Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Kartono (2004:189) bahwa “Kepemimpinan atau Leadership
adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam
usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya”.
Kepemimpinan merupakan segmen (bagian) penting dari organisasi
perusahaan dan industri dalam mana organisasi tersebut tersusun atas dasar
pembagian fungsi-fungsi yang berbeda, yang harus dilaksanakan. Jadi ada
perbedaan peranan atau tugas bagi setiap individu dalam organisasi yang
menentukan adanya kepemimpinan. Dengan adanya bermacam-macam peranan
dan tugas tersebut, terjadilah regulasi/pengaturan dan koordinasi yang dilakukan
oleh pemimpin.
Perubahan yang kian cepat dan persaingan bisnis yang kian ketat menuntut
berbagai organisasi untuk bergerak gesit, strategis, dan berfokus penuh pada
bisnis masing-masing. Hampir semua aspek kerja dipengaruhi oleh, dan

tergantung kepada kepemimpinan. Artinya, kepemimpinan sangat menentukan
keberhasilan

sebuah

organisasi

untuk

memenangkan

persaingan

secara

berkelanjutan (sustainable competitive advantage).
Menurut Kartono (2009:34) bahwa “Pemimpin mempunyai sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga

6

Universitas Sumatera Utara

tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau
Style hidupnya itu pasti akan mewarnai perilaku dan tipe Kepemimpinannya.”
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau
tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,
untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran
tertentu. Kemampuan mengkonsepsikan sekaligus menjabarkan tujuan-tujuan
umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa
kelompok kepada tujuan yang pasti dan menguntungkan, membawa pengikutnya
kepada kesejahteraan, dan lain-lain. Dia juga mampu membangkitkan kekuatan
rasional dan kekuatan emosional pada anak buahnya, yang bisa menggugah
kekuatan raksasa untuk membangun atau untuk menghancurkan.
Menurut Kartono (2009:61) bahwa ”Kepemimpinan juga dapat dilihat
sebagai produk satu keadaan, yang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pribadi
pemimpin dengan cara hidup dan filsafat hidupnya, struktur kelompok dengan
ciri-ciri khasnya, dan

problema dan kejadian-kejadian yang berlangsung pada


saat itu”.
Menurut Pace dan Faules (2005:280) bahwa:
Salah satu teori gaya kepemimpinan yang paling banyak didiskusikan
adalah yang dikemukakan Blake dan Mouton (1964), yang semula disebut
kisi manajerial (managerial grid) tapi kini disebut kisi kepemimpinan
(1991). Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer:
perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang telah direncanakan untuk
diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian kepada orang-orang dan unsurunsur organisasi yang mempengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan
bagaimana perhatian pemimpin pada tugas dan pada manusia berkelindan
sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan.

7
Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Pengambilan Keputusan Pemimpin
Menurut Nawawi (2005:76): “Pengambilan keputusan dilakukan dalam
bentuk pembuatan perencanaan, harus sesuai dengan tugas pokoknya”. Dalam
kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka aktivitas
pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen,
namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pemimpin.

Dalam pegambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan
menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternative jawaban
atau pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani oleh tanggung jawb etis,
maka merupakan tugas yang cukup berat untuk mamastikan satu keputusan di
tengah situasi yang tidak menentu, yang belum dikenal sebelumnya, atau yang
sering muncul dengan mendadak.
Menurut Stoner (2003:145):
Dalam kondisi sedemikian, kepemimpinan merupakan fungsi dari
keefektifan operasional pada pengambilan keputusan di satu organisasi
atau administrasi. Apabila pemimpin mampu dengan tangkas, cerdas,
cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka organisasi
atau administrasi bisa berfungsi secara efektif dan produktif.
Para pemimpin yang berhasil bergantung pada perilaku, tindakan yang
tepat, bukan pada ciri pribadi serta keterampilan. Dan dapat menggunakan jenis
keterampilan.

Dan

dapat


menggunakan

keterampilan

manusiawi,

dan

keterampilan konseptual. Meskipun ketiga keterampilan itu dalam prakteknya
saling berkaitan, ketiganya dapat diuraikan secara terpisah.
1) Keterampilan teknis (technical skill) mengacu pada pengetahuan dan
keterampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknis.

8
Universitas Sumatera Utara

2) Keterampilan manusiawi (human skill) adalah kemampuan bekerja secara
efektif dengan orang-orang dan membina kerja tim.
Menurut Ceteora dan Graham (2007:171):
Pembuatan keputusan oleh manajemen tingkat puncak pada umumnya

ditemukan didalam situasi dimana kepemilikan keluarga atau kerabat
dekat memberikan kendali yang absolut kepada para pemilik, dan dimana
bisnis yang ada cukup kecil untuk memungkinkan pembuatan keputusan
yang tersentralisasi.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka kepemimpinan adalah
aktivitas dan pola perilaku yang secara konsisten diterapkan dalam bekerja dengan
dan melalui orang lain. Manusia dalam organisasi adalah sumber daya yang
dinamis, mudah berubah, dan memiliki keinginan-keinginan

di dalam diri

pribadinya sehingga memerlukan seorang pemimpin agar keinginan pribadi
selaras dengan tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.
Pengarahan terhadap semua usaha-usaha pekerja dalam mencapai tujuantujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan harus diberikan oleh
pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat menjadi efektif.
Konsep mengenai karakteristik kepemimpinan dikaitkan dengan 3 hal
penting yaitu:
1. Kekuasaan
Kekuasaan adalah karakteristik khas dari pemimpin yang sukses dalam bisnis
dan bidang lainnya. Kekuasaan dilakukan utuk mempengaruhi orang lain,

dengan kata lain berusaha untuk mengontrol sumber daya termasuk sumber
daya manusia.

