this PDF file PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN | Destianti | MODERAT (Modern dan Demokratis) 1 PB

PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH
KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI
KABUPATEN PANGANDARAN
IDA YUNANI DESTIANTI
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi penulis diketahui bahwa pelaksanaan PKH
yang belum dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar
belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1) BagaimanakahPelaksanaan Program Keluarga Harapan
(PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan?; 2) Bagaimanakah hambatanhambatan dalam Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan ?; 3) Bagaimana upaya-upaya yang ditempuh
dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan ?
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Lamanya
penelitian selama 7 bulan. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan,
studi lapangan (observasi dan wawancara). Jumlah informan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 13 orang. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan verifikasi data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

UPPKH Kecamatan belum terlaksana dengan optimal sesuai dengan Pedoman
umum PKH (2014:78) hal tersebut dikarenakan adanya beberapa indikator yang
belum terlaksana dengan baik. Begitupula berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) belum dapat
Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh UPPKH Kecamatan hal ini dibuktikan
dengan kurangnya pendamping melakukan perannya dengan baik serta masih
kurangnya kesadaran peserta PKH dalam melaksanakan komitmennya sesuai
dengan yang ditentukan. 2) Adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
UPPKH Kecamatan yang antara lain Dalam proses pemutahiran data
pendamping kesulitan karena peserta PKH kurang aktif dalam memberikan
masukan maupun data yang diperlukan oleh peserta PKH dan keterbatasan
Sumber daya Pendamping. 3) Adanya upaya-upaya yang ditempuh dalam
mengatasai hambatan-hambatan yang timbul dalam Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh UPPKH
Kecamatan yang antara lain meningkatkan berbagai pertemuan dengan
masyarakat untuk dapat berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang terjadi
terkait pelaksanaan PKH serta melakukan pendekatan dan pengawalan setiap
pengaduan yang disampaikan kepada UPPKH Kabupaten.
Kata Kunci : Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Meningkatkan Taraf

Kesehatan
H a l a m a n |182

A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang
sangat penting bagi individu dengan
hidup yang sehat maka individu akan
mampu melaksanakan aktifitas seharihari untuk bekerja sehingga mampu
melanjutkan
hidup.
Kesehatan
merupakan faktor utama yang perlu
dijaga sehingga mampu meningkatkan
produktifitas
hidup.
Dengan
meningkatnya kesadaran individu
untuk menjaga kesehatannya maka
pembangunan kesehatan Indonesia juga
akan meningkat.

Permasalahan kesehatan tidak
terlepas dari kemampuan ekonomi
individu, sehingga tidak jarang ada
stigma yang mengatakan bahwa orang
miskin dilarang sakit. Hal tersebut
dimaksudkan karena biaya pelayanan
kesehatan yang sangat mahal membuat
sebagian orang yang termasuk dalam
keluarga miskin atau sangat miskin
menjadi susah untuk mengakses
pelayanan kesehatan.
Untuk
meminimalisir
permasalahan kesejahteraan sosial,
khusus nya kemiskinan yang terus
menerus bertambah dari hari kehari
maka pemerintah Indonesia melalui
Kementrian
Sosial
mengeluarkan

Program Keluarga Harapan (PKH).
Program ini dilaksanakan oleh Dinas
Sosial yang merupakan salah satu
instansi pemerintah yang bergerak di
bidang sosial. Program ini berupaya
untuk
mengembangkan
sistem
perlindungan sosial terhadap warga
miskin di Indonesia.

Program Keluarga Harapan
merupakan program yang memberikan
bantuan kepada masyarakat yang
terletak pada cluster 1 yaitu kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dengan catatan mengikuti persyaratan
yang diwajibkan. Persyaratan itu terkait
dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia yaitu kesehatan dan

pendidikan. Sasaran dari program ini
adalah ibu hamil, ibu menyusui, bayi /
balita, anak pra sekolah dan anak usia
sekolah SD-SMP-SMA. Penerima
bantuan ini adalah ibu atau wanita
dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan.
Salah satu tujuan akhir PKH
bidang kesehatan adalah meningkatkan
angka partisipasi Posyandu bagi anak
balita RTSM dan pemeriksaan Ibu
Hamil secara rutin ke pelayanan
kesehatan terdekat. Untuk mencapai
tujuan itu maka PKH Kesehatan
berupaya memotivasi RTSM agar rutin
membawa anak balita ke Posyandu
untuk memenuhi komitmen kehadiran
Posyandu setiap bulannya serta untuk
mengetahui bagaimana kondisi balita
serta kehamilannya (Pedoman PKH,

2013a)
PKH ini tergolong berhasil
menurunkan angka kemiskinan karena
program ini berusaha untuk mengubah
perilaku hidup RTSM dengan cara
memberikan bantuan tunai untuk
membiayai
kebutuhan
rumah
tangganya, akan tetapi penerima
diwajibkan melakukan pemeriksaan
kesehatan di Posyandu atau layanan

H a l a m a n |183

kesehatan bagi ibu hamil dan anak
balita serta meningkatkan kehadiran
sekolah secara rutin/teratur bagi anakanak RTSM yang memiliki usia SDSMP-SMA.
Tujuan Program
Keluarga

Harapan diharapkan KSM (Keluarga
Sangat Miskin) penerima bantuan
memiliki akses yang lebih baik untuk
memanfaatkan pelayanan sosial dasar
kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi
termasuk menghilangkan kesenjangan
sosial,
ketidakberdayaan
dan
keterasingan sosial yang selama ini
melekat pada diri warga miskin. Secara
faktual tingkat kemiskinan suatu rumah
tangga secara umum terkait dengan
tingkat kesehatan dan pendidikan.
Rendahnya
penghasilan
keluarga
sangat miskin menyebabkan keluarga
tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan kesehatan dan pendidikan,

untuk tingkat minimal sekalipun.
Pemeliharaan kesehatan ibu sedang
mengandung pada keluarga sangat
miskin sering tidak memadai sehingga
menyebabkan
buruknya
kondisi
kesehatan bayi yang dilahirkan atau
bahkan berdampak pada tingginya
kematian bayi, hal ini disebabkan tidak
adanya kehadiran tenaga medis pada
kelahiran, fasilitas kesehatan yang
tidak tersedia pada saat dibutuhkan
tindakan, atau masih banyaknya rumah
tangga miskin yang lebih memilih
tenaga kesehatan tradisional daripada
tenaga medis lainnya. (Pedoman
Umum PKH, 2013:4).

Rendahnya kondisi kesehatan

keluarga sangat miskin berdampak
pada tidak optimalnya proses tumbuh
kembang anak. Gizi yang kurang
berdampak buruk pada produktivitas
dan daya tahan tubuh seseorang
sehingga menyebabkan terperangkap
dalam siklus kesehatan yang buruk.
Bagi anak kondisi kesehatan sangat
penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Akibat dari kesehatan yang
buruk membuat anak sering tidak
masuk sekolah karena sakit dan dapat
menyebabkan anak putus sekolah.
Kondisi kesehatan dan gizi mereka
yang umumnya buruk menyebabkan
mereka tidak dapat berprestasi di
sekolah. Sebagian dari anak-anak
keluarga sangat miskin ada yang sama
sekali tidak mengenyam bangku
sekolah karena harus membantu

mencari nafkah. Meskipun angka
partisipasi sekolah dasar tinggi, namun
masih banyak anak keluarga miskin
yang putus sekolah atau tidak
melanjutkan ke SLTP / sederajat.
Kondisi ini menyebabkan kualitas
generasi penerus keluarga miskin
senantiasa rendah dan akhirnya
terperangkap
dalam
lingkaran
kemiskinan. (Pedoman Umum PKH,
2013:5).
Kebijakan PKH merupakan
salah satu program dalam cluster
pertama. Program ini didasarkan pada
pengalaman
masa
lalu
yang

menunjukkan
bahwa
upaya
penanggulangan kemiskinan tidak
dapat dilakukan secara parsial, ad-hoc,

H a l a m a n |184

dan sesaat, namun memerlukan
pendekatan yang sistematis, strategi
yang komprehensif, terintegrasi, dan
berkelanjutan
melalui
partisipasi
seluruh unsur masyarakat.
Dari sisi cakupan, PKH
merupakan pelengkap dari berbagai
program yang telah berjalan. Misalnya,
jika program PKH ditujukan bagi siswa
miskin, PKH selain memberikan
bantuan kepada rumah tangga sangat
miskin dengan anggota berstatus
murid, PKH memberikan bantuan
kepada rumah tangga sangat miskin
dengan anggota berusia sekolah yang
bukan berstatus murid. Cakupan PKH
bagi anggota rumah tangga sangat
miskin usia sekolah yang bukan
berstatus murid merupakan kunci untuk
meningkatkan
tingkat
partisipasi
sekolah. Dengan demikian diharapkan
Program Keluarga Harapan (PKH)
dapat berkontribusi dalam memenuhi
tujuan pembangunan berkaitan dengan
tingkat
partisipasi
100%
bagi
pendidikan dasar sebelum tahun 2015
(PKH: 2013:8-9).
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Program
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat mencantumkan bahwa
seluruh peserta PKH merupakan
penerima jasa kesehatan gratis yang
disediakan oleh program Jamkesmas
dan program lain yang diperuntukkan
bagi orang tidak mampu. Bagi Peserta
PKH yang tidak mempunyai kartu
Jamkesmas,
untuk
mendapatkan

pelayanan
kesehatan
dengan
menunjukkan kartu PKH asli dan
menyerahkan foto copy kartu PKH
karena peserta PKH secara tidak
langsung
merupakan
peserta
Jamkesmas, sehingga memiliki hak
yang sama dengan peserta Jamkesmas
lain dibidang kesehatan. Kartu PKH
bisa digunakan sebagai alat identitas
untuk
memperoleh
pelayanan
kesehatan bagi warga rumah tangga
sangat miskin (RTSM).
Program Keluarga Harapan di
Wilayah Kecamatan Parigi khususnya
di Desa Ciliang sudah berjalan lima
tahun, namun dalam pelaksanaannya
terjadi beberapa permasalahan yang
muncul dalam program tersebut, hal ini
terjadi karena ada yang tidak beres
dalam proses pelaksanaan Program
Keluarga Harapan.
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan di Desa Ciliang
ternyata
ditemukan
permasalahan
berkaitan dengan pelaksanaan PKH
yang belum dapat meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari indikator sebagai berikut :
1. Petugas kurang
melakukan
pemutakhiran data calon penerima
program PKH hal ini dikarenakan
petugas masih menggunakan data
hasil pendataan BPS dengan data
dasar yang diambil dari data daftar
penerima SLT kategori Sangat
Miskin dan Miskin yang ternyata
data tersebut sudah tidak akurat.
Contohnya:
masih adanya ibu
hamil/ibu nifas yang termasuk

