Implementasi Teori teori dalam pembelaja

Implementasi Teori teori dalam pembelajaran

PENDAHULUAN

Guru adalah perancang penting kegiatan pembelajaran. Tak ayal jika guru pasti
mengenal berbagai macam teori belajar dan pembelajaran. Akan tetapi, tak
sedikit para guru yang tak bisa merealisasikan teori pembelajaran itu dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini karena guru belum menganalisis kesesuaian teoriteori
belajar yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Untuk itu, berikut akan
dibahas mengenai implementasi teori belajar.
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefinisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi
demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
PEMBAHASAN

A.

Implementasi Teori Behavioris


Teori ini secara umum melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja
atau perilaku yang dapat dilihat secara impirik. Inti dari teori behavioris ini
terletak pada upaya memahami perilaku secara total. Dalam teori ini seseorang
dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Teori
behavioris adalah salah satu teori yang memiliki kontribusi cukup signifikan
dalam pembelajaran. Teori ini juga merupakan teori yang selama ini dipakai oleh
banyak guru-guru di Negara kita.1[1]
Hingga kini teori ini masih merajai praktek pembelajaran yang ada di Indonesia.
Pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan
reinforcement (hukuman) masih sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil menurut teori ini ditentukan oleh adanya
interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh siswa. Indikasi
keberhasilan menurut teori ini adalah adanya perubahan tingkah laku yang nyata
dalam kehidupan peserta didik.
Perubahan titik dilihat dari perspektif intelektualnya tetapi lebih pada tingkah
laku dalam kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adanya
objektif, pasti, tetap dan tidak berubah. Pengetahuan menurut teori ini telah
terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan

sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang telah
1

belajar atau siswa2[2]. Dalam kegiatan pembelajaran menurut teori ini,
seseorang siswa diharapkan harus memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Serta dalam proses belajar dan pembelajarannya
cukup terlihat bahwa yang cenderung memiliki keaktifan adalah gurunya.
Seorang murid dalam kegiatan belajar mengajar cenderung bersifat pasif dan
harus mematuhi dan mempercayai bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan
disampaikan guru adalah suatu kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir linear,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pelajar menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses
belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau faktor yang
mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau
shaping.
Oleh karena itu, implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk

berkreasi, bereksperimentasi, dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena system pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga tekanan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya, pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka.

B.

Implimentasi Teori Kognitif

Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku
yang dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana
proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Teori pembelajaran ini adalah sebuah teori pembelajaran
yang cenderung melakukan praktek-praktek yang mengarah pada kualitas
intelektual peserta didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan akan
tetepi, teori kognitif ini juga memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satunya aspek positifnya adalah kecerdasan
peserta didik perlu di mulai dari adanya pembentukan intelektual dan

mengorganisasikan alat-alat kognisi.
Sebagai seorang pendidik kita harus menyadari bahwa pembelajaran adalah
suatu kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik, yang nantinya
informasi tersebut diolah oleh alat-alat kognisi yang dimiliki oleh peserta didik.
Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran kualitas intelektualnya. Pada
dasarnya proses pembelajaran adalah suatu system artinya keberhasilan proses
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh salah satu faktor saja, tetapi lebih di
tentukan secara simultan dan komperehensif dari berbagai faktor yang ada.
2

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru harus menciptakan
pembelajaran yang natural, tidak perlu ada suatu rekaan atau paksaan kepada
siswanya.
Dalam kegiatan pembelajaran materi harus benar-benar dilakukan secara
kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruangan saja tetapi
juga bisa dilakukan di luar ruangan dengan cara memanfaatkan alam sekitar
sebagai wahana tempat pembelajaran. Metode yang dapat digunakan juga tidak
harus selalu monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak
dalam pembelajaran menurut teori ini. Keterlibatan siswa secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran amat dipentingkan karena hanya dengan mengaktifkan
siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik. Selain itu, seorang guru juga harus mampu
memahami dan memperhatikan perbedaan individual anak, arena anak, karena
hal ini merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran.

