Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1

Piutang (Accounts Receivable)
Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara

kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Penjualan kredit
seperti ini sering dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan jumlah
penjualan hasil produksinya dipasar, mengingat keadaan persaingan yang semakin
besar. Dengan adanya persaingan tersebut, kemungkinan perusahaan untuk
memberikan kredit atau menjual barang secara kredit lebih banyak dibanding
dengan penjualan secara tunai. Bahkan terkadang perusahaan menawarkan
produknya secara kredit tanpa mempertimbangkan arus kasnya, sehingga dapat
menyulitkan arus kas perusahaan. Produk yang terjual banyak, perhitungan laba
besar akan tetapi kas yang diterima perusahaan itu kecil. Apabila keadaan tersebut
terus berlanjut maka perusahaan menjadi tidak sehat dan mungkin berpotensi
untuk bangkrut.
Pengertian piutang tersebut lebih kepada pengertian terhadap piutang
usaha. Sebenarnya pengertian piutang dapat pula mencakup pengertian piutang

yang lain, seperti piutang karyawan, sewa, jasa manajemen dan lain sebagainya.
Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas piutang usaha sebagai
variabel penelitiannya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh piutang tersebut
terhadap keuntungan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1

Pengertian Piutang Usaha
Menurut Kasmir (2012:41) piutang adalah tagihan perusahaan kepada

pihak lainnya yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Sedangkan
Syamsyudin (2007:255) mendefinisikan piutang sebagai aktiva yang timbul
karena adanya penjualan secara kredit oleh perusahaan kepada langganannya.
Dalam akuntansi, akun piutang disusun dalam neraca sebagai bagian dari
aktiva lancar yang paling likuid (lancar) setelah kas. Karena piutang dianggap
sebagai account yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Menurut Kasmir (2012:41) piutang pada umumnya dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu :
a. Piutang usaha adalah tagihan yang diakibatkan penjualan barang kelangganan
secara kredit dengan kurun waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun.
Piutang usaha biasanya tidak disertai dengan surat perjanjian, melainkan
perusahaan hanya memberikan faktur tanda pembelian yang telah
ditandatangani oleh debitur.
b. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain karena adanya
suatu perjanjian tertulis (wesel) untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
suatu saat tertentu. Berbeda dengan piutang usaha, piutang wesel disertai oleh
surat perjanjian.

2.1.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Volume penjualan kredit
Faktor utama dalam menentukan besar kecilnya piutang adalah penjualan
kredit. Makin besar jumlah penjualan kredit maka akan semakin besar jumlah
piutang. Tingkat penjualan dapat digunakan untuk meramalkan perubahan


Universitas Sumatera Utara

tingkat piutang. Misalnya, perkiraan kenaikan penjualan kredit sebesar 10%
pada waktu yang akan datang, memungkinkan akan menaikkan piutang sebesar
10%.
2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka akan semakin besar
jumlah piutangnya dan sebaliknya. Semakin pendek batas waktu pembayaran
kredit maka jumlah piutang akan semakin kecil karena banyak pelanggan yang
melunasi utangnya dalam jangka waktu yang lebih singkat.
3. Ketentuan batas volume penjualan kredit
Ketentuan batas maksimal volume penjualan kredit dalam jumlah yang relative
besar maka jumlah piutang juga semakin besar. Artinya, ketika modal yang
ditanamkan atau diinvestasikan dalam kredit besar maka akan semakin
memperbesar jumlah piutang.
4. Kebiasaan membayar para pelanggan
Kebiasaan pelanggan yang suka membayar jumlah yang terutang atas
penjualan kredit mundur dari waktu yang sudah dipersyaratkan menyebabkan
jumlah piutang relatif besar. Sehingga dalam hal ini, perusahaan harus

memiliki kriteria untuk menentukan pilihan calon pembeli mana yang dapat
membeli secara kredit.
5. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan
Apabila kegiatan penagihan piutang dilakukan secara aktif dan pelanggan
melunasinya maka jumlah piutang akan relatif kecil. Untuk itu, perusahaan

Universitas Sumatera Utara

harus

memperhatikan

bagaimana

kebijakan

penagihan

piutang


yang

ditetapkannya.

