POLA PERILAKU MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

  

POLA PERILAKU MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis)

DI PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

LONG-TAILED MACAQUE BEHAVIOR PATTERNS IN THE HARBOR DISTRICT BADAS SUMBAWA

  

Redaksi Jurnal Kehutanan

Yandi Yanuar¹

  2 Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

  3 Jln. Pendidikan No.37 Telp 648294 Mataram 83125

Ringkasan

  Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tergolong famili Cerchopithecidae, Sub famili Cercopthecinae. Di Indonesia monyet ekor panjang ini dapat dijumpai di Pulau Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Jawa, Kalimantan dan seterusnya. Termasuk jenis primata sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari interaksi sosial atau hidup bersama dengan yang lain. Interaksi sosial yang dilakukan oleh monyet ekor panjang menimbulkan munculnya berbagai aktivitas yang berbeda antar individu dalam populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode Ad libitum sampling untuk mengamati seluruh tingkah laku setiap individu monyet ekor panjang. Pengamatan dilakukan selama 480 menit ini dimulai dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB dengan interval waktu 30 menit, setelah mengamati satu individu dilanjutkan dengan mengamati individu berikutnya. Aktivitas yang diamati adalah makan, bergerak, bermain, inaktif, agonistik, grooming. Pengamatan ini dilakukan selama 30 hari pada individu berbeda. Hasil penelitian dari enam aktivitas harian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang diamati yaitu aktivitas makan 11% aktivitas bergerak 39%, aktivitas bermain 16%, aktivitas agonistik 12%, aktivitas inaktif 20% dan aktivitas grooming 2%. Kata kunci : Perilaku Harian, Monyet Ekor Panjang

  

ABSTRACT

  Long Tail monkey ( Fascicularis Macaca) pertained set of relatives of Cerchopithecidae, Sub set of relatives of Cercopthecinae. In Indonesia this long tail monkey can meet [by] [in] Island Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Java, Kalimantan and so on. Including type of primata social which in its life have never is quit of [of] social interaction or coexist with is other.

  Social interaction which [done/conducted] by long tail monkey generate appearance various different activity between individual in population. This research aim to to know behavioral pattern [of] long tail monkey [in] Port of Badas. Research [done/conducted] [by] [in] Port Of Badas, District Of Labuhan Badas Sub-Province of Sumbawa, Provinsi West Nusa Tenggara by using method Ad sampling libitum to perceive entire/all behaviour each;every long tail monkey individual. Perception [done/conducted] [by] during this 480 minute [is] started from [hour/clock] 06.00 till 18.00 WIB with time interval 30 minute, after perceiving one individual continued by perceiving next individual. Activity perceived [by] [is] eating, moving, playing at, inaktif, agonistik, grooming. This perception [is] [done/conducted] [by] during 30 day [at] individual differ. Result of research from six daily activity [of] long tail monkey [in] Port of Badas perceived [by] that is activity eat 11% peripatetic activity 39%, activity play at 16%, activity of agonistik 12%, activity of inaktif 20% and activity of grooming 2%.

  Keyword : Daily Behavior, Long Tail Monkey

1. PENDAHULUAN

  Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

  mengumpulkan data sebanyak mugkin pada subyek yang diamati dalam hal ini monyet ekor panjang. Dengan metode ini pengamat mencatat seluruh tingkah laku setiap individu monyet ekor panjang dimulai pada pukul 06.00-18.00 WIB dengan interval 30 menit. Setelah selesai mengamati satu individu, dilanjutkan dengan mengamati

  sampling. Metode ini dilakukan dengan

  Metode yang digunakan pada pengamatan perilaku monyet ekor panjang pada penelitian ini adalah metodead libitum

  2.3.1 Metode Pengumpulan Data

  2.3 Metode

  Badas, kamera, jam tangan dan alat tulis, dan laptop b. Bahan Bahan yang digunakan yaitu primata monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

  System), kompas, peta kawasan Labuhan

  a. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: Teropong binokuler, GPS (Global Positioning

  2.2 Alat dan Bahan

  2.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian

  Setiap mahluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap mahluk hidup harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mempelajari bagaimana hewan-hewan berperilaku di lingkungannya dan setelah para ahli melakukan interpensi, diketahui bahwa perilaku merupakan hasil dari suatu penyebab atau suatu “proximate

  II. METODELOGI PENELITIAN

  Kecamatan Labuhan Badas secara langsung dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang di lakukannya.

  fascicularis) yang ada di Pelabuhan Badas,

  Perilaku populasi monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas menjadi salah satu kajian yang menarik untuk dipelajari dalam lingkup ilmu tentang perilaku hewan. Pemahaman tentang perilaku populasi monyet ekor panjang yang terbiasa hidup berkelompok dengan aktivitas-aktivitas yang spesifik sangat penting sebagai dasar dalam mengambil tindakan konservasi monyet ekor panjang pada habitat alaminya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca

  Menurut alikodra (1990) perilaku adalah kebiasaan-kebiasaan aktivitas hariannya, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara kawin dan melahirkan anak.Perilaku monyet ekor panjang secara alami menurut Djuwantoko, dkk. (2008) tidak meresahkan masyarakat, jika populasi monyet ekor panjang hidup pada habitat aslinya dan relatif tidak berdampingan dengan kehidupan masyarakat. Perilaku monyet ekor panjang mungkin mengalami perubahan ketika kehidupan monyet ekor panjang pindah pada kawasan lain atau berdampingan dengan kehidupan masyarakat, termasuk pada kawasan Wisata Alam.