9
Universitas Sumatera Utara

2. Kreatifitas
Dalam kreatifitas pemimpin dituntut untuk menggunakan kemampuan
berpikirnya agar dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terdapat didalam perusahaan yang dipimpin.
3. Tindakan tegas
Tindakan tegas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari karisma yaitu
tampil gagah dan bertindak dengan tegas, belajar mengekspresikan perasaan
pemimpin secara lebih jelas dan menjadi lebih semangat, optis dan energik.
Tujuan kepemimpinan adalah untuk membantu orang untuk menegakkan
kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi mereka. Jadi, pemimpin
adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang
diinginkan.
Menurut Pace dan Faules (2007:276):
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja (operating style) atau cara

bekerja sama dengan orang lain secara konsisten. Melalui apa yang
dikatakannya (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang
membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Cara seseorang berbicara kepada yang lainnya dan cara seseorang bersikap
di depan orang lain merupakan suatu gaya kerja.

2.1.3. Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan (Leadership style) seorang pemimpin akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan pencapaian tujuan. Pemilihan Gaya
Kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan
perorangan
pemerintahan.

maupun
Dengan

tujuan
Gaya

organisasi,


perusahaan,

Kepemimpinan

yang

maupun
tidak

lembaga

sesuai

dapat

10
Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan

terhadap karyawan akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpuasan pada anggota atau karyawan.
Menurut Pace dan Faules (2007:277):
Gaya mengendalikan menimbulkan suatu intonasi, suara, cara bereaksi,
penggunaan kata-kata dan frase khas, dan beberapa sikap serta tindakan
yang komplementer, saling berkaitan, dan terpola. Untuk mengenali gaya
pengendalian, semua unsur gaya-intonasi suara, tindakan, kata-kata dan
frase harus digabungkan menjadi suatu persepsi yang konsisten dan
terpadu yang kita namakan pengendalian.
Terdapat tiga macam model Gaya Kepemimpinan secara umum, yaitu
Demokratis, Otoriter, dan Bebas. Ketiga Gaya Kepemimpinan ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini mengkaji ketiga Gaya
Kepemimpinan tersebut menurut Pace dan Faules (2007:279), yaitu:
”1.

Gaya Kepemimpinan Demokratis.

2.

Gaya Kepemimpinan Otoriter


3.

Gaya Kepemimpinan Bebas”.

Ad.1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah.

Kegiatan-kegiatan

pengendalian

dilaksanakan

secara

tertib

dan

bertanggung jawab. Pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi
secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan
yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya.
Selain itu dapat diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.

11
Universitas Sumatera Utara

Ad.2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling
berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai pengusaha tunggal. Orang-orang yang
dipimpin jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut
bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas anak buah (bawahan) sematamata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan.
Bawahan

tidak

boleh

dan

tidak

diberi

kesempatan

berinisiatif,

mengeluarkan pendapat dan menyampaikan kreativitasnya. Hal ini dipandang
sebagai bentuk penyimpangan dan dianggap membangkang.
Ad.3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada
orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
(berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara
perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan hanya
memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi
kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang
memerlukannya.
Gaya Kepemimpinan yang baik dan terkoordinasi akan menciptakan
fungsi kinerja yang baik pada karyawan. Dengan adanya kerjasama dalam
organisasai maka akan tercipta hubungan kerja yang serasi antara pimpinan
dengan bawahannya. Tanggung jawab dan disiplin kerja yang berorientasi

12
Universitas Sumatera Utara

memuaskan akan menunjang keberhasilan perusahaan yang dipimpin begitu juga
dengan peningkatan kinerja karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator
yang harus dipenuhi agar gaya kepemimpinan berhasil mencapai tujuan
organisasi, yaitu (Kartono, 2009:65):
”1. Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang
2. Memberikan kesempatan berpartisipasi aktif dalam pembuatan
kebijakan
3. Memberikan penjelasan kepada anggota atas tujuan yang dicapai.
4. Memberikan kebebasan untuk bekerjasama dengan orang lain
5. Mempunyai hubungan yang baik dengan bawahan”.
1.

Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang
Pimpinan harus mendelegasikan pelaksanaan tugas kepada bawahan yang

disertai dengan pelimpahan wewenang untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas yang diberikan.
2.

Memberikan kesempatan berpartisipasi aktif dalam pembuatan kebijakan
Pimpinan yang baik menghargai dan berupaya mengembangkan potensi

bawahan.

Potensi bawahan hanya dapat dikembangkan dengan cara

melibatkannya secara penuh dalam pembuatan berbagai keputusan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
3.

Memberikan penjelasan kepada anggota atas tujuan yang dicapai
Organisasi merupakan unit-unit yang terpisah tetapi terpadu pada satu

tujuan.

Jika bawahan tidak mengetahui tujuan dari pelaksanaan tugas maka

masing-masing unit organisasi atau bawahan akan bekerja sendiri-sendiri dan

13
Universitas Sumatera Utara

hasil pekerjaan juga menjadi tidak terpadu. Oleh karena itu pemimpin yang
berhasil akan menyadari pentingnya bawahan mengetahui tujuan bersama yang
akan dicapai.
4.

