Implementasi Program SMS (Short Message Service) Gateway Dalam Proses Perizinan (Studi Pada Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan) Chapter III VI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Bungin (2007 : 68), penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan
untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas
sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan
menjelaskan gambaran realitas dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan
menggunakan data-data yang ada.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution, Gedung Dinas
Pendapatan Kota Medan No. 32 lantai 2 & 3, Kota Medan, Sumatera Utara.
3.3
Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hendarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian
yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja atau bertujuan.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi
informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong (2005) informan peneliti
meliputi beberapa macam yaitu:
39
Universitas Sumatera Utara
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pelaksana
kebijakan yaitu Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Medan.
3. Informan Tambahan yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak
terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, dan pihakpihak yang berkepentingan.
4. Responden adalah masyarakat yang mengurus izin di Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu :
a.
Wawancara mendalam, yaitu proses pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan Tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
40
Universitas Sumatera Utara
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
b.
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara
langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gelaja yang di
temukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan
sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.
c.
Instrumen Data (Angket)
Anget atau kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Iskandar, 2008: 77).
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer dapat
dilakukan melalui instrumen berikut :
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada di lokasi penelitian serta sumbersumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan
dengan penelitian ini.
41
Universitas Sumatera Utara
3.5
Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, maka dilakukan analisis data dengan
menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya
dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006 : 274). Menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2007 : 243), terdapat beberapa langkah yang harus dilalui
dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi Data
Adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang
berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu, struktur organisasi
yang berbeda-beda tersebut terintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu,
struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran
perintah dan penyampaian laporan.
2. Reduksi Data
Reduksi dapat diartiakan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi
data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru
melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga
selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan
kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara
mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti.
42
Universitas Sumatera Utara
Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang
penting
dalam
penelitian
dengan
mencari
tema
dan
pola
hingga
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Intepretasi Data.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan
merupakan
kesimpulan
yang
kredibel.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan
Kota Medan berlokasi di pulau sumatera, yang merupakan ibu kota dari
provinsi sumatera utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar
pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk
menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek
wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba.
GAMBAR 4.1
Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
Sumber : www.pemkomedan.com
44
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah di Sumatera Utara. Dengan demikian, Kota Medan memiliki
luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif
Utara
Selat Malaka
Selatan
Kabupaten Deli Serdang
Barat
Kabupaten Deli Serdang
Timur
Kabupaten Deli Serdang
Sumber : www.pemkomedan.com
Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota
Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota
Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2: Kecamatan – Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan di Kota Medan
Medan Amplas
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Area
Medan Johor
Medan Polonia
Medan Barat
Medan Kota
Medan Selayang
Medan Baru
Medan Labuhan
Medan Sunggal
Medan Belawan
Medan Maimun
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Marelan
Medan Timur
Medan Denai
Medan Perjuangan
Medan Tuntungan
Sumber : www.pemkomedan.com
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan
berjumlah 2,210,624 jiwa. K ota Medan memiliki beranekaragam Suku yang
menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku
Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota
Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang
banyak tersebar diseluruh penjuru Kota Medan.
46
Universitas Sumatera Utara
3.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah.
Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai
berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem
birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada
dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri
dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut,
ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi
pembangunan oleh masyarakat.
Secara strategis, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan
muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi,
kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi
baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan
pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus
dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim
investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh
tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi
dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah
yang lamban, berbelit-belit, tidak ramah harus dapat dihapuskan oleh pemda
47
Universitas Sumatera Utara
terkait.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat
merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah.
Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan
terobosan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang
selanjutnya ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan
Terpadu di Daerah. Dalam Permendagri tersebut, pemerintahan kabupaten/kota
diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau
dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak
sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam
artian mekanisme dan nilai.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2009
Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Medan yang pertanggal 27 Januari berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan. Kesederhanaan,
kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perizinan, itulah harapan yang
ingin dicapai dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Medan yang merupakan unit pelayanan perijinan dan nonperijinan. Dalam rangka Good Governance, maka pelayanan prima kepada
masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, ekonomis, adil, dan
tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada
48
Universitas Sumatera Utara
masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
GAMBAR 1.10
DPMPTSP KOTA MEDAN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi kualitas layanan aparatur Pemerintah kepada ma
syarakat merupakan
indikator keberhasilan
otonomi
daerah.
Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) pada tahun 2009 dengan dasar
pembentukan:
49
Universitas Sumatera Utara
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah;
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Kesederhanaan,
kepastian
hukum,
transparan
dalam
pelayanan
perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit
kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance
maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman,
transparan,
dilaksanakan
effisien,
ekonomis,
adil
dan
tepat
waktu
mutlak harus
agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi
dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
4.4.1 Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan
1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah.
5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
6. Perwal No.6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
50
Universitas Sumatera Utara
7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan
Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota
Medan.
4.4.1 Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu
a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan
Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli
dan sejahtera.
b. Misi :
1. Mewujudkan
pelayanan
Perijinan
yang
Optimal
dan
Professional serta kepuasan masyarakat.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional
3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang
berbasis Infomasi Teknologi.
4. Meningkatkan
peran
serta masyarakat
dalam
pelayanan
perizinan terpadu.
5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan
Pemko Medan.
4.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan Pasal 159 dan 160, tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu (DPMPTSP) Kota Medan, adalah:
a. Tugas pokok DPMPTSP adalah melaksanakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan
51
Universitas Sumatera Utara
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian.
b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah:
•
Pelaksanaan penyusunan program
•
Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan
•
Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan
•
Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan
•
Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya
4.4.3 Susunan Organisasi
a. Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah :
1) Kepala Dinas
2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
(a). Sub Bagian Umum
(b). Sub Bagian Keuangan
(c). Sub Bagian Kepegawaian
(d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan
Pengembangan
(e). Bidang Promosi Penanaman Modal
(f). Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal,
Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan
(g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar
(h). Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan
52
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan Hidup
(i). Bidang Perizinan Kesehatan , Ketenagakerjaan dan
Perizinan Lainnya.
3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Usaha
(b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian
4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat
5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Tata Ruang
(b). Sub Bidang Perhubungan
(c). Sub Bidang Lingkungan Hidup
6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Konstruksi
(b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain
7) Tim Teknis
Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses
perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat
Keputusan/Perijinan.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Sejumlah tenaga pada jenjang Jabatan
dalam
yang terbagi
berbagaikelompok sesuai dengan bidang keahlian dan
ketrampilannya.
