Efek hipoglikemik infusa biji pinang [Areca catechu L.] pada tikus putih jantan terbebani glukosa - USD Repository

  

EFEK HIPOGLIKEMIK INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA

TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Liza Kartika NIM : 048114010

  

EFEK HIPOGLIKEMIK INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA

TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Liza Kartika NIM : 048114010

  Reach. Strive. And you will succeed. Try... but don't try too hard. Some of the best things come naturally. Give... but don't give beyond your means. Save some strength and some quiet time for yourself. Question... but don't question everything. Some problems have no answers. Attempt... but don't try to conquer everything at once. Go slowly, discovering and growing along the way. Trust in doing the right thing, even if it may seem wrong at the time.

  Believe in your inner strength, even if you don't feel very strong all the time. Live your life and give your best. And try each and every day to keep in mind.. That to truly enjoy this moment it time, all you really need to do is.. to reach out for your dreams.. and let them reach out to you.

  

PRAKATA

  Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Hipoglikemik Infusa Biji Pinang pada Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai wujud harapan dan cita-cita penulis untuk selalu belajar tanpa batas.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi.

  Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan segenap civitas akademika.

  2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang telah diberikan.

  5. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. yang telah membantu penulis selama determinasi tanaman.

  6. Romo Sunu yang telah membantu dalam pengolahan statistik data.

  7. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Yuwono, Mas Sigit, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Andre, Mas Otok, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Agung selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.

  8. Papi, Mami tercinta atas segala doa dan kasih sayang tiada henti yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

  9. Adikku tersayang Ivan Sebastian atas dukungan dan doanya.

10. Yosephine, Tika, Fili, Hendrikus dan keluarga, Hel Diyanto atas persahabatan yang telah terjalin selama ini.

  11. Feri Dian, Rizky, Dika, Chika yang menjadi teman seperjuangan di laboratorium.

  12. Ferry Anto, Willy Anto, Fhery Catur, Felicitas, Teddy, Andi atas dukungan, bantuan, nasehat, dan semangat yang diberikan.

  15. Meiki Haryadi, Ryu Deka atas dukungan dan sumbangan kata-kata dalam naskah.

  16. Teman-teman angkatan 2004 kelas A, B, dan C serta secara khusus kelompok praktikum A.

  17. Teman-teman KKN angkatan 35 khususnya kelompok 8.

  18. Teman-teman kos Dewi.

  19. Sahabat-sahabat di SMU Stella Duce I, SLTP Stella Duce I, SD Tarakanita, dan TK Sekar Melati.

  20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

  Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan dan membangun.

  Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

  

INTISARI

  Beberapa tahun belakangan ini penggunaan bahan alami sebagai obat amat marak di tanah air. Karena harga obat sintetis yang semakin mahal, dan melihat bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang berbahaya, maka muncullah pemikiran untuk membuktikan kebenaran manfaat infusa biji pinang sebagai obat diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sebagai bukti adanya efek hipoglikemik infusa biji pinang pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni dan dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.

  Efek hipoglikemik infusa biji pinang diuji mengikuti metode uji toleransi glukosa oral (UTGO). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 35 ekor tikus yang terdiri atas tujuh kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi perlakuan air suling, kelompok II diberi larutan CMC-Na 1% sebagai kontrol negatif pensuspensi glibenklamida, kelompok III diberi suspensi glibenklamida 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif dan kelompok IV, V, VI, dan VII diberi perlakuan infusa biji pinang dengan peringkat dosis 0,51 g/kgBB, 0,765 g/kgBB, 1,147 g/kgBB, dan 1,721 g/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatik Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data kadar glukosa darah pada tiap waktu sampling pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan

  0-300

  metode GLM Repeated Measure. Sedangkan nilai LDDK glukosa darah dianalisis secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan kemudian dilanjutkan dengan uji

  Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji pinang dengan dosis 0,51 g/kgBB sampai 1,721 g/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 13,69 % sampai 25,30 % terhadap kontrol negatif. Peringkat dosis 0,765 g/kgBB memberikan efek penurunan kadar glukosa darah secara bermakna terhadap kontrol negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa infusa biji pinang memiliki efek hipoglikemik, dengan persentase perbedaan daya sebesar 77,62% jika dibandingkan dengan glibenklamida.

