T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen T1 BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian
Pada bab ini menjelaskan hubungan antara variabel bebas yaitu
fasilitas belajar dan interaksi sosial terhadap variabel terikatnya yaitu
kemandirian belajar. Penelitian dilakukan di SMA Virgo Fidelis yang
berlokasi di Bawen. Berawal dengan nama SPG Virgo Fidelis yang telah
terpancang sejak tahun 1961 pada papan nama di Jalan Sugijopranata 205 A
Ambarawa. Namun karena suatu hal dalam SK turun dengan nama SPG
Mendut. Pada kesempatan menempati gedung baru di Bawen SPG
menggunakan nama aslinya SPG Virgo Fidelis. 4 Juni 1991 SPG Virgo
Fidelis beralihfungsi menjadi SMA VIRGO FIDELIS dengan Kepala Sekolah
Sr. M. Yohannette OSF dan sekarang Kepala Sekolah yang sedang aktif
sampai saat ini adalah Sr. Marianne OSF Saat ini status SMA VIRGO
FIDELIS BAWEN adalah Terakreditasi A.
Fasilitas yang ada cukup lengkap di SMA ini seperti asrama siswa
putra dan putri, laboratorium(Fisika, Kimia, Biologi, Multimedia, Komputer,
Musik), LCD di setiap kelas, Free Hotspot area, perpustakaan, lapangan
olahraga, dan kantin. Visi SMA Virgo Fidelis adalah mengantarkan siswa
berkembang menjadi generasi muda yang cerdas, percaya diri, berwawasan
luas dan menjunjung tinggi nilai-nilai humaniora dan dengan Misi mengelola
proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa
untuk berkembang, mngembangkan komunikasi dan kerjasama dengan siapa
pun yang berkehendak baik dan melatih kepekaan siswa. Ekstrakulikuler
yang aktif ada beberapa kegiatan seperti Seni(Seni, Paduan suara, Band, dan
Karawitan, Kulintang, dan Angklung), Olahraga(Basket, Futsal, Karate),
Pramuka, Paskibra, dan Bahasa Jepang dan juga Organisasi OSIS.
35
4.2 Uji Prasyarat
4.2.1 Uji Normalitas
Dalam pengujian ini sampel yang akan dipakai untuk analisis haruslah
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi α= 5%
(0,05) Uji normalitas dalam penelitian ini dengan teknik one-sample kolmogrovsmirnov dengan menggunakan IBM SPSS statistic versi 16.0.
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Data
Hubungan Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian
Belajar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
interaksi
N
kemandirian
fasilitas
81
81
81
Mean
3,64
3,38
3,35
Std. Deviation
,418
,563
,549
Absolute
.090
.092
.088
Positive
.060
.070
.088
Negative
-.090
-.092
-.077
Kolmogorov-Smirnov Z
.807
.831
.791
Asymp. Sig. (2-tailed)
.533
.495
.559
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
Dapat diketahui bahawa nilai signifikansi untuk variabel Kemandirian
Belajar sebesar 0,495 variabel Interaksi Sosial 0,533, dan variabel Fasilitas
Belajar memiliki nilai signifikansi sebesar 0,559, jadi dalam penelitian ini variabel
Kemandirian Belajar, Interaksi Sosial dan Fasilitas Belajar berdistribusi normal
karena memiliki nilai signifikansi lebih dari > 0,05. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel Uji Normalitas diatas.
4.2.2 Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis
tersebut menggunakan oneway ANOVA (analysis of variances) dan uji signifikan
36
linearitas ini dilakukan dengan uji F-test garis hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat tidak linear.
Tabel 4.2
Hasil Uji Linieritas Data
Hubungan Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar
ANOVA Table
Sum of
Squares
kemandiriann * Between (Combined)
fasilitas
df
Mean Square
804.451
17
583.437
1
221.014
16
13.813
Within Groups
1136.684
63
18.043
Total
1941.136
80
Groups
Linearity
Deviation from
Linearity
47.321
F
Sig.
2.623
.003
583.437 32.337
.000
.766
.717
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
Hasil uji linieritas menunjukan bahwa nilai signifikansi pada variabel
Fasilitas sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti data Fasilitas Belajar dan
Kemandirian Belajar dalam penelitian ini terdapat hubungan Linier secara
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat di tabel uji linieritas diatas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Linieritas Data
Hubungan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar
ANOVA Table
Sum of Squares
kemandirian Between (Combined)
* interaksi
df
Mean Square
522.002
18
238.397
1
283.605
17
16.683
Within Groups
1217.579
62
19.638
Total
1739.580
80
Groups
Linearity
Deviation from
Linearity
29.000
Sig.
1.477
.130
238.397 12.139
.001
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
37
F
.849
.632
Hasil uji linieritas menunjukan bahwa nilai signifikansi pada variabel
Interaksi sosial sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti data Interaksi
sosial dan Kemandirian Belajar dalam penelitian ini terdapat hubungan Linier
secara signifikan. Hal tersebut dapat dilihat di tabel uji linieritas diatas.