2.1.3 Pentingnya Pengelolaan Piutang Usaha
Aktivitas bisnis adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada
konsumen (pelanggan) secara terus menerus. Usaha (bisnis) yang dijalankan
perusahaan tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen,
sehingga perusahaan harus memiliki sebuah strategi baru. Strategi tersebut dapat
ditunjukkan dengan mengelola piutang usaha dengan lebih efisien. Dengan
dilakukannya penjualan kredit, hasil yang diterima tidak langsung berbentuk kas,
akan tetapi akan dicatat sebagai piutang usaha dan pada saat jatuh tempo barulah
piutang ini dapat ditagih untuk selanjutnya dikonversikan menjadi kas.
Pengelolaan piutang usaha ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : (Halim,
2007:119) :
1. Untuk meningkatkan penjualan
Keputusan melakukan penjualan kredit dapat membantu perusahaan menjual
barang lebih banyak. Pada umumnya, konsumen/pelanggan lebih suka membeli
secara kredit atau membayar dengan angsuran daripada harus membayar secara
langsung. Oleh sebab itulah dalam rangka peningkatan penjualan, perusahaan

menanamkan modalnya dalam piutang.
2. Untuk meningkatkan laba
Suatu akibat langsung dari investasi pada piutang adalah naiknya penjualan.
Kenaikan ini diharapkan secara tidak langsung akan menaikkan laba yang
diperoleh. Tentu saja hal ini dimungkinkan jika tambahan penghasilan lebih
besar daripada biaya-biaya yang dikeluarkan yang bersangkutan dengan
administrasi kredit.
3. Untuk menghadapi persaingan
Sebagai tindakan mempertahankan diri, kebanyakan perusahaan didalam
menetapkan kebijakan memperluas penjualan serupa dengan kebijakankebijakan pesaing-pesaingnya. Penjualan kredit menuntut dana tertanam dalam
piutang.

Universitas Sumatera Utara

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, manajemen perusahaan harus mampu
membuat perencanaan pengelolaan piutang yang tepat dan akurat, karena piutang
usaha merupakan bagian yang penting dalam sebuah bisnis yang bergerak dalam
usaha penjualan barang dan jasa. Pengelolaan piutang harus dilakukan seefisien
mungkin, agar nantinya penanaman modal dalam piutang dapat digunakan
kembali oleh perusahaan.

Perusahaan harus berhati-hati dalam mempertimbangkan kebijakan
penjualan dengan sistem kredit. Pertama, perusahaan dapat melihat kondisi arus
kasnya dan untuk menarik konsumen, perusahaan harus pandai memperkirakan
harga yang harus dibayar jika pembelian dilakukan secara tunai maupun kredit.
Dalam bidang administrasi, pengambilan keputusan terhadap pemberian
pelayanan penjualan secara kredit perlu pertimbangan yang jelas, mengingat
bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian. Berbagai aspek
harus diteliti kelayakannya sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk
memutuskan apakah keputusan itu layak atau tidak untuk kemajuan perusahaan.
Bagi perusahaan dagang, penanaman modal pada piutang atas penjualan
barang secara kredit juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi perusahaan
tersebut dan persaingannya. Perusahaan harus mampu mempertimbangkan sumber
dana dan jumlah dana yang akan diinvestasikan dalam piutang, sehingga tidak
terjadi over investment dalam piutang yang menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian. Karena pada dasarnya perusahaan akan selalu mengharapkan
keuntungan pada setiap modal yang diinvestasikannya. Adapun keuntungan atau

Universitas Sumatera Utara

balas jasa yang diterima oleh perusahaan dagang biasanya berupa harga yang

lebih tinggi dari harga normalnya.

2.1.4 Variabel – Variabel Penting Dalam Piutang
Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa
variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
a.

Kebijakan Kredit
Sebelum penjualan kredit dilaksanakan terlebih dahulu perusahaan harus

menetapkan kebijakan kredit. Dimana kebijakan ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar kredit yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Brealey
(2008:176) kebijakan kredit adalah standar yang ditetapkan untuk menentukan
jumlah dan sifat kredit untuk diberikan kepada konsumen atau pelanggan.
Kondisi ekonomi dan kebijakan kredit merupakan faktor utama yang
mempengaruhi tingkat piutang usaha perusahaan. Besar kecilnya piutang yang
dimiliki oleh perusahaan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya,
juga dipengaruhi oleh kebijakan perkreditan yang ditentukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menetapkan kebijakan kredit yang longgar akan
mengalami tingkat piutang lebih tinggi daripada kebijakan kredit yang ketat.