  

ABSTRACT

  At least few years, the use of herbal medicine is lift up. Because the price of sintetic medicine always higher than before, and diabetes mellitus is one of the quite dangerous diseases, so there is an idea to prove the advantages water extract of the nuts of Areca catechu L. as diabetes mellitus drugs. The purpose of this research is to get the prove of hypoglycemic effect from water extract of the nuts of Areca catechu L. to male white rat that loaded by glucose. This research was purely experimental with complete random pattern design.

  The hypoglycemic effect on male rat which had been given glucose was tested through Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Thirty five mice were divided into seven groups with seven different kinds of treatment for each group. Group I was treated by aquadest 5ml/kg bw as negative control, group II was treated by CMC-Na 1 % as negative control from glibenclamide, group III was treated by glibenclamide 0.45 mg/kg bw as positive control, group IV, V, VI, and VII were treated water extract of the nuts of Areca catechu L. which have equivalent dosage 0.51 g/kg bw, 0.765 g/kg bw, 1.147 g/kg bw, and 1.721 g/kg bw, and all the dispention were per os. Blood glucose level was assayed with Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP) enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each

  0-300

  group was statistically analyzed using GLM Repeated Measure design. The AUC of blood glucose was statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test with 95% level of convidence.

  The result indicated that water extract of the nuts of Areca catechu L. with 0.51 g/kg bw until 1.721 g/kg bw dosages decreased the concentration of blood glucose from 13.69 % until 25.30 % to negative control. Level dosage 0.765 g/kg bw decreased the concentration of blood glucose significantly to negative control. Thus, it can be concluded that water extract of the nuts of Areca catechu L. has hypoglycemic effect, 77.62% if compare with glibenclamide.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v PRAKATA .................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... ix

  INTISARI ..................................................................................................... x

  

ABSTRACT .................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxi ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................................... xxii BAB I PENGANTAR .................................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang..................................................................................

  B.

  5 Tujuan Penelitian .............................................................................

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................

  6 A. Tanaman Pinang ................................................................................

  6 1.

  6 Keterangan botani .......................................................................

  2. Nama daerah ...............................................................................

  6 3.

  6 Morfologi tanaman pinang ..........................................................

  4.

  7 Kandungan kimia ........................................................................

  B. Transport Glukosa ............................................................................

  8 C.

  11 Diabetes Mellitus ..............................................................................

  1. Definisi ........................................................................................

  11 2.

  12 Penyebab .....................................................................................

  3. Gejala .........................................................................................

  12 4. Klasifikasi ..................................................................................

  13 5.

  16 Cara dan kriteria dignosis ..........................................................

  6. Terapi diabetes mellitus ..............................................................

  17 D.

  17 Glibenklamida ................................................................................

  H.

  23 Landasan Teori .................................................................................

  I.

  23 Hipotesis ..........................................................................................

  BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................

  24 A.

  24 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................

  B. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................

  24 1.

  24 Variabel utama ............................................................................

  2.

  24 Variabel pengacau terkendali ......................................................

  3. Variabel pengacau tak terkendali ................................................

  25 4.

  25 Definisi operasional ...................................................................

  C. Bahan dan Alat Penelitian ...............................................................

  25 1.

  25 Bahan penelitian ..........................................................................

  2. Alat penelitian ............................................................................

  26 D. Jalannya Penelitian ............................................................................

  27 1.

  27 Determinasi tanaman pinang .......................................................

  2. Pembuatan simplisia uji .............................................................

  27 a.

  27 Pengolahan bahan .................................................................

  b.

  Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat ...............