4.3Analisis Pendahuluan
4.3.1 Analisis Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada Hubungan Fasilitas
belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar siswa kelas X Pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam penelitian ini dibutuhkan tiga
macam data, yaitu:
1. Data Fasilitas Belajar sebagai variabel bebas (X1)
2. Data Interaksi Sosial sebagai variabel bebas (X2)
3. Data Kemandirian Belajar sebagai variabel terikat (Y)
Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dengan memberi gambaran
data tentang jumlah data, range, minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi
serta variance. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang
telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan bantuan komputer
program SPSS 16.0
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation Variance
Fasilitas Belajar
81
20
17
37
26.78
4.393
19.300
Interaksi Sosial
81
19
29
48
39.96
4.660
21.711
Kemandirian Belajar
81
20
17
37
26.83
4.663
21.745
Valid N (listwise)
81
Sumber : SPSS 16.0 (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 variabel Fasilitas Belajar menunjukkan bahwa
jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata – rata (mean) 26,78 dengan
38
nilai maksimum 37 dan nilai minimum 17 serta standar deviasinya sebesar 4,393
sedangkan variancenya sebesar 19.300. Variabel Interaksi Sosial menunjukkan
bahwa jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata – rata (mean) 39,96
dengan nilai maksimum 48 dan nilai minimum 29 serta standar deviasinya
sebesar 4,660 sedangkan variancenya sebesar 21,711. Variabel Kemandirian
Belajar menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata
– rata (mean) 26,83 dengan nilai maksimum 37 dan nilai minimum 17 serta
standar deviasinya sebesar 4,663 sedangkan variancenya sebesar 21,745. Untuk
memperjelas data – data penelitian di buat tabel distribusi frekuensi pada masing
– masing variabel sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Fasilitas Belajar Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
Skor Pengawasan
Kerja
1
2
3
17-21
4
5
32-36
22-26
27-31
37-41
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
Sedang
10
12.3
12.3
26
32.1
44.4
33
40.7
85.2
Agak Tinggi
Tinggi
11
13.6
98.8
1
1.2
100.0
81
100
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi variabel Fasilitas
Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 10 responden berada pada
kategori rendah (12,3%). Terdapat 26 responden berada pada kategori agak
rendah (32,1%). Terdapat 33 responden berada pada kategori sedang (40,7%).
Terdapat 11 responden berada pada kategori agak tinggi (13,6%), dan terdapat 1
responden berada pada kategori tinggi (1,2%). Demikian maka Fasilitas Belajar
Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
berada dalam kategori Sedang.
39
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Sosial Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
1
2
Skor Pengawasan
Kerja
29-32
33-36
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
5
6.2
6.2
14
17.3
23.5
23
28.4
51.9
41-44
Sedang
Agak Tinggi
24
29.6
81.5
45-48
Tinggi
15
18.5
100.0
81
100
3
4
37-40
5
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi variabel Interaksi
Sosial Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 5 responden berada pada kategori
rendah (6,2%). Terdapat 14 responden berada pada kategori agak rendah (17,3%).
Terdapat 23
responden berada pada kategori sedang (28,4%). Terdapat 24
responden berada pada kategori agak tinggi (29,6%), dan terdapat 15 responden
berada pada kategori tinggi (18,5%). Demikian maka Interaksi Sosial Siswa Kelas
X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen berada dalam
kategori Agak Tinggi.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Kemandirian Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
Skor Pengawasan
Kerja
1
2
3
17-21
4
5
32-36
22-26
27-31
37-41
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
Sedang
12
14.8
14.8
25
30.9
45.7
28
34.6
80.2
Agak Tinggi
Tinggi
15
18.5
98.8
1
1.2
100.0
81
100
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
distribusi frekuensi variabel
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo
Fidelis Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 12 responden berada pada
40
kategori
rendah (14,8%). Terdapat 25 responden berada pada kategori agak
rendah (30,9%). Terdapat 28 responden berada pada kategori sedang (34,6%).
Terdapat 15 responden berada pada kategori agak tinggi (18,5%), dan terdapat 1
responden berada pada kategori tinggi (1,2%). Demikian maka Kemandirian
Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen berada dalam kategori Sedang.
4.4 Analisis Lanjutan
4.4.1 Korelasi Product Moment antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian
Belajar
Tabel 4.8 Korelasi Produk Moment Fasilitas Belajar
dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
Correlations
fasilitas
fasilitas
Pearson Correlation
kemandiriann
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
kemandiriann
.548**
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
81
81
.548**
1
.000
N
81
81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber :Data diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. sesuai dengan hipotesis yang
ditetapkan dan peneliti belum mengetahui arah penelitian, maka
signifikansi yang digunakan adalah two-tailed atau uji dua sisi. Koefisien
korelasi antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar sebesar 0,548
pada taraf signifikansi ɑ 5%. Signifikansi dua sisi menunjukan angka
sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa adanya signifikansi antara
Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar, karena ɑ < 0,05 (0,000 <
0,05). Koefisien korelasi tersebut positif (+) artinya ada hubungan positif
41
dan signifikan antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel
Fasilitas Belajar dengan Kemandirian mempunyai hubungan karena
berada pada signifikansi dibawah tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat
hubungan sebesar 0,548.
4.4.2 Korelasi Product Moment antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian
Belajar.