  Monyet ekor panjang termasuk jenis primata sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari interaksi sosial atau hidup bersama dengan yang lain (Suwarno, 2014). Interaksi sosial yang dilakukan oleh monyet ekor panjang menimbulkan munculnya berbagai aktifitas yang berbeda antar individu dalam populasi. Lee (2012) menyatakan bahwa aktifitas sosial yang terjadi pada monyet ekor panjang di antaranya social affiliation, social agonism, dan non-social activities termasuk bergerak, makan, dan inaktif. Aktifitas yang terjadi dapat menunjukkan penggunaan habitat dan persebaran oleh masing- masing individu dalam populasi.

  yang memiliki panjang ekor kurang lebih sama dengan panjang tubuh. Panjang tubuh monyet ekor panjang berkisar antara 385-648 mm. Berat tubuh jantan dewasa sekitar 3,5-8 kg sedangkan berat tubuh rata-rata betina dewasa sekitar 3 kg. Warna tubuh bervariasi mulai dari abu-abu hingga kecoklatan,dengan bagian ventral berwarna putih (Supriyatna, 2000).

  fascicularis) merupakan salah satu jenis monyet

  . Monyet ekor panjang (Macaca

  cause ” (Fachrul 2007).

  • – September 2015 di Pelabuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat,. Penelitian dilakukan pada musim kemarau.Peabuhan badas merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Kecamatan Labuhan Badas, yang terletak dibagian utara pulau Sumbawa dengan ketinggian rata-rata 10 meter diatas permukaan laut. Dari seluruh daratan yang ada di Labuhan badas mempunyai kemiringan antara 0-15 meter. Sebelah utara berbatasan dengan laut flores, sebelah barat berbatasan dengan Daerah Wisata Batu Gong, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Batulanteh dan sebelah timur berbatasan dengan Daerah Wisata Kencana.
individu lainnya dengan kurun waktu yang sama. Metode ini dilakukan selama 30 hari pada individu yang berbeda , sehingga seluruh individu dapat teramati.

2.3.1.1 Pengumpulan Data Perilaku

  1. aktivitas makan Aktivitas makan adalah aktivitas yang dilakukan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk menjangkau, mengambil, memasukkan makanan ke dalam mulut.

  C D

  2 m

  E 10 m 5 m 10 m 5 m 2 m

  3. Petak ukur tiang (10 m x 10 m), yaitu diameter batang antara 10 com-19.9 cm.

  2. Petak ukur Pancang (5 m x 5 m), yaitu anakan dengan tinggi > 1.5 m dan diameter batangnya < 10 cm.

  1. Petak ukur semai (2 m x 2 m), yaitu anakan dengan tinggi < 1.5 m dan tumbuhan bawah/ semak/ herba, termasuk di dalamnya liana, epifit, pandan dan palem.

  Gambar 1 Desain gambar analisis vegetasi Keterangan

  10 E 20 m EEEEE1 B A

  Analisis vegetasi untuk habitat monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas menggunakan metode garis berpetak yaitu . Metode ini dimulai dengan membuat petak contoh seluas 20m x 20 m, yang diletakkan secara random pada lokasi pengamatan. Petak contoh yang telah dibuat dibagi menjadi petak ukur sesuai pertumbuhan tiap vegetasinya

  2. Aktivitas Bergerak Aktivitas bergerak adalah kegiatan berjalan, memanjat, melompat, dan berpindah tempat.

  2.3.1.3 Analisis Vegetasi Habitat Monyet Ekor Panjang

  titik-titik koordinat terluat tempat monyet ekor panjang beraktivitas.Penentuan titik koordinat yaitu pada pohon tempat monyet ekor panjang melakukan aktivitas.

  ArcGis.Metode ini menghubungkan

  Untuk mengukur daerah jelajah monyet ekor panjang dapat diukur berdasarkan jelajah harian yaitu mengikuti, mengukur dan memetakan titik koordinat setiap tempat monyet ekor panjang beraktivitas dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) mulai dari monyet ekor panjang meninggalkan lokasi tempat tidur pada pukul 06.00 WIB sampai akhir pengamatan pada pukul 18.00 WIB. Daerah jelajah ditentukan dengan metode Minimum Convex Polygon yang terdapat dalam software

  7. Aktivitas Kawin Aktivitas kawin adalah akitivitas sexsual yang dilakukan oleh 2 pasang individu dalam populasi monyet ekor panjang untuk menghasilkan keturunan.