Memberikan kebebasan untuk bekerjasama dengan orang lain
Tujuan yang telah ditetapkan hanya dapat dicapai apabila terdapat

kerjasama yang baik dengan orang lain. Pimpinan harus memberi kebebasan
kepada bawahan untuk saling bekerjasama agar pencapaian tujuan menjadi lebih
mudah.
5.

Mempunyai hubungan yang baik dengan bawahan
Pemimpin yang berhasil akan meletakkan diri di tengah-tengah bawahan

tanpa harus terlalu jauh terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Pimpinan yang
demikian akan mendengarkan setiap keluhan atau masalah dari bawahan dan
mencari cara pemecahan yang paling menguntungkan.
Situasi dan kondisi lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan kepemimpinan. Oleh karena itu, pemimpin wajib untuk
berusaha menguasai keadaan lingkungan yang dihadapi dan menjadikannya
sebagai suatu kondisi yang menguntungkan. Berikut pendapat para ahli dalam
Tjiharjadi (2007:8):
1)

2)

Menurut Maxwell yakni bahwa ukuran sejati dari kepemimpinan
adalah pengaruh – tidak lebih, tidak kurang. Definisi kepemimpinan
tersebut merupakan definisi yang paling singkat tetapi sarat makna.
Menurut Waldock dan Kelly Rawat kepemimpinan tidak dihubungkan
dengan posisi atau jabatan tertentu, tetapi dihubungkan dan melekat
pada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain serta
menyebutkan bahwa pengaruh adalah jantung kepemimpinan.

14
Universitas Sumatera Utara

3)

4)

Menurut Walters bahwa kepemimpinan merupakan suatu seni
tersendiri yang dipelajari dan diterapkan dengan hati-hati.
Menurut Clawson kepemimpinan sebagai suatu kesadaran dan
keinginan untuk mempengaruhi orang lain, mereka kemudian
memberikan tanggapan atas keinginan sendiri untuk mengikutinya.

Beberapa definisi lainnya mengenai kepemimpinan dalam Tjiharjadi (2007:9)
sebagai berikut:
1)

2)

3)

Menurut Ordway Tead (dalam The Art of Leadership) kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka mau bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut George R. Terry (dalam Principle of Management)
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
Menurut Howard H. Hoyt (dalam Aspect of Modern Public
Administration) kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.

Berdasarkan pengertian kepemimpinan diatas saya menyimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam memepengaruhi orang lain
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan keinginannya, untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati sebelumnya.
2.1.3.1. Tipe Gaya Kepemimpinan
Pemimpin

mempunyai

sifat,

kebiasaan,

tempramen,

watak,

dan

kepribadian yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanya itulah yang
membedakan dirinya dengan orang lain.
Watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu :
-

Berorientasi tugas (task orientation)

-

Berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)

-

Berorientasikan hasil yang efektif (effectiveness orientation)

15
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pada penonjolan ke tiga orientasi tersebut, dapat ditentukan
delapan tipe kepemimpinan menurut Tjiharjadi (2007:10) yaitu :
1) Tipe desester (pembelot)
Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan.
2) Tipe birokrat
Sifatnya : patuh pada peraturan dan norma-norma;manusia organisasi,
tepat, akurat/ cermat, keras, berdisiplin.
3) Tipe missionary (misionaris)
Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah, religius.
4) Tipe developer (pembangunan)
Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/ melimpahkan
wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan.
5) Tipe otokrat
Sifatnya : keras, diktator, egois, keras kepala, sombong.
6) Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri (feeling of belongingness)
7) Tipe compromiser (mudah berkompromi)
Sifatnya : selalu mengikuti angin, tanpa pendirian, tidak mempunyai
keputusan, berpandangan pendek, tak punya kepribadian yang kuat.
8) Tipe eksekutif
Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,
berpandangan jauh, dan tekun.
2.1.3.2. Persyaratan Penerapan Gaya Kepemimpinan
Menurut Kartono (2009:65) bahwa konsepsi mengenai kepemimpinan itu
harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu :
1. Kekuasaan : ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
agar berbuat sesuatu.
2. Kewibawaan : ialah kelebihan, keunggulan/ superioritas, keutamaan,
sehingga ia mampu mengatur orang lain; dan orang lain akan patuh
kepada pemimpin, kemudian bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu
3. Kemampuan : ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan-ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi
atau lebih unggul dari kemampuan anggota biasa.