Tabel 4.9 Korelasi Produk Moment Interaksi Sosial
dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
Correlations
kemandiriann
kemandiriann
Pearson Correlation
interaksi
1
Sig. (2-tailed)
N
interaksi
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.667**
.000
81
81
.667**
1
.000
81
81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. sesuai dengan hipotesis yang
ditetapkan dan peneliti belum mengetahui arah penelitian, maka
signifikansi yang digunakan adalah two-tailed atau uji dua sisi. Koefisien
korelasi antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar sebesar 0,667
pada taraf signifikansi ɑ 5%. signifikansi dua sisi menunjukan angka
sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa adanya signifikansi antara
Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar, karena ɑ < 0,05 (0,000 <
0,05). Koefesien korelasi tersebut (+) artinya ada hubungan positif dan
signifikan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar sehingga H0
42
ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Interaksi
sosial dengan Kemandirian mempunyai hubungan karena berada pada
signifikansi dibawah tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat hubungan
sebesar 0,667.
1.4.3 Uji Korelasi Berganda antara Fasilitas Belajar dan Interaksi
Sosial dengan Kemandirian Belajar.
Tabel 4.10 Korelasi Berganda Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi
di SMA Virgo Fidelis Bawen
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square
Model
1
R
.680a
R Square
.463
Square
F
Sig. F
the Estimate Change Change df1 df2
.449
3.65592
.463 33.616
2
78
Change
.000
a. Predictors: (Constant), interaksi, fasilitas
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. Fasilitas Belajar dan Interaksi
Sosial dengan Kemandirian menghasilkan koefisien korelasi berganda
sebesar r(hitung) = 0,680 dan mendekati 1 sehingga menandakan bahwa
ada hubungan antara Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan
Kemandirian Belajar. Variabel fasilitas belajar dan interaksi sosial
memiliki kontribusi yang dilihat dari R square, yaitu sebesar 0,463 atau
46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel lain. Berdasarkan tabel
model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F change) = 0,000.
Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada hubungan
secara simultan dan signifikan.
43
4.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0)
yang diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis
alternative (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan,
maka hasil pengujian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Hubungan antara fasilitas belajar dengan Kemandirian belajar
Analisis data korelasi antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian
Belajar diperoleh koefisien korelasi sebesar ry1 = 0,548 maka H1 diterima,
dan angka probabilitas dari hasil analisis data diperoleh sebesar ɑ = 0,000 <
0,05 maka H0 ditolak (signifikan). Jadi hal tersebut dapat diartiakan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara Fasilitas Belajar dengan
Kemandirian Belajar. Memperhatikan hasil korelasi yang positif dan
signifikan ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi Fasilitas Belajar
semakin tinggi pula Kemandirian Belajar. Begitu pula sebaliknya semakin
rendah Fasilitas Belajar maka Kemandirian Belajar akan rendah pula.
2. Hubungan antara Interaksi sosial dengan Kemandirian belajar
Analisis data korelasi antara Interaksi sosial dengan Kemandirian
Belajar diperoleh koefesien korelasi sebesar ry2 = 0,667 maka H1 diterima,
dan angka probabilitas dari hasil analisis data diperoleh sebesar ɑ = 0,000 <
0,05 maka H0 ditolak (signifikan). Jadi hal tersebut dapat diartiakan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara Interaksi sosial dengan
Kemandirian Belajar. Memperhatikan hasil korelasi yang positif dan
signifikan ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi Interaksi sosial semakin
tinggi pula Kemandirian Belajar. Begitu pula sebaliknya semakin rendah
Interaksi sosial maka Kemandirian Belajar akan rendah pula.
3. Hubungan antara Fasilitas Belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian
belajar
Perhitungan korelasi berganda Fasilitas belajar dan Interaksi sosial
dengan Kemandirian Belajar menghasilkan koefisien korelasi sebesar r
(hitung) = 0,680 yang menandakan bahwa ada hubungan antara Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar. Variabel fasilitas
44
belajar dan interaksi sosial memiliki kontribusi yang dilihat dari R square,
yaitu sebesar 0,463 atau 46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel
lain. Berdasarkan tabel model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F
change) = 0,000. Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel
Fasilitas belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada
hubungan secara simultan dan signifikan.
4.6 Pembahasan Hasil Analisis
Pembahasan penelitian ini digunkan untuk data dan informasi hasil
temuan yang diinteprestasikan dengan menggunakan landasan teori pada Bab
II. Hasil analisis yang telah dilakukan mengenai hubungan antara Fasilitas
Belajar dan Interaksi Soial dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada
Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen, menunjukan bahwa
Fasilitas Belajar mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
Virgo Fidelis Bawen. Dapat diketahui dari hasil perhitungan koefisien
korelasi antara variabel (X1) Fasilitas Belajar dengan (Y) Kemandirian
Belajar yang menunjukan koefisien korelasinya sebesar positif 0,548. Atau
sebesar 54,8%. Sedangkan untuk tingkat signifikansi dikatakan signifikan
karena dari tabel nampak bahwa sig (2-tailed) sebesar ɑ = 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa Fasilitas Belajar
mempunyai korelasi terhadap Kemandirian belajar Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen, hal ini juga didukung oleh
teori Fasilitas Belajar Menurut Bafadal (2004: 8) “Perlengkapan pendidikan
di sekolah dapat dikelompokan menjadi (1) sarana pendidikan dan (2)
prasarana
pendidikan. Sarana
pendidikan adalah semua
perangkat
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah
semua perangkat perlengakapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah”.