  6. Aktivitas Grooming Aktivitas grooming adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam populasi monyet dengan mengambil, membelai dan menjilati bulu pasangannya yang bertujuan untuk mencari kutu di semua bulunya.

  5. Aktivitas agonistik Aktivitas agonistik adalah aktivitas monyet ekor panjang meliputi menerjang, memukul, meringis, mengancam dengan membuka mulut, mengejar, mendekam dan memekik

  4. Aktivitas Inaktif Aktivitas inaktif adalah aktivitas monyet ekor panjang ketika istirahat.

  3. Aktivitas Bermain Aktivitas bermain adalah aktivitas monyet ekor panjang untuk berinteraksi dengan individu lain dalam populasi monyet.

2.3.1.2 Daerah Jelajah Harian

  4. Petak ukur pohon (20m x 20m), yaitu pohon berdiameter batang diatas 20 cm.

2.3.1.4 Identifikasi Tanaman

  a. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat jenis tumbuhan yang dikonsumsi monyet ekor panjang pada saat melakukan aktivitas makan.

  Data potensi pakan diperoleh dari hasil analisis vegetasi tumbuhan yang menjadi pakan/berpotensi menjadi pakan monyet ekor panjang.Potensi pakan juga menunjukkan bagian tumbuhan yang dimakan oleh monyet ekor panjang pada lokasi penelitian.

  2.4.4 Potensi Pakan

  frequency )

  FR = frekuensi relatif (relative

  dominancy)

  DR = dominasi relatif (relative

  density)

  INP = KR+FR+DR Keterangan : KR = kerapatan relatif ( relative

  Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas pada lokasi yang dijadikan habitat oleh monyet ekor panjang.Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan pentingnya jenis tumbuhan pada kawasan tersebut. Persamaan yang digunakan menururt soegianto (1994) yaitu :

  2.4.3 Analisis Vegetasi

  (Burgman dan fox, 2003 dalam Ayunin et al, 2014) sehingga menghasilkan gambaran titik sebaran satwa berupa peta.

  Minimum Convex Polygon

  merupakan metode yang paling popular dan banyak digunakan untuk menduga luasan wilayah jelajah.Pergerakan kelompok tergambar pada titik koordinat pohon pakan dan tidur. Titik koordinat tersebut diananlisis dengan software ArcGis 10.1 dan titik terluar koordinat tersebut akan terhubung hingga membentuk polygon. Luas areal polygon ini merupakan luas jelajah harian monyet ekor panjang. Ini merupakan metode

  Convex Polygon (MCP).MCP

  Perhitungan luas wilayah jelajah dilakukan dengan menggunakan analisis Minimum

  2.4.2 Analisis Wilayah Jelajah

  Hasil yang diperoleh dari pengamatan berupa frekuensi aktivitas harian yang muncul selama pengamatan. Setiap perilaku yang dicatat, akan dihitung nilai rata-rata dan persentasenya agar terlihat aktivitas harian yang sering dilakukan oleh monyet ekor panjang.Selanjutnya, data hasil pengamatan akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara deskriptif.

  2.4.1 Analisis Perilaku

  Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasi .

  d. Identifikasi jenis tumbuhan, dengan cara mencocokkan spesimen yang di ambil dengan menggunakan kunci identifikasi yang menace pada buku-buku flora atau spesimen yang sudah ada.

  Bagian tumbuhan yang diambil adalah bagian tumbuhan yang ditemukan di lapangan yaitu berupa buah, daun, batang, dan bunga, kemudian dicatat nama lokal dari tumbuhan tersebut.

  c. Pengambilan specimen tumbuhan.

  b. Wawancara dengan pegawai yang bekerja di Pelabuhan Badas yang telah mengetahui nama lokal dari tumbuhan yang menjadi sumber makanan monyet ekor panjang.

2.3.2 Metode penyajian data

2.4 Analisis Data

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Aktivitas Harian

  37

  38

  26

  35

  31 31 194

  12 Grooming Jumlah

  3

  6

  8

  12

  3

  5

  Gambar 2 Persentase Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang

  2 100

  20 Agonistik

  5

  10

  15

  20

  25

  30

  35

  40

  45 Makan Bergerak Bermain Inaktif Agonistik Grooming

  

Aktivitas Harian

  Persentase

  33

  Hasil Penelitian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang meliputi Aktivitas makan, bergerak, bermain, inaktif, agonistikdan grooming yang teramati disajikan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 Tabel 1 Total kali Aktivitas Monyet Ekor Panjang

  Aktivitas Waktu dan Kali

  25

  06.00

  08.00 08.00-

  10.00 10.00-

  12.00 12.00-

  14.00 14.00-

  16.00 16.00-

  18.00 Total (Kali)

  Persentase (%)

