma,
atau perintah tertentu.
3. Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu
tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi
banyak orang. Oleh karena itu universalitasme tidak bersifat egoitis.

Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standart Penilaian
Secara umum etika utilitariasme dapat di pakai dalam dua wujud berbeda yaitu:
a) Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah
keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika

utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia
menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang
tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.
b) Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian baik tindakan atau

kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu
benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok
adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan
akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik
bagi banyak orang.
Dalam banyak hal sesungguhnya kedua wujud tersebut digunakan secara
bersamaan karena keduanya berkaitan erat satu sama lain. Dalam membuat
perencanaan,etika utilitarianisme dapat di pakai sebagai standat penilaian. Hanya saja
apa yang di nilai, baru merupakan bakal tindakan atau kebijaksanaan maka akibat dari
bakal tindakan atau kebijaksanaan itu baru merupakan kemungkinan atau dugaandugaan kuat dan juga sangat mungkin masuk akal atau bisa terjadi.
Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika
utilitarianisme juga dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan
atau program tertentu yang telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat
penilaian berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau
program yang ingin di revisi.

Analisa keuntungan dan kerugian
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan
semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar

bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan
kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer
maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan
sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan

membawa

akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok,
penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme
sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan
dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu
mendapat perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan
konsimen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan,
kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini
penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis

tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau
paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits
yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan
dalam

membuat

sebuah

kebijaksanaan

bisnis

adalah

mengumpulkan

dan


mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua
alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam
kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau
paling kurang, alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok terkait
yang berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan
keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek
moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu
dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada
akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang
dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial, melainkan
juga baik dan etis.

Kelemahan Etika Utilitarianisme
Terlepas daya tariknya yang luar biasa, termasuk untuk bisnis, etika
utilitarianisme ternyata mempunayai kelemahan tertentu.sebagaian di antaranya lebih
bersifat abstrak filosofis, tapi sebagian lain di anataranya sangat praktis.
1. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
2. Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan
hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.

3. Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
4. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
5. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan
ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.