53
Universitas Sumatera Utara
STRUKTUR 1.2
Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Plt. KEPALA DINAS
Drs. M. Syafruddin, M.Si
Sekretaris
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian
Umum
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Kegegawaian
Kelompok Jabatan
Fungsional
1. Bagian
Pengolahan Data,
Perencanaan dan
b
3. Bidang Pelayanan
Perizinan Usaha dan
Tanda Daftar
5. Bidang Perizinan Tata
Ruang, Perhubungan dan
Lingkungan Hidup
2. Bidang Perizinan
Kesehatan,
Ketenagakerjaan
dan Perizinan
Lainnya
4. Bidang Promosi
Penanaman Modal
6. Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman
Modal, Pengaduan,
Kebijakan dan Pelaporan
Pelayanan
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Medan
54
Universitas Sumatera Utara
4.4.4
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota
Medan
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan
Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok
dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah :
1) Sekretariat/Badan
a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh
Sekretariat yang
dipimpin oleh Kepala;
c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena
jabatannya adalah
Kepala Badan;
(1)
Badan
melaksanakan
mempunyai
tugas
pokok
koordinasi dan menyelenggarakan
pelayanan administrasi di bidang perijinan secara
terpadu
dengan
prinsip
koordinasi,
integrasi,
sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.
(2) Fungsi Badan :
•
Pelaksanaan penyusunan program;
55
Universitas Sumatera Utara
•
Penyelenggaraan
pelayanan
administrasi perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
proses
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
administrasi
pelayanan
perijinan;
•
Pemantauan
dan
evaluasi
proses
pemberian pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Bagian Tata Usaha
Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
(1) Tugas Pokok
Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang
meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program.
(2) Fungsi
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bagian Tata Usaha;
•
Pengelolaan
administrasi
Badan
yang
meliputi administrasi keuangan, kepegawaian,
56
Universitas Sumatera Utara
tata
persuratan,
perlengkapan,
dan rumah
tangga;
•
Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan,
dan program Badan;
•
Pelaksanaan
monitoring,
evaluasi,
dan
pelaporan pelaksanaan Badan;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala
Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
a) Tupoksi Sub Bagian Umum
(1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub
Bagian yang berada
dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi
umum;
(2) Fungsi
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Sub Bagian Umum;
•
Penyusunan bahan petunjuk teknis
pengelolaan administrasi umum;
•
Pengelolaan administrasi umum yang
meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan
kearsipan, administrasi kepegawaian,
57
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan Badan;
•
Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan;
•
Pelaporan lingkup administrasi umum;
•
Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan tugas;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala
Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya;
3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I
a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan
perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan
Perindustrian;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan
rencana,
program
dan
kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I;
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan I;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang Pelayanan Perijinan I;
58
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
Teknis
rapat-rapat
yang
dengan
berkaitan
Tim
dengan
permohonan Ijin;
•
Pengkoordiniran
pengolahan
data
perijinan;
•
Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap
ijin
dan
pembuatan
permohonan
berita
acara
pemeriksaan lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
dan
pelaksanaan
proses
persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan I.
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan II
a. Bidang Pelayanan Perijinan II dipimpin oleh Kepala
59
Universitas Sumatera Utara
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan.
b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman
dan ketertiban masyarakat;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan II menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan II;
•
Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan
Perijinan II;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja
Bidang Pelayanan Perijinan II;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis
yang berkaitan dengan permohonan Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap
permohonan
dan
acara pemeriksaan
pembuatan
berita
ijin
lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
pelaksanaan
proses
perhitungan retribusi,
penetapan
60
Universitas Sumatera Utara
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
instansi/lembaga
lainnya
dengan
terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan II.
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III
a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang,
perhubungan, dan lingkungan hidup;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan III menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan
rencana,
program
dan
kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan III;
61
Universitas Sumatera Utara
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan III;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang Pelayanan Perijinan III;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
rapat-rapat
dengan
Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
proses
perijinan, perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
instansi/lembaga
lainnya
dengan
terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan III;
62
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV
a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi,
kesehatan dan lain-lain;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan IV menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan IV;
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
rapat-rapat
dengan
Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
63
Universitas Sumatera Utara
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
pelaksanaan
proses
perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
dengan
instansi/lembaga
lainnya
bidang
terkait
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
7) Tim Teknis
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan
persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
64
Universitas Sumatera Utara
e.
Memberikan
saran-saran
atau
pertimbangan-
pertimbangan kepada
Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas
dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga fungsional
yang
diatur
dan
ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin
oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk;
c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja;
d. Jenis
dan
jenjang
jabatan
fungsional
diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4.4.4 Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja
a) Keadaan Pegawai
Penyelenggara
tahun 2013
secara
urusan
pelayanan
kelembagaan
perijinan
digerakkan
terpadu
oleh
selama
sumberdaya
kepegawaian. Adapun sumberdaya kepegawaian yang ada pada akhir
Oktober tahun 2013 sebanyak 83 orang dibedakan berdasarkan kualifikasi
menurut pendidikan, golongan dan jabatan untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
65
Universitas Sumatera Utara
4.2.5
Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan
Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang
tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan
dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas – tugas dan pekerjaan yang
sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatanm Kota Medan
untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut.
Berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan
Prasaranan ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada
gambar – gambar dibawah ini:
GAMBAR 2.1
PUSAT INFORMASI
GAMBAR 2.2
FASILITAS
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
RUANG TUNGGU
GAMBAR
RUANG TUNGGU
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
66
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP
PEGAWAI
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
CUSTUMOR SERVICE
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
RUANG SMS GATEWAY
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP
PEGAWAI
Sumber
: Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
LOKET PENGAMBILAN IJIN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
MONITOR SMS GATEWAY
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
67
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data
yang
diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode
penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu.
Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi kebijakan SMS
Gateway pada pelayanan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai
informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di
DPMPTSP
Pemko
Medan
selaku
pihak
yang
merumuskan
dan
mengimplementasikan SMS Gateway dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan,
serta informan tambahan dan responden yakni masyarakat sebagai responden
selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan
data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk
selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses
wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan
secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Drs. M.
Syafruddin selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Informan utama terdiri dari Bapak Yance
Safriardhana, A.Md selaku staf pada Sub Bagian Umum, Bapak Kurniawan
selaku Pj. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Mas Rian Siregar selaku tenaga
68
Universitas Sumatera Utara
ahli dibidang informasi. Sementara informan tambahan terdiri dari 3 orang dari
masyarakat yang sedang melakukan pengurusan perizinan di DPMPTSP Pemko
Medan, yaitu Bapak Dedi Syamsur Nasution, Bapak Muhammad Taufik, dan Ibu
Hernawati Limbong. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses
wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang
telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaanpertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut
berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.
Data – data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua
bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci
serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna jasa SMS Gateway.
Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
dokumentasi seperti dokumen yang berkaitan dengan Implementasi UU No. 32
Thn 2004 tentang pemerintahan daerah, maka hak dan tanggungjawab pemerintah
daerah makin tinggi baik itu dalam pengelolaan sumber daya alam, manusia dan
potensi yang ada. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala
permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan
dalam meneliti ini, menggunakan metode implementasi George C Edwards III.
Dengan variabel yang digunakan komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi.
Data ini merupakan hasil wawancara dari Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu
wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu
69
Universitas Sumatera Utara
peneliti menyusun draft pertanyaan yang hendak diajukan. Adapun indikator yang
digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam penelitian ini yaitu:
A. KOMUNIKASI
Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus
menyadari
bahwa
suatu
keputusan
telah
dibuat
dan
perintah
untuk
melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang
terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta
sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat.