  Makan

  27

  31

  26

  23 33 165

  55

  11 Begerak 104 105

  92 98 105 105 609

  39 Bermain

  53

  36

  31

  45

  39 39 243

  16 Inaktif

  33

  44

  65

  60 57 314 Berdasarkan pengamatan perilaku harian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas dengan metode

  ad libitum sampling pada tabel 1 dan gambar 2

  menunjukkan bahwa kecenderungan aktivitas yang teramati pada populasi monyet ekor panjang adalah makan (11%), bergerak (39%), bermain (16%), inaktif (20%), agonistik (12%) dan grooming (2%) dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alanindra (2014), di TWA Grojogan Sewu Tawangmangu Karangayar dimana aktivitas yang teramati adalah bergerak(35%), grooming (25%), bermain (15%), inaktif (10%), makan (6.8%), agonistic (3.6%), tidur (2.3%), kawin (0.9%), dan bersuara (0.8%) dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan. Selanjutnya penelitian (Purbatrapsila et al, 2011) di Pulau Tinjil, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten didapatkan hasil perilaku harian monyet ekor panjang adalah makan (27.87%), istirahat (21.19), bergerak (36.01%), grooming (8.97%), bermain (3.40%), dan agonistik (2.56%). Selanjutnya penelitian Sari et al 2014 di TWA Grojogan Sewu menunjukkan aktivitas harian monyet ekor panjang yang teramati meliputi Tidur (2.27), inaktif (20.76%), grooming (16.78%), kawin (1.99%), bergerak (32.85%), makan (13.37%), mengasuh anak (4.97%), bermain (5.26%), Eksresi (0.71%), bersuara( 0.42%), dan agonistic (0.56%).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2013) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten hasilnya sangat jauh berbeda dari penelitian ini dimana di dalam penelitiannya aktivitas harian yang paling tinggi adalah mencari makan (43.45%), bergerak (22.96%, diam (12.59%), grooming (10%), bermain (5.92%), agonistic (3.70%), dan tidur 1.38 %. Selanjutnya penelitian Muhammad Sukri (2014) di Kawasan Cagar Alam Dungus Iwul, Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa barat diperoleh aktivitas harian monyet ekor panjang dengan persentase makan (29.50%), bergerak (27.80%), istirahat (22.60%), dan aktivitas social (26.20%).

  Dari beberapa penelitian sebelumnya diatas dapat diketahui bahwa aktivitas bergerak selalu memiliki persentase yang tinggi dalam setiap aktivitas harian monyet ekor panjang. Pada penelitianini aktivitas bergerak memiliki persentasetertinggi dikarenakan habitat monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang berbatasan dengan jalan mobil perkebunan menyebabkan lalu-lalang mobil dan manusia menjadi gangguan bagi keberadaan monyet ekor panjang yang sensitif tehadap keberadaan manusia.akan tetapi sifat monyet ekor panjang yang berada di di Pelabuhan Badas tidak seperti primata lainnya yang langsung kabur dan tidak kembali lagi. Hal ini di dukung oleh kemampuan monyet ekor panjang untuk tetap bertahan hidup pada habitatnya yang terganggu (Cowlishaw dan Dunbar 200).

  3.2 Analisis Vegetasi

  Tingkat keanekargaman jenis vegetasi juga dapat dilihat dari jumlah individu dalam setiap jenis. Semakin kecil jumlah individu dalam setiap jenis, maka semakin tinggi keanekaragaman jenisnya, vegetasi yang terdapat pada suatu tempat merupakan salah satu faktor yang penting karena merupakan komponen dari habitat primata.Vegetasi bukan hanya asosiasi dari individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu kesatuan individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain yang dikenal sebagai suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dengan faktor lingkungan, maka hal ini di sebut Ekosistem (Susanto, 2012)

  Jenis yang dominan merupakan jenis yang mampu menguasai tempat tumbuh dan mengembangkan diri sesuai kondisi lingkungannya yang secara keseluruhan atau sebagian besar berada pada tingkat yang paling atas dari semua jenis yang berada dalam suatu komunitas vegetasi. Menurut Marsono (1977) dalam Martono (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi yaitu flora, habitat, (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi disuatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator baik pada saat sekarang maupun sejarahnya.

3.2.1 Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pohon

  29.41

  10

  4 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae

  53.7

  22.04

  8.33

  23.33

  3 Jati Tectona grandis Lamiaceae

  74.41

  25

  3.10

  20

  2 Goak Ficus variegate Moraceae

  57.88

  21.22

  16.66

  20

  1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae

  INP (%)

  8.33

  21.43

  6.03

  3.33

  30.17 Jumlah 8 100 100 100 300

  18.51

  8.33

  3.33

  8 Beringin Ficus benjamina Moraceae

  12.67

  1.01

  8.33

  7 Ketimus Protium javanicum Burseaceae

  5 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae

  20.63

  2.30

  8.33

  10

  6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiaceae

  29.05

  2.39

  16.66

  10

  31.82 No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family KR (%) FR(%) DR(%)

  Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian untuk tingkat pohon terdapat 27 individu dari 8 famili. Dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 2. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon

  