16
Universitas Sumatera Utara

Adapun fungsi kepemimpinan organisasional (pemimpin di dalam
organisasi) menurut Kartono (2009:67) ialah:
1. Memprakarsai struktur organisasi;
2. Menjaga adanya koordinasi dan integritas organisasi, supaya semuanya
beroperasi secara efektif;
3. Merumuskan tujuan institusional atau organisasional, dan menentukan
sarana serta cara-cara yang efisien untuk mencapai tujuan tersebut;
4. Menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul, dan
mengadakan evaluasi serta evaluasi-ulang;
5. Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan, dan
penyempurnaan dalam organisasi.
2.1.3.3. Asas-asas Kepemimpinan dan Teknik Kepemimpinan
Asas-asas kepemimpinan yang baik menurut Kartono (2009:69) adalah :
1. Kemanusiaan mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, pembimbingan
manusia oleh manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
setiap individu demi tujuan-tujuan human.
2. Efisiensi : efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan
terbatasanya sumber-sumber material, dan bernilainya sumberdaya
manusia, atas prinsip penghematan, dan adanya nilai-nilai ekonomis,
serta asas-asas manajemen modern.
3. Kesejahteraan dan Kebahagiaan yang lebih merata menuju pada taraf
kehidupan rakyat/masyarakat yang lebih tinggi.
Teknik kepemimpinan adalah kemampuan dan kemahiran teknis serta
ketrampilan sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada
praktek/kehidupan serta organisasi; melingkup konsep-konsep pemikiran, perilaku
sehari-hari, dan semua peralatan yang dipakai.
Teknik kepemimpinan juga dapat dirumuskan sebagai cara bertindaknya
pemimpin dengan bantuan alat-alat fisik dan kemampuan psikis untuk
mewujudkan kepemimpinannya. Penguasaan teknik-teknik kepemimpinan ini
akan mendorong setiap anggota kelompok untuk melaksanakan segenap tugas
kewajiban dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh.

17
Universitas Sumatera Utara

Kategori teknik kepemimpinan menurut Gomes (2003:163) antara lain :
1. Etika Profesi Pemimpin , terdapat lima kriteria :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Aplikasi yang kompeten (competent application)
c. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
d. Pengontrolan diri (Self controlling)
e. Sanksi masyarakat (community sanction)
2. Kebutuhan dan Motivasi (manusia), dapat dibagi dalam tiga kategori :
a. Kebutuhan tingkat vital biologis, yaitu berupa : sandang, pangan,
papan atau tempat tinggal, perlindungan (rasa aman), air, udara, dll
b. Kebutuhan tingkat sosio budaya (human-kultural), yaitu berupa :
studi, empati, cinta kasih, pengakuan diri, penghargaan, status
sosial, prestise, ilmu pengetahuan, kebutuhan berkumpul.
c. Kebutuhan tingkat religius (metafisik, absolut), yaitu berupa :
kebutuhan merasa terjamin, aman sentosa bahagia di dunia dan
akhirat, dan kebutuhan untuk bersatu manunggal dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
3.
Dinamika Kelompok
4.
Komunikasi dan Ketrampilan sosial
5.
Kemampuan pengambilan Keputusan.
2.1.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor menurut Gomes (2003:164), yaitu:
1. Kepribadian (personality)
Pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilainilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan
akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan
Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap
apa gaya kepemimpinan.
3. Kebutuhan tugas
Setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. Iklim
dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
4. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan

18
Universitas Sumatera Utara

akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi
yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar
belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi,
kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan
manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin menurut Gomes (2003:165)
sebagai berikut :
Sebagai pelaksana (executive)
Sebagai perencana (planner)
Sebagai seorangahli (expert)
Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external
group representative).
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
(controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor
of rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual responsibility).
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure).
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
1.
2.
3.
4.

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu
kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu
juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan
yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka,
mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

19
Universitas Sumatera Utara

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan
akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau
tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang
pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang
baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
2.1.4. Kepuasan Kerja
Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului oleh penugasan
bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti
konsepnya maupun dalam arti analisisnya, karena kepuasan kerja mempunyai
konotasi yang beraneka ragam. Kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang
seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya
(Siagian, 2006:295).
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang

pekerjaan

mereka

(Handoko,

2003:193).

Kepuasan

kerja

20
Universitas Sumatera Utara

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam
sikap positif karyawan terhadapa pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi
dilingkungan kerja karyawan itu sendiri.
Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja merupakan cara pandang seseorang terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja tergantung sikaf peroleh interinsik dan eksterinsik dan tergantung
dari pandangan pemegang pekerjaan terhadap perolehan tersebut.

Unsur

organisasi dan perilaku orang terhadap pekerjaan dianggap sebagai unsur yang
dikandung dalam kepuasan kerja. Ukuran lain meliputi pergantian shiff karyawan,
keterlambatan dan keluhan dapat dimasukkan dalam kategori perilaku.
Persepsi karyawan terhadap pekerjaan dapat dilihat dari kebebasan
karyawan mengambil keputusan sesuai kebutuhan, kepedulian pimpinan terhadap
pekerjaan karyawaan, keseimbangan antara tingkat upah dengan pengorbanan
yang diberikan karyawan, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
dipromosikan ke job yang lebih tinggi, kerjasama antar teman kerja serta
lingkungan kerja yang aman dan nyaman, gaya kepemimpinan yang demokratis
dimana karyawan diikutsertakan daalam pemgambilan keputusan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan senang, dimana terdapat kesesuaian antara harapan karyawan
dengan hasil yang mereka terima atas pekerjaan tersebut. Kepuasan kerja
dipengaruhi oleh upah, gaya kepemimpinan, supervisor, rekan kerja, kesempatan
promosi, kebijaksanaan dan prosedur serta kondisi kerja. Apabila manajemen

21
Universitas Sumatera Utara

mampu memberikan kepuasan kerja bagi para anggota organisasi, hal ini menjadi
ukuran keberhasilan perusahaan.
Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pimpinan perusahaan harus mampu
mengantisipasi perputaran tenaga kerja yang cukup tinggi, karena apabila
perputaran tenaga kerja diluar kewajaran akan mencerminkan ketidakmampuan
manajer untuk memberikan kepuasan kerja bagi karyawan. Meskipun demikian
terjadinya permintaan berhenti perlu selalu diwaspadai, terutama apabila terjadi
pada tingkat yang dirasakan diluar kewajaran. Kewaspadaan demikian penting
guna menjamin bahwa “turn over” tersebut tidak terjadi karena ketidakpuasan
banyak karyawan dalam pekerjaannya. Artinya jika permintaan tersebut terjadi
karena ketidakpuasan, faktor-faktor penyebabnya perlu segera diidentifikasi dan
sedapat mungkin di atasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yang berkaitan dengan
beberapa aspek (Suprianto, 2004:63) yaitu:
1.

Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari
pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.

2.

Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah
memiliki elemen yang memuaskan.

3.

Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa
berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan
rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.

4.

Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi printah atau petunjuk
dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan

22
Universitas Sumatera Utara

bagi seseorang atau menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi
kepuasan kerja.
5.

Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui
kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang
besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan kurang
terbuka atau terbuka. Ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
seseorang.

6.

Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.
Meskipun benar bahwa dalam setiap organisasi selalu ada pekerja yang

susah diatur, tetapi tidak jarang bahwa para pekerja itu mengandung kebenaran
pula. Dari sudut pandang inilah permintaan berhenti dari karyawan menjadi
tantangan. Pihak manajemen perlu menghilangkan sumber-sumber ketidakpuasan
kerja tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui faktor-faktor ketidakpuasan itu
adalah melakukan wawancara keluar.

Artinya, sebelum para pekerja minta

berhenti untuk meninggalkan organisasi, mereka diwawancarai oleh para
professional di lingkungan satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa apabila dalam pekerjaannya
seseorang diberi otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan
sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan memperoleh
umpan balik tentang pekerjaan yang dilakukannya, yang bersangkutan akan
merasa puas.

Bentuk program perkenalan yang tepat serta berakibat pada

diterimanya seseorang sebagai anggota kelompok kerja dan oleh organisasi serta
iklas dan terhormat. Juga pada umumnya berakibat pada tingkat kepuasan kerja

23
Universitas Sumatera Utara

yang tinggi. Situasi lingkungan pun turut berpengaruh pada tingkat kepuasan
kerja seseorang.
Teori jalan-tujuan mengarah pada pengembangan dua proporsi yaitu:
1.

Perilaku pemimpin adalah efektif seandainya bawahan menganggap
perilaku semacam itu merupakan sumber kepuasan langsung atau sebagai
sarana untuk mencapai kepuasan yang akan datang.

2.

Perilaku pemimpin akan bersifat memotivasi seandainya hal tersebut
membuat kebutuhan akan kepuasan bawahan tergantung pada prestasi
yang efektif dan melengkapi lingkungan bawahan dengan menyediakan
bimbingan, kerjasama dan imbalan yang diperlukan bagi prestasi yang
efektif.
Menurut teori jalan-tujuan, pemimpin harus meningkatkan jumlah dan

jenis imbalan yang tersedia bagi bawahan.

Disamping itu, pimpinan harus

menyediakan bimbingan dan penyuluhan untuk memperjelas harapan yang
realistis dan mengurangi rintangan untuk mencapai tujuan yang berharga. Dalam
teori jalan tujuan dipertimbangkan dua jenis situasi yaitu karakteristik pribadi
bawahan, tekanan dan terutama lingkungan yang ditanggulangi bawahan agar
mencapai tujuan kerja dan memperoleh kepuasan.
Karakteristik pribadi yang penting, inilah persepsi bawahan tentang
kemampuannya sendiri. Semakin tinggi persepsi kemampuan dalam kaitannya
dengan tuntutan tugas.

Semakin kecil kemungkinannya bawahannya tersebut

menerima gaya pimpinan yang direktif. Variabel lingkupangan meliputi berbagai
faktor yang tidak berada dalam pengendalian bawahan tetapi penting bagi

24
Universitas Sumatera Utara

kepuasan atau bagi kemampuan berprestasi efektif. Ini meliputi tugas, sistem
wewenang formal organisasi tersebut dan kelompok kerja.
Teori jalan tujuan mengemukakan bahwa perilaku pemimpin akan bersifat
memotivasi seandainya perilaku tersebut membantu bawahan menanggulangi
ketidakpastian lingkungan.

Seorang pemimpin yang mampu mengurangi

ketidakpastian dalam pekerjaan dianggap sebagai seorang motivator karena ia
meningkatkan harapan bawahan yang mengurus kepada imbalan yang diinginkan.
2.1.5. Pengertian Kinerja
Bagi orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya
manusia pada umumnya sependapat bahwa prestasi kerja pegawai merupakan
bagian penting dari seluruh proses karyawan. Pentingnya prestasi kerja yang
rasional dan objektif meliputi paling sedikit dua kepentingan yaitu: kepentingan
karyawan yang bersangkutan dan kepentingan organisasi.
Menurut Suprianto (2004:12) bahwa ”Kinerja adalah suatu kondisi yang
diperoleh seorang karyawan pada suatu periode tertentu”. Bagi karyawan prestasi
kerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
kekurangan dan potensi untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan prestasi
kerja tersebut. Sedangkan bagi organisasi prestasi kerja pegawai sangat penting
dalam pengambilan keputusan seperti identifikasi program pendidikan dan
pelatihan, rekruitmen, seleksi, penempatan dan promosi.
Menurut Mathis dan Jackson (2004:82), ”Kinerja merupakan seberapa
baik pegawai mengerjakan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan satu set