Seperti kita ketahui bahwa Program SMS Gateway ini guna peningkatan
pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan merupakan bagian yang menjadi prioritas
saat ini. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pegawai di DPMPTSP Kota
Medan. Adapun hasil wawancaranya seperti dibawah ini.
Seperti yang diketahui bahwa Program SMS Gateway mulai dilaksanakan
pada tahun 2012. Dalam hal ini penulis menanyakan tentang sejauh mana
pemahaman pegawai DPMPTSP Medan tentang SMS Gateway dan dalam waktu
pelaksanaan program. Berikut pemaparan hasil wawancara dengan Bapak Drs.
Syafruddin, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan melalui stafnya.
“Program SMS Gateway ini kami berangkat dari kebutuhan
masyarakat akan perizinana dimana kembali lagi guna peningkatan kualitas
pelayanan publik kami membuat program ini. Kami membuat tentu dengan
peencanaan yang matang, dan samapai sekarang SMS Gateway ini tetap
berjalan.” (Wawancara Febuari 2017)
70
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Staf Sub Bagian Umum, Bapak
Yance Safriardhana, A.Md, berikut pernyataannya:
“Peningkatan pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan
merupakan bagian yang menjadi prioritas saat ini. Setelah pengembangan
sistem secara keseluruhan telah selesai dan telah digunakan sejak tahun 2012,
maka saat ini konsentrasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik kepada para pemohon dan pihak-pihak terkait yang
membutuhkan data dan informasi dari DPMPTSP Pemerintah Kota Medan.
Jadi dengan adanya program SMS Gateway ini pemohon sudah terbantu
dengan asas efektif dan efisiensi waktu, dan sejauh ini program ini sudah
berjalan dengan baik.” (Wawancara Febuari 2017)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Mas Rian Siregar, selaku tenaga
ahli di bidang informasi, berikut pernyataannya:
“Salah
satu
rencana
peningkatan
pelayanan
tersebut
setelah
pengembangan website DPMPTSP utama dan mobile serta pusat pelayanan
digital di kantor DPMPTSP, SMS Gateway merupakan pelayanan lanjutan
yang dibangun untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pemohon
untuk mendapatkan data dan informasi yang mereka butuhkan. Dengan
adanya SMS Gateway ini rasa saya cukup membantu para pemohon, tetapi
sampai saat ini belum banyak yang menggunakan SMS Gateway ini karenakan
ada beberapa faktor.” (Wawancara Febuari 2017)
71
Universitas Sumatera Utara
Lalu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu
terkait dengan strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan.. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga terkait dengan
strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan pelayanan perijinan lebih
diarahkan kepada Kepala dan Pegawai DPMPTSP Kota Medan, karena beliau
merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan
strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama sekali yang ditanyakan oleh
penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
mengenai
apa
kiat-kiat
profesionalisme kerja oleh
menurut
Bapak
DPMPTSP
dalam
Kota
menumbuhkembangkan
Medan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, Bapak Drs. M. Syafruddin, M.Si
mengatakan :
“Banyak
strategi
yang
telah
kami
buat
untuk
meningkatkan
menumbuhkembangkan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan ini,
terutama strategi yang berkaitan dengan upaya mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pemerintah Kota Medan. Itu ada tercantum dalam Rencana Strategi
DPMPTSP Pemko Medan Tahun 2016 – 2020. Strategi yang sudah kami buat
untuk meningkatkan pelayanan perijinan yaitu : menambah fasilitas di bidang
administrasi perkantoran, meningkatkan sarana dan prasarana bagi pegawai,
melakukan pembinaan kedisiplinan pegawai, meningkatkan kapasitas sumber
daya aparatur, mengembangkan sistem laporan capaian kinerja dan keuangan,
dan memperbaiki manajemen dalam pelayanan perijinan. Dengan begitu
profesionalisme kerja akan meningkat.” (Wawancara Febuari 2017)
72
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan serupa penulis ajukan kepada Bapak YanceSafriardhana,
A.md, berikut penjelasan beliau.
“Menurut hemat saya, sebaiknya adanya “The Right Man On The Right
Place”, sehingga profesionalisme dan sebagainya berjalan dengan baik.”
(Wawancara Febuari 2017)
Setiap strategi diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai. Strategi diciptakan untuk selanjutnya dapat dilaksanakan agar kebutuhan
dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan suatu strategi
bergantung pada tahap pelaksanaannya. Penulis kemudian menanyakan tentang
bagaimana proses pelaksanaan strategi di DPMPTSP Kota Medan, dan
beliau, Plt Kepala Dinas melalui Staf nya mengatakan :
“Proses pelaksanaan strategi berjalan dengan cukup lancar.
Dalam hal ini peran dari para Kepala Bidang sangat dibutuhkan untuk
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap anggota-anggota yang
bekerja di bidangnya masing-masing agar mampu melaksanakan strategistrategi tersebut secara efektif. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan
oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang sudah dibuat
yaitu: menerapkan sistem teknologi informasi, menerapkan pemrosesan izin
secara paralel, membuka loket pada jam istirahat, memasang CCTv untuk
memantau kinerja seluruh pegawai dan mencegah adanya pungutan liar di
DPMPTSP Kota Medan, menyediakan website DPMPTSP Pemko Medan,
meningkatkan target penerbitan izin perhari, menyelesaikan proses
perizinan dalam waktu yang cepat dan sesuai dengan SOP yang ada,
meningkatkan retribusi pendapatan asli daerah (PAD).” (Wawancara
73
Universitas Sumatera Utara
Febuari 2017)
Implementasi suatu program tentunya tidak terlepas dari orang-orang yang
berperan sebagai implementor (pelaksana). Kualitas dari setiap implementor
sangat dibutuhkan agar tujuan dan sasaran dari pelaksanaan suatu strategi dapat
tercapai secara maksimal. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan
tentang siapa saja orang-orang yang berperan sebagai implementor (pelaksana)
dalam menjalankan program yang telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan, beliau
mengatakan:
“Banyak pihak yang terkait dalam melaksanakan strategi yang
telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan ini. Pihak pelaksana utama tentunya
kami sendiri yakni seluruh pegawai DPMPTSP Kota Medan mulai dari
jabatan tertinggi seperti saya selaku Plt Kepala Dinas dan para Kepala
Bidang, serta semua anggota dari tiap bidang. Namun dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi, kami juga turut dibantu oleh Tim Teknis dari
jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terdiri dari dinasdinas teknis terkait perizinan seperti: Dinas Pertamanan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas terkait
lainnya.
Dalam menjalankan strategi tentunya dibutuhkan kerjasama yang baik
antara pembuat strategi dan kebijakan dengan orang-orang yang bekerja sebagai
pelaksana strategi. Kemudian penulis menanyakan apakah dalam menciptakan
koordinasi dan hierarki yang strategis yang sudah dijalankan di DPMPTSP Kota
Medan berhasil diterapkan dengan baik, beliau mengatakan :
“Saya menilai bahwa strategi yang sudah kami buat untuk
74
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kinerja pelayanan di DPMPTSP Kota Medan ini berhasil
dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari kemampuan dari setiap pegawai di
Dinas ini untuk melaksanakan strategi yang telah dibuat, mereka dapat
melakukannya dengan baik. Bukti dari keberhasilan strategi tersebut juga
tampak dari meningkatnya kinerja dari setiap pegawai disini dan
masyarakat yang pernah melakukan pengurusan izin disini tampaknya puas
dengan pelayanan kami dikarenakan kami mampu mengelola perizinan
yang sedang diurus mereka dalam jangka waktu yang singka.”.
(Wawancara Febuari 2017)
Suatu strategi dapat berjalan secara efektif apabila ukuran-ukuran dan
tujuan-tujuan dari strategi yang telah diciptakan dapat dipahami secara jelas oleh
setiap individu yang terlibat dalam pencapaian tujuan dari strategi tersebut.
Kejelasan mengenai ukuran dan tujuan strategi sangat perlu dikomunikasikan
secara tepat oleh pembuat strategi dengan para implementor (pelaksana).
Komunikasi yang terjalin dengan baik antara semua personil yang terlibat dalm
pelaksanaan strategi akan mendorong kepada pencapaian tujuan secara lebih
optimal. Dalam hal ini penulis menanyakan mengenai bagaimana proses
komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan
strategi dengan para implementor (pelaksana) strategi di DPMPTSP Kota Medan
dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara DPMPTSP Kota Medan
dengan masyarakat, beliau mengatakan :
“Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana
strategi di DPMPTSP Kota Medan ini terjalin dengan sangat baik,
dikarenakan strategi yang telah dibuat dikomunikasikan secara langsung
75
Universitas Sumatera Utara
kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana
strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang
hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari
Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi
para anggota bidang dan sebagai penggkoordinir kinerja bidang masingmasing. Kalau untuk masyarakat yang datang kesini, kami selalu berusaha
melayani mereka dengan maksimal. Para pegawai disini juga diwajibkan
untuk mau memberi informasi yang jelas kepada masyarakat yang datang
mengurus ijin kesini. Namun walaupun begitu masih ada juga masalah yang
harus kami hadapi dengan masyarakat. Sampai sekarang masih ada warga
Kota Medan yang usahanya masih beroperasi tapi tidak punya ijin.
Mungkin itu juga salah kami yang masih kurang sosialisasi. Makanya
didalam strategi DPMPTSP Kota Medan yang sudah berlangsung 5 tahun
ini, sosialisasi adalah salah satu strategi yang wajib kami jalankan.
B. SUMBERDAYA
Implementasi kebijakan yang dilakukan dengan jelas dan konsisten
tidak menjadi suatu jaminan kebijakan tersebut akan berhasil dilaksanakan
dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumber daya finansial, dan
fasilitas DPMPTSP. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi
kebijakan agar efektif. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal
76
Universitas Sumatera Utara
di kertas menjadi dokumen saja. Untuk mengetahui kondisi sumber daya di
DPMPTSP Medan maka pertama penulis menanyakan mengenai kondisi
pegawai DPMPTSP Medan dalam pelaksanaan Programnya, berikut
pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP:
“Kondisi pegawai di DPMPTSP Kota Medan sudah memadai. Pegawai
disini ada 137 pegawai dengan kualifikasi pendidikan yang berkaitan.
Dahulunya kami Badan Pelayanan Perizinan Terpadu memiliki jumlah
pegawai 87, sekarang karena dilebur dengan Dinas Penanaman Modal
maka sekarang DPMPTSP berjumlah 137.” (Wawancara Febuari
2017)
Apabila isi dari program sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka strategi tidak
akan berjalan secara efektif. Sumberdaya dapat berwujud sumberdaya manusia
dan sumberdaya finansial. Komponen sumberdaya meliputi jumlah staf, keahlian
dari para pelaksana, dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana
prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan
DPMPTSP Kota Medan agar program yang telah dibuat dapat dilaksanakan
dengan baik, beliau mengatakan :
“Kalau saya menilai, sebenarnya sumberdaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan strategi-strategri dan program-program di DPMPTSP
Kota Medan ini sudah terpenuhi, walaupun masih ada pegawai yang belum
memberikan kinerjanya secara maksimal namun itu hanya sebagian kecil
saja. Karena kami disini bekerja dengan berpedoman pada Standard
Operating Procedures yang ada, sehingga setiap pegawai yang bekerja
disini dituntut untuk mampu melaksanakan pekerjaannya masing-masing
77
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan Standard Operating Procedures yang dimiliki oleh
DPMPTSP Kota Medan. Jumlah staf disini yang masih agak kurang, di unit
bagian yang melakukan pengecekan lokasi ijin. Namun, pada saat
rekrutmen pegawai dibuka bagi DPMPTSP Kota Medan, kami akan
menempatkan orang-orang terbaik untuk menempati unit-unit bagian yang
masih kekurangan staf pegawai.” (Wawancara Febuari 2017)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
suatu program adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan isi dari
strategi yang dirumuskan, maka implementor akan menjalankannya dengan baik.
Namun apabila terjadi penolakan terhadap bagian-bagian dari isi strategi maka
secara otomatis strategi itu nantinya tidak akan berjalan dengan efektif. Terkait
dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang sikap dan respon dari para
implementor (pelaksana) terhadap program-program
yang dijalankan di
DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan :
“Para pelaksana strategi di DPMPTSP Kota Medan ini secara
keseluruhan mendukung penuh strategi-strategi yang telah dibuat dan
mereka juga berupaya melaksanakannya secara maksimal. Belum ada
pernah saya dengar penolakan-penolakan terhadap strategi yang sudah
dibuat, dikarenakan strategi yang dibuat semuanya adalah demi kemajuan
DPMPTSP Kota Medan dan kepuasan bagi masyarakat yang melakukan
pengurusan ijin.” (Wawancara Febuari 2017)
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa kondisi pegawai DPMPTSP
Kota Medan dari segi kuantitas dan kualitas sudah cukup memadai. Adapun
jumlah pegawai DPMPTSP saat ini berjumlah 137 orang dengan penempatan
78
Universitas Sumatera Utara
kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan pengalaman masing-masing
pegawai. Adapun rincian komposisi pegawai DPMPTSP Kota Medan,
terlampir:
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial juga merupakan hal
pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan
yang ada. Dalam hal ini penulis menanyakan bagaimana kondsi anggaran
dalam pelaksanaan Program, terutama program SMS Gateway ini:
“Anggaran dalam melaksanakan program ini, semua sudah terlampir
dalam renstra atau rencana strategis kami.”
C. DISPOSISI
Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor dalam mengimplimentasikan suatu kebijakan. Sikap yang dimiliki
oleh implementor sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi
efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor
setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan
dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Dalam hal
ini penulis ingin me
METODE PENELITIAN
3.1
Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Bungin (2007 : 68), penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan
untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas
sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan
menjelaskan gambaran realitas dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan
menggunakan data-data yang ada.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution, Gedung Dinas
Pendapatan Kota Medan No. 32 lantai 2 & 3, Kota Medan, Sumatera Utara.
3.3
Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hendarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian
yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja atau bertujuan.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi
informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong (2005) informan peneliti
meliputi beberapa macam yaitu:
39
Universitas Sumatera Utara
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pelaksana
kebijakan yaitu Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Medan.
3. Informan Tambahan yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak
terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, dan pihakpihak yang berkepentingan.
4. Responden adalah masyarakat yang mengurus izin di Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu :
a.
Wawancara mendalam, yaitu proses pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan Tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
40
Universitas Sumatera Utara
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
b.
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara
langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gelaja yang di
temukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan
sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.
c.
Instrumen Data (Angket)
Anget atau kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Iskandar, 2008: 77).
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer dapat
dilakukan melalui instrumen berikut :
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada di lokasi penelitian serta sumbersumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan
dengan penelitian ini.
41
Universitas Sumatera Utara
3.5
Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, maka dilakukan analisis data dengan
menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya
dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006 : 274). Menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2007 : 243), terdapat beberapa langkah yang harus dilalui
dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi Data
Adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang
berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu, struktur organisasi
yang berbeda-beda tersebut terintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu,
struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran
perintah dan penyampaian laporan.
2. Reduksi Data
Reduksi dapat diartiakan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi
data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru
melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga
selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan
kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara
mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti.
42
Universitas Sumatera Utara
Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang
penting
dalam
penelitian
dengan
mencari
tema
dan
pola
hingga
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Intepretasi Data.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan
merupakan
kesimpulan
yang
kredibel.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan
Kota Medan berlokasi di pulau sumatera, yang merupakan ibu kota dari
provinsi sumatera utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar
pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk
menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek
wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba.
GAMBAR 4.1
Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
Sumber : www.pemkomedan.com
44
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah di Sumatera Utara. Dengan demikian, Kota Medan memiliki
luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif
Utara
Selat Malaka
Selatan
Kabupaten Deli Serdang
Barat
Kabupaten Deli Serdang
Timur
Kabupaten Deli Serdang
Sumber : www.pemkomedan.com
Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota
Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota
Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2: Kecamatan – Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan di Kota Medan
Medan Amplas
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Area
Medan Johor
Medan Polonia
Medan Barat
Medan Kota
Medan Selayang
Medan Baru
Medan Labuhan
Medan Sunggal
Medan Belawan
Medan Maimun
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Marelan
Medan Timur
Medan Denai
Medan Perjuangan
Medan Tuntungan
Sumber : www.pemkomedan.com
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan
berjumlah 2,210,624 jiwa. K ota Medan memiliki beranekaragam Suku yang
menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku
Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota
Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang
banyak tersebar diseluruh penjuru Kota Medan.
46
Universitas Sumatera Utara
3.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah.
Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai
berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem
birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada
dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri
dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut,
ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi
pembangunan oleh masyarakat.
Secara strategis, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan
muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi,
kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi
baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan
pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus
dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim
investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh
tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi
dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah
yang lamban, berbelit-belit, tidak ramah harus dapat dihapuskan oleh pemda
47
Universitas Sumatera Utara
terkait.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat
merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah.
Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan
terobosan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang
selanjutnya ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan
Terpadu di Daerah. Dalam Permendagri tersebut, pemerintahan kabupaten/kota
diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau
dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak
sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam
artian mekanisme dan nilai.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2009
Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Medan yang pertanggal 27 Januari berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan. Kesederhanaan,
kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perizinan, itulah harapan yang
ingin dicapai dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Medan yang merupakan unit pelayanan perijinan dan nonperijinan. Dalam rangka Good Governance, maka pelayanan prima kepada
masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, ekonomis, adil, dan
tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada
48
Universitas Sumatera Utara
masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
GAMBAR 1.10
DPMPTSP KOTA MEDAN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi kualitas layanan aparatur Pemerintah kepada ma
syarakat merupakan
indikator keberhasilan
otonomi
daerah.
Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) pada tahun 2009 dengan dasar
pembentukan:
49
Universitas Sumatera Utara
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah;
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Kesederhanaan,
kepastian
hukum,
transparan
dalam
pelayanan
perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit
kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance
maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman,
transparan,
dilaksanakan
effisien,
ekonomis,
adil
dan
tepat
waktu
mutlak harus
agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi
dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
4.4.1 Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan
1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah.
5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
6. Perwal No.6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
50
Universitas Sumatera Utara
7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan
Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota
Medan.
4.4.1 Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu
a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan
Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli
dan sejahtera.
b. Misi :
1. Mewujudkan
pelayanan
Perijinan
yang
Optimal
dan
Professional serta kepuasan masyarakat.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional
3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang
berbasis Infomasi Teknologi.
4. Meningkatkan
peran
serta masyarakat
dalam
pelayanan
perizinan terpadu.
5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan
Pemko Medan.
4.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan Pasal 159 dan 160, tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu (DPMPTSP) Kota Medan, adalah:
a. Tugas pokok DPMPTSP adalah melaksanakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan
51
Universitas Sumatera Utara
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian.
b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah:
•
Pelaksanaan penyusunan program
•
Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan
•
Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan
•
Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan
•
Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya
4.4.3 Susunan Organisasi
a. Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah :
1) Kepala Dinas
2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
(a). Sub Bagian Umum
(b). Sub Bagian Keuangan
(c). Sub Bagian Kepegawaian
(d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan
Pengembangan
(e). Bidang Promosi Penanaman Modal
(f). Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal,
Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan
(g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar
(h). Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan
52
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan Hidup
(i). Bidang Perizinan Kesehatan , Ketenagakerjaan dan
Perizinan Lainnya.
3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Usaha
(b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian
4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat
5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Tata Ruang
(b). Sub Bidang Perhubungan
(c). Sub Bidang Lingkungan Hidup
6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Konstruksi
(b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain
7) Tim Teknis
Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses
perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat
Keputusan/Perijinan.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Sejumlah tenaga pada jenjang Jabatan
dalam
yang terbagi
berbagaikelompok sesuai dengan bidang keahlian dan
ketrampilannya.
53
Universitas Sumatera Utara
STRUKTUR 1.2
Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Plt. KEPALA DINAS
Drs. M. Syafruddin, M.Si
Sekretaris
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian
Umum
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Kegegawaian
Kelompok Jabatan
Fungsional
1. Bagian
Pengolahan Data,
Perencanaan dan
b
3. Bidang Pelayanan
Perizinan Usaha dan
Tanda Daftar
5. Bidang Perizinan Tata
Ruang, Perhubungan dan
Lingkungan Hidup
2. Bidang Perizinan
Kesehatan,
Ketenagakerjaan
dan Perizinan
Lainnya
4. Bidang Promosi
Penanaman Modal
6. Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman
Modal, Pengaduan,
Kebijakan dan Pelaporan
Pelayanan
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Medan
54
Universitas Sumatera Utara
4.4.4
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota
Medan
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan
Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok
dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah :
1) Sekretariat/Badan
a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh
Sekretariat yang
dipimpin oleh Kepala;
c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena
jabatannya adalah
Kepala Badan;
(1)
Badan
melaksanakan
mempunyai
tugas
pokok
koordinasi dan menyelenggarakan
pelayanan administrasi di bidang perijinan secara
terpadu
dengan
prinsip
koordinasi,
integrasi,
sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.
(2) Fungsi Badan :
•
Pelaksanaan penyusunan program;
55
Universitas Sumatera Utara
•
Penyelenggaraan
pelayanan
administrasi perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
proses
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
administrasi
pelayanan
perijinan;
•
Pemantauan
dan
evaluasi
proses
pemberian pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Bagian Tata Usaha
Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
(1) Tugas Pokok
Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang
meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program.
(2) Fungsi
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bagian Tata Usaha;
•
Pengelolaan
administrasi
Badan
yang
meliputi administrasi keuangan, kepegawaian,
56
Universitas Sumatera Utara
tata
persuratan,
perlengkapan,
dan rumah
tangga;
•
Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan,
dan program Badan;
•
Pelaksanaan
monitoring,
evaluasi,
dan
pelaporan pelaksanaan Badan;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala
Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
a) Tupoksi Sub Bagian Umum
(1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub
Bagian yang berada
dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi
umum;
(2) Fungsi
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Sub Bagian Umum;
•
Penyusunan bahan petunjuk teknis
pengelolaan administrasi umum;
•
Pengelolaan administrasi umum yang
meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan
kearsipan, administrasi kepegawaian,
57
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan Badan;
•
Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan;
•
Pelaporan lingkup administrasi umum;
•
Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan tugas;
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala
Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya;
3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I
a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan
perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan
Perindustrian;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan
rencana,
program
dan
kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I;
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan I;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang Pelayanan Perijinan I;
58
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
Teknis
rapat-rapat
yang
dengan
berkaitan
Tim
dengan
permohonan Ijin;
•
Pengkoordiniran
pengolahan
data
perijinan;
•
Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap
ijin
dan
pembuatan
permohonan
berita
acara
pemeriksaan lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
dan
pelaksanaan
proses
persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan I.
•
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan II
a. Bidang Pelayanan Perijinan II dipimpin oleh Kepala
59
Universitas Sumatera Utara
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan.
b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman
dan ketertiban masyarakat;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan II menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan II;
•
Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan
Perijinan II;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja
Bidang Pelayanan Perijinan II;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis
yang berkaitan dengan permohonan Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap
permohonan
dan
acara pemeriksaan
pembuatan
berita
ijin
lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
pelaksanaan
proses
perhitungan retribusi,
penetapan
60
Universitas Sumatera Utara
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
instansi/lembaga
lainnya
dengan
terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan II.
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III
a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang,
perhubungan, dan lingkungan hidup;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan III menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan
rencana,
program
dan
kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan III;
61
Universitas Sumatera Utara
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan III;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang Pelayanan Perijinan III;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
rapat-rapat
dengan
Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
proses
perijinan, perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
instansi/lembaga
lainnya
dengan
terkait bidang
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan III;
62
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV
a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai
tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi,
kesehatan dan lain-lain;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan IV menyelenggarakan fungsi :
•
Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan IV;
•
Penyusunan
petunjuk
teknis
Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan
rapat-rapat
dengan
Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
•
Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
63
Universitas Sumatera Utara
•
Pengkoordiniran
pelaksanaan
peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
•
Pengkoordiniran
perijinan,
pelaksanaan
proses
perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
•
Pelaksanaan
koordinasi
dengan
instansi/lembaga
lainnya
bidang
terkait
pelayanan perijinan;
•
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
•
Pelaksanaan
Kepala
tugas
Badan
lain
yang
diberikan
sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
7) Tim Teknis
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan
persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
64
Universitas Sumatera Utara
e.
Memberikan
saran-saran
atau
pertimbangan-
pertimbangan kepada
Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas
dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga fungsional
yang
diatur
dan
ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin
oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk;
c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja;
d. Jenis
dan
jenjang
jabatan
fungsional
diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4.4.4 Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja
a) Keadaan Pegawai
Penyelenggara
tahun 2013
secara
urusan
pelayanan
kelembagaan
perijinan
digerakkan
terpadu
oleh
selama
sumberdaya
kepegawaian. Adapun sumberdaya kepegawaian yang ada pada akhir
Oktober tahun 2013 sebanyak 83 orang dibedakan berdasarkan kualifikasi
menurut pendidikan, golongan dan jabatan untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
65
Universitas Sumatera Utara
4.2.5
Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan
Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang
tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan
dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas – tugas dan pekerjaan yang
sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatanm Kota Medan
untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut.
Berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan
Prasaranan ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada
gambar – gambar dibawah ini:
GAMBAR 2.1
PUSAT INFORMASI
GAMBAR 2.2
FASILITAS
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
RUANG TUNGGU
GAMBAR
RUANG TUNGGU
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
66
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP
PEGAWAI
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
CUSTUMOR SERVICE
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
RUANG SMS GATEWAY
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP
PEGAWAI
Sumber
: Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
LOKET PENGAMBILAN IJIN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
MONITOR SMS GATEWAY
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
67
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data
yang
diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode
penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu.
Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi kebijakan SMS
Gateway pada pelayanan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai
informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di
DPMPTSP
Pemko
Medan
selaku
pihak
yang
merumuskan
dan
mengimplementasikan SMS Gateway dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan,
serta informan tambahan dan responden yakni masyarakat sebagai responden
selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan
data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk
selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses
wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan
secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Drs. M.
Syafruddin selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Informan utama terdiri dari Bapak Yance
Safriardhana, A.Md selaku staf pada Sub Bagian Umum, Bapak Kurniawan
selaku Pj. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Mas Rian Siregar selaku tenaga
68
Universitas Sumatera Utara
ahli dibidang informasi. Sementara informan tambahan terdiri dari 3 orang dari
masyarakat yang sedang melakukan pengurusan perizinan di DPMPTSP Pemko
Medan, yaitu Bapak Dedi Syamsur Nasution, Bapak Muhammad Taufik, dan Ibu
Hernawati Limbong. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses
wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang
telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaanpertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut
berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.
Data – data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua
bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci
serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna jasa SMS Gateway.
Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
dokumentasi seperti dokumen yang berkaitan dengan Implementasi UU No. 32
Thn 2004 tentang pemerintahan daerah, maka hak dan tanggungjawab pemerintah
daerah makin tinggi baik itu dalam pengelolaan sumber daya alam, manusia dan
potensi yang ada. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala
permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan
dalam meneliti ini, menggunakan metode implementasi George C Edwards III.
Dengan variabel yang digunakan komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi.
Data ini merupakan hasil wawancara dari Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu
wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu
69
Universitas Sumatera Utara
peneliti menyusun draft pertanyaan yang hendak diajukan. Adapun indikator yang
digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam penelitian ini yaitu:
A. KOMUNIKASI
Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus
menyadari
bahwa
suatu
keputusan
telah
dibuat
dan
perintah
untuk
melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang
terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta
sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat.
Seperti kita ketahui bahwa Program SMS Gateway ini guna peningkatan
pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan merupakan bagian yang menjadi prioritas
saat ini. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pegawai di DPMPTSP Kota
Medan. Adapun hasil wawancaranya seperti dibawah ini.
Seperti yang diketahui bahwa Program SMS Gateway mulai dilaksanakan
pada tahun 2012. Dalam hal ini penulis menanyakan tentang sejauh mana
pemahaman pegawai DPMPTSP Medan tentang SMS Gateway dan dalam waktu
pelaksanaan program. Berikut pemaparan hasil wawancara dengan Bapak Drs.
Syafruddin, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan melalui stafnya.
“Program SMS Gateway ini kami berangkat dari kebutuhan
masyarakat akan perizinana dimana kembali lagi guna peningkatan kualitas
pelayanan publik kami membuat program ini. Kami membuat tentu dengan
peencanaan yang matang, dan samapai sekarang SMS Gateway ini tetap
berjalan.” (Wawancara Febuari 2017)
70
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Staf Sub Bagian Umum, Bapak
Yance Safriardhana, A.Md, berikut pernyataannya:
“Peningkatan pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan
merupakan bagian yang menjadi prioritas saat ini. Setelah pengembangan
sistem secara keseluruhan telah selesai dan telah digunakan sejak tahun 2012,
maka saat ini konsentrasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik kepada para pemohon dan pihak-pihak terkait yang
membutuhkan data dan informasi dari DPMPTSP Pemerintah Kota Medan.
Jadi dengan adanya program SMS Gateway ini pemohon sudah terbantu
dengan asas efektif dan efisiensi waktu, dan sejauh ini program ini sudah
berjalan dengan baik.” (Wawancara Febuari 2017)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Mas Rian Siregar, selaku tenaga
ahli di bidang informasi, berikut pernyataannya:
“Salah
satu
rencana
peningkatan
pelayanan
tersebut
setelah
pengembangan website DPMPTSP utama dan mobile serta pusat pelayanan
digital di kantor DPMPTSP, SMS Gateway merupakan pelayanan lanjutan
yang dibangun untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pemohon
untuk mendapatkan data dan informasi yang mereka butuhkan. Dengan
adanya SMS Gateway ini rasa saya cukup membantu para pemohon, tetapi
sampai saat ini belum banyak yang menggunakan SMS Gateway ini karenakan
ada beberapa faktor.” (Wawancara Febuari 2017)
71
Universitas Sumatera Utara
Lalu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu
terkait dengan strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan.. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga terkait dengan
strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan pelayanan perijinan lebih
diarahkan kepada Kepala dan Pegawai DPMPTSP Kota Medan, karena beliau
merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan
strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama sekali yang ditanyakan oleh
penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
mengenai
apa
kiat-kiat
profesionalisme kerja oleh
menurut
Bapak
DPMPTSP
dalam
Kota
menumbuhkembangkan
Medan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, Bapak Drs. M. Syafruddin, M.Si
mengatakan :
“Banyak
strategi
yang
telah
kami
buat
untuk
meningkatkan
menumbuhkembangkan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan ini,
terutama strategi yang berkaitan dengan upaya mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pemerintah Kota Medan. Itu ada tercantum dalam Rencana Strategi
DPMPTSP Pemko Medan Tahun 2016 – 2020. Strategi yang sudah kami buat
untuk meningkatkan pelayanan perijinan yaitu : menambah fasilitas di bidang
administrasi perkantoran, meningkatkan sarana dan prasarana bagi pegawai,
melakukan pembinaan kedisiplinan pegawai, meningkatkan kapasitas sumber
daya aparatur, mengembangkan sistem laporan capaian kinerja dan keuangan,
dan memperbaiki manajemen dalam pelayanan perijinan. Dengan begitu
profesionalisme kerja akan meningkat.” (Wawancara Febuari 2017)
72
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan serupa penulis ajukan kepada Bapak YanceSafriardhana,
A.md, berikut penjelasan beliau.
“Menurut hemat saya, sebaiknya adanya “The Right Man On The Right
Place”, sehingga profesionalisme dan sebagainya berjalan dengan baik.”
(Wawancara Febuari 2017)
Setiap strategi diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai. Strategi diciptakan untuk selanjutnya dapat dilaksanakan agar kebutuhan
dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan suatu strategi
bergantung pada tahap pelaksanaannya. Penulis kemudian menanyakan tentang
bagaimana proses pelaksanaan strategi di DPMPTSP Kota Medan, dan
beliau, Plt Kepala Dinas melalui Staf nya mengatakan :
“Proses pelaksanaan strategi berjalan dengan cukup lancar.
Dalam hal ini peran dari para Kepala Bidang sangat dibutuhkan untuk
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap anggota-anggota yang
bekerja di bidangnya masing-masing agar mampu melaksanakan strategistrategi tersebut secara efektif. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan
oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang sudah dibuat
yaitu: menerapkan sistem teknologi informasi, menerapkan pemrosesan izin
secara paralel, membuka loket pada jam istirahat, memasang CCTv untuk
memantau kinerja seluruh pegawai dan mencegah adanya pungutan liar di
DPMPTSP Kota Medan, menyediakan website DPMPTSP Pemko Medan,
meningkatkan target penerbitan izin perhari, menyelesaikan proses
perizinan dalam waktu yang cepat dan sesuai dengan SOP yang ada,
meningkatkan retribusi pendapatan asli daerah (PAD).” (Wawancara
73
Universitas Sumatera Utara
Febuari 2017)
Implementasi suatu program tentunya tidak terlepas dari orang-orang yang
berperan sebagai implementor (pelaksana). Kualitas dari setiap implementor
sangat dibutuhkan agar tujuan dan sasaran dari pelaksanaan suatu strategi dapat
tercapai secara maksimal. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan
tentang siapa saja orang-orang yang berperan sebagai implementor (pelaksana)
dalam menjalankan program yang telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan, beliau
mengatakan:
“Banyak pihak yang terkait dalam melaksanakan strategi yang
telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan ini. Pihak pelaksana utama tentunya
kami sendiri yakni seluruh pegawai DPMPTSP Kota Medan mulai dari
jabatan tertinggi seperti saya selaku Plt Kepala Dinas dan para Kepala
Bidang, serta semua anggota dari tiap bidang. Namun dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi, kami juga turut dibantu oleh Tim Teknis dari
jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terdiri dari dinasdinas teknis terkait perizinan seperti: Dinas Pertamanan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas terkait
lainnya.
Dalam menjalankan strategi tentunya dibutuhkan kerjasama yang baik
antara pembuat strategi dan kebijakan dengan orang-orang yang bekerja sebagai
pelaksana strategi. Kemudian penulis menanyakan apakah dalam menciptakan
koordinasi dan hierarki yang strategis yang sudah dijalankan di DPMPTSP Kota
Medan berhasil diterapkan dengan baik, beliau mengatakan :
“Saya menilai bahwa strategi yang sudah kami buat untuk
74
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kinerja pelayanan di DPMPTSP Kota Medan ini berhasil
dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari kemampuan dari setiap pegawai di
Dinas ini untuk melaksanakan strategi yang telah dibuat, mereka dapat
melakukannya dengan baik. Bukti dari keberhasilan strategi tersebut juga
tampak dari meningkatnya kinerja dari setiap pegawai disini dan
masyarakat yang pernah melakukan pengurusan izin disini tampaknya puas
dengan pelayanan kami dikarenakan kami mampu mengelola perizinan
yang sedang diurus mereka dalam jangka waktu yang singka.”.
(Wawancara Febuari 2017)
Suatu strategi dapat berjalan secara efektif apabila ukuran-ukuran dan
tujuan-tujuan dari strategi yang telah diciptakan dapat dipahami secara jelas oleh
setiap individu yang terlibat dalam pencapaian tujuan dari strategi tersebut.
Kejelasan mengenai ukuran dan tujuan strategi sangat perlu dikomunikasikan
secara tepat oleh pembuat strategi dengan para implementor (pelaksana).
Komunikasi yang terjalin dengan baik antara semua personil yang terlibat dalm
pelaksanaan strategi akan mendorong kepada pencapaian tujuan secara lebih
optimal. Dalam hal ini penulis menanyakan mengenai bagaimana proses
komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan
strategi dengan para implementor (pelaksana) strategi di DPMPTSP Kota Medan
dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara DPMPTSP Kota Medan
dengan masyarakat, beliau mengatakan :
“Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana
strategi di DPMPTSP Kota Medan ini terjalin dengan sangat baik,
dikarenakan strategi yang telah dibuat dikomunikasikan secara langsung
75
Universitas Sumatera Utara
kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana
strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang
hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari
Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi
para anggota bidang dan sebagai penggkoordinir kinerja bidang masingmasing. Kalau untuk masyarakat yang datang kesini, kami selalu berusaha
melayani mereka dengan maksimal. Para pegawai disini juga diwajibkan
untuk mau memberi informasi yang jelas kepada masyarakat yang datang
mengurus ijin kesini. Namun walaupun begitu masih ada juga masalah yang
harus kami hadapi dengan masyarakat. Sampai sekarang masih ada warga
Kota Medan yang usahanya masih beroperasi tapi tidak punya ijin.
Mungkin itu juga salah kami yang masih kurang sosialisasi. Makanya
didalam strategi DPMPTSP Kota Medan yang sudah berlangsung 5 tahun
ini, sosialisasi adalah salah satu strategi yang wajib kami jalankan.
B. SUMBERDAYA
Implementasi kebijakan yang dilakukan dengan jelas dan konsisten
tidak menjadi suatu jaminan kebijakan tersebut akan berhasil dilaksanakan
dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumber daya finansial, dan
fasilitas DPMPTSP. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi
kebijakan agar efektif. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal
76
Universitas Sumatera Utara
di kertas menjadi dokumen saja. Untuk mengetahui kondisi sumber daya di
DPMPTSP Medan maka pertama penulis menanyakan mengenai kondisi
pegawai DPMPTSP Medan dalam pelaksanaan Programnya, berikut
pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP:
“Kondisi pegawai di DPMPTSP Kota Medan sudah memadai. Pegawai
disini ada 137 pegawai dengan kualifikasi pendidikan yang berkaitan.
Dahulunya kami Badan Pelayanan Perizinan Terpadu memiliki jumlah
pegawai 87, sekarang karena dilebur dengan Dinas Penanaman Modal
maka sekarang DPMPTSP berjumlah 137.” (Wawancara Febuari
2017)
Apabila isi dari program sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka strategi tidak
akan berjalan secara efektif. Sumberdaya dapat berwujud sumberdaya manusia
dan sumberdaya finansial. Komponen sumberdaya meliputi jumlah staf, keahlian
dari para pelaksana, dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana
prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan
DPMPTSP Kota Medan agar program yang telah dibuat dapat dilaksanakan
dengan baik, beliau mengatakan :
“Kalau saya menilai, sebenarnya sumberdaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan strategi-strategri dan program-program di DPMPTSP
Kota Medan ini sudah terpenuhi, walaupun masih ada pegawai yang belum
memberikan kinerjanya secara maksimal namun itu hanya sebagian kecil
saja. Karena kami disini bekerja dengan berpedoman pada Standard
Operating Procedures yang ada, sehingga setiap pegawai yang bekerja
disini dituntut untuk mampu melaksanakan pekerjaannya masing-masing
77
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan Standard Operating Procedures yang dimiliki oleh
DPMPTSP Kota Medan. Jumlah staf disini yang masih agak kurang, di unit
bagian yang melakukan pengecekan lokasi ijin. Namun, pada saat
rekrutmen pegawai dibuka bagi DPMPTSP Kota Medan, kami akan
menempatkan orang-orang terbaik untuk menempati unit-unit bagian yang
masih kekurangan staf pegawai.” (Wawancara Febuari 2017)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
suatu program adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan isi dari
strategi yang dirumuskan, maka implementor akan menjalankannya dengan baik.
Namun apabila terjadi penolakan terhadap bagian-bagian dari isi strategi maka
secara otomatis strategi itu nantinya tidak akan berjalan dengan efektif. Terkait
dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang sikap dan respon dari para
implementor (pelaksana) terhadap program-program
yang dijalankan di
DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan :
“Para pelaksana strategi di DPMPTSP Kota Medan ini secara
keseluruhan mendukung penuh strategi-strategi yang telah dibuat dan
mereka juga berupaya melaksanakannya secara maksimal. Belum ada
pernah saya dengar penolakan-penolakan terhadap strategi yang sudah
dibuat, dikarenakan strategi yang dibuat semuanya adalah demi kemajuan
DPMPTSP Kota Medan dan kepuasan bagi masyarakat yang melakukan
pengurusan ijin.” (Wawancara Febuari 2017)
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa kondisi pegawai DPMPTSP
Kota Medan dari segi kuantitas dan kualitas sudah cukup memadai. Adapun
jumlah pegawai DPMPTSP saat ini berjumlah 137 orang dengan penempatan
78
Universitas Sumatera Utara
kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan pengalaman masing-masing
pegawai. Adapun rincian komposisi pegawai DPMPTSP Kota Medan,
terlampir:
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial juga merupakan hal
pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan
yang ada. Dalam hal ini penulis menanyakan bagaimana kondsi anggaran
dalam pelaksanaan Program, terutama program SMS Gateway ini:
“Anggaran dalam melaksanakan program ini, semua sudah terlampir
dalam renstra atau rencana strategis kami.”
C. DISPOSISI
Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor dalam mengimplimentasikan suatu kebijakan. Sikap yang dimiliki
oleh implementor sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi
efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor
setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan
dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Dalam hal
ini penulis ingin me