H a l a m a n |185

rumah tangga sangat miskin tidak
menerima program sehingga hal ini
menjadi
permasalahan
di
masyarakat.
2. Petugas kurang rutin mengunjungi
rumah peserta PKH hal ini
disebabkan
jumlah
tenaga
pendamping
kurang
memadai
karena di Kecamatan Parigi hanya
ada 1 (satu) orang pendamping
sehingga
pendamping
tidak
mengetahui keberadaan penerima
program PKH khususnya bidang
kesehatan seluruhnya. Contohnya :
petugas kurang rutin melakukan
kunjungan kepada peserta PKH
sehingga
petugas
kurang
mengetahui jika terjadi perubahan
seperti kehamilan, nipas maupun
usia balita.
3. Petugas masih kurang rutin
melakukan koordinasi dengan
aparat setempat dan pemberi
layanan kesehatan sehingga petugas
tidak dapat mencatat pelaksanaan
protokol kesehatan dasar bagi ibu
hamil/nifas/menyusui dan balita.
Contohnya
Petugas
kurang
melakukan koordinasi dengan
petugas
pemberi
pelayanan
kesehatan sehingga petugas kurang
mengetahui komitmen peserta PKH
dalam memeriksakan kesehatannya
ke unit pelayanan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan

oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran”
Sebelum melakukan penelitian,
harus diketahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada, untuk mencari
proses pemecahan yang lebih terarah.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka rumusan masalah yang akan
diteliti dan dikaji oleh penulis sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah
Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam
Meningkatkan
Taraf
Kesehatan oleh UPPKH Kecamatan
di Desa Ciliang Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran?
2. Bagaimanakah hambatan-hambatan
dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
UPPKH Kecamatan di Desa Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten
Pangandaran ?
3. Bagaimana
upaya-upaya
yang
ditempuh
dalam
mengatasi
hambatan-hambatan
dalam
Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
UPPKH Kecamatan di Desa Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten
Pangandaran ?
B. LANDASAN TEORITIS
Salah satu program sosial yang
dikembangkan oleh pemerintah adalah
Program Keluarga Harapan. Program
Keluarga Harapan adalah program

H a l a m a n |186

yang memberikan bantuan uang tunai
kepada rumah tangga sangat miskin.
Sebagai imbalanya rumah tangga
sangat miskin diwajibkan memenuhi
persyaratan yang terkait dengan upaya
peningkatan kualitas sumber daya
manusia,
yaitu pendidikan dan
kesehatan. Tujuan utama program
keluarga harapan adalah membantu
mengurangi kemiskinan dengan cara
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pada kelompok masyarakat
sangat miskin dengan memberikan
bantuan dana tunai.
Kadariah
(2007:
23)
mengemukakan bahwa program adalah
seperangkat
proyek-proyek
yang
terkordinir. Sehingga proyek adalah
unit terkecil dari suatu kegiatan.
Dengan demikian, proyek adalah
bagian dari program. Dalam program
berbagai kegiatan diatur dari berbagai
sudut, seperti kapan dilaksanakan, dan
bagaimana hubungan atau koordinasi
dari kegiatan-kegiatan atau proyekproyek itu
Program keluarga harapan yang
merupakan
suatu
program
penanggulangan kemiskinan yang
memberikan bantuan tunai kepada
rumah tangga sangat miskin (RTSM).
Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan
memenuhi persyaratan yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM), yaitu
pendidikan
dan
kesehatan.
(http://www.depsos.go.id. diakses pada
tanggal 18 Oktober 2015)

Menurut Undang Undang N0.
17 tahun 2007 menyatakan bahwa
Program Keluarga Harapan adalah
suatu program yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga
Sangat Miskin yang merupakan
program pemerintah yang tertuang
dalam RPJPN (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang) Tahun 2005 s/d 2025.
Selanjutnya masih dalam buku
pedoman PKH (2013:12) menyatakan
bahwa : “Program Keluarga Harapan
adalah program pemberian bantuan
tunai bersyarat kepada rumah tangga
sangat miskin/keluarga sangat miskin
(RTSM/KSM) yang ditetapkan sebagai
peserta PKH”.
Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa program PKH merupakan salah
satu
program
pemerintah
yang
tujuannya
untuk
memberikan
perlindungan sosial kepada masyarakat
sehingga masyarakat dapat terhindar
dari masalah kemiskinan.
Tujuan utama PKH Kesehatan
adalah meningkatkan status kesehatan
ibu dan anak di Indonesia, khususnya
bagi kelompok masyarakat sangat
miskin, melalui pemberian insentif
untuk melakukan kunjungan kesehatan
yang bersifat preventif (pencegahan,
dan bukan pengobatan). Seluruh
peserta PKH merupakan penerima jasa
kesehatan gratis yang disediakan oleh
program Askeskin dan program lain
yang diperuntukkan bagi orang tidak
mampu. Kartu PKH bisa digunakan
sebagai
alat
identitas
untuk
memperoleh pelayanan tersebut.

H a l a m a n |187

Untuk melaksanakan program
PKH
menurut
Pedoman
PKH
(2016:33) ada beberapa tahapan
kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Penetapan sasaran
2. Persiapan daerah
3. Pertemuan
Awal
dan
Validasi
4. Penyaluran Bantuan
5. Pembentukan
Kelompok
Peserta PKH
6. Verifikasi Komitmen
7. Penangguhan
dan
Pembatalan
8. Pemutakhiran Data
9. Pengaduan
Program Keluarga Harapan
terbagi atas dua komponen yaitu PKH
kesehatan dan PKH pendidikan. Pihak
pelaksana pelayanan pendidikan, baik
sekolah/madrasah/penyelenggara Paket
A/Paket B sangat diharapkan peran
aktifnya dalam menarik kembali anakanak RTSM, khususnya yang belum
menyelesaikan
pendidikan
dasar
namun telah meninggalkan bangku
sekolah atau bekerja, untuk kembali ke
sekolah. Komponen kesehatan yaitu di
verifikasi sebagai bukti terdaftar bagi
peserta PKH komponen kesehatan
dilakukan
dengan
melakukan
kunjungan ke puskesmas terdekat atau
jaringannya.
Selanjutnya menurut Pedoman
PKH (2013:19), bahwa kegiatan ini
dilakukan secara rutin sesuai dengan
jadwal masing-masing peserta yaitu:
1. Ibu hamil: sekurang-kurangnya
setiap 3 bulan sekali

2. Ibu Nifas : sekurang-kurangnya
setiap 1 bulan setelah dua bulan
melahirkan
3. Bayi usia 0-11 bulan :
sekurang-kurangnya setiap 1
bulan sekali
4. Anak usia 1-6 tahun : sekurangkurangnya setiap 3 bulan sekali
Selanjutnya menurut Pedoman
PKH (2013:19) dalam ketentuannya
peserta Program Keluarga Harapan
adalah RTSM/KSM yang sesuai
dengan kriteria BPS dan memenuhi
satu atau beberapa kriteria program,
yaitu:
1. Ibu hamil/ ibu nifas/ anak balita
2. Anak usia 5-7 tahun yang
belum masuk pendidikan dasar
(anak prasekolah)
3. Anak SD/ MI (usia 7-12 tahun)
4. Anak SLTP/ MTs (usia 12-15
tahun)
5. Anak usia 15-18 tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan
dasar.
Setiap penerima PKH diberikan
kartu peserta sebagai bukti kepesertaan.
Nama yang tercantum dalam kartu
peserta PKH RTSM adalah nama
perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi
dan anak perempuan dewasa) yang
mengurus RTSM. Seadangkan nama
yang tercantum dalam kartu peserta
PKH KSM adalah perempuan dewasa
(ibu dan anak perempuan dewasa).
Dalam hal kondisi tertentu dapat
digantikan oleh kepala keluarga. Kartu
tersebut digunakan untuk menerima
bantuan social lainnya. Peserta PKH
diikutsertakan pada program bantuan

H a l a m a n |188

social lainnya, antara lain program
Jamkesmas, BSM, Raskin, KUBE dan
BLSM.
Kriteria
peserta
penerima
bantuan PKH adalah masyarakat
dengan tingkat
penghasilan 10%
terendah yang tergolong dalam kluster
1 yaitu Rumah Tangga/Keluarga
Sangat Miskin (RTSM/KSM). Data
yang digunakan dalam penentuan
peserta PKH adalah data miskin yang
ada di Badan Pusat Statistik (BPS)
yang tentu harus memenuhi kriteria
sebagai peserta PKH. Minimal salah
satu atau beberapa kriteria terdapat
dalam RTSM/KSM yang termasuk
dalam data kluster 1.
Keberhasilan
Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan
tidak terlepas dari peran petugas dalam
melaksanakan tugas utamanya yang
antara lain menurut Pedoman umum
PKH (2014:78) sebagai berikut :
1. Melakukan Pemutakhiran
data
2. Memfasilitasi
dan
menyelesaikan
kasus
pengaduan
3. Mengunjungi rumah peserta
PKH
4. Melakukan
koordinasi
dengan aparat setempat dan
pemberi
pelayanan
pendidikan dan kesehatan
5. Melakukan
pertemuan
bulanan
dengan
ketua
kelompok
dan
seluruh
peserta PKH
6. Melakukan temu kunjung
bulanan dengan petugas

kesehatan dan pendidikan di
lokasi pelayanan
7. Memberikan
motivasi
kepada peserta PKH dalam
menjalankan komitmen
8. Melakukan upaya yang
sinergi antara pendamping
PKH
dengan
pemberi
pelayanan kesehatan dan
pendidikan dalam pengisian
formulir verifikasi
9. Melakukan pencatatan dan
pelaporan
C. METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif. Sumber data
dalam penelitian in sebanyak 13 orang.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian
yaitu
studi
pustaka
(literature study), studi lapangan
(observasi, wawancara (interview).
Teknik analisis data kualitatif dalam
penelitia ini yaitu :
1. Reduksi data
2. Penyajian data
3. Menarik kesimpulan/verifikasi
D. PEMBAHASAN DAN HASIL
PENELITIAN
1. Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran
Berdasarkan hasil penelitian
tentang Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan

H a l a m a n |189

Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan di Desa Ciliang Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran belum
terlaksana dengan optimal sesuai
dengan
Pedoman
umum
PKH
(2014:78) hal tersebut dikarenakan
adanya beberapa indikator yang belum
terlaksana dengan baik. Begitupula
berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
belum
dapat
Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
UPPKH Kecamatan di Desa Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten
Pangandaran hal ini dibuktikan dengan
kurangnya pendamping melakukan
perannya dengan baik serta masih
kurangnya kesadaran peserta PKH
dalam melaksanakan komitmennya
sesuai dengan yang ditentukan.
Adapun untuk lebih jelasnya
penulis sajikan pembahasan hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Melakukan Pemutakhiran data
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa proses pemutahiran
data yang dilakukan oleh pendamping
masih belum optimal hal ini dibuktikan
dengan masih adanya kesalahan data
penerima
program.
Permasalahan
tersebut disebabkan oleh kurangnya
peserta PKH dalam melaporkan
perubahan data kepada pendamping.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Dilaksanakan apabila terjadi
perubahan struktur penerima
bantuan
baik
dari
segi

penambahan atau pengurangan
tanggungan maupun perubahan
status (perpindahan sekolah,
perpindahan alamat, kesalahan
identitas). Dilaksanakan dengan
mengisi form yang telah
disediakan dengan menyertakan
bukti yang terkait dengan
perubahan serta pendamping
melaporkan
ke
UPPKH
Kabupaten
untuk
segera
dilakukan entry pemutakhiran
data kepesertaan PKH.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping belum optimal dalam
melakukan
pemutakhiran
data
penerima
program
PKH
yang
disebabkan oleh kurangnya peserta
melaporkan jika terjadi perubahan
maupun kesalahan kepada pendamping
yang ada ditiap desa.
2. Memfasilitasi dan menyelesaikan
kasus pengaduan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam memfasilitasi
dan menyelesaikan kasus pengaduan
yang dilakukan oleh pendamping masih
belum optimal hal ini dibuktikan
dengan masih adanya pengaduan dari
masyarakat belum dapat ditangani
dengan cepat.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Dalam hal ini pengaduan dapat
berasal dari peserta PKH
ataupun pihak luar seperti
masyarakat umum dan LSM.
Pendamping sebagai petugas