25
Universitas Sumatera Utara

standar dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut”. Selanjutnya
menurut Adoir (2005:64) ”Prestasi kerja adalah perasaan yang membawa
seseorang pada kesuksesan, penyelesaian pekerjaan, pemecahan masalah dan
keberhasilan yang ada”.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja
itu merupakan hasil dari suatu pelaksanaan pekerjaan, pemecahan masalah pada
suatu periode yang dapat menimbulkan perasaan.
Sehubungan dengan kinerja maka sistem penilaian berperan penting.
Penilaian kinerja merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaanya masingmasing secara keseluruhan bukan hanya dinilai dari hasil fisiknya tetapi meliputi
berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja, prakarsa dan
kepemimpinan. Penilaian kinerja selain digunakan untuk menilai prestasi kerja
karyawan adalah juga mengukur kemajuan dalam bekerja dan kemungkinan
karyawan untuk dipromosikan.
Menurut Handoko (2003:135) bahwa ”Penilaian kinerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan”. Kegiatan ini memperbaiki keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan
kerja mereka.
Ada beberapa alasan mengapa perlunya menilai kinerja karyawan menurut
Handoko (2003:134) sebagai berikut:
1. Penilaian kinerja menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan
keputusan tentang promosi dan gaji

26
Universitas Sumatera Utara

2. Penilaian kinerja menyediakan kesempatan untuk bersam-sama
meninjau perilaku yang berkesan dengan pekerjaan baik antara atasan
dan bawahan atau antara bawahan dan atasan
3. Penilaian kinerja memungkinkan antara atasan dan bawahan menyusun
suatu rencana untuk memperbaiki setiap defenisi yang dapat diketahui.
Menurut Mathis dan Jackson (2004:77) “Penilaian prestasi kerja terdiri
dari “proses-proses mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi,
meningkatkan dan memberi penghargaan terhadap prestasi kerja pada karyawan”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa penilaian
kinerja merupakan suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk
mengukur, mengevaluasi perilaku, hasil kerja dan kedisplinan yang digunakan
sebagai dasar pemberian penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi.
Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seseorang karyawan dan
apakah dia bisa bekerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang.
Melaksanakan penilaian prestasi kerja ditentukan standar kerja sebagai pedoman
dalam menentukan karyawan yang berprestasi.
Menurut Siagian (2006:34) unsur-unsur kinerja yang menjadi indikator
adalah:
a. Melaksanakan tugas yang dibebankan kepada dirinya dengan tepat
waktu.
b. Upaya memenuhi standar kualitas pekerjaan.
c. Mampu mengambil keputusan, langkah-langkah suatu tindakan yang
diperlukan dalam tugas, tanpa menunggu perintah dari atasan.
d. Mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas yang ditentukan.
e. Jujur dalam melaksanakan pekerjaan”.
2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Dalam menjamin keberhasilan usaha serta peningkatan prestasi kerja, para
pimpinan perusahaan perlu memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seperti yang dikemukakan Handoko (2003:125) yaitu:

27
Universitas Sumatera Utara

1. Tingkat pendidikan
2. Keterampilan
3. Disiplin
4. Motivasi
5. Gizi dan kesehatan
6. Tingkat penghasilan
7. Jaminan sosial
8. Lingkungan dan iklim kerja
9. Hubungan industrial
10. Tehnologi
11. Sarana produksi
12. Manajemen
13. Kesempatan berprestasi.
1.

Tingkat pendidikan
Faktor pendidikan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap

peningkatan prestasi kerja.

Oleh karena tingkat pengetahuan dan tingkat

kecerdasan seorang pegawai dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan seorang pegawai semakin besar kemungkinan untuk dapat
meningkatkan ke jenjang yang lebih baik, dimana sebagian besar perusahaan
memprioritaskan promosi bagi karyawan yang mempunyai prestasi yang tinggi
dalam pekerjaannya.
2.

Keterampilan
Faktor keterampilan juga mempunyai pengaruh besar untuk meningkatkan

produktivitas kerja karyawan. Semakin tinggi tingkat keterampilan yang dimiliki
karyawan maka produktivitas kerjanya akan semakin meningkat. Keterampilan
yang harus dimiliki karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja mencakup
keterampilan teknis dan keterampilan sosial.

Keterampilan teknis berkaitan

dengan kemampuan karyawan untuk mempergunakan materi dan alat-alat teknik,
sedangkan keterampilan sosial maksudnya ialah keterampilan yang dimiliki

28
Universitas Sumatera Utara

karyawan agar bisa menuntun karyawan-karyawan yang dibawahi dan
menciptakan iklim kerja yang baik.
3.

Disiplin
Disiplin mempunyai hubungan erat dengan peningkatan produktivitas

kerja karyawan, apabila karyawan mempunyai disiplin yang tinggi maka hasil
kerja karyawan akan lebih baik, demikian sebaliknya. Disiplin akan mendorong
para karyawan agar mengikuti berbagai standard dan aturan sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Disiplin korektif adalah kegiatan
yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba
untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.
4.

