Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis di dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Dengan demikian
penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian serta
menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan sebagaimana
adanya.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2006), penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
Berdasarkan definisi di atas maka alasan peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah karena bersifat
menyeluruh (holistic), dinamis dan menggeneralisasi. Hal ini sejalan dengan
tujuan penelitian yang melihat bagaimana Implementasi Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) beserta
hambatannya pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Pematangsiantar yang merupakan sebuah fenomena sosial dimana
memerlukan informasi secara mendalam dan menyeluruh dari masing-masing

informan kunci maupun utama agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi di
lapangan.

Universitas Sumatera Utara

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jalan
Melanthon Siregar No. 36 Kota Pematangsiantar.Lokasi Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terletak di Kelurahan Karo, Kecamatan Siantar
Selatan.
Sebelumnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Pematangsiantar terdiri dari dua instansi perangkat daerah kota
Pematangsiantar

yaitu

Badan

Penanaman


Modal dan

Promosi Daerah

Pematangsiantar dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematangsiantar.
Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah, kedua instansi ini dilebur menjadi satu instansi menjadi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu hingga saat ini dan
disahkan dengan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2017.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 yang dikeluarkan pemerintah
pada tanggal 19 Juni 2016 lalu mengatur ulang susunan organisasi perangkat
daerah di seluruh Indonesia. Peraturan ini secara otomatis mengugurkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 yang selama ini dipedomani oleh seluruh
pemerintah daerah termasuk pemerintah kota Pematangsiantar.
Beberapa SKPD yang selama ini bernomenklatur Badan berubah menjadi
Dinas. Urusan di bidang penanaman modal menjadi urusan wajib yang harus
diwadahi dalam bentuk dinas menurut PP No. 18 Tahun 2016. Dengan demikian
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Badan Penanaman Modal dan Promosi
Daerah


Pematangsiantar

digabung

dan

berubah

menjadi

Dinas.Untuk

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kualitas pelayanan perizinan, maka pemerintah daerah membentuk
unit PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) yang melekat pada Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.
3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya
populasi dan sampel.Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian ditentukan secara tidak sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses
penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu
persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang
jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data
yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.
Menurut Bagong Suyanto (2005:172), informan penelitian meliputi
beberapa macam, yaitu:
a)

Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau
informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti.
Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Pematangsiantar.

b)


Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian
ini adalah Kepala Bidang Penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan,

Universitas Sumatera Utara

Kepala Bidang; Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, Pelaporan Pelayanan;
Kepala Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III; Kasubbag keuangan;
dan operator SPIPISE di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Pematangsiantar.
c)

Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
tentang masalah yang diteliti walaupun tidak terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan tambahan dalam
penelitian ini adalah pegawai operasional di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dan masyarakat yang
datang ke lokasi penelitian.
Tabel 3.1 Informan Penelitian


No

Informan Penelitian

Informan
kunci (key
informan)

Kepala Dinas
Penanaman Modal dan
PTSP Kota
Pematangsiantar

2

Informan
utama

Kabid Pelayanan

Perizinan dan
Nonperizinan; Kabid
Pengaduan, Kebijakan,
Pelaporan Layanan;
Kasubbag Keuangan;
Kasi Perizinan dan
Nonperizinan III, dan
Operator SPIPISE

3

Informan
tambahan

Pegawai operasional
dan masyarakat yang
datang ke lokasi

1


Informasi yang
dibutuhkan
Penyampaian informasi
SPIPISE kepada
bawahan dan
masyarakat;
kompetensi pegawai;
1 orang
fasilitas pendukung &
pembiayaan SPIPISE;
tupoksi DPMPTSP;
pengawasan terhadap
struktur birokrasi.
Penyampaian informasi
SPIPISE kepada
masyarakat;
kompetensi pegawai
dan pelatihan SPIPISE;
5 orang fasilitas pendukung dan
pembiayaan SPIPISE;

perekrutan & insentif
pegawai; Standar
Operasional Prosedur
SPIPISE
Pengetahuan akan
9 orang keberadaan SPIPISE
serta tujuan dan

Universitas Sumatera Utara

penelitian

sasarannya; respon
terhadap penerapan
SPIPISE; sikap/disiplin
pegawai melaksanakan
tugas dan memberikan
pelayanan; fasilitas
ruang pelayanan (front
office).