H a l a m a n |190

terdepan memiliki tugas untuk
menyelesaikan permasalahan
yang diadukan namun apabila
permasalah
tersebut
memerlukan penanganan oleh
pihak yang lebih tinggi maka
pendamping
berkewajiban
untuk memfasilitasi dengan
mengadukan
permasalahan
menggunakan form pengaduan
(formulir
C-2)
yang
selanjutnya akan ditangani oleh
UPPKH Pusat.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping telah memfasilitasi dan
menyelesaikan kasus pengaduan yang
disampaikan
oleh
masyarakat
walaupun belum dapat diselesaikan
dengan cepat mengingat pendamping
kadang kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diadukan oleh
masyarakat.
3. Mengunjungi rumah peserta PKH
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam mengunjungi
rumah peserta PKH yang dilakukan
oleh pendamping masih belum optimal
hal ini dikarenakan pendamping belum
secara rutin mengunjungi masyarakat
selaku peserta PKH.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Apabila
pada
saat
melaksanakan
pertemuan
bulanan ada peserta PKH yang
tidak
bisa
menghadiri
pertemuan
karena
alasan
tertentu maka pendamping
perlu melakukan kunjungan ke
rumah peserta.

Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping
dalam
melakunkan
kunjungan rumah kepada peserta PKH
belum dilaksanakan secara rutin hal ini
dikarenakan pendamping kesulitan
untuk mengumpulkan masyarakat
mengikuti
kegiatan
pertemuan
mingguan atau bulanan.
4. Melakukan koordinasi dengan
aparat setempat dan pemberi
pelayanan
pendidikan
dan
kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam melakukan
koordinasi dengan aparat setempat dan
pemberi pelayanan kesehatan belum
optimal
hal
ini
dikarenakan
pendamping
kesulitan
untuk
melakukan koordinasi dan kerjasama
dalam melaksanakan program PKH.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Koordinasi
dilaksanakan
dengan aparat setempat dan
pemberi pelayanan kesehatan /
pendidikan
apabila
pendamping
akan
melaksanakan kegiatan seperti
pencairan
bantuan
PKH,
pemberhentian RTSM dari
keanggotaan PKH termasuk
juga
dilaksanakan
ketika
pendamping
melaksanakan
kegiatan verifikasi di fasilitas
kesehatan dan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping
dalam melakukan
koordinasi dengan aparat setempat dan

H a l a m a n |191

pemberi pelayanan kesehatan belum
optimal hal ini disebabkan oleh
kurangnya kerjasama yang terjalin
dengan baik dengan tokoh masyarakat
dan tokoh agama.
5. Melakukan pertemuan bulanan
dengan ketua kelompok dan seluruh
peserta PKH
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam melakukan
pertemuan bulanan dengan ketua
kelompok dan seluruh peserta PKH
belum optimal hal ini dikarenakan
pendamping kesulitan untuk mengajak
peran aktif masyarakat untuk mengikuti
berbagai pertemuan yang dilaksanakan
oleh pendamping.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Kegiatan ini memiliki fungsi
untuk
mendeteksi
permasalahan yang ada di
lapangan
sehingga
bisa
diselesaikan, sebagai tempat
bagi ketua kelompok untuk
menyampaikan
pemikiran
/pendapat tentang perjalan
program. Dalam kegiatan ini
pendamping
berkewajiban
menyampaikan
informasi
perkembangan atau pencapaian
program,
melakukan
pemutakhiran data, menerima
keluhan dan menggali masalah
yang dihadapi oleh peserta
PKH, memberikan motivasi
bagi peserta yang belum
memenuhi komitmen.

Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping
belum optimal dalam
melakukan pertemuan bulanan dengan
ketua kelompok dan seluruh peserta
PKH hal ini dikarenakan kurangnya
keikutsertaan peserta PKH dalam
pertemuan
tersebut
sehingga
permasalahan-permasalahan
belum
dapat dicarikan solusi secara tepat.
6. Melakukan temu kunjung bulanan
dengan petugas kesehatan dan
pendidikan di lokasi pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam melakukan
temu kunjung bulanan dengan petugas
kesehatan dan pendidikan di lokasi
pelayanan belum optimal hal ini
dikarenakan pendamping kesulitan
melakukan koordinasi dengan petugas
kesehatan untuk membantu melakukan
kunjungan kepada peserta PKH.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut : “Apabila
pada saat melaksanakan pertemuan
bulanan ada peserta PKH yang tidak
bisa menghadiri pertemuan karena
alasan tertentu maka pendamping perlu
melakukan kunjungan ke rumah
peserta”.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping
belum optimal dalam
melakukan temu kunjung bulanan
dengan
petugas
kesehatan
dan
pendidikan di lokasi pelayanan hal ini
disebabkan adanya petugas kesehatan

H a l a m a n |192

maupun kader kesehatan yang belum
secara aktif membantu pendamping.
7. Memberikan
motivasi
kepada
peserta PKH dalam menjalankan
komitmen
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam memberikan
motivasi kepada peserta PKH dalam
menjalankan komitmen pendamping
belum optimal hal ini dikarenakan
pendamping kesulitan memperoleh
data dari petugas kesehatan yang ada
didesa
terkait
pemenuhan
komitmennya.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Kegiatan ini dilaksanakan di
unit pelayanan (sekolah /
puskesmas)
secara
rotasi/berdasarkan kemudahan
akses oleh pendamping dan
penyedia pelayanan terkait
(kesehatan/pendidikan)
di
wilayah kecamatan masingmasing.
Bertujuan
untuk
menggali permasalahan yang
ditemukan selama pelaksanaan
program, kegiatan administrasi
verifikasi
sesuai
dengan
harapan atau belum serta
sebagai
penyegaran
untuk
memperbaharui informasi yang
terjadi pada selama berjalannya
program.