No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family Jumlah K F D

  9.58

  18.75

  3

  4. Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae

  7.18

  0.25

  43.75

  7

  3 Jati Tectona grandis

  0.75

  1.01

  37.5

  6

  2 Goak Ficus variegate Artocarpus Moraceae

  6.91

  0.5

  37.5

  6

  1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae

  0.25

  5 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae

  0.25

  6.25

  6.25 177.5

  30

  1

  Ficus benjamina Moraceae

  Jumlah

  8 Beringin

  0.33

  0.25

  1

  3

  7 Ketimus Protium javanicum Burseaceae

  0.75

  0.25

  8.75

  3

  6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiaceae

  0.78

  0.5

  18.75

  3 Tabel 2 menunjukkan bahwa INP pohon tertinggi adalah Goak (Ficus variegate) dengan jumlah 74.41% dan Sanokeling (Dalbergia latifolia) dengan nilai 57.88%. Sedangkan Jati (Tectona grandis), Beringin (Ficus benjamina) dan Jambu hutan (Syzigium malacenes) memiliki persentase beturut-beturut 53,7%; 30.17%; dan 29.75% INP terendah adalah Nangka (Artocarpus heterophyllus), Mangga hutan (Mangifera

  

longipetiolata) dan Ketimus (Protium javanicum) dengan persentase beturut-turut 21.43%; 20.63%; dan

12.67%.

3.2.2. Analisis Vegetasi Pada Tingkat Tiang

  Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian untuk tingkat pohon terdapat 11 individu dari 7 famili. Dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3 Struktur Vegetasi Tingkat Tiang

  No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family Jumlah K F D

  1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae

  2

  2.5 0.25 0.125

  2 Goak Ficus variegate Artocarpus Moraceae

  1

  1.25 0.25 0.022

  3 Srikaya Annona squamosa L Annona squamosa L Annonaceae

  2

  2.5 0.5 0.068

  4 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae

  3

  3.75 0.25 0.098

  5 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae

  1

  1.25 0.25 0.035

  6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiacea

  1

  1.25 0.25 0.023

  

e

  7 Jati Tectona grandis Lamiaceae

  1

  1.25 0.25 0.035

  No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family KR (%) FR(%) DR(%)

  INP (%)

  1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae

  18.18

  12.5

  30.79

  61.47

  2 Goak Ficus variegate Moraceae

  9.09

  12.5

  5.41

  27

  3 Srikaya Annona squamosa L Annona squamosa L Annonaceae

  18.18

  25

  16.74

  59.92

  4 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae

  27.27

  12.5

  24.13

  63.9

  5 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae

  9.09

  12.5

  8.62

  30.21

  6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiacea

  9.09

  12.5

  5.67

  27.26

  e

  7 Jati Tectona grandis Lamiaceae

  9.09

  12.5

  8.62

  30.21 Jumlah 100 100 100 300 Pada tabel 3 hasil analisis vegetasi yang dilakukan pada petak contoh pengamatan habitat monyet ekor panjang, di Pelabuhan Badas menunjukkan jenis tumbuhan untuk tingkat tiang di dominasi oleh Jambu hutan (Syzigium malacenes), Sanokeling (Dalbegria latifolia), dan Srikaya dengan proporsi INP beturut-turut 63.9%; 61.47%; dan 59.92%, kemudian Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Jati memiliki INP yang sama yaitu sebesar 30.21% sedangkan Mangga hutan (Mangifera longipetiolata) dan Goak (Ficus

  

variegate) memiliki INP terendah dengan proporsi masing-masing 27.26% dan 27%. Indeks Nilai Penting(INP)

  menunjukkan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting pada vegetasi tingkat pohon dan tiang didapat dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR)-

3.3 Potensi Pakan

  Pakan merupakan komponen habitat yang nyata merupakan sumber nutrisi dan energi. Energi dari makanan digunakan untuk bahan bakar proses metabolisme sedangkan nutrisi digunakan sebagai pendukung pertumbuhan dan perbaikan tubuh (Bolen dan Robinson, 2003). Pemilihan pakan monyet ekor panjang yang berada diidentifaksi berdasarkan pengamatan langsung, ketika mengamati aktivitas harian.Data pakan diperoleh dari hasil analisis vegetasi.Berdasarkan peneltian diketahui terdapat 10 jenis tumbuhan yang menjadi pakan monyet ekor panjang.

  Tabel 4 Pohon Pakan Monyet Ekor Panjang di Pelabuhan Badas (Hasil Analisis Vegetasi) No Jenis pohon Nama Spesies Jumlah pohon Bagian yang dimakan

  Buah Daun Pucuk/Bunga

  1 Goak Ficus variegata

  26

  39

  14

  2 Sanokeling Dalbergia latiiifolia

  23

  13

  12

  3 Nangka Artocarpus hetorophyllus

  14

  17

  4 Jambu Hutan Syzigium malacenes

  11

  6

  7

  5 Mangga Hutan Arthocarpus elasticus

  8

  6

  6 Juwet Syzigium heterophyllus

  3

  6

  3

  7 Srikaya Annona squamosa

  4

  18

  8 Beringin Ficus benjamina

  1

  4

  9 Jati Tectona grandis

  21

  6

  10 Ketimus Protium javanicum

  1

  4 Pada tabael 4 menunjukkan bahwa pakan yang sering dimakan oleh monyet ekor panjang adalah buah, yaitu buah Goak (Ficus variegata), Nangka (Artocharpus heterophyllus) dan Juwet (Syzigium

