Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Pesisir
Menurut Dahuri (2003) ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua,
yaitu perairan laut pesisir, yang meliputi paparan benua, dan laut lepas atau laut
oseanik. Ada kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai (Coastline), suatu
wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas yang sejajar dengan garis
pantai (long-Shore), dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (CrossShore).
Definisi dan batas wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah
wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerahdaerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi
garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh prosesproses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut,
serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di
daratan (Bengen, 2001).
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang
unik dan kompleks. Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai
pengguna dan berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan
dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya di wilayah pesisir. Mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka
muncul suatu konsep pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu atau ICZM
(Integrated Coastal Zone Management). Pendekatan ini menjadi salah satu


Universitas Sumatera Utara

pendekatan andalan dalam mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya
yang ada di wilayah pesisir (Dahuri, 1996).
Beberapa ekosistem utama di wilayah pesisir adalah estuaria, hutan
mangrove, padang lamun, terumbu karang, pantai (berbatu, berpasir, berlumpur),
dan pulau-pulau kecil. Secara prinsip, ekosistem pesisir mempunyai fungsi pokok
bagi kehidupan manusia yaitu penyedia sumberdaya alam, penerima limbah,
penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan
(Bengen, 2001).

Pantai
Secara umum pantai dikenal sebagai batas antara daratan dan lautan.
Istilah pantai juga digunakan untuk batas antara daratan dan danau yang sangat
besar. Namun demikian jika ditinjau lebih terinci, maka ada beberapa
permasalahan yang membuat istilah pantai tidak semudah itu. Hal ini karena yang
disebut sebagai batas tidak dapat dibuat sangat tegas. Dengan demikian dalam
daerah pantai sendiri dikenal istilah-istilah yang membedakan daerah tersebut
secara fisik (Ermawan, 2008).

Menurut Dahuri (2003) pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir
yang memiliki cirri-ciri antara lain:
1.

Sistem perakaran yang menancap dalam

2.

Mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu
tanah yang tinggi

3.

Menghasilkan buah yang dapat terapung.

Universitas Sumatera Utara

Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang
bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas
dan kelembaban yang tinggi. Ada tiga zonasi dimana organisme hadir dalam

jumlah besar, yaitu:
1.

Zona bagian atas dihuni oleh kepiting (Ghost-crab) dari genus Ocypode,
Amphipoda, dan krustasea dari famili Talitridae.

2.

Zona pertengahan yang dihuni oleh moluska genus Donax dan beberapa
spesies isopoda.

3.

Zona yang lebih rendah dihuni oleh spesies keong (Gastropoda), kepiting
(Hippid Crab), dan bulu babi (Echinoid). Disamping itu pantai juga penting
sebagai habitat bagi penyu dan burung laut untuk bertelur.
Menurut Irianto (2002), jenis pantai dibagi berdasarkan fisiologi

kepulauan dan pengaruh kegiatan manusia. Jenis pantai berdasarkan fisiologi
kepulauan yaitu :

1.

Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas
Pantai dan pesisir yang menghadap ke arah laut/samudera lepas ditandai

oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar, berbukit terjal
menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya
menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai.
2.

Pantai – pesisir yang menghadap cekungan belakang (tepian paparan)
Cekungan belakang dari jalur konvergensi tektonik ditandai oleh paparan

landai luas dengan alur sungai (dendritic) panjang dan dataran tangkapan hujan
luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan dataran limpahan banjir, ke pantai

Universitas Sumatera Utara

berawa dan ber tutupan tebal bakau membentuk muara delta luas dengan pulau
pulau delta di depannya.

3.

Pesisir menghadap tepian kontinen
Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan Sahul yang ke arah

mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan sangat stabil
dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran saat
sempat kering ketika susut laut hingga –145 m dari muka laut sekarang. Landai
dan dangkalnya perairan seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut
saat musim barat sulit hilang. Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan.
4.