Motivasi
Motivasi merupakan rangsangan atau dorongan yang diberikan pimpinan

perusahaan kepada para karyawan agar mereka dapat bekerja lebih bersemangat
dan lebih aktif. Rangsangan atau dorongan dapat berupa upaya yang sangat
sesuai agar karyawan dapat memenuhi kebutuhannya, fasilitas-fasilitas, tunjangan
dan lain sebagainya, sehingga para karyawan akan merasa aman dan tenang di
dalam melaksanakan pekerjaannya dan produktivitas kerja juga akan meningkat.
5.

Gizi dan kesehatan
Usaha untuk mempertahankan kesehatan dari para karyawan menjadi salah

satu tugas pimpinan perusahaan. Disamping itu perlu diperhatikan gizi setiap
karyawan, dimana hal ini besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.
Lebih jauh, kesehatan fisik maupun mental karyawan yang buruk akan

29
Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan kecenderungan tingginya tingkat absensi serta rendahnya tingkat
produktivitas.

Perusahaan akan sia-sia menjalankan program latihan untuk

mendapatkan karyawan yang cakap dan terampil, namun karyawan tersebut tidak
dapat bekerja dengan baik karena faktor kesehatan yang tidak menguntungkan.
6.

Tingkat penghasilan
Tingkat penghasilan yang rendah akan mengakibatkan karyawan malas

bekerja karena kurangnya gairah. Kemalasan akan mengakibatkan hasil kerja
menjadi kurang teliti dan timbul akibat negatif barang-barang yang diproduksi
akan banyak yang rusak. Jika perusahaan tersebut bergerak di bidang usaha jasa,
maka pelayanan terhadap para langgaan menjadi kurang memuaskan. Hal ini
akan mengakibatkan turunnya produktivitas tenaga kerja karyawan dan akhirnya
mengakibatkan kemunduran perusahaan.
Masalah tingkat penghasilan harus benar-benar diperhatikan, terutama
yang mampunyai keahlian khusus.
mendapat perhatian.

Namun hal ini tidak berarti semua perlu

Jadi setiap perusahaan hendaknya memberikan tingkat

penghasilan yang cukup kepada karyawannya. Arti yang cukup disini adalah
jumlah yang dapat dibayar sesuai dengan kemampuan tanpa menimbulkan
kerugian bagi perusahaan dan melalui tingkat penghasilan tersebut perusahaan
akan mampu meningkatkan produktivitas.
7.

Jaminan sosial
Keinginan seseorang untuk bekerja di dalam suatu perusahaan selain untuk

mencapai prestasi kerja yang baik, juga mengharapkan adanya jaminan sosial
yang baik dari perusahaan tersebut. Jaminan sosial itu dapat berupa gaji atau

30
Universitas Sumatera Utara

upah, tunjangan-tunjangan, baik tunjangan cuti, tunjangan perawatan dan lainlainnya serta fasilitas seperti transporasi, perumahan, kafetaria, rekreasi dan
sebagainya. Apabila jaminan sosial ini terpenuhi maka mereka akan tenang dan
bersemangat bekerja, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja.
8.

Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.
Kegairahan kerja karyawan tidak terlepas dari pada lingkungan kerja yang baik
serta aman dalam melakukan pekerjaan sehari-hari pada perusahaan. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yang sangat erat
hubungannya dengan faktor lingkungan kerja yaitu:
-

Pewarnaan

-

Kebersihan

-

Pertukaran udara

-

Penerangan

-

Musik

-

Keamanan

-

Kebisingan

Oleh sebab itu masalah lingkungan kerja ini harus benar-benar diperhatikan oleh
setiap pimpinan perusahaan.

Karena secara tidak langsung ia dapat menjadi

penentu bagi keberhasilan usaha.

31
Universitas Sumatera Utara

Lingkungan kerja dapat dibedakan atas:
1.

Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud ialah semua benda mati yang berada di
lingkungan tempat kerja pegawai, pokok masalah dalam lingkungan fisik
ini adalah suasana lingkungan yang bagaimana ideal bagi suatu pekerjaan.
Dan hal itu banyak tergantung pada sifat pekerjaan itu sendiri. Secara
umum lingkungan kerja yang baik, yang diharapkan dapat menimbulkan
gairah kerja pegawai, harus memenuhi persyaratan, yatu: penerangan
cukup, sistem ventilasi yang memungkinkan bebasnya udara untuk ke luar
masuk ruang tempat kerja pegawai, susunan alat-alat kerja yang teratur,
efektif dan efisien, serta tempat kerja yang bersih dan memenuhi syaratsyarat kesehatan.

2.

Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan pergaulan pegawai baik secara
horizontal maupun vertikal. Hubungan horizontal yaitu hubungan sesama
teman sekerja yang setingkat, sedangkan hubungan vertikal adalah
hubungan yang dikenal dengan formal group dan informasi group.

9.

Hubungan industrial
Hubungan industrial merupakan hubungan antara sesama karyawan dalam

suatu perusahaan. Dalam hubungan ini pimpinan harus bersikap adil dan dapat
menjalin kerjasama yang lebih serasi antara karyawan dengan pengusaha.
Masing-masing pihak perlu meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut
memiliki dan keberanian mawas diri dalam mempertahankan kelangsungan

32
Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Terwujudnya hubungan industrial yang selaras, aman dan dinamis
akan meningkatkan produksi dan produktivitas tenaga kerja.
10.