  

malacenes).Menurut Romauli (1993) jenis pakan monyet ekor panjang adalah 70.01% buah-buahan, dan untuk

  jenis pakan lainnya 6.06%.dari semua pakan buah yang dimakan oleh monyet ekor panjang, Pada lhabitat monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas Goak adalah buah yang selalu diamakan setiap harinya dengan intensitas sering. Hal ini terlihat selama penelitian monyet ekor panjang selalu berada dipohon Goak,Jika dilihat dari Indeks Nilai Penting (INP) seharusnya Sanokeling menjadi sumber pakan utama monyet ekor panjang di Labuhan Badas, hal ini dikarenakan Goak merupakan tanaman yang selalu menghasilkan buah maupun bunga di setiap musimnya, berbeda dengan Sanokeling yang berbuah dan berbunga pada musim tertentu.Sehingga pohon goak menjadi sumber pakan utama bagi populasi monyet ekor panjang di habitanya. Pada

Tabel 4.3 Daun yang dimakan oleh monyet ekor panjang adalah daun muda. Intensiitas makan

  Dalam Rangka Mempertahankan Keragaman Hayati Indonesia. Bogor:IPB Press. Anggraeni, I.W.S. 2013. Populasi dan Habitat

  University oh Michigan

  

  Animal Diversity We

  ed. New Jersey (US): Prentice Hall. Bonadio, C. 2000. Macaca fascicularis (On-line),

  and Management. 5 th

  Bollen E.G, Robinson.W.C. 2003. Wildlife Ekology

  Nonhuman Primates in Biomedical Research Biology and Management. Academic Press, NewYork.

  (Diakses atanggal 20 Januari 2017). Bennett, B. T., R. C. Abee, & R. Henrickson. 1995.

  

  Bajjali, W. 2006. Advance Training Course in GIS Using Spatial Analyst, Geostatitical, and 3-D Analyst of ArcGIS. Departemen of Biology and Eart Sciences University of Wisconsin Sytem

  Bailey, J. A. 1984. Principles of wildlife Management. Colorado State University

  Mangrove Wonoerjo dan Sekitarnya. Surabaya

  fascicularis) di Kawasan

  Monyet Ekor Panjang (Macaca

  River Delta, East Kalimantan : Behaviour and Habitat function. Annual Report of Pusrehut. Alikodra, H.S. 2010.Teknik Pengelolaan Satwaliar

  daun termasuk lumayan sering, diantaranya daun Goak (Ficus variegate), Sanokeling (Dalbergia

  larvatus Wurmb.) at Mahakam

  Alikodra, H.S. & Mustari, A.H. 1994. Study on Ecology and Conservation of Proboscis Monkey (Nasalis

  Di dalam Chivers DJ (ed). Malayan Forest Primate. New York (US): Plenurn Press, pp 147-165.

  DAFTAR PUSTAKA Aldrich-Blake, F.P.G. 1980.Long tailed macaques.

  Perlunya penelitian lanjutan untuk membedakan aktivitas harian monyet ekor panjang di musim kemarau dan penghujan, karena keberadaan pakan pun berbeda pada kedua musim tersebut.Penelitian harian ini penting untuk mengetahui pola aktivitas monyet ekor panjang sehingga bisa menjaga monyet ekor panjang di habitat aslinya.

  4.2 Saran

  bahwa aktivitas monyet ekor panjang yang teramati yaitu makan, bergerak, inaktif, bermain, agonistik, dan grooming, pada pengamatan yang dilakukan selama 480 menit ini dimulai dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB dengan interval waktu 30 menit pada 30 individu berbeda selama 30 hari. Dari keenam aktivitas tersebut bergerak merupakan aktivitas yang paling sering di lakukan oleh monyet ekor panjang dengan persentase sebesar 39% dan aktivitas yang terhitung jarang dilakukan yaitu grooming dengan persentase sebesar 2%.

  fascicularis) di Labuhan Badas menunjukkan

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada monyet ekor panjang (Macaca

  4.1 Kesimpulan

  dikonsumsi oleh primata ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian lainnya. Santoso (1996) menemukan bahwa jenis hewan ini mengkonsumsi makanan dari 23 jenis tumbuhan di Pulau Tinjil, serta Hasanbahri, et al. (1996) menemukan 33 jenis tumbuhan dikawasan Hutan Jati BKPH Pasar sore KPH Cepu, sedangkan Yusuf (2010) menemukan 25 jenis tumbuhan yang dikonsumsi primata tersebut.

  javanicum). Jumlah jenis tumbuhan yang

  hutan (Syzigium malacenes), Mangga hutan (Arthocarpus elasticus), Jati (Tectona grandis), dan Beringin (Ficus benjamina) dan sedangkan intensitas makan pucuk/bunga termasuk jarang, karena hanya beberapa monyet ekor panjang saja yang memakan pucuck/bunga diantaranya pucuk Sanokeling (Dalbergia latifolia), Jambu hutan (Syzigium malacenes), dan Ketimus (Protium

  latifolia), Srikaya (Annona squamosa), Jambu

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

  Museoum of Zoology (20 Januari 2017). Bismark, M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Penerbit Fakultas

  Jakarta: Bumi Aksara.