Menurut Husnan (2008:38) dalam menentukan kebijakan kredit tersebut, faktorfaktor yang harus dipertimbangkan antara lain:
1. Standar Kredit, atau kualitas langganan yang akan diperkenankan
memperoleh kredit, layak atau tidaknya pelanggan diberikan kredit oleh

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Penurunan standar kredit dapat menstimulasi permintaan yang
akhirnya akan meningkatkan penjualan.
2. Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang pelanggan yang membeli
kredit harus sudah melunasi utangnya. Cara ini pada prinsipnya ditempuh
dengan memperpanjang waktu kredit dengan harapan agar penjualan bisa
meningkat. Karena yang ditingkatkan hanyalah jangka waktu kreditnya maka
umumnya resiko tidak terbayarnya piutang tidak banyak berubah.
3. Potongan (discount) yang diberikan kepada pelanggan. Pemberian potongan
(discount) juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam kebijakan
kredit. Apabila syarat penjualan adalah 2/10 net 30, itu berarti bahwa
perusahaan memberikan potongan 2% pada pelanggan yang membayar
utangnya dalam jangka waktu 10 hari atau kurang dari 10 hari, dan apabila
pelanggan membayar dalam jangka waktu 30 hari maka pelanggan tersebut
tidak akan diberikan potongan lagi, dan akan dikenakan biaya administrasi

apabila pembayaran dilakukan lewat dari jangka waktu yang ditetapkan
tersebut.
Sedangkan menurut Sjahrial (2007:420), komponen-komponen dari
kebijakan kredit yaitu :
1. Persyaratan penjualan. Suatu perusahaan harus memutuskan berdasarkan
kondisi tertentu bila penjualan barang dan jasa dilaksanakan secara kredit.
Sebagai contoh, persyaratan kredit meliputi periode kredit, potongan tunai dan
bentuk instrument kredit.

Universitas Sumatera Utara

2. Analisis kredit. Begitu suatu perusahaan memutuskan untuk memberikan
kredit kepada pelanggannya, ia kemudian harus membuat pedoman untuk
menentukan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh memproleh kredit.
Analisis kredit menunjukkan kepada proses penentuan manakah dari seorang
pelanggan tertentu yang akan memperoleh kredit atau tidak. Langkah-langkah
yang biasa ditempuh yaitu, mengumpulakan informasi yang berhubungan
(relevan) dan menentukan kelayakan kredit tersebut. Informasi yang secara
umum digunakan untuk menilai kelayakan kredit dapat berupa laporan
keuangan perusahaan, laporan kredit masa lalu tentang pembayaran pelanggan

dengan perusahaan lain, serta pembayaran masa lalu dari pelanggan dengan
perusahaan.
3. Kebijakan penagihan piutang. Ini merupakan unsur terakhir dalam kebijakan
kredit. Kebijakan penagihan piutang meliputi pengawasan piutang usaha
terhadap masalah yang terjadi dilapangan dan masalah yang timbul mengenai
pembayaran atas perkiraan-perkiraan belum terbayar.
Keseluruhan faktor tersebut akan menentukan berapa besar jumlah piutang
yang akan dimiliki oleh perusahaan, berapa lama piutang tersebut diharapkan akan
terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak terbayar.
b. Siklus Perencanaan Penagihan Piutang
Perusahaan perlu meminimalkan resiko dalam pemberian kredit kepada
pelanggan. Hal ini dapat ditempuh dengan dilaksanakannya proses penagihan
piutang yang telah jatuh tempo kepada pelanggan. Penagihan adalah proses

Universitas Sumatera Utara

terkahir dari proses pesanan dengan menyiapkan faktur untuk pesanan yang
tampak pada daftar penagihan.
Penagihan piutang ini dapat dilakukan perusahaan dengan berbagai usaha
seperti mengirim surat teguran yang menyebutkan status rekening kewajiban para
pelanggan, melakukan panggilan telepon dengan para pelanggan, kunjungan
pribadi, menggunakan agen penagihan serta melakukan tindakan hukum kepada
pelanggan (Bodnar, 2006:308).