3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh
secara langsung pada lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer yang
digunakan dalam penelitian ini dengan instrumen sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti
dengan informan yang telah dijadikan sumber data berdasarkan pedoman
wawancara sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Observasi,

yaitu

teknik

pengumpulan


data

dengan

melakukan

pengamatan mendalam secara langsung terhadap suatu kegiatan yang
sedang dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Melalui observasi,
peneliti dapat melihat pandangan mengenai apa yang sebenarnya
dilakukan dan melihat langsung keterkaitan dan kemudian mencatat
gejala-gejala yang ditemukan.
2. Teknik pengumpulan data sekunder

Universitas Sumatera Utara

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan
melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung
data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi
melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,
karya ilmiah, dan pendapat para ahli yang berkompetensi yang memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti
berdasarkan format atau pedoman dokumentasi
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu
urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat
suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu dengan
menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data yang tersedia, menelaah,
menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap
berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis
sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian (Moeleong, 2006:247).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Miles dan Haberman (dalam Sugiyono, 2009:246) terdapat
beberapa langkah dalam menganalisis data yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi

berarti

merangkum,

memilih

hal-hal

pokok,

dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan
mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih
jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
2. Penyajian Data
Menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif
sehingga

memudahkan peneliti

memahami

apa

yang

terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam data kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis
dan akan berubah menjadi teori bila didukung oleh data.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota dari delapan kota yang
berada di Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kota terbesar kedua setelah
kota Medan selaku ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letak kota Pematangsiantar
sangat

strategis yang dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera.Kota

Pematangsiantar memiliki luas wilayah daratan 79,97 km2 atau sekitar 0,11 persen
dari total luas Provinsi Sumatera Utara dan berpenduduk sebanyak 247.411 jiwa
pada tahun 2015.
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar
merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing
dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan
Sang Naualuh Damanik, yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906. Di
sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat
tinggal penduduk, diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi
Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut
kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:
1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu,
Martoba, Sukadame dan Bane.

Universitas Sumatera Utara

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba
dan Martimbang.
Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, daerah Simalungun
menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah
kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di
Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu
Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang
baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar.
Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285
Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri.
Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Geemente
yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan
Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pematangsiantar kembali
menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 22/1948 status
Geemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh
Bupati Simalungun sampai tahun 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan
dengan keluarnya UU No. 18/1965 berubah menjadi Kotamadya, kemudian
disusul dengan keluarnya UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar
sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1981 Kota Daerah
Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas

Universitas Sumatera Utara

29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya
dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.
Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
1. Kecamatan Siantar Barat
2. Kecamatan Siantar Timur
3. Kecamatan Siantar Utara
4. Kecamatan Siantar Selatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1986 tanggal 10 Maret
1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah
kecamatan, dimana 9 desa/kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk
menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri
dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2. Kecamatankecamatan tersebut yaitu:
1. Kecamatan Siantar Barat
2. Kecamatan Siantar Timur
3. Kecamatan Siantar Utara
4. Kecamatan Siantar Selatan
5. Kecamatan Siantar Marihat, dan
6. Kecamatan Siantar Martoba
Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama
Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan
Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No :

136/3140/1994
136/4620/1994

. Adapun hasil

kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota Pematangsiantar menjadi seluas

Universitas Sumatera Utara

79,9706 Km2.Pada tahun 1997 wilayah administrasi di Kota Pematangsiantar
mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi:


SK Gubsu No. 140. 050. K/97 tertanggal 13 Pebruari 1997 dan
direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar
No.140/1961/Pem/97 tertanggal 15 April 1997 tentang: Pembentukan
Lima Kelurahan Persiapan Di Kecamatan Siantar Martoba.



SK Gubsu

No.140/2610.K/95

tertanggal 4

Oktober

1995

serta

direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar
No.140/1961/Pem/97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9
Desa Menjadi Kelurahan.
Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar
menjadi 43 Kelurahan.Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang
pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:
1. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan
Siantar Sitalasari
2. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan
Siantar Marimbun
3. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan
Bah Sorma
4. Peraturan Daerah No.8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan
Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir
5. Peraturan Daerah No.9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan
Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun,
Mekar Nauli, dan Nagahuta Timur

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada
sebanyak 8 Kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 53 Kelurahan. Secara
administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Siantar Marihat
2. Kecamatan Siantar Marimbun
3. Kecamatan Siantar Selatan
4. Kecamatan Siantar Barat
5. Kecamatan Siantar Utara
6. Kecamatan Siantar Timur
7. Kecamatan Siantar Martoba
8. Kecamatan Siantar Sitalasari
4.1.2 Geografis Kota Pematangsiantar
Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’00” Lintang
Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’35” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Simalungun.Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km2
terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut
kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan
luas wilayah 22,723 Km2 atau sama dengan 28,41 persen dari total luas wilayah
Kota Pematangsiantar. Luas wilayah kota Pematangsiantar dapat dilihat pada tabel
berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1
Luas Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan Tahun 2015
No

Kecamatan

Luas (Km2)

Rasio Terhadap Total

1

Siantar Marihat

7,825

9,78

2

Siantar Marimbun

18,006

22,52

3

Siantar Selatan

2,020

2,53

4

Siantar Barat

3,205

4,01

5

Siantar Utara

3,650

4,56

6

Siantar Timur

4,520

5,65

7

Siantar Martoba

18,022

22,54

8

Siantar Sitalasari

22,723

28,41

Total
79,971
100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
4.1.3 Demografi Kota Pematangsiantar
Pada tahun 2015 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 245.104 jiwa
dengan kepadatan penduduk 3.065 jiwa per km2. Penduduk perempuan di Kota
Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2014 penduduk
Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 119.582 jiwa dan
penduduk perempuan berjumlah 125.522 jiwa. Dengan demikian sex ratio
penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,47.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Pematangsiantar
Menurut Kecamatan Tahun 2015
Kecamatan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
Penduduk
(per km2)

Siantar Marihat

9.372

9.724

19.096

2411,38

Siantar Marimbun

7.585

8.022

15.607

866,77

Siantar Selatan

8.456

9.403

17.859

8841,09

Universitas Sumatera Utara

Siantar Barat

18.214

18.911

37.125

11583,46

Siantar Utara

23.467

25.072

48.539

13298,36

Siantar Timur

19.162

21.040

40.202

8894,25

Siantar Martoba

20.261

20.205

40.466

2245,37

Siantar Sitalasari

14.080

14.437

28.517

1254,98

Total
120.597
126.814
247.411
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

3093,86

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Utara dengan
jumlah penduduk sebanyak 48.539 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Siantar Marimbun 15.607 jiwa.
4.1.4 Visi dan Misi Kota Pematangsiantar Tahun 2005-20251
Kota Pematangsiantar mencanangkan suatu visi yaitu“Mewujudkan Kota
Pematangsiantar sebagai pusat Perdagangan dan Jasa, yang Mantap, Maju
dan Jaya, dengan dukungan sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan
Pariwisata”.
Visi tersebut mengandung makna bahwa pada masa dua puluh tahun Kota
Pematangsiantar diharapkan menjadi suatu kota perdagangan dan jasa yang maju,
layak huni, mampu memberikan suasana nyaman bagi masyarakatnya, dan
didukung oleh budaya multikultur dan masyarakat yang beradab, serta memiliki
kemampuan dalam mengikuti dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kemampuan dalam pemanfaatannya secara bijaksana.
Konsep kota perdagangan dan jasa mengandung makna bahwa kota
Pematangsiantar menjadi kota sentral yang melayani dalam kegiatan di bidang
perdagangan (jual-beli) berbagai komoditi hasil pertanian maupun bahan material
1

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah
Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025

Universitas Sumatera Utara

lain yang dihasilkan oleh wilayah Kota Pematangsiantar dan wilayah sekitarnya.
Konsep ini diimplementasikan dengan mewujudkan iklim usaha yang kondusif
yang mampu memacu daya saing yang berkelanjutan, memperlancar arus barang,
mendukung peningkatan penguasaan desain dan teknologi, penciptaan lapangan
kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat. Selain itu peranan semakin besar sebagai pusat
penyedia berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan yang berasal dari hasil
industri baik dari dalam wilayah Kota Pematangsiantar maupun barang impor dari
dalam dan luar negeri. Sentralitas Kota Pematangsiantar terus akan ditingkatkan
di bidang perdagangan dan jasa.
Pelayanan jasa yang perlu dikembangkan terutama adalah pelayanan jasa
pendidikan,

kesehatan,

perbankan,

perhotelan,

restoran/rumah

makan,

pergudangan, pengangkutan dan hiburan.
Konsep

Kota

yang

Mantap

mengandung

makna

bahwa

Kota

Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menggali dan mendorong semua potensi
daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan
stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah.
Konsep

Kota

yang

Maju

mengandung

makna

bahwa

Kota

Pematangsiantar sebagai kota yang dapat mewujudkan kinerja pembangunan
daerah ditandai oleh adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektorsektor prioritas secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas
kehidupan serta penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat Kota Pematangsiantar secara berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Konsep Kota yang Jaya mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar
sebagai kota yang dapat menciptakan kondisi dimana hasil pembangunan daerah
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan masyarakat Pematangsiantar
berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja
pembangunan.
Untuk mewujudkan visidiatas ditempuh melalui misi sebagai berikut:
1. Mengembangkan Pelaksanaan Tata Pemerintahan yang Baik (Good
Governance)
Mengembangkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)
melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan yang prima dan
bermutu pada berbagai sektor dan didukung oleh perangkat daerah yang
memiliki profesionalitas dan kompetensi yang tinggi dan didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai dalam suasana politik, hukum, dan
kamtibnas yang kondusif.
2. Mendorong Terwujudnya Masyarakat Madani (Civil Society) dengan
Budaya Politik dan Hukum yang Beradab dalam Kerangka Sistem
Hukum Nasional dan Budaya Multikultural.
Mendorong terwujudnya masyarakat madani yang memiliki budaya
politik dan hukum yang dewasa dan bermartabat dalam kerangka sistem
hukum nasional dan budaya multikultural yang menjunjung tinggi nilai-nilai
dalam peradaban global.
3. Mendorong Pembangunan Masyarakat yang Berkualitas dan Mampu
Menguasai serta Menerapkan Sains dan Teknologi Tanpa Mengabaikan
Nilai-Nilai Budaya Lokal.

Universitas Sumatera Utara

Mendorong pembangunan masyarakat yang berkualitas melalui upaya
pembangunan masyarakat secara komprehensif dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat seutuhnya dengan kemampuan menguasai dan
menerapkan sains dan teknologi, serta melalui penggalian dan pengembangan
nilai-nilai budaya lokal.
4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Disertai
dengan Upaya Perbaikan Pendapatan Masyarakat.
Mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang efisien, efektif
dan produktif, serta dilakukan dengan upaya mendorong pertumbuhan bidang
perdagangan dan jasa sebagai aktifitas ekonomi utama yang menjadi tulang
punggung dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan
aktifitas perekonomian lainnya sebagai aktifitas pelengkap dan pendukung,
dan disertai dengan upaya yang serius dan konstruktif untuk memperbaiki
distribusi pendapatan yang lebih merata pada seluruh lapisan masyarakat.
5. Mengembangkan

Pembangunan

Ruang

dan

Infrastruktur

yang

Berkelanjutan
Mendorong pengembangan ruang kota, penyediaan infrastruktur yang
memadai, dan pengembangan wilayah kota secara efektif dan efisien yang
mendukung berbagai aktifitas masyarakat dengan melaksanakan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
4.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar
Berdasarkan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 04 Tahun 2017
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja

Universitas Sumatera Utara

Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar, Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar merupakan unsur pelaksana
urusan pemerintahan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu. Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada walikota melalui sekretaris daerah.
4.2.1 Susunan Organisasi DPMPTSP Pematangsiantar
Susunan organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
terdiri dari:
a. Kepala dinas;
b. Sekretariat; terdiri dari:
1. Sub bagian Penyusunan Program
2. Sub bagian Umum dan Kepegawaian; dan
3. Sub bagian Keuangan
c. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman
Modal, yang terdiri dari;
1. Seksi Perencanaan Penanaman Modal;
2. Seksi Pengembangan Iklim Penanaman Modal; dan
3. Seksi Promosi Penanaman Modal
d. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Informasi
Penanaman Modal, yang terdiri dari;
1. Seksi Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
2. Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal; dan
3. Seksi Pengolahan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

e. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, yang
terdiri dari;
1. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan I;
2. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan II;
3. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III;
f. Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layanan; terdiri dari;
1. Seksi Pengaduan dan Informasi Layanan;
2. Seksi Kebijakan dan Penyuluhan Layanan; dan
3. Seksi Pelaporan Peningkatan Layanan
g. UPTD; dan
h. Kelompok Jabatan Pelaksana

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

JABATAN FUNGSIONAL

Sub Bag Penyusunan
Program

Sub Bag Umum
dan Kepegawaian

Sub Bag
Keuangan

Bidang Perencanaan
Pengembangan Iklim & Promosi

Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal & Informasi Penanaman Modal

Bidang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan & Non Perizinan

Bidang Pengaduan &
Pelaporan Masyarakat

Seksi Perencanaan Penanaman
Modal

Seksi Pemantauan & Pengawasan Pelaksanaan
Penanaman Modal

Seksi Pelayanan Perizinan &
Nonperizinan I

Seksi Pengaduan &
Informasi Layanan

Seksi Pengembangan Iklim
Penanaman Modal

Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman
Modal

Seksi Pelayanan Perizinan &
Nonperizinan II

Seksi Kebijakan &
Penyuluhan Layanan

Seksi Promosi Penanaman Modal

Seksi Pengolahan Data & Sistem Informasi
Penanaman Modal

Seksi Pelayanan Perizinan &
Nonperizinan III

Seksi Pelaporan
Peningkatam Layanan

Sumber: Arsip Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Tugas dan Fungsi DPMPTSP Pematangsiantar
Kepala dinas mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan
pemerintahan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu. Adapun
fungsi Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam
melaksanakan tugas menurut Peraturan Walikota Nomor 04 Tahun 2017, antara
lain;
1. Penyusunan perencanaan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu
satu pintu;
2. Perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu;
3. Pembinaan, pengendalian, koordinasi, fasilitasi dan penyelenggaraan
penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
4. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas penanaman modal dan
pelayanan terpadu satu pintu; dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dibantu oleh:
1. Sekretaris
2. Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi
Penananaman Modal
3. Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan
Informasi Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

4. Kepala

Bidang

Penyelenggaraan

Pelayanan

Perizinan

dan

Nonperizinan
5. Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layanan
6. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
7. Kelompok Jabatan Fungsional
4.2.3 Sumber Daya Manusia DPMPTSP Pematangsiantar
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar didukung oleh sumber
daya manusia sebanyak 70 orang dengan komposisi sebagai berikut:
1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan
No
1

Jabatan
Kepala Dinas

Jumlah
1 orang

2
3

Sekretaris
Kepala Bidang

1 orang
4 orang

4

Kepala Sub Bagian

3 orang

5

Kepala Seksi

12 orang

Total

21 orang

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar

2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No

Pendidikan

Jumlah

1

S2

1 orang

2

S1

32 orang

3

D3

19 orang

4

SLTA

18 orang

Total

70 orang

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara

3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
No

Golongan

Jumlah

1

IV

10 orang

2

III

36 orang

3

II

19 orang

4

I

-

5

Non PNS

5 orang

Total

70 orang

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar

4.3 Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE)
Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentangimplementasi
kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) di Dinas Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Pematangsiantar. Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data di lapangan
baik melalui wawancara, pengamatan (observasi), studi kepustakaan, dan studi
dokumentasi langsung maka diperoleh berbagai data dari informan dalam
kaitannya dengan implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.
Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan model implementasi kebijakan
George Edward III, yakni Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur
Birokrasi.Keempat variabel tersebut akan dijabarkan secara berurutan dan lebih
mendalam. Berikut ini merupakan pemaparan dari hasil penelitian tentang
Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi

Universitas Sumatera Utara

Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu menggunakan empat variabelteori implementasi GeorgeEdward III
yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan.
4.3.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat
mempengaruhi keberhasilan

suatu

implementasi kebijakan.

Keberhasilan

implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang
harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan
mengurangi distorsi implementasi.
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara elektronik
(SPIPISE) merupakan sistem pelayanan perizinan dan nonperizinan yang
terintegrasi antara Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
dengan Kementerian/Lembaga Perizinan Non Departemen yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan, perangkat daerah provinsi bidang
penanaman modal dan perangkat daerah kabupaten/kota bidang penanaman
modal.
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) diatur secara spesifik oleh Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun
2014. SPIPISE diimplementasikan dengan maksud untuk mengatur pemanfaatan
teknologi sistem informasi dalam rangka pelayanan informasi terkait penanaman
modal, penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang
penanaman modal. Sebagaimana dijelaskan di dalam Peraturan Kepala BKPM
Nomor 4 tahun 2014 pasal 3 (tiga), SPIPISE bertujuan untuk mewujudkan:

Universitas Sumatera Utara

1) Penyelenggaraan pelayanan informasi di bidang penanaman modal.
2) Penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang
penanaman modal secara elektronik.
3) Pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang
mudah, cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.
4) Integrasi informasi data pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang
penanaman modal.
5) Keselarasan kebijakan dalam pelayanan perizinan dan nonperizinan
penanaman modal antarsektor dan pusat dengan daerah.
SPIPISE

mutlak

diperlukan

apabila

suatu

instansi

pemerintah

menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal serta
menjadi salah satu tolok ukur PTSP di bidang Penanaman Modal. Hal tersebut
diaturdalam Perpres Nomor 27 Tahun 2009 pasal 5 ayat (2) tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu yang menyatakan bahwa PTSP di bidang penanaman modal
harus didukung oleh ketersediaan,(a) sumber daya manusia yang profesional dan
memiliki kompetensi yang handal; (b) tempat, sarana dan prasarana kerja, dan
media informasi; (c) mekanisme kerja dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP
di bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah dipahami dan mudah diakses oleh
Penanam Modal; (d) layanan pengaduan (help desk) Penanam Modal; dan (e)
SPIPISE.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, keberhasilan suatu implementasi
kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang menjadi
tujuansuatu kebijakan atau program diimplementasikan. Para pelaksana yang
bertanggung jawab atas pengimplementasian SPIPISE harus mengetahui dan

Universitas Sumatera Utara

memahami betul maksud dan tujuan dilaksanakannya SPIPISE tersebut. Oleh
karena itu, peneliti melakukan wawancara denganbeberapa informan terkait
sejauh mana informan mengetahui maksud dan tujuan dari penerapan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
Bapak Agus Salam, SE selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengatakan;
“SPIPISE merupakan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi
yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah yang dimaksud adalah Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia, yang terhubung
secara online melalui sambungan internet. SPIPISE bertujuan untuk
mempermudah masyarakat atau penanam modal mengurus perizinan
secara cepat, mudah dan efisien. SPIPISE ini juga bertujuan untuk
menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dimana yang
dimaksud PTSP itu adalah seluruh proses pengurusan hingga terbitnya
perizinan dilakukan hanya dalam satu pintu di setiap instansi pemerintah
yang menyelenggarakan PTSP salah satunya yaitu Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. SPIPISE ini dilaksanakan
berdasarkan Perka BKPM Nomor 4 tahun 2014 tentang SPIPISE, itulah
dasar hukumnya.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam, SE
pada tanggal 8 Mei 2017)
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Pematangsiantar memiliki beberapa bidang dengan tugas dan fungsi yang
berbeda. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan
merupakan

bidang

yang

bertanggungjawab

menaungi

perizinan

dan

nonperizinanpenanaman modal dan terdiri dari beberapa seksi yang saling
berkoordinasi. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi, SPIPISE ini dilaksanakan
oleh Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III.
Sehubungan

dengan

itu,

peneliti

mewawancarai

Kepala

Bidang

Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, Ibu Mardiana, SH
terkait maksud dan tujuan dari SPIPISE. Berikut pernyataan beliau;

Universitas Sumatera Utara

“Kalau SPIPISE kan cara mengurus perizinan yang menggunakan
elektronik.SPIPISE merupakan sejenis aplikasi yang mempermudah
masyarakat atau penanam modal untuk mengurus perizinan dan
nonperizinanseperti izin prinsip, izin perluasan usaha dan lain-lain.
Aplikasi ini berbentuk portal internet yang menghubungkan BKPM pusat
dengan instansi penanaman modal dan PTSP yang ada di daerah. Jadi,
seluruh data-data penanaman modal yang ada di Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar langsung terkoneksi ke BKPM
pusat. (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 8 Mei
2017)
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan di atas dapat diketahui
bahwa SPIPISE diciptakan dan dilaksanakan guna memudahkan masyarakatdalam
mengurus perizinanpenanaman modal serta berfungsi untuk mengintegrasikan
seluruh data-data perizinan penanaman modal yang ada di daerah agar dapat
dipantau oleh pemerintah. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Dedi
Andriyantika selaku operator SPIPISE di Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kota Pematangsiantar. Beliau mengatakan;
“SPIPISE merupakan aplikasi dalam perizinan di bidang penanaman
modal yang berfungsi untuk memudahkan penanam modal dalam
mengurus izin penanaman modal secara elektronik. Jadi, mengurus izin
penanaman modal sekarang sudah mudah, pelaku usaha hanya perlu
mengurus perizinan dimana saja bisa, tanpa perlu repot-repot mendatangi
kantor Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.”
(hasil wawancara dengan Bapak Dedi Andriyantika pada tanggal 10 Mei
2017)
Berdasarkan pemaparan dari keseluruhan hasil wawancara diatas dapat
diketahuibahwa informan penelitian paham tentang maksud dan tujuan dari
penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE). Hal tersebut dapat ditelaah dari keterangan yang diberikan oleh
informan pada saat wawancara tentang maksud dan tujuan penerapan SPIPISE
sesuai dengan tujuan yang tertuang di dalam Peraturan Kepala BKPM RI Nomor
4 Tahun 2014 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara

Universitas Sumatera Utara

Elektronik (SPIPISE) sebagaimana yang telah penulis sajikan di awal
pembahasan.
Komunikasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada
para pelaksana kebijakan saja tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak
yang terkait. Tujuan dari suatu kebijakan harus disampaikan kepada kelompok
sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila
tujuan dan maksud suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama
sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari
kelompok sasaran.
Walaupun maksud dan tujuan dari kebijakan SPIPISE sudah dipahami
oleh sebagian besar pegawai DPMPTSP sebagai pelaksana kebijakan tidak
menjamin bahwa SPIPISE terlaksana dengan baik. Masyarakat sebagai kelompok
sasaran dari kebijakan SPIPISE juga harus mengetahui tujuan dan maksud dari
implementasi kebijakan tersebut. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar sebagai aktor pelaksana kebijakan
berperan penting dalam menyampaikan tujuan dan maksud SPIPISE kepada
masyarakat, baik itu melalui sosialisasi secara langsung, pemberitaan melalui
media massa, radio, maupun media relevan yang lainnya.
Untuk mengetahui apakah sosialisasi SPIPISE pernah dilakukan oleh
Dinas

Penanaman

Modal

dan

PTSP

Kota

Pematangsiantar,

peneliti

mewawancarai Bapak Agus Salam, SE selaku kepala DPMPTSP.Berikut
penjelasan Beliau;
“Dinas Penanaman Modal dan PTSP Pematangsiantar pernah melakukan
sosialisasi SPIPISE melalui acara peresmian atau launching SPIPISE.
Ketika itu yang melaksanakan acara peluncuran SPIPISE ini adalah

Universitas Sumatera Utara

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pematangsiantar pada tahun
2015. Acara launching itu kami adakan untuk menunjukkan ke masyarakat
bahwasanya sudah ada Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di dinas ini. Jadi, masyarakat
sekarang dalam hal mengurus perizinan sudah bisa secara online melalui
SPIPISE ini.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam SE pada
tanggal 8 Mei 2017)
Sosialisasi mengenaiSPIPISE ini pernah dilaksanakan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar
melalui suatu acara peresmian (launching) yang diadakan di halaman depan
kantor dinas dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 10 Februari 2015. Saat itu
yang melaksanakan acara launching adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Pematangsiantar sebelum berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kota Pematangsiantar seperti sekarang ini.
Sebagai

informasi,

Dinas

Penanaman

Modal

dan

PTSP

Kota

Pematangsiantar merupakan hasil penggabungan (merger) dari dua instansi
perangkat daerah kota Pematangsiantar, yaitu Badan Pelayanan dan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar dengan Badan Penanaman Modal dan
Promosi Daerah Kota Pematangsiantar sebagai akibat dari pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat daerah. Peraturan tersebut
mewajibkan pemerintah daerah merampingkan seluruh organisasi perangkat
daerahnya masing-masing dengan menggabungkan beberapa organisasi perangkat
daerah yang dinilai memiliki rumpun tugas dan urusan yang sama.
Berikut penuturan dari Ibu Mardiana, SH selaku Kepala Bidang
Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Dinas Penanaman Modal
dan PTSP Kota Pematangsiantar perihal sosialisasi SPIPISE yang pernah
dilakukan;