optimal dalam menggali permasalahan
yang terjadi di lapangan sehingga
belum
dapat
memberikan
atau
memperbaharui informasi yang terjadi.
8. Melakukan upaya yang sinergi
antara pendamping PKH dengan
pemberi pelayanan kesehatan dan
pendidikan
dalam
pengisian
formulir verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pendamping belum
optimal dalam melakukan upaya yang
sinergi antara pendamping PKH
dengan pemberi pelayanan kesehatan
dan pendidikan dalam pengisian
formulir verifikasi hal ini dikarenakan
pendamping kesulitan
melakukan
kerjasama dan koordinasi dengan
petugas kesehatan.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Pendamping
melakukan
pengecekan
pelaksanaan
kewajiban
RTSM
dalam
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan/pendidikan dengan
menyampaikan dan mengambil
kembali form verifikasi sebagai
bukti komitmen peserta PKH.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping belum optimal dalam
melakukan upaya yang sinergi antara
pendamping PKH dengan pemberi
pelayanan kesehatan dan pendidikan
dalam pengisian formulir verifikasi hal
ini dikarenakan pendamping kesulitan
melakukan kerjasama dan koordinasi
dengan petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping belum optimal dalam
memberikan motivasi kepada peserta
PKH dalam menjalankan komitmennya
hal ini dikarenakan pendamping belum
H a l a m a n |193

9. Melakukan
pencatatan
dan
pelaporan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pendamping belum
optimal dalam melakukan pencatatan
dan
pelaporan
terhadap
setap
pelaksanaan program PKH dengan baik
hal ini dikarenakan adanya berbagai
hambatan yang dihadapi pendamping
karena kurangnya dukungan tenaga
kesehatan dan petugas posyandu dalam
memberikan data kepada pendamping.
Sementara
itu
menurut
Pedoman umum PKH (2014:78)
menyatakan sebagai berikut :
Setiap aspek kegiatan dalam
PKH perlu dicatat, dilaporkan
dan ditindaklanjuti agar proses
pengembangan, pengendalian,
keberlangsungan
program
dapat berjalan sesuai dengan
tujuan dan sasarannya. Bentuk
pencatatan
dan
pelaporan
menggunakan formulir dan
format yang seragam seluruh
daerah untuk masing-masing
fungsi kegiatan.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut diketahui bahwa
pendamping belum optimal dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan
kepada peserta PKH sebagai evaluasi
pelaksanaan PKH hal ini disebabkan
pendamping
kesulitan
dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik
karena kurangnya dukungan dari
berbagai pihak.
2. Hambatan-hambatan
dalam
Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan

oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran
Adanya
hambatan-hambatan
dalam Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan
Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan di Desa Ciliang Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran yang
antara lain sebagai berikut :
1. Dalam proses pemutahiran data
pendamping
kesulitan
karena
peserta PKH kurang aktif dalam
memberikan masukan maupun data
yang diperlukan oleh peserta PKH
sehingga hal tersebut berdampak
pada ketidaksesuaian data penerima
program PKH.
2. Dalam
proses
penyelesaian
pengaduan
belum
dapat
diselesaikan oleh pendamping
secara cepat hal ini disebabkan
karena
pendamping
harus
menunggu keputusan dari UPPKH
tingkat Kabupaten.
3. Keterbatasan
Sumber
daya
Pendamping
sehingga
menyebabkan pendamping tidak
dapat secara rutin mengunjungi
rumah
peserta
PKH
untuk
mengetahui
dan
melakukan
pengecekan terhadap permasalahan
yang dihadapi peserta dalam
menggunakan layanan kesehatan.
4. Kurangnya dukungan dari petugas
kesehatan
maupun
tokoh
masyarakat yang ada di desa
menyebabkan
pendamping
kesulitan
dalam
melakukan

H a l a m a n |194

5.

6.

7.

8.

9.

koordinasi dan kerjasama dalam
menyelesaikan permasalahan.
Kurangnya peserta PKH mengikuti
pertemuan yang dilakukan baik
mingguan atau bulanan untuk
mendiskusikan permasalahan yang
terjadi dalam pelaksanaan program
PKH.
Kurangnya
petugas
kesehatan
mengikuti kegiatan kunjungan
bulanan yang diselenggarakan oleh
pendamping program PKH untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
kewajiban peserta PKH
dalam
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan.
Pendamping
kesulitan
dalam
memberikan
motivasi
kepada
peserta PKH karena kurangnya
dukungan dari berbagai pihak
terkait seperti petugas kesehatan
maupun petugas posyandu.
Pendamping
kesulitan
dalam
mengajak
kerjasama
dengan
petugas kesehatan untuk melakukan
sinergi sehingga menyebabkan
pendamping
kesulitan
dalam
melakukan
verifikasi
dan
pencatatan protokol kesehatan
dasar.
Pendamping
kesulitan
dalam
melakukan
pencatatan
dan
pelaporan
terkait
pelaksanaan
program PKH karena kurangnya
dukungan petugas kesehatan dan
tokoh masyarakat dalam membantu
tugas pendamping melaksanakan
program PKH.

Hasil penelitian
terkait
hambatan-hambatan
dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan
Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan di Desa Ciliang Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran tersebut
sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Sunggono (2007:117) menyatakan
bahwa suatu kebijakan atau program
tidak selalu berjalan lancar karena
adanya beberapa kendala yang dihadapi
seperti :
1. Isi kebijakan,
2. Informasi.
3. Dukungan
4. Pembagian potensi
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut menunjukkan bahwa
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan lebih
disebabkan
karena
kurangnya
pemahaman pendamping terhadap isi
kebijakan atau program yang akan
dilaksanakan, kurangnya informasi
yang diterima baik oleh pendamping
maupun peserta PKH serta kurangnya
dukungan dari berbagai fihak terkait
pelaksanaan program PKH seperti
petugas kesehatan, pemerintahan desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama
maupun peserta PKH itu sendiri selain
itu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah pembagian potensi diantara
pendamping yang kurang memadai
sehingga sulit untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.

H a l a m a n |195

3. Upaya-upaya yang ditempuh
dalam mengatasi hambatanhambatan dalam Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan
(PKH)
dalam
MeningkatkanTaraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran
Adanya upaya-upaya dalam
mengatasi hambatan-hambatan dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan
Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan di Desa Ciliang Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran yang
antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan berbagai pertemuan
dengan masyarakat untuk dapat
berdiskusi
menyelesaikan
permasalahan yang terjadi terkait
pelaksanaan
PKH
sehingga
pendamping dapat melakukan
pemutahiran data sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Melakukan
pendekatan
dan
pengawalan setiap pengaduan yang
disampaikan
kepada
UPPKH
Kabupaten
sehingga
dapat
mempercepat proses penyelesaian
pengaduan dari UPPKH tingkat
Kabupaten.
3. Pendamping
secara
rutin
mengunjungi rumah peserta PKH
untuk mengetahui dan melakukan
pengecekan terhadap permasalahan
yang dihadapi peserta dalam
menggunakan layanan kesehatan.

4. Meningkatkan kerjasama dengan
petugas kesehatan maupun tokoh
masyarakat yang ada di desa
sehingga
pendamping
dapat
mengatasi permasalahan yang
terjadi di lapangan.
5. Mengadakan berbagai kegiatan
pertemuan yang dilakukan baik
mingguan atau bulanan untuk
mendiskusikan permasalahan yang
terjadi dalam pelaksanaan program
PKH.
6. Meningkatnya kerjasama yang baik
dengan petugas kesehatan untuk
dapat
membantu
masyarakat
sebagai peserta PKH mengikuti
kegiatan kunjungan bulanan yang
diselenggarakan oleh pendamping
program PKH untuk mengevaluasi
pelaksanaan kewajiban peserta
PKH
dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
7. Meningkatkan
dukungan
dari
semua pihak yang terkait supaya
Pendamping dapat memberikan
motivasi kepada peserta PKH.
8. Pendamping
meningkatkan
kerjasama
dengan
petugas
kesehatan untuk melakukan sinergi
sehingga
pendamping
dapat
melakukan
verifikasi
dan
pencatatan protokol kesehatan
dasar.
9. Pendamping melakukan pencatatan
dan pelaporan terkait pelaksanaan
program PKH dengan meminta
dukungan petugas kesehatan dan
tokoh masyarakat dalam membantu

H a l a m a n |196

tugas pendamping melaksanakan
program PKH.
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui adanya beberapa
upaya
yang
dilakukan
dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan
Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan di Desa Ciliang Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran hal
tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan
oleh
Sunggono
(2007:117) menyatakan bahwa suatu
kebijakan atau program tidak selalu
berjalan lancar karena adanya beberapa
kendala yang dihadapi seperti :
1. Peraturan hukum ataupun
program dari suatu kebijakan
itu sendiri,
2. Mentalitas
petugas
yang
menerapkan suatu program
atau kebijakan.
3. Fasilitas, yang diharapkan
untuk mendukung pelaksanaan
suatu program atau kebijakan.
4. Warga masyarakat sebagai
obyek
dalam
hal
ini
diperlukan adanya kesadaran
dalam
mendukung
suatu
kebijakan.
Berdasarkan hasil penelitian
dan teori tersebut menunjukkan bahwa
upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengatasi
hambatan-hambatan
pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan (PKH) dalam Meningkatkan
Taraf
Kesehatan
oleh
UPPKH
Kecamatan
dilakukan
dengan
meningkatkan pemahaman pendamping

dalam melaksanakan program, sikap
mental petugas dalam melaksanakan
suatu program serta fasilitas pendukung
terlaksananya
program
seperti
ketersediaan petugas yang memadai
dan yang tidak kalah pentingnya adalah
kesadaran masyarakat sebagai objek
yang menerima program perlu adanya
suatu dukungan terhadap pelaksanaan
program
atau
kebijakan
yang
dilaksanakan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
UPPKH Kecamatan di Desa Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten
Pangandaran, dapat penulis simpulkan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran belum
terlaksana dengan optimal sesuai
dengan Pedoman umum PKH
(2014:78) hal tersebut dikarenakan
adanya beberapa indikator yang
belum terlaksana dengan baik.
Begitupula
berdasarkan
hasil
observasi
diketahui
bahwa
Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) belum dapat
Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa

H a l a m a n |197

Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran hal ini
dibuktikan
dengan
kurangnya
pendamping melakukan perannya
dengan baik serta masih kurangnya
kesadaran peserta PKH dalam
melaksanakan komitmennya sesuai
dengan yang ditentukan.
2. Adanya hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
(PKH)
dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten
Pangandaran
yang
antara lain sebagai berikut :
1) Dalam proses pemutahiran data
pendamping kesulitan karena
peserta PKH kurang aktif dalam
memberikan masukan maupun
data yang diperlukan oleh
peserta PKH sehingga hal
tersebut
berdampak
pada
ketidaksesuaian data penerima
program PKH.
2) Dalam proses penyelesaian
pengaduan
belum
dapat
diselesaikan oleh pendamping
secara cepat hal ini disebabkan
karena
pendamping
harus
menunggu
keputusan
dari
UPPKH tingkat Kabupaten.
3) Keterbatasan Sumber daya
Pendamping
sehingga
menyebabkan
pendamping
tidak dapat secara rutin
mengunjungi rumah peserta
PKH untuk mengetahui dan
melakukan
pengecekan