  34 f. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .............................

  33 e. Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang ....................

  32 d. Penetapan waktu pemberian glibenklamida ..........................

  32 c. Pembuatan kurva baku .........................................................

  32 b. Penetapan panjang gelombang maksimum ..........................

  32 a. Penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa murni ........

  32 4. Percobaan pendahuluan .............................................................

  h. Pembuatan suspensi glibenklamida ......................................... 31 i.

  Pembuatan larutan stock glukosa p.a. 10 mg/ml ....................

  31

  Penetapan konsentrasi pemberian suspensi glibenklamida pada hewan uji ................................................................................

  f. Penentuan dosis glibenklamida .............................................. 30 g.

  30

  30 e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida ............

  / v ..................................................... 29 d. Pembuatan CMC-Na 1% ........................................................

  

b

  29 c. Natrium oksalat p.a. 2%

  34

  C.

  39 Percobaan Pendahuluan ...................................................................

  1.

  39 Waktu resapan stabil glukosa ....................................................

  2. Penetapan panjang gelombang maksimum ................................

  42 3.

  43 Pembuatan kurva baku ...............................................................

  4. Penetapan waktu pemberian glibenklamida ..............................

  45 5.

  47 Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang .........................

  D.

  49 Efek Hipoglikemik Infusa Biji Pinang .............................................

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  63 LAMPIRAN ................................................................................................

  66

  96 BIOGRAFI PENULIS..............................................................................

  DAFTAR TABEL Tabel I. Isi pereaksi enzim glucose GOD-PAP ........................................

  26 Tabel II. Keseragaman bobot tablet ...........................................................

  30 Tabel III. Volume pengukuran kadar glukosa darah ...................................

  36 Tabel IV. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar .........................................................................................

  41 Tabel V. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada λ 502 nm ................ 44

  Tabel VI. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK

  0-300 suspensi glibenklamida ...............................................................

  46 Tabel VII. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK

  0-300 infusa biji pinang ........................................................................

  47 Tabel VIII. Data kadar glukosa darah rata - rata dan LDDK

  0-300

  setiap kelompok perlakuan ....................................................................

  50 Tabel IX. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah ......

  54 Tabel X. Pengaruh praperlakuan infusa biji pinang terhadap LDDK

  0-300

  Tabel XII. Test Mean LDDK

  0-300

  ketujuh kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis ............................................................................

  57 Tabel XIII. Hasil uji Mann-Whitney LDDK

  0-300

  glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa ..............................................................

  59

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah.. 9 Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel ............

  10 Gambar 3. Rumus struktur glibenklamida ..................................................

  17 Gambar 4. Bagan alur analisis hasil kadar glukosa darah ..........................

  38

  

0-300

Gambar 5. Bagan alur analisis hasil LDDK glukosa darah ..................

  38 Gambar 6. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP .........

  40 Gambar 7. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 502 nm....................................... 41 Gambar 8. Kurva hubungan antara

  λ dan resapan maksimum glukosa selama operating time ..............................................................

  42 Gambar 9. Kurva baku glukosa pada λ maksimum 502 nm selama operating time ..........................................................................

  45 Gambar 10. Diagram pengaruh waktu pemberian glibenklamida terhadap % selisih LDDK ..................................................................... .....

  46

  Gambar 13. Diagram LDDK

  0-300

  glukosa darah masing-masing perlakuan .. 56

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Determinasi tanaman pinang .................................................

  66 Lampiran 2. Foto tanaman pinang .............................................................

  67 Lampiran 3. Foto daun, bunga, dan biji pinang .........................................

  68 Lampiran 4. Foto herbarium basah dan infusa biji pinang ........................

  69 Lampiran 5. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan) ......................

  70 Lampiran 6. Foto alat penelitian ................................................................

  71 Lampiran 7. Preparasi bahan ......................................................................

  73 Lampiran 8. Data kadar glukosa darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling ............................................................................... 77 Lampiran 9. Hasil uji distribusi data dengan Tes Kolmogorov Smirnov ..