Universitas Sumatera Utara

“Sejak dilaksanakannya SPIPISE ini kita sudah launching. Itulah sebagai
wujud sosialisasi yang dilakukan dinas kepada masyarakat dengan
mengundang pelaku-pelaku usaha di Pematangsiantar ini, jika ada yang
berinvestasi kita sudah bisa menggunakan SPIPISE yang langsung online
dengan BKPM RI. Selain sosialisasi lewat acara launching, sosialisasi
juga dilakukan lewat acara-acara instansi vertikal seperti acaranya BPJS.
BPJS mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, kita juga turut serta
melakukan sosialisasi di sana.” (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana,
SH pada tanggal 8 Mei 2017)
Terkait sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Pematangsiantar tidak lengkap jika tidak menanyakan masyarakat secara
langsung.Peneliti kemudian mewawancarai beberapa warga yang sedang
mengurus perizinan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Pematangsiantar. Wawancara tersebut bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana warga mengetahui SPIPISE dan sosialisasi yang pernah
dilakukan Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.
Berikut penuturan Bapak Hermawan Nasution selaku masyarakat yang
sedang mengurus izin TDP di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;
“Saya tidak tahu apa itu SPIPISE. Saya mengurus izin ya secara manual,
datang langsung kesini (kantor dpmptsp) dengan membawa berkas dan
membuat surat permohonan, seperti TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
inilah contohnya yang lagi saya urus ini. Kalau sosialisasi SPIPISE itu
juga kurang tahu ada atau tidak, karna saya tidak pernah mendapat
sosialisasi atau pemberitahuan dari pihak Dinas Penanaman Modal
Pematangsiantar bahwasanya SPIPISE itu sudah ada di Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.” (hasil wawancara
dengan Bapak Hermawan Nasution pada tanggal 9 Mei 2017)
Untuk menambah informasi dari pihak masyarakat, peneliti kemudian
mewawancarai warga lainnya yang sedang mengurus perizinan di Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Maruli Sinaga selaku warga yang sedang

Universitas Sumatera Utara

mengurus izin SIUP di kantor Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota
Pematangsiantar;
“Setahu saya SPIPISE adalah sistem informasi yang digunakan untuk
mempercepat pengurusan perizinan, dengan sistem itu maka pengurusan
perizinan akan lebih cepat dan mudah. Saya belum pernah menerima
sosialisasi secara langsung tentang SPIPISE dari pihak Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Saya tahu SPIPISE
karena pernah membaca berita tentang itu dari media online yang ada di
internet.” (hasil wawancara dengan Bapak Maruli Sinaga pada tanggal
12 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan di atas dapat
diketahui bahwa mereka sama sekali tidak pernah menerima sosialisasi atau
pemberitahuan secara langsung tentang kebijakan SPIPISE dari Pihak Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Menanggapi hal tersebut, Ibu
Mardiana, SH selaku Kepala Bidang Penyelenggaraan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengatakan bahwa;
“Memang kami jarang melakukan sosialisasi langsung, sewaktu
peluncuran SPIPISEitu pun kami hanya mengundang beberapa
masyarakat saja dan masyarakat yang kami undang itumerupakan para
pelaku usaha yang ada di kota Pematangsiantar. Jadi, kami melakukan
sosialisasi kebanyakan lewat pemberitaan di media massa.” (hasil
wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 12 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa penyampaian
kebijakan SPIPISE kepada masyarakatoleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kota Pematangsiantar dilakukan melalui sosialisasi langsung lewat suatu acara
peresmian (launching) SPIPISE pertama kali serta pemberitaan lewat beberapa
media. Namun, sosialisasi kebijakan SPIPISEkepada masyarakat secara langsung
dirasakan kurang maksimal.Dinas Penanaman Modal kurang intens mengadakan
sosialisasi

sehingga

keberadaan

SPIPISE

ini

kurang

diketahui

oleh

Universitas Sumatera Utara

masyarakat.Pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Pematangsiantar sebagai agen pelaksana kebijakan Sistem Pelayanan
Informasi

dan

Perizinan

Investasi

Secara

Elektronik

(SPIPISE)