  1996. Trichromatic colour vision

  Indriyatno. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan 2. Bumi Aksara, Jakarta. Jacobs, G. h., M. Neitz, J. F Deegan & J. Neitz.

  Komposisi Jenis Tumbuhan Pakan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Habitat Hutan Jati.Biota 1:1-8 .

  Hasanbahri, S. Djuwantoko, I.N. & Ngariana.1996.

  Vegetasi Hutan Produksi Terbatas Boliyohuto Provinsi Gorontalo. Jurnal.Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.

  Nias Hadi I, Suryobroto.B & Perwitasari-Farajallah D. 2007.Food preference of semiprovioned macaques based on feeding duration and foraging party size. Hayati 14:13-17. Hamidun, S.M & Baderan K.W.D. 2013 Analisis

  GIS Consortium Aceh Nias. 2007. Modul pelatihan Gis tingkat dasar. Badan Rehabilitasi Dan Rekontruksi Aceh Nangroe Aceh Darusalam.

  Between Infant Suply anda Grooming Payment. International Journal Of Primataology, 28: 1059-1074.

  fascicularis: The Relationship

  Gumert, M. D. 2007. Grooming and Infant Handling Interchange in Macaca

  Fuentes, A. & Dohinov, P. 1999. The Non human Primates. London: Myfield Publishing Company

  Febriliani. 2013. Analisis Vegetasi Habitat Anggrek di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. WARTA RIMBA Volume 1, Nomor 1.

  Farida, H. 2008. Aktivitas makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta. Skripsi, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor

  Fahrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi.

  Oascasarjana IPB.Bogor Caine, N., G. Mitchell. 1979. A Review Of Play In

  Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Bogor.

  fascicularis Raffles, 1821) di

  Monyet Ekor Panjang (Macaca

  9(4): 301-305. Fadilah, A. 2003.Evaluasi Habitat dan Populasi

  terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta. BIODIVERSITAS.

  fascicularis (Raffles, 1821)

  Djuwantoko, Retno, N.U. & Wiyono. 2008. Perilaku Agresif Monyet, Macaca

  New York: Van Nostrand Rainhold Company. Di dalam Lindburg DG. 1980. The Macaques: Studies in Ecology, Behaviour and Evolution. New York. (Ed) Van Nostrand Reinhold Company.

  Macaca nemestrina and Macaca fascicularis in Sumatra.

  Crocket, M.C. & Wendell C.Wilson. 1977 The Ecological Separation of

  D.G. Lindburg. (Ed): The Macaques: Studies in Ecology, Behavior and Evolution. New York: Van Nostrand Reinhold. p. 148-181.

  Nemestrina and Macaca Fascicularis in Sumatra. In:

  Crockett, M.C. & Wilson. 1980. The Ecological Separation of Macaca

  The Genus Macaca: Social correlates. Primates, 20 (40; 535- 546. Chivers, D.J. 1980.Malayan Forest Primates: 10 years of studi in Tropical rainforest. Plenum press, New York.

  in new world monkeys Nature382 : 156-158 . Kamilah, S.N. Deni, S. & Jarulis. 2013. Perilaku Grooming Macaca fascicularis Raffles, 1821. Di Taman Hutan Raya Rajolelo Bengkulu.Konservasi Hayati 09(2): 1-6.

  Kartono, a. p. & Y. Santosa.1995 Teknik Pengukuran dan Monotoring Keanekaragaman Satwa Liar.Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Bogor.

  Academicpress London. New York. Napier, J.R.& P.H. Napier. 1985. The Natural

  Fasilitas Penangkaran Semi Alami Pulau tinjil, Provinsi Banten, Zoo Indonesia 21(1), 39-

  fascicularis Raffles,1821) di

  2012. Pola Aktivitas dan Stratifikasi Vertikal Oleh Monyet Ekor Panjang (Macaca

  Purbatrapisla, A., E. Iskandar, & J. Pamungkas.

  Konsep-konsep dasar (persepektif geodesi dan geomatika): Informatika Bandung

  Bahan Ajar.IPB. Bogor Poirier, F.E.,E.O. Smith. 1974. The crab-eating macaques (Macaca fascicularis) of Angaur Island, Palu, Micronesia. Folia primatol Prahasta, Edi. 2009. Sistem informasi geografis.

  Perwitasari, R.R.D.. 2007. Makanan Primata.

  Payne, J., C.M. Francis, K. Phillips, S.N. & Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai Darusalam. WCS- Indonesia Program, The Sabah Society, WWF Malaysia.