  80 Lampiran 10. Hasil uji GLM Repeated Measure kadar glukosa darah .......

  81 Lampiran 11. Hasil uji Kruskal Wallis ........................................................

  84 Lampiran 12. Hasil uji Mann Whitney ......................................................... 85 Lampiran 13. Hasil uji Anova One Way ...................................................... 93

  

ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

ad libitum : tanpa batas

  Antikoagulan : bekerja untuk mencegah pembekuan darah; berbagai substansi yang menekan, memperlambat atau meniadakan pembekuan darah

  CMC : Carboxy Methyl Cellulosa

  Geoxalated : darah yang mengandung oksalat sebagai antikoagulan

  GOD–PAP : Glucose Oxidase - Phenol Antipirin atau Glukosa Oksidase Phenol p-aminophenazone

  Herbal : Obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infusa, dekok, dan sebagainya yang berasal dari simplisia Hipoglikemi(k) : penurunan kadar glukosa dalam darah LDDK : Luas Daerah di Bawah Kurva λ

  : panjang gelombang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, di negara-negara maju dan berkembang, lama hidup

  masyarakat semakin berkurang karena menurunnya kondisi kesehatan. Problem kesehatan yang utama dan sebab-sebab kematian sekarang ini adalah karena penyakit-penyakit degeneratif diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus (Suyono, 2002). Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular. Perubahan-perubahan pola penyakit menuju penyakit tidak menular diperkirakan meningkat searah dengan perkembangan sosial ekonomi dan kecenderungan baru pada kependudukan (Smet, 1994).

  Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok gangguan metabolik dari metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang diakibatkan karena adanya defisiensi insulin atau gangguan kerja insulin, atau karena keduanya. Tujuan terapi pada diabetes mellitus adalah mengurangi secara langsung gejala-gejala dari Diabetes mellitus merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kebutaan akibat retinopati diabetik (Anderson, 1984).

  Pada dasarnya diabetes mellitus tidak berbahaya tetapi yang justru ditakutkan yaitu apabila mengalami komplikasi jangka panjang. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit lain, seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan gangguan pada ginjal serta kerusakan-kerusakan pada saraf dan retina mata. Diabetes mellitus pada dasarnya bersifat menurun dan kompleks (Anderson, 1984).

  Penyembuhan alami untuk para penderita diabetes mellitus dengan menggunakan terapi herbal atau tanaman obat dewasa ini di seluruh dunia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Terapi herbal atau tanaman obat merupakan salah satu metode perawatan dalam konsep pengobatan tradisional China selain dengan akupuntur, terapi diet, dan latihan pikiran atau tubuh. Terapi peradaban bangsa barat atau konvensional untuk diabetes mellitus dilakukan dengan mengontrol glukosa darah dengan kombinasi modifikasi diet, insulin dan atau agen farmakologik oral, penurunan berat badan jika tepat, dan latihan (Covington, 2001).

  Pada metode pengobatan tradisional, obat herba telah menjadi pilihan darah pada penderita diabetes mellitus. Penggunaan biji pinang ini didasarkan pengalaman ataupun pengetahuan yang diwariskan turun temurun. Adapun cara pemakaian dalam masyarakat adalah dengan memecah biji pinang menjadi beberapa bagian yang lebih kecil kemudian direbus dan diminum hasil rebusannya. Untuk itu perlu diteliti keefektifan biji pinang dalam menurunkan kadar gula dalam darah penderita diabetes mellitus dengan pendekatan menggunakan bentuk sediaan infusa.

  Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat berguna untuk membantu para penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.

  1. Permasalahan

  Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

  1. Apakah infusa biji pinang memiliki efek hipoglikemik?

  2. Seberapa besar daya hipoglikemik infusa tersebut jika dibandingkan dengan glibenklamida pada tikus putih jantan terbebani glukosa?