C.

Implementasi Teori Konstruktivisme

Pengertian belajar menurut teori ini adalah proses untuk membangun
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu di bangun atas dasar realitas yang
ada di lapangan. Teori ini membawa implikasi dalam pembelajaran yang bersifat
kolektif dan komplek. Menurut pandangan ini, dalam proses pembelajaran siswa
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyususn konsep dan memberi
makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Dalam konteks ini siswa dianggap sebagai seorang pribadi yang memiliki
kebebasan untuk membangun idea atau gagasan tanpa harus di interverensi
oleh siapapun, siswa diposisikan sebagai kmanusia yang dewasa yang sudah

memiliki modal awal pengetahuan untuk menerjemahkan pengetahuan yang
akan dipelajarinya. Guru dalam konteks ini berperan sebagai pemberdaya
seluruh potensi yang memiliki siswa agar siswa mampu melaksanakan proses
pembelajaran.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran menurut teori ini, seorang guru harus
memiliki daya kreasi yang tinggi untuk bisa mendesain suasana pembelajaran
yang kondusif, suasana pembelajaran yang mampu memberikan kebebasan
kepada siswanya untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan kemauanya.
Serta, semua kegiatan pembelajaran harus banyak dikaitkan dengan realitas
kehidupan Masyarakat. Kegiatan pembelajaran cenderung menggunakan model
pembelajaran kooperatif3[3]. Pelaksanaan evaluasi menurut teori ini tidak hanya
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari
guru. Evaluasi menjadi sarana untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
proses pembelajaran.

D.

3

Implikasi Teori Humanistic


Teori humanistic lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan
manusia dair berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan utama untuk
kepentingan memanusiakan manusia (proses humanistic). Teori ini lebih banyak
membahas mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia
yang di cita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal.
Keberhasilan implementasi menurut teori ini, dalam belajar harus dilakukan
dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
menggairahkan, memberi kebebasan siswa dalam memahami dan mengatasi
materi atau informasi yang diterimanya. Guru harus bisa menciptakan
pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Keterlibatan siswa secara fisik juga merupakan wahana untuk menghilangkan
kejenuhan dari kegiatan pembelajaran yang yang tiap hari mereka kerjakan.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas dapat
dilakukan dengan cara guru merubah wahana atau situasi tempat
pembelajaran, misalnya saja pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam
kelas kita bisa merubahnya denan belajar di luar kelas seperti di kebun ataupun

dihalaman sekolah.4[4]
Sedangkan mengenai metode atau strategi yang dilakukan, seorang guru bisa
melaksanakan pembelajaran yang monoton atau pembelajaran yang hanya
terpusat kepada siswa. Tetapi pembelajaran juga terpusat pada siswa sehingga
tidak hanya gurunya saja yang aktif tetpai siswanya juga harus aktif juga.
Dengan siswanya aktif di harapkan siswa akan memiliki kompetensi yang lebih
untuk memahami dan mengerti akan materi yang sedang di pelajari.
Teori humanistik ini akan sangat membantu para pendidik dalam memahami
arah belajar pada dimensi yang luas. Dalam konteks ini, upaya pembelajaran
apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan di lakukan untuk
mencapai tujuannya.
Meskipun teori humanistic ini, sukar untuk diterjemahkan ke dalam langkahlangkah yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di setiap sekolah.

Para ahli Humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :

4
5




Proses pemerolehan informasi baru,



Personalia informasi ini pada individu.5[5]

Prinsip- prinsip belajar humanistik:6[6]
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh
caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam

9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
10.Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
KESIMPULAN

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman [1].Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog

Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.

6

DAFTAR PUSTAKA

Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and
individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,2008. Jakarta Rienika Cipta
Muhambbin Syah, Psikoli Belajar, 2009. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Read more: http://grupsyariah.blogspot.com/2012/09/implementasi-teori-teoridalam.html#ixzz3sOkmnvMM