Teknologi
Di dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan, faktor teknologi juga

memegang peranan penting. Penggunaan teknologi dan peralatan-peralatan yang
serba modern dapat menghindari pemborosan waktu dan tenaga. Jadi semakin
tinggi teknologi yang digunakan pada suatu perusahaan, maka produktivitas kerja
akan semakin tinggi.
11.

Sarana produksi
Sarana produksi merupakan faktor yang diperlukan di dalam proses

produksi dan sangat membantu kelancaran jalannya perusahaan, baik untuk
menghasilkan output perusahaan maupun meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Sarana produksi itu antara lain alat-alat pengangkutan hasil produksi
dan bahan baku, pembangkit tenaga listrik, dan lain sebagainya.

Dengan

demikian sarana produksi sangat mendukung proses produksi dan akan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
12.

Manajemen
Dalam setiap kegiatan usaha, maka untuk menentukan penggunaan sumber

daya yang satu dengan yang lain dan mengkoordinasikan pekerjaan setiap orang
dalam organisasi untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya adalah pekerjaan
manajemen. Jika manajemen gagal, maka perusahaan akhirnya akan mengalami

33
Universitas Sumatera Utara

kegagalan. Jadi kedudukan manajemen sangat penting di dalam hal peningkatan
produktivitas kerja.
13.

Kesempatan berprestasi
Dengan adanya peluang berprestasi bagi karyawan untuk mengembangkan

prestasinya, dapat menimbulkan kegairahan kerja karyawan. Dengan demikian
terbuka kesempatan bagi karyawan untuk meraih posisi yang lebih baik. Jika
hendaknya setiap perusahaan memberikan kesempatan untuk berprestasi bagi
karyawan dan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi. Penghargaan itu
dapat berupa pengakuan yang kemudian disertai hadiah, kenaikan gaji, kenaikan
pangkat, pemindahan ke posisi yang lebih baik dan lebih sesuai.
2.1.7 Pengertian Laba
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan
pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur
prediksi (Belkaoui, 2004:117). Dalam SFAC no. 1, menyebutkan bahwa informasi
laba merupakan komponen laporan keuangan yang disediakan dengan tujuan
membantu

menyediakan

informasi

untuk

menilai

kinerja

manajemen,

mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang dan
menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional
adalah nilai maksimum yang dapat dibagi, atau di konsumsi selama satu periode

34
Universitas Sumatera Utara

akuntansi, dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal
periode.
Laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu
perusahaan, dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus
kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah
relevan dengan cara yang biasa, untuk model-model keputusan dari investor dan
kreditor.
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat
digunakan, antara lain sebagai (Suwardjono, 2005: 456) :
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on
invested capital).
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim
(2005 : 114), adalah:
1. Terbukti teruji sepanjang, sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi
para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif, dan dapat
diuji kebenarannya, sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung
oleh bukti.
3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi
memenuhi dasar konservatisme.
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan
dengan pertanggungjawaban manajemen.

35
Universitas Sumatera Utara

Tujuan pelaporan laba adalah untuk meyajikan informasi yang bermanfaat
bagi pihak yang berkepentingan. M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa
informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan
keputusan. Kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi
tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif.
2.1.8. Konsep Laba dalam Pelaporan Keuangan
Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen (2000:338) menetapkan 3
(tiga) konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menuju tingkatan
bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut, meliputi:
1. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi
(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten, dengan mendasarkan pada
premis dan konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang
ada. Terdapat 2 (dua) pendekatan pengukuran laba (income measurement)
pada tingkat sintaksis, yaitu: pendekatan transaksi dan pendekatan aktiva.
2. Konsep Laba pada Tingkat Semantik (Interpretatif)
Pada konsep ini income, ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi.
Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba
akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua
konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah konsep
pemeliharaan modal dan laba sebagai alat ukur efisiensi.
3. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku), konsep income dikaitkan dengan
pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba
perusahaan. Beberapa reaksi usaha dapat ditunjukkan dengan proses
pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat
terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari
manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
Secara konseptual ada 3 (tiga) pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengukur laba. Pendekatan tersebut, adalah :

36
Universitas Sumatera Utara

1. Pendekatan Transaksi
Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva atau hutang
terjadi hanya karena transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal
timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva atau hutang
dengan pihak luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau
konversi aktiva dalam perusahaan.
Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar
untuk mengakui pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu
perubahan nilai dari pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah
terjadi, maka nilai aktiva lama akan diubah menjadi aktiva baru. Konsep atau
pendekatan ini sama dengan konsep realisasi pendapatan.
Pendekatan transaksi memiliki beberapa kebaikan, yaitu :
a. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,.
misalnya atas dasar produk.
b. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
c. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan
hutang yang ada pada akhir periode.
d. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai
tujuan.
2. Pendekatan Kegiatan
Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa atau
kegiatan dalam arti luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.

37
Universitas Sumatera Utara

Meskipun demikian keduanya g

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Individu, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Performance And Budgeting Kantor Wilayah I Medan

8 87 112

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 2 111

Pengaruh Karakteristik Individu, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Performance And Budgeting Kantor Wilayah I Medan

0 0 6

Pengaruh Karakteristik Individu, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Performance And Budgeting Kantor Wilayah I Medan

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Individu, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Performance And Budgeting Kantor Wilayah I Medan

0 0 37

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 0 12

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 0 2

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 0 5

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 0 2

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Mencapai Laba di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Performance & Budgeting – Kantor Wilayah I Medan

0 0 13