4)

5)

6)

7)

8)

terhadap permasalahan yang
dihadapi
peserta
dalam
menggunakan
layanan
kesehatan.
Kurangnya
dukungan
dari
petugas kesehatan maupun
tokoh masyarakat yang ada di
desa menyebabkan pendamping
kesulitan dalam melakukan
koordinasi dan kerjasama dalam
menyelesaikan permasalahan.
Kurangnya
peserta
PKH
mengikuti pertemuan yang
dilakukan baik mingguan atau
bulanan untuk mendiskusikan
permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan program
PKH.
Kurangnya petugas kesehatan
mengikuti kegiatan kunjungan
bulanan yang diselenggarakan
oleh pendamping program PKH
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan kewajiban peserta
PKH
dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
Pendamping kesulitan dalam
memberikan motivasi kepada
peserta PKH karena kurangnya
dukungan dari berbagai pihak
terkait
seperti
petugas
kesehatan maupun petugas
posyandu.
Pendamping kesulitan dalam
mengajak kerjasama dengan
petugas
kesehatan
untuk
melakukan sinergi sehingga
menyebabkan
pendamping
kesulitan dalam melakukan

H a l a m a n |198

verifikasi
dan
pencatatan
protokol kesehatan dasar.
9) Pendamping kesulitan dalam
melakukan pencatatan dan
pelaporan terkait pelaksanaan
program
PKH
karena
kurangnya dukungan petugas
kesehatan
dan
tokoh
masyarakat dalam membantu
tugas
pendamping
melaksanakan program PKH.
3. Adanya
upaya-upaya
yang
ditempuh
dalam
mengatasai
hambatan-hambatan yang timbul
dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan
oleh UPPKH Kecamatan di Desa
Ciliang
Kecamatan
Parigi
Kabupaten Pangandaran, yang
antara lain sebagai berikut :
1) Meningkatkan
berbagai
pertemuan dengan masyarakat
untuk
dapat
berdiskusi
menyelesaikan
permasalahan
yang terjadi terkait pelaksanaan
PKH sehingga pendamping
dapat melakukan pemutahiran
data sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
2) Melakukan pendekatan dan
pengawalan setiap pengaduan
yang
disampaikan
kepada
UPPKH Kabupaten sehingga
dapat mempercepat proses
penyelesaian pengaduan dari
UPPKH tingkat Kabupaten.
3) Pendamping
secara
rutin
mengunjungi rumah peserta

4)

5)

6)

7)

8)

PKH untuk mengetahui dan
melakukan
pengecekan
terhadap permasalahan yang
dihadapi
peserta
dalam
menggunakan
layanan
kesehatan.
Meningkatkan
kerjasama
dengan
petugas
kesehatan
maupun tokoh masyarakat yang
ada
di
desa
sehingga
pendamping dapat mengatasi
permasalahan yang terjadi di
lapangan.
Mengadakan berbagai kegiatan
pertemuan yang dilakukan baik
mingguan atau bulanan untuk
mendiskusikan permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan
program PKH.
Meningkatnya kerjasama yang
baik dengan petugas kesehatan
untuk
dapat
membantu
masyarakat sebagai peserta
PKH
mengikuti
kegiatan
kunjungan
bulanan
yang
diselenggarakan
oleh
pendamping program PKH
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan kewajiban peserta
PKH
dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
Meningkatkan dukungan dari
semua pihak yang terkait
supaya
Pendamping dapat
memberikan motivasi kepada
peserta PKH.
Pendamping
meningkatkan
kerjasama dengan petugas
kesehatan untuk melakukan

H a l a m a n |199

sinergi sehingga pendamping
dapat melakukan verifikasi dan
pencatatan protokol kesehatan
dasar.
9) Pendamping
melakukan
pencatatan
dan
pelaporan
terkait pelaksanaan program
PKH
dengan
meminta
dukungan petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat dalam
membantu tugas pendamping
melaksanakan program PKH.
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
maka penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam
Pelaksanaan
Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam
Meningkatkan Taraf Kesehatan
sebaiknya pendamping melakukan
kerjasama
dengan
petugas
kesehatan
sehingga
dapat
membantu kelancaran program
keluarga harapan
2. Sebaiknya
pendamping
bekerjasama
dengan
tokoh
masyarakat dan tokoh agama dalam
memabntu mempermudah proses
pendataan atau verifikasi kepada
masyarakat calon peserta PKH.
3. Sebaiknya
pemerintah
desa
mendukung pendamping PKH
dalam melaksanakan tugasnya
mengingat pendamping belum
memahami kondisi sosial ekonomi
masyarakat dengan baik sehingga
belum
sepenuhnya
mampu

menyelesaikan permasalahan yang
terjadi
di
lapangan
terkait
penetapan program PKH.
F. DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Kementrian Sosial R.I. 2013. Pedoman
Umum
PKH
(Program
Keluarga
Harapan).
Direktorat
Jenderal
Perlindungan dan Jaminan
Sosial.
Kadariah, 2007. Pengantar Evaluasi
Proyek. LP Fakultas Ekonomi,
UI
Sunggono, Bambang. 2004. Hukum
dan Kebijakan Publik. Jakarta:
PT. Sinar. Grafika
Sumber Perundang-Undangan :
Undang-undang No. 17 Tahun 2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 – 2025

H a l a m a n |200