perlu

meningkatkan sosialisasi tersebut agar informasi tentang maksud dan tujuan
dilaksanakannya Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE) dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Tujuan
dari SPIPISE tidak akan tercapai apabila masyarakat tidak mengetahui sama
sekali tujuan dan manfaat dari sistem elektronik pelayanan penanaman modal
tersebut.
4.3.2 Sumber Daya
Sumber daya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan
merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Tanpa tersedianya sumber daya, sangat
kecil kemungkinan suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik. Oleh
karena itu, sumber daya sangat penting untuk diperhatikan. Walaupun isi
kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila
implementor

kekurangan

sumberdaya

untuk

melaksanakan

kebijakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud
sumber daya manusia, sumber daya finansial dan fasilitas yang dipergunakan.
4.3.2.1 Sumber Daya Manusia (Staf)
Staf barangkali merupakan sumber daya yang paling penting dalam
melaksanakan kebijakan atau program. Kurangnya staf pelaksana tentu akan
menghambat jalannya suatu kebijakan sehingga implementasi kebijakan yang
dilakukan tidak maksimal. Jumlah staf yang banyak juga tidak secara otomatis
mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan kurangnya kecakapan

Universitas Sumatera Utara

dan motivasi yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun di
sisi yang lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik
menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.
Sumber daya manusia yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar berjumlah sekitar 70 orang pegawai
dengan berbagai latar belakang kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda. Dari
segi kualitas, para pegawai difasilitasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
yang diadakan langsung oleh instansi penanaman modal nasional yakni Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Berikut pernyataan Bapak
Agus Salam SE selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia yang ada di dinas tersebut;
“Kalau sumber daya manusia dari segi jumlah para pegawai sudah
mencukupi, jumlah pegawai ada sekitar 70 orang, dari segi kompetensi
para pegawai sudah memuaskan dikarenakan juga sebagaian besar
pegawai sudah berlatar belakang sarjana dan diploma. Untuk
meningkatkan lagi kualitas para pegawai, kami kirim beberapa orang
pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan
pusdiklat BKPM pusat setiap tahunnya. Ini kan kita berdiri masih tahun
2010 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Waktu itu dinas ini belum terbentuk, masih
terdiri dari dua instansi, yakni Badan Penanaman Modal & Promosi
Daerah dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)
Pematangsiantar. Jadi, pengalaman pegawai masih kurang, tetapi jika
dilihat dari segi kualifikasi pendidikan masing-masing pegawai rata-rata
adalah lulusan sarjana. Maka dari itulah kita kirim beberapa pegawai
mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) SPIPISE ke Cipanas Jawa
Barat beberapa kali.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam SE
pada tanggal 8 Mei 2017)
Jika dilihat dari komposisi pegawai di Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Pematangsiantar sebagian besar merupakan lulusan sarjana dengan berbagai latar
belakang disiplin ilmu yang berbeda. Namun jika hanya mengandalkan kualifikasi

Universitas Sumatera Utara

pendidikan saja tidak cukup, karena di dalam mengimplementasikan kebijakan
SPIPISE dibutuhkan kemampuan dari para pegawai di bidang IT untuk
mengoperasikan aplikasi SPIPISE. Maka dari itu dibuatlah suatu pendidikan dan
pelatihan (DIKLAT) SPIPISE oleh BKPM RI supaya para agen pelaksana yang
ada di setiap instansi penanaman modal daerah yang mengimplementasikan
SPIPISE lebih mahir lagi dalam mengoperasikan sistem elektronik di bidang
penanaman modal tersebut.
Lebih lanjut peneliti bertanya mengenai sumber daya manusia juga
pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh BKPM RI kepada Kepala Bidang
Penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan, Ibu Mardiana SH yang kebetulan
juga pernah mengikuti diklat yang diadakan oleh BKPM RI tersebut. Berikut
tanggapan beliau;
“Sumber daya manusia di dinas bisa dikatakan cukup baik lah. Namun,
untuk SPIPISE operatornya bukan tamatan yang khusus di bidang itu.
Jadi masih butuh pegawai yang memang bisa menguasai bidang IT terkait
SPIPISE ini. Untuk operator spipise masih berpendidikan SMA. Kami
memang kekurangan SDM untuk di bidang IT ini. Tetapi untuk
meningkatkan keterampilan pegawai, kita menyiasatinya dengan
menerima undangan dari BKPM pusat untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan SPIPISE dan mengikutsertakan beberapa pegawai untuk
mengikuti DIKLAT disana. Dalam dua tahun terakhir, sudah ada dua kali
kita ikut serta dalam pelatihan

Dokumen yang terkait

Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Pada Kantor Penanaman Modak Di Kota Cimahi

3 50 67

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN IKLIM INVESTASI DI KOTA SURAKARTA.

0 0 9

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 2 10

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 1

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 9

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 24

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

3 17 3

Sistem Pelayanan Perizinan SIUP dan TDP Secara Elektronik Melalui Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perizinan di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sragen - UNS Institutional Repository

0 0 16

Inovasi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Boyolali - UNS Institutional Repository

0 0 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE) DI KABUPATEN LEBAK

0 0 423