  2. Keaslian penelitian di mana hasilnya adalah dengan peningkatan

  catechu) and Vitamin D Status

  pengkonsumsian pinang maka akan memperburuk efek dari defisiensi vitamin D; oleh Tsai dan Jung-Fa (2004) yang berjudul Habitual Betel Quid Chewing and Risk

  

for Hepatocellular Carsinoma Complicating Cirrhosis dengan hasil yaitu dengan

  semakin banyak mengunyah pinang dan dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan resiko kanker hati; dan oleh Chun (2007) dengan judul Betel-quid use

  

is associated with heart disease in woman, hasilnya yaitu dengan mengkonsumsi biji

  pinang akan mempengaruhi penyakit jantung pada wanita. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada karena melihat aspek dari segi farmakologik yaitu efek hipoglikemik infusa biji pinang terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan manfaat biji pinang sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai antidiabetik.

B. Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Tujuan umum

  Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan penelitian mengenai efek hipoglikemik infusa biji pinang demi kepentingan ilmu pengetahuan.

  2. Tujuan khusus a.

  Untuk membuktikan adanya efek hipoglikemik infusa biji pinang.

  b. Untuk mengetahui seberapa besar daya hipoglikemik infusa tersebut jika dibandingkan dengan glibenklamida pada tikus putih jantan terbebani glukosa.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Pinang

  1. Keterangan botani

  Tanaman pinang (Areca catechu L.) termasuk dalam familia Palmae (Stenis, 1992).

  2. Nama daerah

  Jambe, penang, wohan (Jawa). Pineng, pineung, pinang, batang mayang, batang bongkah, pining, boni (Sumatra). Gahat, gehat, kahat, taan, pinang (Kalimantan). Alosi, mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon (Sulawesi). Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku) (Anonim, 2007).

  3. Morfologi tanaman

  Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih, digunakan untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dan sebagaimya.

  Perbanyakan dengan biji (Anonim, 2007).

4. Kandungan kimia

  Kandungan kimia yang terdapat dalam pinang yaitu alkaloids, areca-red,

  

arecaidine, arecaine, arecolidine, arecoline, ascorbic-acid, ASH, beta-carotene,

  

palmitoleic-acid, phlobaphene-tannin, phosphorus, potassium, protein, resin,

riboflavin, sodium, steric-acid, sucrose, tannin, thiamin, water, zinc (Duke, 2007).

B. Transport Glukosa

  Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa ini akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa yang telah

  

diserap (diabsorpsi) oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel

tubuh melalui aliran darah (Irawan, 2007).

  Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam

otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood

glucose ). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi proses

metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk

mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) melalui proses oksidasi. ATP

  

pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels pada

membrane sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta,

dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta,

dan perangsangan sel beta untuk mensekresi insulin menurun (Merentek, 2006).

  Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan

akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke

dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi glukosa-6-

fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-fosfat akan mengalami

glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan produk 6-8

ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan menutup

terowongan kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan depolarisasi

membran sel sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk

kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).

  Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase, yaitu early peak

(fase 1) yang terjadi dalam 3–10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi

pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai). Fase 2 atau

disebut juga fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah

stimulasi glukosa. Pada fase 1 pemberian glukosa meningkatkan sekresi insulin

untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa darah

selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Pada

diabetes mellitus tipe-2, sekresi insulin pada fase 1 tidak mampu menurunkan

glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak,

tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang non

diabetes (Merentek, 2006).

C. Diabetes Mellitus

1. Definisi

  Diabetes mellitus adalah sejumlah gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia; dihubungkan dengan keabnormalan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dan menghasilkan komplikasi meliputi gangguan mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (DiPiro dkk, 2005). Komplikasi mikrovaskuler meliputi retinopati, neuropati, dan nefropati. Komplikasi makrovaskuler meliputi panyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Diabetes mellitus dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin atau keduanya (Wells, 2003).

  Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO

  2 dan air, 5% diubah

  menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya

  2. Penyebab

  Diabetes mellitus sebagian disebabkan karena faktor genetik (herediter) dan sebagian lagi karena faktor dari luar misalnya obesitas, kehamilan, akromegali, dan obat-obatan seperti kortikosteroid, pil kontrasepsi, dan diuretika. Penyakit ini bersifat menahun dan penderitanya dari segala lapisan umur (Martin, Mayes, dan Rodwell, 1983).

  3. Gejala

  Gejala diabetes mellitus yaitu hiperglikemia yang sering diikuti glukosuria, ekskresi air kemih dalam jumlah yang banyak (poliuria), rasa lapar (polifagia), haus terus menerus (polidipsia), turunnya berat badan, ketonuria dan asidosis. Gejala selanjutnya akibat diabetes mellitus dalam waktu yang lama adalah degenerasi dinding pembuluh darah dan pengaruhnya terhadap berbagai organ tubuh terutama kemungkinan terjadinya kebutaan (Wirahadikusumah, 1985). Hiperglikemia relatif tidak berbahaya kecuali bila sampai darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya dari diabetes mellitus adalah bila terjadi glukosuria karena glukosa bersifat diuresis osmotik maka diuresis akan meningkat yang disertai bisa berakhir pada koma diabetik dan kematian, selain itu nafas penderita juga berbau aseton (Tjay dan Rahardja, 2002).

4. Klasifikasi

  Pada akhir tahun 1997 American Diabetes Assosiation (ADA) mempublikasikan suatu klasifikasi dan kriteria diagnosis yang baru, yang pada saat ini secara luas digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Klasifikasi yang baru ini membagi diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2, diabetes mellitus bentuk khusus, dan diabetes mellitus gestasional. Pembagian ini berdasarkan etiologi diabetes mellitus (Adam, 2000).

  a. Diabetes mellitus tipe-1 atau tergantung insulin Dikenal dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik, di mana ditemukan kerusakan sel

  β dan mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin yang absolut. Pada bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa petanda imun (Immune Markers) yang menunjukkan pengerusakan sel β pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel β. Sebagian kecil penderita diabetes mellitus tipe-1 penyebabnya tidak jelas (idiopatik), ditemukan, diperkirakan sekitar 90% dari semua penderita diabetes mellitus di Indonesia. Sebagian besar diabetes tipe-2 diderita oleh orang gemuk (di negara barat sekitar 85%, di Indonesia 60%), disertai dengan resistensi insulin, dan tidak membutuhkan insulin untuk pengobatan. Sekitar 50% penderita sering tidak terdiagnosis karena hipoglikemi meningkat secara perlahan-lahan sehingga tidak memberikan keluhan (Adam, 2000).

  c. Diabetes mellitus bentuk khusus Klasifikasi baru dari diabetes mellitus non tipe-1 dan non tipe-2 yaitu:

  1) Defek genetik fungsi sel beta

  a) Chromosom 20, HNF-4alpha (formerly MODY1)

  b) Chromosom 7, glucokinase (formerly MODY2)

  c) Dan lain-lain 2) Defek genetik insulin

  a) Leprechaunism

  b) Sindrom Rabson-Mendelhall

  c) Dan lain-lain b) Pheochomocytoma

  c) Dan lain-lain

  5) Karena obat atau zat kimia

  a) Glukokortikoid

  b) Diuretik Thiazid

  c) Dan lain-lain

  6) Infeksi

  a) Congential rubella

  b) Cytomegalovirus

  c) Dan lain-lain 7)

  Sebab imunologi yang jarang

  a) Sindrom “Stiff-man”

  b) Antibodi reseptor anti-insulin 8)

  Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes

  a) Down's syndrome

  b) Turner's syndrome

5. Cara dan kriteria diagnosis a.

  Berdasarkan glukosa plasma vena sewaktu Dengan keluhan klinis yang jelas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu sudah dapat menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Keluhan-keluhan klinis tersebut misalnya haus dan banyak kencing, berat badan menurun, glukosuria, bahkan kesadaran menurun sampai koma. Seseorang dikatakan masuk kriteria diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg% (plasma vena).

  b. Berdasarkan glukosa plasma vena puasa Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu < 110 mg/dl, antara > 110 mg/dl sampai < 126 mg/dl, dan

  ≥ 126 mg/dl. Kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥ 126 mg/dl adalah diabetes mellitus, sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

  Sehingga pada mereka dengan kadar glukosa plasma vena setelah puasa sedikitnya 10 jam > 126 mg/dl sudah cukup untuk membuat diagnosis diabetes mellitus.

  c. Dengan menggunakan tes toleransi glukosa oral Apabila pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa plasma tidak glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl , dan diabetes mellitus jika > 200mg/dl.

  (Adam, 2000)

6. Terapi diabetes mellitus

  Terapi terbaru bagi penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi menjadi terapi primer dan terapi sekunder, yang masing-masing mencakup hal-hal berikut: a. Terapi primer

  Terapi primer terdiri atas diet diabetes mellitus, latihan fisik/olah raga, dan penyuluhan kesehatan.

  b. Terapi sekunder Terapi sekunder terdiri obat antidiabetika dan cangkok pankreas.

  (Lanywati, 2006) Cl

D. Glibenklamida

  Glibenklamida merupakan sulfonilurea paling poten dan dikenal sebagai sulfonilurea ‘generasi kedua’ (Dollery, 1999).

  Glibenklamida mempunyai aksi farmakologi yang umum seperti semua obat sulfonilurea. Efek utamanya adalah menstimulasi pelepasan insulin dengan meningkatkan fungsi sel-sel islet β pankreas. Pada terapi jangka pendek, hal ini signifikan dengan peningkatan sirkulasi konsentasi insulin, tetapi dengan penggunaan berkelanjutan biasanya terjadi penurunan kadar insulin tanpa merusak kontrol glikemik. Sebagai tambahan terdapat bukti bahwa glibenklamida mempunyai aksi pada jaringan perifer. Sulfonilurea menunjukkan peningkatan sintesis glikogen dan penghambatan glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati. Pada subyek normal puasa, peningkatan konsentrasi insulin dalam plasma dan penurunan glukosa plasma terjadi 15-60 menit setelah pemberian glibenklamida oral dan mencapai maksimum setelah 1-2 jam sebelum kembali ke nilai dasar setelah 3 jam (Dollery, 1999).

  Glibenklamida dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktivitas hipoglikemik yang sangat rendah. Meskipun analisis spesifik untuk senyawa yang hari; tidak dianjurkan untuk memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20 mg/hari (Katzung, 2002).

E. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah

1. Teknik uji diabetik

  Pada suatu penelitian yang bertujuan untuk membuktikan khasiat suatu obat antidiabetes, hewan uji yang digunakan perlu diubah keadaannya menjadi diabetes baik DMTI maupun DMTTI. Suatu keadaan DMTI dapat dibuat secara pankreatektomi dan juga secara kimia dengan menggunakan zat kimia sebagai induktor (diabetogen) seperti aloksan, streptozosin, adrenalin, glukagon, dan EDTA yang diberikan secara parenteral. Diabetogen-diabetogen tersebut mampu menginduksi diabetes secara permanen yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi yang diakibatkan oleh rusaknya sel β pada pankreas. DMTTI dapat dihasilkan dengan pembebasan glukosa peroral sebagai diabetoagen pada dosis 1,75 g/kg BB hewan uji, keadaan hiperglikemi hanya berlangsung beberapa jam setelah pembebanan glukosa tersebut (Anonim, 1991). a. metode kondensasi dengan gugus amina Prinsip: aldosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dalam suasana asam dan menghasilkan larutan berwarna hijau setelah dipanaskan. Kadar glukosa darah dapat ditentukan sesuai dengan intensitas warna yang terjadi diukur secara spektrofotometri.

  b. metode enzimatik Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik, dengan menggunakan enzim glukosa oksidase (GOD). Dengan adanya glukosa oksidase, maka glukosa dioksidasi oleh udara (O ) menjadi asam glukuronat disertai pembentukan hidrogen peroksida.