45
Di SMA Virgo ini kelengkapan fasilias belajar sudah cukup memadai
bagi siswanya sehingga bisa dimanfaatkan siswa untuk belajar dengan
maksimal dan menunjang keperluan pembelajaran setiap harinya, baik
fasilitas sekolah maupun fasilitas yang ada dirumah, jika digunakan secara
terus menerus dan rutin makan akan berdampak pada kemandirian belajar
siswa karna kebutuhan fasilitasnya terpenuhi dengan baik.
Semakin baik Fasilitas Belajar maka semakin tinggi Kemandirian
Belajar Siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu
Widi Astuti (2017) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa Fasilitas
belajar mempunyai kontribusi hubungan yang signifikan dengan kemandirian
belajar siswa sebesar 47,5%. Sedangkan dalam penelitian ini fasilitas belajar
dengan kemandirian belajar mempunyai kontribusi sebesar 54,8% dan
signifikan.
Hasil perhitungan diketahui Interaksi Sosial (X2) memiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan variabel (Y) Kemandirian belajar Siswa
Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen. Hasil
yang diperoleh bahwa variabel Interaksi Sosial (X2) memiliki koefesien
korelasi
0,667 (positif) atau sebesar 66,7% dengan signifikansi 0,000
terhadap variabel Kemandirian belajar, sehingga semakin tinggi Interaksi
Sosial maka Kemandirian Belajar akan semakin tinggi pula. hal ini juga
didukung oleh teori Interaksi Sosial Menurut Kimball Young dan Raymond
dalam (Pradiptasari: 2016:13) “Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Interaksi sosial tidak akan dapat terjadi jika seseorang
tidak berhubungan secara langsung dengan sesuatu yang tidak berpengaruh
dengan dirinya.”
Maka dengan adanya interaksi yang baik, khususnya antara teman
sebaya sesama siswa serta dengan guru, muncullah adanya dorongan
kemandirian yang akan terlihat dan semakin meningkat dalam diri siswa. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunantoso (2016) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa interaksi sosial mempunyai hubungan
46
yang positif dan signifikan dengan kemandirian belajar siswa sebesar 77,6%.
Sedangkan dalam penelitian ini interaksi sosial dengan kemandirian beljar
memiliki hubungan sebesar 66,7% dan signifikan.
Perhitungan korelasi berganda Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial
dengan Kemandirian menghasilkan koefisien korelasi sebesar r(hitung) =
0,680 yang menandakan bahwa hubungan antara Fasilitas Belajar dan
Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar kuat. Variabel fasilitas belajar
dan interaksi sosial memiliki kontribusi yang dilihat dari R square, yaitu
sebesar 0,463 atau 46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel lain.
Berdasarkan tabel model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F change)
= 0,000. Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah
H0 ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada hubungan yang
simultan dan signifikan.
Hal ini didukung oleh teori dari Tirtaraharja dan La Sulo (2010: 50)
“Kemandirian
Belajar
diartikan
sebagai
aktivitas
belajar
yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar.” Niat merupakan kunci
utama yang harus dimiliki oleh siswa karena dengan adanya niat siswa akan
bisa menyelesaikan segala sesuatu yang diinginkan seperti adanya dorongan
dalam diri sendiri untuk belajar secara mandiri tanpa bantuan orang lain
dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang ada untuk memperoleh hasil yang
maksimal, selain belajar secara mandiri siswa juga harus mampu bekerja
dalam kelompok serta menjalin hubungan komunikasi yang baik antar
anggota kelompok sehingga memiliki rasa untuk ingin berinteraksi dalam hal
yang positif. Hal itu akan melatih siswa dalam pembentukkan karakter.
Dorongan siswa untuk belajar mandiri serta berinteraksi dalam
kelompok pasti akan membutuhkan media atau fasilitas untuk menunjang
keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan pembelajaran. Maka sangat
diperlukan adanya fasilitas yang menunjang pada hakikatnya seperti fasilitas
yang ada dirumah misalnya akses internet, meja belajar, lampu penerangkan
47
yang baik serta kelengkapan alat tulis yang dimiliki. Sedangkan fasilitas
sekolah seperti perpustakaan yang bukunya bisa dipinjam kapanpun saat
dibutuhkan oleh siswa, komputer sekolah yang dimanfaatkan untuk
mengerjakan tugas, serta fasilitas lainnya yang dapat mendukung kemandirian
siswa untuk semangat dalam belajar. Sehingga semakin baik Fasilitas Belajar
dan Interaksi Sosial maka semakin tinggi pula Kemandirian Belajar Siswa.
48
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian
Pada bab ini menjelaskan hubungan antara variabel bebas yaitu
fasilitas belajar dan interaksi sosial terhadap variabel terikatnya yaitu
kemandirian belajar. Penelitian dilakukan di SMA Virgo Fidelis yang
berlokasi di Bawen. Berawal dengan nama SPG Virgo Fidelis yang telah
terpancang sejak tahun 1961 pada papan nama di Jalan Sugijopranata 205 A
Ambarawa. Namun karena suatu hal dalam SK turun dengan nama SPG
Mendut. Pada kesempatan menempati gedung baru di Bawen SPG
menggunakan nama aslinya SPG Virgo Fidelis. 4 Juni 1991 SPG Virgo
Fidelis beralihfungsi menjadi SMA VIRGO FIDELIS dengan Kepala Sekolah
Sr. M. Yohannette OSF dan sekarang Kepala Sekolah yang sedang aktif
sampai saat ini adalah Sr. Marianne OSF Saat ini status SMA VIRGO
FIDELIS BAWEN adalah Terakreditasi A.
Fasilitas yang ada cukup lengkap di SMA ini seperti asrama siswa
putra dan putri, laboratorium(Fisika, Kimia, Biologi, Multimedia, Komputer,
Musik), LCD di setiap kelas, Free Hotspot area, perpustakaan, lapangan
olahraga, dan kantin. Visi SMA Virgo Fidelis adalah mengantarkan siswa
berkembang menjadi generasi muda yang cerdas, percaya diri, berwawasan
luas dan menjunjung tinggi nilai-nilai humaniora dan dengan Misi mengelola
proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa
untuk berkembang, mngembangkan komunikasi dan kerjasama dengan siapa
pun yang berkehendak baik dan melatih kepekaan siswa. Ekstrakulikuler
yang aktif ada beberapa kegiatan seperti Seni(Seni, Paduan suara, Band, dan
Karawitan, Kulintang, dan Angklung), Olahraga(Basket, Futsal, Karate),
Pramuka, Paskibra, dan Bahasa Jepang dan juga Organisasi OSIS.
35
4.2 Uji Prasyarat
4.2.1 Uji Normalitas
Dalam pengujian ini sampel yang akan dipakai untuk analisis haruslah
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi α= 5%
(0,05) Uji normalitas dalam penelitian ini dengan teknik one-sample kolmogrovsmirnov dengan menggunakan IBM SPSS statistic versi 16.0.
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Data
Hubungan Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian
Belajar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
interaksi
N
kemandirian
fasilitas
81
81
81
Mean
3,64
3,38
3,35
Std. Deviation
,418
,563
,549
Absolute
.090
.092
.088
Positive
.060
.070
.088
Negative
-.090
-.092
-.077
Kolmogorov-Smirnov Z
.807
.831
.791
Asymp. Sig. (2-tailed)
.533
.495
.559
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
Dapat diketahui bahawa nilai signifikansi untuk variabel Kemandirian
Belajar sebesar 0,495 variabel Interaksi Sosial 0,533, dan variabel Fasilitas
Belajar memiliki nilai signifikansi sebesar 0,559, jadi dalam penelitian ini variabel
Kemandirian Belajar, Interaksi Sosial dan Fasilitas Belajar berdistribusi normal
karena memiliki nilai signifikansi lebih dari > 0,05. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel Uji Normalitas diatas.
4.2.2 Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis
tersebut menggunakan oneway ANOVA (analysis of variances) dan uji signifikan
36
linearitas ini dilakukan dengan uji F-test garis hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat tidak linear.
Tabel 4.2
Hasil Uji Linieritas Data
Hubungan Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar
ANOVA Table
Sum of
Squares
kemandiriann * Between (Combined)
fasilitas
df
Mean Square
804.451
17
583.437
1
221.014
16
13.813
Within Groups
1136.684
63
18.043
Total
1941.136
80
Groups
Linearity
Deviation from
Linearity
47.321
F
Sig.
2.623
.003
583.437 32.337
.000
.766
.717
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
Hasil uji linieritas menunjukan bahwa nilai signifikansi pada variabel
Fasilitas sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti data Fasilitas Belajar dan
Kemandirian Belajar dalam penelitian ini terdapat hubungan Linier secara
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat di tabel uji linieritas diatas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Linieritas Data
Hubungan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar
ANOVA Table
Sum of Squares
kemandirian Between (Combined)
* interaksi
df
Mean Square
522.002
18
238.397
1
283.605
17
16.683
Within Groups
1217.579
62
19.638
Total
1739.580
80
Groups
Linearity
Deviation from
Linearity
29.000
Sig.
1.477
.130
238.397 12.139
.001
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.
37
F
.849
.632
Hasil uji linieritas menunjukan bahwa nilai signifikansi pada variabel
Interaksi sosial sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti data Interaksi
sosial dan Kemandirian Belajar dalam penelitian ini terdapat hubungan Linier
secara signifikan. Hal tersebut dapat dilihat di tabel uji linieritas diatas.
4.3Analisis Pendahuluan
4.3.1 Analisis Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada Hubungan Fasilitas
belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar siswa kelas X Pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam penelitian ini dibutuhkan tiga
macam data, yaitu:
1. Data Fasilitas Belajar sebagai variabel bebas (X1)
2. Data Interaksi Sosial sebagai variabel bebas (X2)
3. Data Kemandirian Belajar sebagai variabel terikat (Y)
Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dengan memberi gambaran
data tentang jumlah data, range, minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi
serta variance. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang
telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan bantuan komputer
program SPSS 16.0
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation Variance
Fasilitas Belajar
81
20
17
37
26.78
4.393
19.300
Interaksi Sosial
81
19
29
48
39.96
4.660
21.711
Kemandirian Belajar
81
20
17
37
26.83
4.663
21.745
Valid N (listwise)
81
Sumber : SPSS 16.0 (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 variabel Fasilitas Belajar menunjukkan bahwa
jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata – rata (mean) 26,78 dengan
38
nilai maksimum 37 dan nilai minimum 17 serta standar deviasinya sebesar 4,393
sedangkan variancenya sebesar 19.300. Variabel Interaksi Sosial menunjukkan
bahwa jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata – rata (mean) 39,96
dengan nilai maksimum 48 dan nilai minimum 29 serta standar deviasinya
sebesar 4,660 sedangkan variancenya sebesar 21,711. Variabel Kemandirian
Belajar menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 81 mempunyai nilai rata
– rata (mean) 26,83 dengan nilai maksimum 37 dan nilai minimum 17 serta
standar deviasinya sebesar 4,663 sedangkan variancenya sebesar 21,745. Untuk
memperjelas data – data penelitian di buat tabel distribusi frekuensi pada masing
– masing variabel sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Fasilitas Belajar Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
Skor Pengawasan
Kerja
1
2
3
17-21
4
5
32-36
22-26
27-31
37-41
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
Sedang
10
12.3
12.3
26
32.1
44.4
33
40.7
85.2
Agak Tinggi
Tinggi
11
13.6
98.8
1
1.2
100.0
81
100
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi variabel Fasilitas
Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 10 responden berada pada
kategori rendah (12,3%). Terdapat 26 responden berada pada kategori agak
rendah (32,1%). Terdapat 33 responden berada pada kategori sedang (40,7%).
Terdapat 11 responden berada pada kategori agak tinggi (13,6%), dan terdapat 1
responden berada pada kategori tinggi (1,2%). Demikian maka Fasilitas Belajar
Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
berada dalam kategori Sedang.
39
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Sosial Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
1
2
Skor Pengawasan
Kerja
29-32
33-36
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
5
6.2
6.2
14
17.3
23.5
23
28.4
51.9
41-44
Sedang
Agak Tinggi
24
29.6
81.5
45-48
Tinggi
15
18.5
100.0
81
100
3
4
37-40
5
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi variabel Interaksi
Sosial Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 5 responden berada pada kategori
rendah (6,2%). Terdapat 14 responden berada pada kategori agak rendah (17,3%).
Terdapat 23
responden berada pada kategori sedang (28,4%). Terdapat 24
responden berada pada kategori agak tinggi (29,6%), dan terdapat 15 responden
berada pada kategori tinggi (18,5%). Demikian maka Interaksi Sosial Siswa Kelas
X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen berada dalam
kategori Agak Tinggi.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Kemandirian Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
NO
Skor Pengawasan
Kerja
1
2
3
17-21
4
5
32-36
22-26
27-31
37-41
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Prosentase (%)
Kumulatif (%)
Rendah
Agak Rendah
Sedang
12
14.8
14.8
25
30.9
45.7
28
34.6
80.2
Agak Tinggi
Tinggi
15
18.5
98.8
1
1.2
100.0
81
100
Jumlah
Sumber : SPSS 16.0 (Data Olah)
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
distribusi frekuensi variabel
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo
Fidelis Bawen. Distribusi frekuensi menjelaskan bahwa 12 responden berada pada
40
kategori
rendah (14,8%). Terdapat 25 responden berada pada kategori agak
rendah (30,9%). Terdapat 28 responden berada pada kategori sedang (34,6%).
Terdapat 15 responden berada pada kategori agak tinggi (18,5%), dan terdapat 1
responden berada pada kategori tinggi (1,2%). Demikian maka Kemandirian
Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis
Bawen berada dalam kategori Sedang.
4.4 Analisis Lanjutan
4.4.1 Korelasi Product Moment antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian
Belajar
Tabel 4.8 Korelasi Produk Moment Fasilitas Belajar
dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
Correlations
fasilitas
fasilitas
Pearson Correlation
kemandiriann
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
kemandiriann
.548**
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
81
81
.548**
1
.000
N
81
81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber :Data diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. sesuai dengan hipotesis yang
ditetapkan dan peneliti belum mengetahui arah penelitian, maka
signifikansi yang digunakan adalah two-tailed atau uji dua sisi. Koefisien
korelasi antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar sebesar 0,548
pada taraf signifikansi ɑ 5%. Signifikansi dua sisi menunjukan angka
sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa adanya signifikansi antara
Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar, karena ɑ < 0,05 (0,000 <
0,05). Koefisien korelasi tersebut positif (+) artinya ada hubungan positif
41
dan signifikan antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel
Fasilitas Belajar dengan Kemandirian mempunyai hubungan karena
berada pada signifikansi dibawah tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat
hubungan sebesar 0,548.
4.4.2 Korelasi Product Moment antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian
Belajar.
Tabel 4.9 Korelasi Produk Moment Interaksi Sosial
dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen
Correlations
kemandiriann
kemandiriann
Pearson Correlation
interaksi
1
Sig. (2-tailed)
N
interaksi
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.667**
.000
81
81
.667**
1
.000
81
81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. sesuai dengan hipotesis yang
ditetapkan dan peneliti belum mengetahui arah penelitian, maka
signifikansi yang digunakan adalah two-tailed atau uji dua sisi. Koefisien
korelasi antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar sebesar 0,667
pada taraf signifikansi ɑ 5%. signifikansi dua sisi menunjukan angka
sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa adanya signifikansi antara
Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar, karena ɑ < 0,05 (0,000 <
0,05). Koefesien korelasi tersebut (+) artinya ada hubungan positif dan
signifikan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar sehingga H0
42
ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Interaksi
sosial dengan Kemandirian mempunyai hubungan karena berada pada
signifikansi dibawah tingkat kesalahan 0,05 dengan tingkat hubungan
sebesar 0,667.
1.4.3 Uji Korelasi Berganda antara Fasilitas Belajar dan Interaksi
Sosial dengan Kemandirian Belajar.
Tabel 4.10 Korelasi Berganda Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi
di SMA Virgo Fidelis Bawen
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square
Model
1
R
.680a
R Square
.463
Square
F
Sig. F
the Estimate Change Change df1 df2
.449
3.65592
.463 33.616
2
78
Change
.000
a. Predictors: (Constant), interaksi, fasilitas
Sumber : Data yang diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 16.0
Perhitungan korelasi menggunakan progam perhitungan data
statistik SPSS for Windows versi 16.0. Fasilitas Belajar dan Interaksi
Sosial dengan Kemandirian menghasilkan koefisien korelasi berganda
sebesar r(hitung) = 0,680 dan mendekati 1 sehingga menandakan bahwa
ada hubungan antara Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan
Kemandirian Belajar. Variabel fasilitas belajar dan interaksi sosial
memiliki kontribusi yang dilihat dari R square, yaitu sebesar 0,463 atau
46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel lain. Berdasarkan tabel
model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F change) = 0,000.
Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada hubungan
secara simultan dan signifikan.
43
4.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0)
yang diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis
alternative (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan,
maka hasil pengujian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Hubungan antara fasilitas belajar dengan Kemandirian belajar
Analisis data korelasi antara Fasilitas Belajar dengan Kemandirian
Belajar diperoleh koefisien korelasi sebesar ry1 = 0,548 maka H1 diterima,
dan angka probabilitas dari hasil analisis data diperoleh sebesar ɑ = 0,000 <
0,05 maka H0 ditolak (signifikan). Jadi hal tersebut dapat diartiakan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara Fasilitas Belajar dengan
Kemandirian Belajar. Memperhatikan hasil korelasi yang positif dan
signifikan ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi Fasilitas Belajar
semakin tinggi pula Kemandirian Belajar. Begitu pula sebaliknya semakin
rendah Fasilitas Belajar maka Kemandirian Belajar akan rendah pula.
2. Hubungan antara Interaksi sosial dengan Kemandirian belajar
Analisis data korelasi antara Interaksi sosial dengan Kemandirian
Belajar diperoleh koefesien korelasi sebesar ry2 = 0,667 maka H1 diterima,
dan angka probabilitas dari hasil analisis data diperoleh sebesar ɑ = 0,000 <
0,05 maka H0 ditolak (signifikan). Jadi hal tersebut dapat diartiakan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara Interaksi sosial dengan
Kemandirian Belajar. Memperhatikan hasil korelasi yang positif dan
signifikan ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi Interaksi sosial semakin
tinggi pula Kemandirian Belajar. Begitu pula sebaliknya semakin rendah
Interaksi sosial maka Kemandirian Belajar akan rendah pula.
3. Hubungan antara Fasilitas Belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian
belajar
Perhitungan korelasi berganda Fasilitas belajar dan Interaksi sosial
dengan Kemandirian Belajar menghasilkan koefisien korelasi sebesar r
(hitung) = 0,680 yang menandakan bahwa ada hubungan antara Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar. Variabel fasilitas
44
belajar dan interaksi sosial memiliki kontribusi yang dilihat dari R square,
yaitu sebesar 0,463 atau 46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel
lain. Berdasarkan tabel model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F
change) = 0,000. Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel
Fasilitas belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada
hubungan secara simultan dan signifikan.
4.6 Pembahasan Hasil Analisis
Pembahasan penelitian ini digunkan untuk data dan informasi hasil
temuan yang diinteprestasikan dengan menggunakan landasan teori pada Bab
II. Hasil analisis yang telah dilakukan mengenai hubungan antara Fasilitas
Belajar dan Interaksi Soial dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada
Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen, menunjukan bahwa
Fasilitas Belajar mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
Virgo Fidelis Bawen. Dapat diketahui dari hasil perhitungan koefisien
korelasi antara variabel (X1) Fasilitas Belajar dengan (Y) Kemandirian
Belajar yang menunjukan koefisien korelasinya sebesar positif 0,548. Atau
sebesar 54,8%. Sedangkan untuk tingkat signifikansi dikatakan signifikan
karena dari tabel nampak bahwa sig (2-tailed) sebesar ɑ = 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa Fasilitas Belajar
mempunyai korelasi terhadap Kemandirian belajar Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen, hal ini juga didukung oleh
teori Fasilitas Belajar Menurut Bafadal (2004: 8) “Perlengkapan pendidikan
di sekolah dapat dikelompokan menjadi (1) sarana pendidikan dan (2)
prasarana
pendidikan. Sarana
pendidikan adalah semua
perangkat
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah
semua perangkat perlengakapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah”.
45
Di SMA Virgo ini kelengkapan fasilias belajar sudah cukup memadai
bagi siswanya sehingga bisa dimanfaatkan siswa untuk belajar dengan
maksimal dan menunjang keperluan pembelajaran setiap harinya, baik
fasilitas sekolah maupun fasilitas yang ada dirumah, jika digunakan secara
terus menerus dan rutin makan akan berdampak pada kemandirian belajar
siswa karna kebutuhan fasilitasnya terpenuhi dengan baik.
Semakin baik Fasilitas Belajar maka semakin tinggi Kemandirian
Belajar Siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu
Widi Astuti (2017) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa Fasilitas
belajar mempunyai kontribusi hubungan yang signifikan dengan kemandirian
belajar siswa sebesar 47,5%. Sedangkan dalam penelitian ini fasilitas belajar
dengan kemandirian belajar mempunyai kontribusi sebesar 54,8% dan
signifikan.
Hasil perhitungan diketahui Interaksi Sosial (X2) memiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan variabel (Y) Kemandirian belajar Siswa
Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen. Hasil
yang diperoleh bahwa variabel Interaksi Sosial (X2) memiliki koefesien
korelasi
0,667 (positif) atau sebesar 66,7% dengan signifikansi 0,000
terhadap variabel Kemandirian belajar, sehingga semakin tinggi Interaksi
Sosial maka Kemandirian Belajar akan semakin tinggi pula. hal ini juga
didukung oleh teori Interaksi Sosial Menurut Kimball Young dan Raymond
dalam (Pradiptasari: 2016:13) “Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Interaksi sosial tidak akan dapat terjadi jika seseorang
tidak berhubungan secara langsung dengan sesuatu yang tidak berpengaruh
dengan dirinya.”
Maka dengan adanya interaksi yang baik, khususnya antara teman
sebaya sesama siswa serta dengan guru, muncullah adanya dorongan
kemandirian yang akan terlihat dan semakin meningkat dalam diri siswa. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunantoso (2016) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa interaksi sosial mempunyai hubungan
46
yang positif dan signifikan dengan kemandirian belajar siswa sebesar 77,6%.
Sedangkan dalam penelitian ini interaksi sosial dengan kemandirian beljar
memiliki hubungan sebesar 66,7% dan signifikan.
Perhitungan korelasi berganda Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial
dengan Kemandirian menghasilkan koefisien korelasi sebesar r(hitung) =
0,680 yang menandakan bahwa hubungan antara Fasilitas Belajar dan
Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar kuat. Variabel fasilitas belajar
dan interaksi sosial memiliki kontribusi yang dilihat dari R square, yaitu
sebesar 0,463 atau 46,3% sedangkan 53,7% ditentukan oleh variabel lain.
Berdasarkan tabel model summary diperoleh nilai probabilitas (sig.F change)
= 0,000. Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah
H0 ditolak dan H1 diterima, Jadi dapat dikatakan bahwa variabel Fasilitas
belajar dan Interaksi sosial dengan Kemandirian Belajar ada hubungan yang
simultan dan signifikan.
Hal ini didukung oleh teori dari Tirtaraharja dan La Sulo (2010: 50)
“Kemandirian
Belajar
diartikan
sebagai
aktivitas
belajar
yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar.” Niat merupakan kunci
utama yang harus dimiliki oleh siswa karena dengan adanya niat siswa akan
bisa menyelesaikan segala sesuatu yang diinginkan seperti adanya dorongan
dalam diri sendiri untuk belajar secara mandiri tanpa bantuan orang lain
dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang ada untuk memperoleh hasil yang
maksimal, selain belajar secara mandiri siswa juga harus mampu bekerja
dalam kelompok serta menjalin hubungan komunikasi yang baik antar
anggota kelompok sehingga memiliki rasa untuk ingin berinteraksi dalam hal
yang positif. Hal itu akan melatih siswa dalam pembentukkan karakter.
Dorongan siswa untuk belajar mandiri serta berinteraksi dalam
kelompok pasti akan membutuhkan media atau fasilitas untuk menunjang
keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan pembelajaran. Maka sangat
diperlukan adanya fasilitas yang menunjang pada hakikatnya seperti fasilitas
yang ada dirumah misalnya akses internet, meja belajar, lampu penerangkan
47
yang baik serta kelengkapan alat tulis yang dimiliki. Sedangkan fasilitas
sekolah seperti perpustakaan yang bukunya bisa dipinjam kapanpun saat
dibutuhkan oleh siswa, komputer sekolah yang dimanfaatkan untuk
mengerjakan tugas, serta fasilitas lainnya yang dapat mendukung kemandirian
siswa untuk semangat dalam belajar. Sehingga semakin baik Fasilitas Belajar
dan Interaksi Sosial maka semakin tinggi pula Kemandirian Belajar Siswa.
48