  Nainggolan, V. 2011.Identifikasi Satwa Liar Jenis Primata di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat.Skripsi. Universitas Lampung.

  History of the Primates. The MIT Press, Cambridge, Massachusetts.

  Napier, J.R. & P.H. Napier. 1967. A handbook of Living Primate Morphology Ecology and Behavior of Human Primates.

  Karyawati, A.T. 2012.Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata. Jurnal Penelitian Sains. Volume 15 Nomer 1(D) 15110.

  dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran, Jawa Barat. Tesis Magister Sains, Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

  Raffles,1821) Di Taman Wisata

  Mukhtar, A.S. 1982. Penelitian Pola Pergerakan (Macaca fascicularis,

  Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe- tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina Fakultas Gadjah Mada. Yogyakarta.

  Malaivijitnond, S., Y. Hamada. 2008. Current situation and status of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) in Thailand. The Natural History Journal of Chulalongkorn University, 8(2): 185-204 .

  fascicularis. Applied Animal Behaviour Science, 137: 157-165.

  Lee, G.H. (2012). Comparing the Relative Benefits of Grooming-contact and Full- contac Pairing for Laboratory- housed Adult Female Macaca

  Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

  Universitas Sumatera Utara. Lavieren, V. 1983.Dalam Rencana Strategi

  Latifah, S.,2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam.

  Kusumo, D. A. 2007. Aktivitas Harian Monyet (Macaca fascicularis) di Pura Uluwatu Kelurahan Pecatu Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Bali.Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana, Bali.

  47 Rahayu, R. 2007. Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fasccicularis) kelompok Pancalikan periode Juni Agustus di Cagar Budaya Ciung Wnara Ciamis, Jawa Barat.Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

  Richard, A.S. 1985. Primates in Nature.Hal 522- 523

  Soerianegara, I. & Indrawan, A. 1998.Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  Tarumingkeng, R.C. 1993. Studi Populasi dan Analisi Numerika Ekosistem.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  Skripsi,Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Bali

  Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Mandal Wisata Menara wana Padangtegal Ubud.

  Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tarigan, B. 2009.Aktivitas Harian Monyet Ekor

  Preminary Study. Primates, 22(2): 192-205 .. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1.

  fascicularis in Mauritius: A

  Sussman, R.W. & Tattersall, I. 1981. Behaviour and ecology of Macaca

  Susanto, A. 2012. Struktur Komposisi Vegetasi Di Kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan. Jurnal. Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

  Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

  Supriatna, J. & Wahyono, E. H. 2000.Panduan Lapangan Primata Indonesia.

  Sukendro, S.J. 2009. Beringin. Jakarta. http://sulur.woldpress.com/home/ / (7 Oktober 2011).

  Barat.Skripsi. Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

  fascicularis) di Pulau Tinjil, Jawa

  Sugiharto, G. 1992. Studi Perilaku Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca

  Pelaksanaan Konvensi CITES Di Indonesia. Jakarta: JICA

  Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primatas. Pogonias Press. New York. Sajuthi D. 1983.Satwa Primata sebagai Hewan Laboratorium. Bogor. Santoso, N. 1996. Analisis Habitat Dan Potensi

  jalan-jalan/2010/04/25/hutan- monyet-lembah-sarijo/. Diakses tanggal 9 Januari 2014

  Pakan Monyet Ekor Panjang

  (Macaca fascicularis, Raffles,

  1821) Di Pulau Tinjil.Media

  Konservasi: Jurnal Ilmiah Bidang

  Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungannya. Vol. 5 (10:5-9) Seponada, F. 2010. Hutan Monyet Lembah Sarijo.

  

  Setiadi, D. & Tjondronegoro, P.D. 1989.Dasar- Dasar Ekologi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  Soehartono, T. & Mardiastuti, A. 2003.

  Sinaga, S.M., Utomo, P., Hadi, S., & Archaitra, N.A. 2010.Pemanfaatan Habitat oleh Monyet Ekor Panjang

  (Macaca fascicularis) di Kampus

  IPB Darmaga. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

  Smith, J. B. & S. Mangkoewidjojo. 1988.

  Pemeliharaan, Pembiaakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

  Soegianto, A. 1994. Ekologu Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.

  Utomo, Budi. 2000. Kerusakan Hutan Akibat Invasi Tumbuhan di Hutan Pegunungan Atas (1500-2500mdpl) Taman Nasional Gunung Gede Pangrao. Wheatley, B. P. 1980. Feeding and Ranging of East Bomean. In : The Macaques :Studies in Ecology, Behavior and Evolution, Linburg, D. (Ed). Van Nostrand Reinhold Co., New York,pp.215-246.

  Widarteti, A.N. Pratiwi, D. Diapari & Tjakradidjaja, A.S. 2009.Perilaku Harian Pada Lutung Kelabu Betina (Trachypithecus cristatus) di Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia 18(1):33-40.

  Yeager C.P. 1996. Feeding ecology of longtailed macaque (Macaca fascicularis) in Kalimantan Tengah, Indonesia.Int J Primatol 17:51-62.