2 Dengan adanya enzim peroksidase (POD), H

  2 O 2 akan membebaskan O 2 yang mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna merah.

  Akseptor kromogennya dapat berupa senyawa aminoantipirin dan fenol atau orthodianisidin, kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri.

  c. metode oksidasi-reduksi Kadar glukosa darah ditentukan dengan cara dioksidasi dengan menggunakan

F. Spektrofotometri

  Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang 190–380 nm (UV) dan 380–780 nm (vis) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau molekul, sedang radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Interaksi antara molekul yang mempunyai gugus kromofor dan radiasi elektromagnetik pada daerah sinar ultraviolet dan sinar tampak (200-800 nm) akan menghasilkan spektra serapan elektronik. Spektra serapan ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif karena jumlah radiasi elektromagnetik yang diserap ada hubungannya dengan jumlah molekul penyerap (Skoog, 1985).

  Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan serapan maksimum disebut sebagai panjang gelombang serapan maksimum.

  1. Sensitivitas maksimum diperoleh dengan mengerjakan pada pita maksimum karena pada konsentrasi yang diberikan maka pada panjang gelombang tersebut memberikan respon yang paling kuat.

  2. Pada pita maksimum, perubahan yang kecil pada panjang gelombang akan memberikan perubahan serapan yang minimal (kecuali kalau pita absorpsi sangat tajam). Dengan demikian kesalahan kecil dalam meletakkan tanda pemilih panjang gelombang pada instrumen tidak akan mengakiibatkan kesalahan besar pada pengukuran serapan (Fatah, 1989).

G. Infusa

  Menurut Farmakope Indonesia edisi III infusa merupakan sediaan cair yang

  o

  dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Pembuatannya dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di atas penangas

  o air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 C sambil sesekali diaduk.

  Serkai selagi panas dengan kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui

H. Landasan Teori

  Kandungan kimia yang terdapat dalam biji pinang yang menimbulkan efek hipoglikemik yaitu ascorbic-acid, beta-sitosterol, manganese, dan niacin (Duke, 2007). Pada penelitian ini menggunakan bentuk sediaan infusa sehingga kandungan kimia dalam biji pinang yang akan tersari adalah ascorbic-acid, manganese, dan karena sifat dari ketiganya yang polar.

  niacin

I. Hipotesis Infusa biji pinang memiliki efek hipoglikemik.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni dan dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah. B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

  a. Variabel bebas : dosis infusa biji pinang Dosis infusa biji pinang adalah jumlah gram (g) infusa biji pinang tiap satuan kilogram (kg) berat badan subjek uji yang bersangkutan.

  b. Variabel tergantung : kadar glukosa dalam darah (mg/dl) yang diperoleh dari pengukuran absorbansi mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-300 yang dihitung

  0-300 menggunakan metode trapezoid (LDDK ). f. Cara Pemberian : peroral 3.

   Variabel pengacau tak terkendali

  Keadaan patologi subyek uji

4. Definisi operasional a. Efek hipoglikemik adalah penurunan kadar glukosa dalam darah.

  b.

  Biji pinang diambil dari tanaman pinang (Areca catechu L.).

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

  a. hewan uji Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat badan 175 - 225 gram, dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

  Dharma.

  b. bahan uji

  Biji pinang diperoleh dari Yogyakarta. Biji pinang dipilih dari buah pinang yang tua berwarna merah orange. d. pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah

  Pereaksi yang digunakan adalah enzim Glucose GOD FS*(DiaSys, Germany) yang terdiri atas: