Efek hipoglikemik ekstrak daun binahong [Anredera baselliodes Baill.] pada tikus putih jantan terbebani glukosa - USD Repository

  

EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera baselloides Baill.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Dessy Roseta Wijaya NIM : 038114085

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  S K R I P S I

  EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera baselloides Baill.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

  Oleh Dessy Roseta Wijaya

  NIM : 038114085 Telah disetujui oleh

  Dosen Pembimbing Dr. Sabikis, Apt. tanggal : 11 Februari 2007

  S K R I P S I

  

EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera baselloides Baill.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

TERBEBANI GLUKOSA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Dessy Roseta Wijaya

  NIM : 038114085

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Ketika kuhadapi kehidupan ini, jalan mana yang harus kupilih, kutahu kutak mampu, kutahu kutak sanggup, hanya Kau Tuhan tempat jawabanku

Aku pun tahu ku tak pernah sendiri, sbab Engkau Allah yang menggendongku

tangan-Mu membelaiku, cinta-Mu memuaskanku, Kau mengangkatku ke tempat yang tinggi JanjiMu sperti fajar pagi hari, yang tiada pernah terlambat bersinar

  

Cinta-Mu sperti sungai yang mengalir, dan kutahu betapa dalam Kasih-Mu

Skripsi ini kupersembahkan untuk My Lord, Jesus Christ Papa, Mama, O’oh Chandra, Lie-lie, Oyin, Riko, dan almamaterku.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan hikmat-Nya sehingga penyusunan laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan skripsi dengan judul “Efek Hipoglikemik Ekstrak Daun Binahong pada Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa” ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar sarjana farmasi Program Studi Farmasi.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2. Bapak Dr. Sabikis, Apt., selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian skripsi. Bimbingan, nasihat, dan ilmu yang telah diberikan menjadi semangat dan sumber inspirasi seperti air yang mengalir dan tak pernah berhenti

  3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt yang telah memberikan saran, semangat dan bersedia meluangkan waktu sebagai ketua panitia penguji dan dosen penguji

  4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., yang telah memberikn saran dan bersedia meluangkan waktu sebagai sekretaris panitia penguji dan dosen penguji

  5. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah sangat membantu penulis selama determinasi tanaman

  6. Bapak Ipang Djunarko S.Si., Apt dan Bapak Nunut R, S.Si, Apt yang telah memberi saran dan membantu dalam pencarian bahan penelitian

  7. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., yang telah membantu penulis dalam pengolahan statistik data.

  8. Mas Kayat, mas Heru, mas Parjiman, mas Wagiran, mas Sarwanto, mas Andre, mas Sigit, mas Parlan, mas Kunto, mas Agung, dan mas Yuwono selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di laboratorium

  9. Keluarga tercinta: papa yang telah memberikan inspirasi judul skripsi ini, mama yang selalu setia mendampingi penulis, Chan-chan, Lie-lie dan Oyin yang telah memberi dukungan, serta semua keluarga besar dari pihak mama dan papa untuk doa yang telah diberikan kepada penulis

  10. Riko Setyana Kurniawan dan keluarga yang telah memberikan ketenangan hati, semangat menulis dan belajar, serta fasilitas selama penulis menyelesaikan skripsi ini

  11. Essy dan Fani yang menjadi teman seperjuangan di laboratorium, Ratih untuk bantuannya, juga teman-teman angkatan 2003 kelas A, B dan C serta secara khusus kelompok praktikum D (Silih, Fani, Essy, Hani, Wewen, Rani, Ari, Jenny, Endah, A’an, Sungkit, Nia, Irwan, Daru, Lucy, Agnes, Olive, Lintang, dan Mila) untuk dukungannya

  12. “XtraOrdinary Youth Zone”, khususnya Samuel untuk terjemahannya, Alex untuk statistiknya, Erick dan Ariyanto

  13. Bp Pdt. Yusak Benyamin sekeluarga, yang selalu mendoakan penulis 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhir kata, penulis menyadari bahwa saran yang membangun akan bermanfaat untuk perbaikan bagi penulis. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 11 Februari 2007 Penulis

  Dessy Roseta Wijaya

  

INTISARI

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang cukup berbahaya.

  Selama ini pengobatan yang dilakukan dengan obat hipoglikemik oral membutuhkan biaya yang tidak murah dan digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga tidak semua masyarakat dapat menjangkaunya. Sementara itu, fenomena ‘back to nature’ saat ini semakin berkembang luas di masyarakat. Maka muncullah pemikiran untuk membuktikan kebenaran manfaat ekstrak daun binahong sebagai obat diabetes melitus.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Efek hipoglikemik ekstrak daun binahong pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa ditetapkan melalui uji toleransi glukosa oral (UTGO). Tiga puluh ekor tikus dibagi kedalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I diberi aquadest 5 ml/kgBB sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi larutan glibenklamida 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif, dan kelompok III sampai VI diberi perlakuan ekstrak daun binahong dengan peringkat dosis 1,20 g/kgBB, 1,80 g/kgBB, 2,70 g/kgBB, dan 4,05 g/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatik Glucose

  

Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data kadar glukosa darah pada tiap waktu

  sampling pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode

  0-300

GLM Repeated Measure. Sedangkan nilai LDDK glukosa darah dianalisis

  secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan kemudian dilanjutkan dengan uji Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong dengan dosis 1,20 g/kgBB sampai 4,05 g/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 10,85% sampai 23,67% terhadap kontrol negatif. Peringkat dosis 3 dan 4 memberikan efek penurunan kadar glukosa darah secara bermakna terhadap kontrol negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong mempunyai efek hipoglikemik.

  Kata kunci: daun binahong, GOD-PAP, efek hipoglikemik, diabetes melitus

  

ABSTRACT

  Diabetes mellitus was one of those quite dangerous diseases. So far the use of oral hypoglycemic medicine as the treatment costs very much and it has to be used in long period so not all of people can afford it. Meanwhile, the phenomenon of “back to nature” has now been very popular in the society. As the result, came the research to prove the truth about the capability of the extract of Anredera baselloides Baill leave to be the alternative treatment to the disease.

  This research was purely experimental with complete random pattern design. The hypoglycemic effect on male rat which had been given glucose was tested through Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Thirty mice were divided into six groups with six different kinds of treatment for each group. Group I was treated by aquadest 5 ml/kg bw as negative control, group II was treated by glibenclamide 0,45 mg/kg bw as positive control, group III, IV, V, and VI were treated extract of the leaves of Anredera baselloides Baill which have equivalent dosage 1,20 g/kg bw, 1,80 g/kg bw, 2,70 g/kg bw, and 4,05 g/kg bw, and all the dispention were per os. Blood glucose level was assayed with Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP) enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each group was statistically analyzed using GLM

  

0-300

  Repeated Measure design. The AUC of blood glucose was statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test with 95% level of convidence.

  The result indicated that extract of the leaves of Anredera baselloides Baill with 1,2 g/kg bw until 4,05 g/kg bw dosages decreased the concentration of blood glucose from 10,85% until 23,67% to negative control. Level dosage 2,70 g/kg bw, and 4,05 g/kg bw decreased the concentration of blood glucose significantly to negative control. Thus, it can be concluded that extract of the leaves of Anredera baselloides Baill has hypoglycemic effect.

  Keyword : Anredera baselloides Baill., GOD-PAP, hypoglycemic effect, diabetes mellitus

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... ix

  INTISARI ........................................................................................................ x ABSTRACT ..................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ....................................... xxi BAB I PENGANTAR ....................................................................................

  1 A. Latar Belakang ...........................................................................................

  1 1. Permasalahan .......................................................................................

  3 2. Keaslian penelitian ...............................................................................

  3 3. Manfaat penelitian ...............................................................................

  4 a. Manfaat teoritis ..............................................................................

  4 b. Manfaat praktis ..............................................................................

  4

  B. Tujuan Penelitian ........................................................................................

  9 2. Gejala ...................................................................................................

  18 G. Spektrofotometri ........................................................................................ 19

  17 F. Ekstrak .......................................................................................................

  16 E. Glibenklamida ............................................................................................

  15 2. Metode penetapan kadar glukosa darah ...............................................

  15 1. Teknik uji diabetik ...............................................................................

  13 D. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah ..........

  12 4. Cara dan kriteria diagnosis ...................................................................

  11 3. Klasifikasi ............................................................................................

  8 1. Definisi .................................................................................................

  4 1. Tujuan Umum ......................................................................................

  7 C. Diabetes Melitus .........................................................................................

  6 B. Karbohidrat ................................................................................................

  5 3. Morfologi tanaman binahong ...............................................................

  5 2. Klasifikasi tanaman binahong ..............................................................

  5 1. Sinonim ................................................................................................

  5 A. Tanaman Binahong ....................................................................................

  4 BAB II PENELAHAN PUSTAKA ...............................................................

  4 2. Tujuan Khusus .....................................................................................

  H. Keterangan Empiris .................................................................................... 20

  21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................

  A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................

  21 B. Variabel Penelitian .....................................................................................

  21 1. Variabel utama .....................................................................................

  21 2. Variabel pengacau terkendali ...............................................................

  21 3. Variabel pengacau tak terkendali .........................................................

  22 C. Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................

  22 1. Bahan penelitian ...................................................................................

  22

  2. Alat penelitian ....................................................................................... 23

  D. Jalannya Penelitian ...................................................................................... 23 1. Determinasi tanaman binahong ............................................................

  23

  2. Pembuatan simplisia uji ........................................................................ 24

  a. pengolahan bahan ........................................................................... 24 b. pembuatan ekstrak daun binahong .................................................

  24

  c. pascapengolahan ............................................................................. 25 d. penetapan dosis ekstrak daun binahong .........................................

  25 3. Preparasi bahan ....................................................................................

  26

  b a. pembuatan larutan asam benzoat 0,1% / v .....................................

  26 b. pembuatan larutan stock glukosa 10 mg/ml ...................................

  26

  b c. sodium oksalat 2% / v .....................................................................

  26 d. penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida .....................

  26 e. penentuan dosis glibenklamida ......................................................

  26

  f. pembuatan larutan glibenklamida ................................................... 27

  4. Percobaan pendahuluan ........................................................................

  27 a. penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa murni ..................

  27

  b. penetapan panjang gelombang maksimum ..................................... 27

  c. pembuatan kurva baku .................................................................... 27 d. penetapan waktu pemberian glibenklamida ...................................

  28 e. penetapan waktu pemberian ekstrak daun binahong ......................

  28 f. pengelompokan dan perlakuan hewan uji ......................................

  29 5. Penetapan kadar glukosa darah ............................................................

  30 E. Analisis Hasil .............................................................................................

  31

  33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................

  A. Determinasi Tanaman Binahong ................................................................

  33 B. Pembuatan Simplisia Uji dan Preparasi Bahan ..........................................

  33 C. Percobaan Pendahuluan ..............................................................................

  33

  1. Waktu resapan stabil glukosa ............................................................... 33

  2. Penetapan panjang gelombang maksimum .......................................... 36 3. Pembuatan kurva baku .........................................................................

  37 4. Penetapan waktu pemberian glibenklamida .........................................

  39 5. Penetapan waktu pemberian ekstrak daun binahong ............................

  41 D. Efek Hipoglikemik Ekstrak Daun Binahong ............................................. 42

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

  54

  LAMPIRAN ....................................................................................................

  57 BIOGRAFI PENULIS...................................................................................

  87

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral ...............

  41 Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK

  48 Tabel XIII. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way ......................................................................................

  kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif ....

  0-300

  XII. Pengaruh praperlakuan ekstrak daun binahong terhadap LDDK

  46 Tabel

  43 Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah ......

  setiap kelompok perlakuan ....................................................................

  0-300

  

0-300

ekstrak daun binahong ................

  14 Tabel II. Diagnosis GDM dengan pemberian glukosa oral 100 g atau 75 g .............................................................................................

  39 Tabel IX. Hasil UTGO dan LDDK

  0-300 larutan glibenklamida ..................................................................

  38 Tabel VIII. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK

  35 Tabel VII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada λ maksimum 504 nm ........................................................................................

  30 Tabel VI. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar .........................................................................................

  26 Tabel V. Volume pengukuran kadar glukosa darah ...................................

  22 Tabel IV. Keseragaman bobot tablet ...........................................................

  15 Tabel III. Isi pereaksi enzim glucose GOD-PAP ........................................

  50

  Tabel XIV. Test Mean LDDK

  0-300

  keenam kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis ............................................................................

  50 Tabel XV. Hasil uji Mann-Whitney LDDK

  0-300

  glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa ..............................................................

  51

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

  Metabolisme glukosa pada individu normal dan penderita diabetes .......................................................................................

  7 Gambar 2. Transpor glukosa .........................................................................

  8 Gambar 3. Rumus struktur glibenklamida ....................................................

  17 Gambar 4. Bagan alur analisis hasil kadar glukosa darah ............................

  32

  0-300 Gambar 5. Bagan alur analisis hasil LDDK glukosa darah ....................

  32 Gambar 6. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ............

  34 Gambar 7. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 500 nm ....................................... 35

  Gambar 8. Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa standar selama operating time ....................................................

  36 Gambar 9. Kurva baku glukosa pada λ maksimum 504 nm selama operating time .............................................................................

  39 Gambar 10. Diagram pengaruh waktu pemberian glibenklamida terhadap % selisih LDDK ..............................................................................

  40 Gambar 11. Diagram pengaruh waktu pemberian ekstrak daun binahong .....

  41 Gambar 12. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian aquadest, glibenklamida, dan ekstrak daun binahong ................................................................

  44

  0-300 Gambar 13. Diagram LDDK glukosa darah masing-masing perlakuan ...

  49

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Determinasi tanaman binahong ................................................

  57 Lampiran 2. Foto tanaman binahong ............................................................

  58 Lampiran 3. Foto daun, umbi, dan bunga binahong .....................................

  59 Lampiran 4. Foto herbarium kering dan ekstrak daun binahong ..................

  60 Lampiran 5. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan) .........................

  61 Lampiran 6. Foto alat penelitian ...................................................................

  62 Lampiran 7. Preparasi bahan .........................................................................

  64 Lampiran 8. Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling ........................................................................

  68 Lampiran 9. Hasil uji distribusi data dengan test Kolmogorov Smirnov ......

  70 Lampiran 10. Hasil uji GLM Repeated Measure kadar glukosa darah ..........

  72 Lampiran 11. Hasil uji Kruskal Wallis ...........................................................

  75 Lampiran 12. Hasil uji Mann Whitney ...........................................................

  76 Lampiran 13. Hasil uji Anova One Way .........................................................

  84 Lampiran 14. Leaflet GOD-PAP.....................................................................

  85

  

ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

ad libitum : tanpa batas

  Antikoagulan : bekerja untuk mencegah pembekuan darah; berbagai substansi yang menekan, memperlambat atau meniadakan pembekuan darah

  DMTI : Diabetes Melitus Tergantung Insulin DMTTI : Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin

  Geoxalated : darah yang mengandung oksalat sebagai antikoagulan

  GOD–PAP : Glucose Oxidase Phenol Antipirin atau Glukosa Oxidase Phenol p-aminophenazone

  Hipoglikemi(k) : penurunan kadar glukosa dalam darah secara abnormal HMP : Heksosa Mono Phospat LDDK : Luas Daerah di Bawah Kurva λ : panjang gelombang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

  "Back To Nature" atau kembali ke alam merupakan fenomena di masyarakat yang saat ini terasa semakin berkembang. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah semakin peduli dalam melakukan upaya menjaga kesehatan tubuhnya. Hal inilah yang menjadi motivasi penulis untuk memperkenalkan bahan alam sebagai bahan pengobatan penyakit.

  Dewasa ini, angka prevalensi terjadinya suatu penyakit semakin meningkat bahkan beberapa penyakit dapat berakibat kematian. Salah satu contoh penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat sekarang ini adalah diabetes melitus. Apa itu “Diabetes Melitus”?. Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang sudah mendunia dan menimbulkan komplikasi yang merugikan. Diabetes melitus disebut juga The Great Imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

  Diabetes melitus menempati urutan ke-4 prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (Suyono dkk, 2006). Penyakit yang ditakuti oleh manusia di seluruh dunia ini, semakin merajalela terutama karena kurangnya kontrol pola hidup manusia terhadap asupan makanan. Oleh karena itu, penyakit ini perlu diwaspadai dan dicegah terhadap terjadinya komplikasi penyakit pada berbagai organ yang semakin parah.

  Selama ini pengobatan diabetes melitus biasanya dilakukan dengan diet saja atau dengan gabungan antara diet dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan ada kalanya juga dengan gabungan antara diet dengan suntikan insulin. Berbagai jenis obat hipoglikemik oral banyak ditemukan di apotek dan biasanya tergolong obat dengan harga yang tidak murah dan digunakan dalam jangka waktu lama, sehingga tidak semua masyarakat dapat menjangkaunya.

  Selain itu kondisi masyarakat desa yang jauh dari kota atau belum tersedianya jasa apotek dapat mengakibatkan obat hipoglikemik ini sulit untuk diperoleh. Oleh karena itu perlu adanya suatu alternatif untuk mengupayakan pengobatan diabetes melitus seperti memanfaatkan tanaman obat atau bahan alam dari lingkungan sekitar, yang telah dipercaya dapat berkhasiat sebagai obat hipoglikemik.

  Binahong tergolong tanaman yang masih asing bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dipercaya oleh masyarakat tertentu dapat digunakan untuk pengobatan diabetes melitus dan penyakit lainnya. Kepercayaan masyarakat tersebut terus berkembang dari mulut ke mulut bahkan tak jarang pengalaman orang-orang yang menggunakannya semakin meyakinkan akan manfaat tanaman tersebut. Tanaman yang baru dikenal oleh masyarakat Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini tampaknya semakin diburu dan dibudidayakan untuk keperluan pengobatan penyakit.

  Untuk lebih memperoleh bukti khasiatnya maka perlu dilakukan penelitian ilmiah. Meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya, namun diperkirakan bahwa efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah seperti halnya obat hipoglikemik oral. Dengan didapatnya data yang menyakinkan secara ilmiah maka penggunaan tanaman binahong sebagai obat hipoglikemik oral dapat dijamin kebenarannya.

  Penelitian pengaruh tanaman binahong terhadap kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan cara mengukur kadar glukosa darah dari hewan coba seperti tikus, yaitu dengan memberikan beban glukosa dan diamati pengaruh terhadap toleransi glukosa.

  1. Permasalahan

  Permasalahan yang diangkat penulis pada penelitian ini adalah apakah ekstrak daun binahong mempunyai efek hipoglikemik (penurunan kadar glukosa darah) pada tikus putih jantan terbebani glukosa?

  2. Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran penulis, penelitian menggunakan tanaman binahong masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian menggunakan daun binahong pernah dilakukan oleh Joan W. Nowicke yang berjudul Pollen Morphology, Exine Structure and the Relationships of Basellaceae and Didiereaceae to Portulacaceae; dan oleh Espada A., Riguera R., dan Jimenez, C yang berjudul Boussingoside E, a new triterpenoid suponin from the tubers of Boussingaultia baselloides. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada karena melihat aspek dari segi farmakologik yaitu efek hipoglikemik ekstrak daun binahong terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan manfaat daun binahong sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai obat hipoglikemik.

  b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan masukan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya para penderita diabetes melitus mengenai penggunaan daun binahong sebagai obat hipoglikemik.

B. Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Tujuan Umum

  Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk membuktikan kebenaran efek hipoglikemik ekstrak daun binahong.

  2. Tujuan Khusus

  Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk memperoleh data sebagai bukti adanya penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian ekstrak daun binahong pada tikus putih jantan terbebani glukosa.

  1. Sinonim

  Berdasarkan Bihrmann’s Caudiciform, tanaman binahong atau Anredera

  

baselloides Baill., memiliki sinonim Boussingaultia baselloides Kunth, Anredera

weberbaueri (Ulbr.) Soukup, dan Boussingaultia weberbaueri Ulbr. Anredera

baselloides Baill ini memiliki beberapa nama umum antara lain Gulf Madeira

  vine, Bridal wreath, Cascade creeper, Lamb's tail, dan Madeira vine (Anonim, 2003 a).

  2. Klasifikasi tanaman binahong

  Berdasarkan Bihrmann’s Taxonomy klasifikasi tanaman binahong yaitu: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subclass : Caryophyllidae Bangsa : Caryophyllales Suku : Basellaceae Marga : Anredera Jenis : Anredera baselloides Baill.

  (Anonim, 2003 b).

  5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Binahong

3. Morfologi tanaman

  Berdasarkan Bihrmann’s Caudiciform, tanaman binahong termasuk golongan famili Basellaceae yang digambarkan oleh Baill pada tahun 1888.

  Tanaman yang ditemukan di Amerika Selatan sekitar Ekuador ini membutuhkan drainasi tanah yang baik, beberapa air dan banyak cahaya matahari. Rhizoma akan tumbuh sampai 4 cm dan tingginya mencapai 6 m. Bunganya putih dan tanaman ini dapat dikembangbiakan baik dengan dipotong, benih atau umbinya (Anonim, 2003 a).

  Berdasarkan Swaziland's Alien Plants Database, batang tanaman binahong merambat, tipis dan sering kemerah-merahan. Daun dengan panjang tangkai daun 1-2 cm, umumnya terdapat akar umbi kecil pada ketiak daun. Halaian daun berukuran 2-11 x 1,75-10 cm, berbentuk hati dan lebar, agak berair sampai berair banyak mengikuti derajat pencahayaan, pangkal daun berhubungan langsung dengan tangkai daun; puncaknya tumpul. Racemes sederhana (batang mempunyai sejumlah bunga pada tangkai lateral, yang tua di dasar dan yang muda di pucuk) atau 2-4 cabang batang, panjangnya sampai 18 cm dan umumnya mengeluarkan ibu tangkai bunga, dengan sejumlah bunga-bunga putih kecil yang wangi. Tangkai bunga penjangnya 2-3 mm; daun pelindung panjangnya 1,5-1,8 mm, bentuknya lanset. Bunga panjangnya 2-3 mm, membujur elip sampai elips yang melebar. Tangkai sari berbentuk segitiga sempit, dan menyebar. Kepala putiknya satu dengan tangkai yang lebih pendek dari benang sari; bercabang 1/2- 3/4 panjangnya; kepala putik ditengah (Anonim, 2006 b).

B. Karbohidrat

  Karbohidrat setelah dikunyah, ditelan dan dicerna, di usus akan menjadi monosakarida dan diabsorpsi. Setelah diabsorpsi masuk ke dalam sel, glukosa yang masuk ke dalam sel mengalami fosforilasi membentuk glukosa-6-fosfat, di mana enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah heksokinase dan atau glukokinase. Glukosa-6-fosfat kemudian dipolimerisasi menjadi glikogen atau dikatabolisme. Proses pembentukan glikogen disebut glikogenesis dan pemecahan glikogen disebut glikogenolisis. Glikogen, bentuk simpanan glukosa, terdapat banyak dalam jaringan tubuh terutama dalam hati dan otot rangka (Ganong, 1995).

  

G G l l u u k k o o s s a a d d a a r r a a h h

( h a t i & g i n j a l ) ( h a t i & g i n j a l )

  G l i k o g e n G l u k - o s a

  6 P C O G l i k o - g e n G l u k o s a

  6 P C O 2 2 L L i i n n t t a a s s H H M M P P P P i i r r u u v v a a t t A A s s a a m m a a m m i i n n o o B a d a n k e t o n A s e t - i l + K o A C O H O

  

B a d a n k e t o - n A s e t i l K o + A C O

2 2 H 2 2 O

A A s s a a m m l l e e m m a a k k K K o o l l e e s s t t e e r r o o l l S S i i k k l l u u s s T T C C A A

A r a h r e a k s i y a n g d o m i n a n p a d a i n d i v i d u n o r m a l

  A r a h r e a k s i y a n g d o m i n a n p a d a i n d i v i d u n o r m a l A A r r a a h h r r e e a a k k s s i i y y a a n n g g d d o o m m i i n n a a n n p p a a d d a a p p e e n n d d e e r r i i t t a a d d i i a a b b e e t t e e s s

  

Gambar 1. Metabolisme glukosa pada individu normal dan penderita diabetes (Handoko

dan Suharto, 1995)

  Pada pemecahan glukosa (glikolisis), glukosa dapat diubah menjadi asam piruvat atau asam laktat atau keduanya. Asam piruvat dikonversi membentuk asetil KoA dan sebagian mengalami transaminasi menjadi asam amino. Kelebihan asetil KoA akan diubah menjadi senyawa keton, dan glukosa dapat diubah juga menjadi lemak melalui asetil KoA. Sebagian asetil KoA dibakar bersama dengan residu asam amino dalam siklus asam trikarboksilat menjadi CO dan H O

  2

  2 (Ganong, 1995).

  Sel

Gambar 2. Transpor glukosa (Marks et al, 1996; Moran, et al, 1994)

  Peristiwa transpor glukosa dari lumen usus ke dalam sel dibantu oleh

  pompa Na , K -ATPase. Sel ini menciptakan gradien dalam Na dan kemudian menggunakan gradien ini untuk mendorong transpor glukosa dari lumen usus ke dalam sel. Satu ion natrium berikatan dengan protein pembawa di membran luminal, yang akan merangsang pengikatan glukosa. Protein pembawa

  • melepaskan Na dan glukosa masuk ke dalam sel. Sedangkan sistem transpor

  aktif, Na , K -ATPase, akan memompa Na melawan gradien konsentrasi dari dalam sel ke cairan ekstrasel. Peristiwa ini diawali dari ikatan tiga ion natrium dengan protein pembawa yang akan menstimulasi fosforilasi oleh ATP. Fosforilasi ini menyebabkan perubahan konformasi protein sehingga ion natrium akan dilepaskan ke dalam cairan ekstrasel. Kemudian dua ion kalium berikatan di sisi lain ekstrasel yang akan memicu pelepasan gugus fosfat. Defosforilasi protein pembawa ini akan membentuk kembali konformasi aslinya dan menyebabkan ion kalium dilepaskan ke dalam sel. Protein pembawa yang telah kembali ke konformasi semula ini siap untuk mengikat ion natrium lagi, demikian seterusnya.

  Sistem transpor glukosa dari lumen usus ke dalam sel tersebut disebut transpor aktif sekunder, yaitu perpindahan suatu bahan melawan gradien elektrokimia dan digabungkan dengan pemindahan bahan lain mengikuti penurunan gradien elektrokimianya yang dibentuk dan dipertahankan oleh transpor aktif primer.

  Sementara itu glukosa dari dalam sel akan bergerak mengikuti penurunan gradien konsentrasinya ke sel lainnya secara difusi terfasilitasi yang melibatkan protein pembawa (carrier) (Campbell, 2002; Marks et al, 1996; Moran, et al, 1994).

  Persamaan reaksi Na , K -ATPase menurut Lehninger (1975) dapat ditulis : + + 4- 3- 2- +

  • + +

  3Na + 2K + ATP + H O 3Na + 2K + ADP + Pi + H intrasel ekstrasel 2 ekstrasel intrasel

C. Diabetes melitus

1. Definisi

  Diabetes melitus adalah sejumlah gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia; dihubungkan dengan keabnormalan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dan menghasilkan komplikasi meliputi gangguan mikrovaskuler, dan makrovaskuler (Triptitt et al, 2005). Komplikasi mikrovaskuler meliputi retinopati, neuropati, dan nefropati. Komplikasi makrovaskuler meliputi panyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Diabetes melitus dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin atau keduanya (Wells, 2003). Insulin merupakan hormon yang dibutuhkan untuk menkonversi gula dan makanan yang lain menjadi energi yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Penyebab diabetes ini masih merupakan misteri, meskipun baik genetik dan faktor lingkungan seperti obesitas dan kurangnya kegiatan tampak memainkan peranan (Anonim, 2006 a).

  Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO

  2 dan air, 5%

  diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya adalah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati (Handoko dan Suharto, 1995).

2. Gejala

  Gejala klasik penyakit diabetes melitus, dikenal dengan istilah trio-P, yaitu poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan polifagia (banyak makan).

  a. Poliuria (banyak kencing) merupakan gejala umum pada penderita diabetes melitus. Banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula yang berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air kencing. Gejala banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relatif tinggi.

  b. Polidipsi (banyak minum) sebenarnya merupakan akibat (reaksi tubuh) dari banyak kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), maka secara otomatis akan timbul rasa haus atau kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik. Sehingga dengan demikian akan terjadi banyak kencing dan banyak minum.

  c. Polifagia (banyak makan) merupakan gejala yang tidak menonjol. Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga dengan demikian tubuh berusaha untuk memperoleh tambahan cadangan gula dari makanan yang diterima. Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Lanywati, 2001; Handoko dan Suharto, 1995).

3. Klasifikasi

  Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association, dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu: a. diabetes tipe-1

  Diabetes tipe-1 biasanya didiagnosis pada anak-anak dan dewasa muda, dan sebelumnya dikenal sebagai diabetes juvenil. Diabetes tipe-1 disebabkan oleh masalah kegagalan autoimun pada sistem imun tubuh. Pada tubuh sehat, dikhususkan sel (dinamakan sel beta) pada pankreas akan memproduksi insulin. Insulin adalah hormon tubuh yang dibutuhkan untuk mengambil glukosa dari darah ke sel. Pada diabetes tipe-1, sistem imun mengalami kegagalan pada sel beta dan ketika sel beta rusak maka gejala diabetes akan nampak.

  b. diabetes tipe-2 Diaberes tipe-2 merupakan bentuk umum dari diabetes. Pada diabetes tipe-2, sel beta masih memproduksi insulin. Akan tetapi, dapat dikarenakan baik sel tidak dapat merespon insulin dengan baik atau insulin yang diproduksi tubuh tidak mencukupi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga insulin biasanya masih ada pada orang dengan diabets tipe-2, tetapi tidak bekerja dengan baik sebagaiman mestinya.

  c. pre-diabetes Sebelum seseorang mengalami diabetes tipe-2, sebagian besar mereka mengalami pre-diabetes, kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal tapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Penelitian terkini menunjukkan bahwa beberapa kerusakan jangka lama pada tubuh khususnya jantung dan sistem sirkulasi dapat terjadi selama pre-diabetes.

  d. diabetes melitus gestational (DMG) Diabetes melitus saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita diabetes selama kehamilan. Penyebab gestational diabetes belum diketahui, tetapi ada beberapa petunjuk. Plasenta mendukung bayi untuk pertumbuhannya. Hormon dari plasenta membantu bayi berkembang. Tetapi hormon ini juga memblok aksi insulin ibu di dalam tubuhnya. Masalah ini disebut resistensi insulin. Resistensi insulin membuat tubuh ibu sulit menggunakan insulin, dan membutuhkan tiga kali lipat lebih banyak insulin. Gestational diabetes dimulai ketika tubuh tidak mampu untuk memproduksi dan menggunakan semua insulin yang tersedia. Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat meninggalkan darah dan diubah menjadi energi. Glukosa berada pada kadar yang tinggi di dalam darah, dan disebut hiperglikemia.

  (Anonim, 2006 a)

4. Cara dan Kriteria Diagnosis

  Cara dan kriteria diagnosis diabetes melitus adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan glukosa plasma puasa

  Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu <100 mg/dl, antara >100 mg/dl sampai <125 mg/dl, dan ≥126 mg/dl. Kadar glukosa plasma puasa <110 mg/dl dinyatakan normal,

  ≥126 mg/dl adalah diabetes melitus, sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu atau impaired fasting glucose (IFG).

  b. Berdasarkan tes toleransi glukosa oral

  Sesuai dengan kesepakatan WHO maka tes toleransi glukosa oral harus dilakukan dengan beban 75 gram setelah berpuasa minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai berikut: toleransi glukosa normal bila <140 mg/dl, toleransi glukosa terganggu atau impaired glucose tolerance (IGT) bila kadar glukosa 140 mg/dl - 200 mg/dl, dan kadar glukosa

  ≥200 mg/dl disebut diabetes melitus. Pasien dengan IFG dan IGT secara umum mengacu pada ‘prediabetes’ yang mempunyai resiko besar berkembang menjadi diabetes di masa depan.

  c. HbA 1c

  Rekomendasi determinasi HbA 1c ini untuk memonitor kontrol glikemik pada pasien diabetes. Karena tidak adanya standar baik dan beberapa negara belum siap untuk mengakses tes ini, maka determinasi HbA 1c tidak direkomendasikan untuk mendiagnosis diabetes sewaktu-waktu.

  (Triptitt et al, 2005)

  Tabel I. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral (Triptitt et al, 2005) Glukosa plasma puasa

  • Normal < 100 mg/dl (5,6 mmol/L)
  • Glukosa plasma puasa terganggu 100 -125 mg/dl (5,6 – 6,9 mmol/L)
  • Diabetes melitus 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

  ≥

  Hasil tes toleransi glukosa oral, glukosa plasma 2 jam

  • Normal < 140 mg/dl (7,8 mmmol/L)
  • Toleransi glukosa terganggu 140 - 200 mg/dl (7,8 - 11,1 mmol/L)
  • Diabetes melitus 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

  ≥

  

Tabel II. Diagnosis GDM dengan pemberian glukosa oral (Triptitt et al, 2005)

Pemberian glukosa oral 100g

  • Puasa 95 mg/dl (5,3 mmol/L)

  ≥

  • 1 jam 180 mg/dl (10 mmol/L)

  ≥

  • 2 jam 155 mg/dl (8,6 mmol/L)

  ≥

  • 3 jam 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

  ≥

  Pemberian glukosa oral 75g