Jalur pulau busur luar
Jalur pulau non vulkanik busur luar terbentuk hampir menerus di barat dari

pulau Sumatera menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur
Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau
tersebut terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan
tumbukan lepeng, dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk
perbukitan dan terpotong patahan. Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut

terangkat keluar membentuk perbukitan di pantai bertebing curam.
5.

Pulau gunung api
Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan bahan vulkanik yang dimuntahkan

hingga ke perairan membentuk pesisir pantai landai di bagian mana sering
ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya. Lembah sungai dalam di
hulu berakhir pada muara yang berpantai landai pada pesisir datar, namun sering
berupa muara sempit.

Universitas Sumatera Utara

6.

Pulau kecil di laut dalam
Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas

dekat permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada
batuan vulkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit

batu gamping karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan.
Pantai sempit landai adakalanya ditumbuhi bakau.
7.

Pulau-pulau kecil di paparan tepian kontinen
Pulau terbentuk oleh tinggi batuan yang resisten dari kerja cuaca di

kawasan geologi yang stabil bagian dari paparan kontinen. Perubahan paras muka
laut lebih mengontrol evolusi morfologi perairan ini membentuk alur perairan
dangkal yang ditutupi endapan pantai dan sungai purba. Dangkalnya perairan
menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang, menyebabkan kualitas terumbu
karang kurang baik namun endapan pantai di perairan tenang mengalasi rataan
tebal bakau.
8.

Pulau Delta
Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang

mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan
membentuk pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau

hutan tropis dataran basah pada kisaran supra tidal atau intertidal.
Sedangkan Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat
di Indonesia dilihat dari morfologinya. Bentuk pantai tersebut yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1.

Pantai terjal berbatu
Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil

karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu
tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.
2.

Pantai landai dan datar
Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena

tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini
ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya.

3.

Pantai dengan bukit pasir
Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal.

Karena perubahan berlangsung cepat dan terjadi di daerah yang kering, maka
bukit pasir biasanya miskin tanaman penutup.
4.

Pantai beralur
Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh factor gelombang

ketimbang angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi
menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari
erosi angin.
5.

Pantai lurus di dataran pantai yang landai
Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa Lumpur hingga pasir kasar.


Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan
bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan
kekeringan).

Universitas Sumatera Utara

6.

Pantai berbatu
Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas

organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan
habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang
tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik.
7.

Pantai yang terbentuk karena adanya erosi
Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengandap di

daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami

perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan
manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam.

Ekowisata Bahari
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk
kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata. Pariwisata merupakan
kegiatan perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka
biasa bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam
perjalanan atau di tempat tujuan. Kenikmatan dari perjalanan ini merupakan suatu
jasa yang diberikan alam kepada manusia, sehingga manusia merasa perlu untuk
mempertahankan eksistensi alam (Yulianda, 2007).
Ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
pariwisata secara ramah lingkungan. Dalam ekowisata ini, kegiatan wisata yang
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian
lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang

Universitas Sumatera Utara

berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan, tetapi juga pelaku
wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan
tanggung jawab tersebut. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada
lingkungan

untuk

menjembatani

kepentingan

perlindungan

sumberdaya

alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Bato, dkk., 2013).
Menurut Yulianda (2007) ekowisata bahari merupakan ekowisata yang
memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya ekowisata
terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan
menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep
pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan
wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Pencadangan ataupun penetapan suatu daerah menjadi kawasan ekowisata
bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat
dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alamnya, sehingga dalam
perkembangannya kawasan ekowisata telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan
seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan
keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta
perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik ( Bato,dkk., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Honey (1999), mengemukakan bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip
ekowisata :
1.

Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural
destinations) sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tak ada
penduduk dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi.

2.

Meminimalkan dampak negatif (minimized impact).
Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekowisata berusaha untuk
meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan dan
infrastruktur lainnya.

3.

Membangun

kepedulian

terhadap

lingkungan

(build

enviromental

awareness).
Unsur penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik kepada wisatawan
maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang
terintegerasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang
karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat
diminimalkan.
4.

Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan
konservasi (provides direct financial benefit for conservations).
Ekowisata

dapat

membantu

meningkatkan

perlindungan

lingkungan

penelitian dan pendidikan melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan
sebagainya.
5.

Memberikan

manfaat/keuntungan

finansial

dan

pemberdayaan

pada

masyarakat lokal (provides financial benefit and enpowerment for local
people).

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi
apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Keadaan ekowisata di suatau kawasan
harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local
community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui
pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dlam
pendidikan , wirausaha permodalan dan manajemen.
6.

Menghormati budaya setempat (respect local culture).
Ekowisata

disamping ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif,

intrusif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru
merupakan salah satu “core” bagi pembangunan kawasan ekowisata.
7.

Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (support human right
and democratic movement).

Prinsip Pengembangan Ekowisata
Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakat
sekitar, terutama di pemukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan
lingkungan desa. Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan
wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintahan
maupun

masyarakat

dilaksanakan

dalam

rangka

memperbaiki

tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat (Nugrahanti, dkk., 2012).
Suatu strategi yang ditempuh pemerintah untuk mengembangkan sektor
pariwisata adlaah dengan mencari, membangun dan mengembangkan ODTW
(Obyek dan Daya Tarik Wisata) baru. Seriap tempat, lokasi atau kawasan yang
dianggap berpotensi, akan dikembangkan menjadi ODTW, sehingga diharapkan

Universitas Sumatera Utara

semakin

banyak

wisatawan

yang

berkunjung

ke

daerah

tersebut

(Mangindaan, dkk., 2012).
Menurut United State Agency for International Development (dalam
Siagian, 2014) menyebutkan ada 8 prinsip pengembangan ekowisata yakni :
1.

Mencegah menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam
dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat.

2.

Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat
setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses ini dapat dilakukan
langsung di alam.

3.

Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang
digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian
dapat menerima langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan
kualitas kawasan perairan alam.

4.

Prinsip

masyarakat

merencanakan

dalam

pengembangan

perencanaan.
ekowisata.

Masyarakat
Demikian

diajak
pula

dalam
didalam

pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5.

Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian alam.

6.

Menjaga keharmonisan dengan alam, semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas atau utilitas harus tetap menjaga keharmonisan
dengan alam.

Universitas Sumatera Utara

7.

Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukung lah yang
membatasinya.

8.

Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangakan untuk ekowisata, maka devisa dan
belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau
pemerintah daerah setempat.

Sifat Pengunjung Ekowisata
Menurut Muhaerin (2008) sifat dan karakteristik dari ekowisatawan adalah
mempunyai rasa tanggung jawab sosial terhadap daerah wisata yang
dikunjunginya. Kunjungan yang terjadi dalam satu satuan tertentu yang mereka
lakukan tidak hanya terbatas pada sebuah kunjungan dan wisata saja. Wisatawan
ekowisata biasanya lebih menyukai perjalanan dalam kelompok-kelompok kecil
sehingga tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. Daerah yang padat
penduduknya atau alternatif lingkungan yang serba buatan dan prasarana lengkap
kurang disukai karena dianggap merusak daya tarik alami. Secara khusus,
ekowisatawan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.

Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya
masyarakat lokal, dan mereka juga biasanya mencari pemandu yang
berkualitas.

b.

Kurang memerlukan tata krama formal (amenities) dan juga lebih siap
menghadapi ketidaknyamanan, meski mereka masih membutuhkan pelayanan
yang sopan dan wajar, sarana akomodasi dan makanna yang bersih.

Universitas Sumatera Utara

c.

Sangat menghargai nilai-nilai (high value) dan berani membayar untuk suatu
daya tarik yang mempesona dan berkualitas.

d.

Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicapai dengan batasan waktu
tertentu dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil.

Partisipasi Masyarakat Lokal
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Maifat, 2008).
Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya
dalam

kegiatan

penyusunan

perencanaan

implementasi

program/proyek

pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat
untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan
(Suratmo, 1990).
Menurut Ericson (dalam Prasetyo, 2015) bentuk partisipasi masyarakat
dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu:
1.

Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan
rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu
kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran
dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan.

2.

Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi
pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang

Universitas Sumatera Utara

ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya
pada pekerjaan tersebut.
3.

Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini
maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek
setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap
ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek
yang telah dibangun.
Tipologi Partisipasi ada 7 jenis menurut Pretty (dalam Ziku 2015), yaitu:

1.

Partisipasi Manipulative merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah.
Karakteristiknya yang mana, masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi
kedudukan dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak
memiliki kekuatan.

2.

Partisipasi Pasif merupakan masyarakat menerima pemberitahuan apa yang
sedang terjadi dan yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya
sepihak, tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di
kalangan tertentu saja.

3.

Partisipasi Konsultatif merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultansi, melakukan dengan pendapat, sedangkan orang luar hanya
mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun, belum ada
peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak
berkewajiban untuk memasukan pandangan masyarakat untuk ditindaklanjuti.

4.

Partisipasi Intensif Material merupakan masyarakat berpartisipasi dengan
menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa
uang maupun bentuk materi lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam proses

Universitas Sumatera Utara

pembelajaran atau eksperimen yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak
menguasai teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan
kegiatan-kegiatan tersebut setelah insentif dihentikan.
5.

Partisipasi Fungsional merupakan partisipasi yang diawali oleh kelompok
luar sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi
pembiayaan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk kelompokkelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dalam
partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam pengambilan
keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama dibuat oleh kelompok
luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat masih berpartisipasi hanya
untuk melayani kepentingan orang luar.

6.

Partisipasi Interaktif merupakan masyarakat berperan dalam analisis untuk
perencanaan kegiatan, pembentukan dan penguatan kelembagaan setempat.
Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai tujuan
semata. Proses partisipasi ini melibatkan metode interdisipliner yang mencari
keberagaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis.
Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol keputusan-keputusan mereka
dan menentukan seberapa besar sumber daya yang tersedia dapat digunakan,
sehingga mereka memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

7.

Partisipasi Mandiri merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara
mengambil inisiatif secara bebas untuk mengubah sistem. mereka
mengembangkan kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan
dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Suratmo (1990), menfaat dari partisipasi masyarakat dalam
sebuah rencana pembangunan adalah sebagai berikut :
a.

Masyarakat mendapat informasi mengenai rencana pembangunan di
daerahnya.

b.

Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuan mengenai masalah lingkungan,
pembangunan dan hubungannya.

c.

Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapat atau presepsinya
terhadap pemerintah terutama masyarakat di tempat pembangunan yang
terkena dampak langsung.

d.

Dapat menghindari konflik di antara pihak-pihak yang terkait.

e.

Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan
dapat dinikmati dan menghindari dampak negatifnya.

f.

Akan meningkatkan perhatian dari instansi pemerintah yang terkait pada
masyarakat setempat.
Terdapat

empat

alasan

pentingnya

partisipasi

dalam

menunjang

keberhasilan suatu program atau kegiatan, yaitu: partisipasi diperlukan untuk
meningkatkan rencana pengembangan program atau kegiatan secara umum dan
kegiatan prioritas secara khusus; partisipasi dikehendaki agar implementasi
kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; partisipasi dibutuhkan untuk
menjamin kelangsungan program atau kegiatan; partisipasi dapat meningkatkan
kesetaraan dalam implementasi kegiatan. Oleh karena itu, partisipasi merupakan
suatu tatanan mekanisme bagi para penerima manfaat dari suatu program atau
kegiatan (Ziku, 2015).

Universitas Sumatera Utara