Proses ini juga dapat dilakukan perusahaan

dengan membuat sebuah siklus perencanaan penagihan (cycle billing plan).
Selain mengurangi resiko kerugian, penggunaan siklus perencanaan
penagihan juga memberikan keuntungan bagi arus kas (cash flow) perusahaan
karena pelanggan akan membayarkan tagihannya dengan waktu yang lebih
pendek setelah menerima tagihan. Siklus perencanaan penagihan ini dapat
digambarkan sebagai berikut (Bodnar, 2006:308) :
Gambar 2.1
Siklus Perencanaan Penagihan
Daftar
Penagihan

Database
Pesanan

Menyiapkan
Faktur

Pemprosesan
Faktur

Faktur

Secara Periodik
Menyiapkan
Entri Jurnal

Costumer
Voucher
Jurnal
Buku
Besar

Sumber : Bodnar (2006:308)

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Resiko – Resiko Dalam Piutang
Keputusan pemberian piutang oleh perusahaan dapat memunculkan resiko
kerugian bagi perusahaan. Resiko kerugian ini timbul akibat adanya sejumlah
piutang yang telah jatuh tempo bahkan tidak dapat tertagih. Perusahaan harus
menanggung biaya-biaya yang timbul akibat pemberian piutang kepada
pelanggan. Biaya-biaya tersebut dapat diidentifikasi kedalam 4 golongan, yaitu
(Halim, 2007:121) :
1. Biaya sumber dana. Dengan adanya piutang maka perusahaan memerlukan
dana dari dalam maupun luar perusahaan. Dana ini dapat diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya laba yang ditahan, dana pemilik perusahaan, utang
dan kreditur.
2. Biaya administrasi. Didalam penyelenggaraan penjualan kredit perusahaan
harus mengeluarkan biaya-biaya seperti gaji pembuku piutang. Kebanyakan
perusahaan juga melakukan penelitian terhadap pelanggan potensial untuk
menentukan kelayakan kreditnya.
3. Biaya pengumpulan piutang. Biaya ini dikeluarkan untuk kegiatan penagihan
dan pengumpulan piutang karena ketidakmampuan pelanggan dalam
membayar utangnya tepat pada waktunya. Biaya-biaya yang dikeluarkan
seperti, biaya pengumpulan piutang misalnya pengiriman surat peringatan
bahwa masa pembayaran telah melampaui batas waktu.
4. Biaya atas kerugian piutang tak tertagih. Setelah berupaya serius atas
keterlambatan piutang, mungkin perusahaan terpaksa harus menghentikan
upaya itu. Jika pelanggan dinyatakan bangkrut, maka harapan perusahaan

Universitas Sumatera Utara

untuk memperoleh kembali piutangnya menjadi tipis. Jika pelanggan pindah
keluar kota atau negara, maka biaya yang dikeluarkan untuk menagihnya
terlalu mahal. Itu semua berarti perusahaan mengalami kerugian. Kerugian ini
adalah biaya atas pengelolaan piutang. Kerugian bagi perusahaan tersebut
harus dicatat dengan benar pada rekeningnya sebagai penurunan piutang dan
laba perusahaan. Penurunan laba karena adanya piutang yang tidak tertagih
diakui dengan mencatat kerugian piutang (bad dept expenses).
Dari uraian diatas, dapat diingat bahwasannya penjualan kredit disamping
memberikan keuntungan berupa meningkatkan penjualan, meningkatkan laba
serta untuk menghadapi persaingan, penjualan kredit juga menimbulkan beban
biaya seperti biaya sumber dana, biaya administrasi, biaya pengumpulan piutang
bahkan dapat menimbulkan biaya kerugian atas piutang tak tertagih, sehingga
perlu dilakukannya manajemen piutang yang lebih baik.
2.1.6

Analisis Perputaran Piutang Usaha (Receivable Turnover)
Piutang usaha merupakan aktiva yang akan selalu berputar. Keadaan ini

akan terus terjadi selama perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya.
Perputaran piutang menunjukkan seberapa sering piutang berputar dalam satu
periode. Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode
berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali
menjadi kas. Sedangkan menurut Bramasto (2008) menyatakan bahwa perputaran
piutang berasal dari lamanya piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena
adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.

Universitas Sumatera Utara

Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas
piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya.
Semakin tinggi perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan
secara lebih efisien. Sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir
(2007:75), yaitu:
“Makin tinggi ratio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio yang ditanamkan semakin rendah
berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih
lanjut, mungkin karena bagian kredit, dan penagihan bekerja tidak efektif atau
mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.”
Rasio perputaran piutang (receivable turnover) merupakan bagian dari
rasio aktivitas yang dimaksudkan untuk mengukur aktivitas dari piutang
perusahaan. Rasio ini ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu penjualan kredit
dengan rata-rata piutang. Ini merupakan perbandingan antara penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan dimana pembayarannya telah ditangguhkan dengan
jumlah rata-rata uang yang belum diterima dari pelanggan dengan pembayaran
tagihan. Perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dirumuskan sebagai
berikut.

���������� ������� =

��������� ������ ��� ��ℎ��
���� ���� �������

Dengan rata-rata piutang (Average Receivable) sebagai berikut:

���� − ���� ������� =

������� ���� + ������� ��ℎ��
2

Universitas Sumatera Utara

Hasil perhitungan rasio Receivable Turnover menggambarkan berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Sehingga untuk
meningkatkan rasio, perusahaan harus bisa menambah penjualan kreditnya dan
menjaga rata-rata piutang agar tetap rendah (Putra, 2012).
Nilai rasio yang rendah menunjukkan bahwa pelanggan mengambil
keuntungan yang tidak semestinya atau tidak diharapkan dari penjualan kredit
sedangkan jika nilai yang diperoleh terlalu tinggi mungkin menunjukkan bahwa
perusahaan terlalu memperketat kebijakan kredit. Hal ini dapat dikatakan
pengelolaan piutang pada perusahaan tersebut baik karena didukung dengan
perputaran yang tinggi. Akan tetapi tidak selamanya kebijakan kredit yang ketat
didukung dengan besarnya jumlah pelanggan, perusahaan juga perlu membuat
pelonggaran kebijakan kredit dengan tujuan untuk menarik lebih banyak
pelanggan. Tinggi rendahnya nilai perputaran piutang dapat dibandingkan dengan
rata-rata perputaran piutang industri di sektor tersebut.
Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan
oleh banyak hal. Munawir (2007:75) mengemukakan bahwa faktor-faktor
penyebabnya adalah sebagai berikut :
1.

Turunnya penjualan dan naiknya piutang

2.

Turunnya piutang dan diikuti dengan turunnya penjualan dalam jumlah yang
lebih besar

3.

Naiknya penjualan diikuti dengan naiknya piutang dalam jumlah yang lebih
besar

4.

Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap

Universitas Sumatera Utara

5.

Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah
Rasio perputaran piutang ditentukan dengan hanya menggunakan

penjualan kredit saja, karena investasi dalam piutang usaha tergantung pada
jumlah penjualan kredit sedangkan jumlah penjualan tunai tidak akan
menimbulkan piutang bagi perusahaan.

2.2

Profitabilitas
Secara umum, tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai

perusahaan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang
serta memaksimalkan keuntungan (profitability) perusahaan. Salah satu tujuan
memaksimalkan profitability tadi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
perusahaan agar dapat memperoleh laba. Banyak perusahaan berjalan pada
awalnya tidak memiliki kemampuan ini, sehingga ditengah perjalanan perusahaan
akan kesulitan keuangan yang membuat perusahaan mengalami kerugian. Untuk
itu, apapun alasannya, organisasi atau perusahaan harus memiliki profitability
yang bagus agar dapat berjalan dan bertahan dalam menghadapi persaingan.

2.2.1

Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan.

Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh profit (laba)
dari operasinya (Brealey, 2008:80). Sedangkan menurut Wiagustini (2010:76)
profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Tingkat profitabilitas ini dapat dihubungkan dengan volume penjualan,
total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan
memungkinkan seseorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat produktifitas
(earning) dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan
investasi tertentu dari pemiliki perusahaan.
Penekanan perhatian pada profitabilitas perusahaan perlu dilakukan karena
untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah dalam keadaan
menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan yang optimal, sangat susah bagi
perusahaan untuk mendapatkan modal dari luar (investasi).
Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas juga dapat disebut dengan rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam
satu periode tertentu. Rasio profitabilitas juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang
dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Menurut Kasmir
(2012:200), perusahaan dikatakan profitabilitas (rentabilitas)-nya baik apabila
mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva
atau modal yang dimilikinya.

2.2.2

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Penilaian prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur tertentu. Biasanya pengukuran ini dilakukan
perusahaan dengan menggunakan alat ukur berupa rasio-rasio keuangan yang

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan

hubungan

antara

dua

data

keuangan

misalnya,

dengan

membandingkan neraca dengan laporan laba-rugi. Dengan menggunakan rasio
sebagai alat ukur, prestasi dan kondisi keuangan perusahaaan akan lebih
memberikan pemahaman yang baik dibanding hanya dengan melihat laporan
keuangan saja.
Menurut Kasmir (2008:197), baik bagi perusahaan maupun bagi pihak
luar, penggunaan rasio profitabilitas bertujuan untuk :
1. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu.
2. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik dari
modal pinjaman maupun dari modal sendiri.
Sementara itu manfaat yang diperoleh perusahaan dari penggunaan rasio
ini adalah :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2. Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan,baik
modal sendiri maupun modal pinjaman.

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai, terdapat beberapa
rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai posisi keuangan perusahaan.
Menurut Halim (2007:157) terdapat beberapa rasio untuk mengukur seberapa
besar efektivitas manajemen dalam mengelola asset dan equity yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba, yaitu :
1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Dipergunakan untuk mengukur berapa besar laba kotor yang dihasilkan
dibanding dengan total nilai penjualan bersih perusahaan. Semakin besar rasio
ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan harga pokok penjualan
pada persentase dibawah kenaikan penjualan.
����� ������ ������ =

���� �����
���������

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio laba bersih digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dicapai
dari sejumlah penjualan tertentu. Margin laba bersih merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih
perusahaan atas penjualan.
��� ������ ������ =

���� �����ℎ
���������

3. Rasio Return On Asset (ROA)
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
yang dimiliki. Return on asset membandingkan antara laba setelah bunga dan
pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sehingga untuk
meningkatkan nilai ROA perusahaan harus mampu meningkatkan laba bersih
dan mengelola besarnya asset agar tidak melebihi keuntungan yang dihasilkan.
������ �� ����� =

���� �����ℎ ������� �����
����� ������

4. Rasio Return On Equity (ROE)
Merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Semakin tinggi ROE maka

Universitas Sumatera Utara

semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang berarti
pula semakin baik kedudukannya dalam perusahaan.
������ �� ������ =

���� �����ℎ
����� ������� (�������)

Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan adalah rasio Return On Asset (ROA). Dimana rasio ini dapat
memberikan gambaran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan

efektivitas

manajemen

dalam

menggunakan

aktiva

untuk

memperoleh pendapatan.
Rasio Return On Asset (ROA) juga merupakan rasio yang paling tepat
untuk mengetahui hubungan profitabilitas dengan perputaran piutang, karena
piutang merupakan bagian dari aktiva, dimana untuk memperoleh nilai ROA
harus melibatkan total aktivanya.

2.3

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas
Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas bahwasannya tujuan utama

suatu

perusahaan

adalah

mendapatkan

keuntungan.

Kunci

keberhasilan

perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut terletak pada kinerja operasional
perusahaan. Pada perusahaan dagang, penjualan adalah tiang utama operasional
perusahaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab keberlangsungan
hidup perusahaan dagang ditentukan oleh kemampuannya menguasai pangsa
pasar yang ada.
Penjualan kredit merupakan strategi utama yang dibahas dalam penelitian
ini. Dimana hasil yang diterima perusahaan tidak langsung berbentuk kas, akan

Universitas Sumatera Utara

tetapi berupa piutang usaha. Piutang usaha adalah bagian dari aktiva lancar yang
selalu berputar selama perusahaan masih beraktivitas. Aktiva ini merupakan salah
satu bagian penting yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin
cepat atau semakin tinggi perputaran piutang maka akan semakin tinggi pula
profitabilitas perusahaannya (Kasmir, 2012:254). Hal ini disebabkan oleh semakin
cepat perputaran piutang maka modal kerja yang ditanamkan akan semakin
rendah. Modal kerja adalah modal yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegiatan jangka pendek, seperti pembelian bahan baku, investasi piutang serta
biaya-biaya operasional lainnya. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek
maka modal kerja dapat diartikan sebagai aktiva lancar. Dengan terpenuhinya
modal kerja, perusahaan dapat memaksimalkan labanya. Sehingga modal kerja
yang tinggi (ditunjukkan dari penjualan kreditnya) dapat meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Sehingga untuk mengetahui bagaimana tingkat
perputaran piutang pada industri makanan dan minuman maka dapat dibandingkan
pengaruhnya menggunakan rasio profitabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

31 160 65

Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 105 85

Pengaruh perputaran piutang dan arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 88 153

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 5 106

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 11

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 8

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 3

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 15