Hubungan antara adversity quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DAN STRES PADA
MAHASISWA YANG BEKERJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Frederikus Renda Tricahya
NIM: 059114019
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
HALAMAN MOTTO "layang-layang dapat terbang karena melawan angin, bukan bersama angin."
...dan aku persembahkan untuk......
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 30 September 2010 Penulis Frederikus Renda Tricahya
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DAN STRES PADA
MAHASISWA YANG BEKERJA
Frederikus Renda Tricahya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara Adversity Quotientdan Stres pada mahasiswa yang bekerja. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan
yang negatif antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja. Dengan demikian
peneliti menarik asumsi bahwa apabila Adversity Quotient tinggi maka stres akan menjadi rendah
dan begitu juga sebaliknya apabila Adversity Quotient rendah maka stres akan menjadi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif dalam hal akademis dan bekerja
sebagai pekerja paruh waktu (part timer). Mahasiswa yang masih aktif dalam hal akademis adalah
mahasiswa yang masih mengambil minimal 12 sks dalam setiap semester dan tidak dalam masa
cuti studi. Sedangkan pekreja paruh waktu adalah pekerja yang bekerja minimal 4 jam sehari
dengan waktu kerja minimal 5 hari dalam seminggu. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri
dari dua alat ukur, skala Adversity Quotient dan skala stres. Masing-masing skala telah melalui
penyaringan item dengan tryout, sehingga diperoleh 40 item pada skala Adversity Quotient dengan
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,917 dan 39 item pada skala stres dengan koefisien reliabilitas
alpha sebesar 0,934. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,329
dengan signifikasi sebesar 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara variabel Adversity Qoutient dan Stres. Hal juga ini menandakan bahwa hipotesis awal
penelitian, yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara adversity quotient dan stress pada
mahasiswa yang bekerja dapat diterima. Kata Kunci : Adversity Quotient, Stres
THE RELATIONSHIP BETWEN ADVERSITY QUOTIENT AND STRESS
ON THE WORKING STUDENTS
Frederikus Renda Tricahya
ABSTRACT
The aim of the research was to test whether any relationship between Adversity Quotientand stress on the working students. The hypothesis of the research was that there was negative
relationship between Adversity Quotient and stress on the working students. Thus, the researcher
assumed that the higher the Adversity Quotient the lower the stress and the lower the Adversity
Quotient the higher the stress. The subjects of the research were academically active students and
worked as part timers. Academically active students were students who still took at least 12 credits
on each semester and were not on the free period of study. Part timers were workers who worked
at least 4 hours a day with minimum 5 days working period a week. The instruments used were 2
scaling devices those were Adversity Quotient scale and stress scale. Each scale had items sorting
by tryouts so there were 40 items on the Adversity Quotient scale with 0.917 alpha reliability
coefficients and 39 items on the stress scale with 0.934 alpha reliability coefficients. The result of
the data analysis indicated that the correlation coefficients were 0.329 with 0.003 significances. It
indicated that there was negative and significant relationship between the Adversity Quotient and
stress variables. It also indicated that the hypothesis of the research, there was negative and
significant relationship between Adversity Quotient and stress on working students was
acceptable.Keyword : Adversity Quotient, stress
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Frederikus Renda Tricahya Nomor Mahasiswa : 059114019Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Adversity Quotient dan Stres
Pada Mahasiswa Yang Bekerja
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 September 2010 Yang menyatakan,KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji skripsi, yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga mempermudah pengerjaan skripsi ini
4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi,. M.Psi. selaku dosen penguji skripsi, yang telah memberikan masukan hingga mempermudah pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie), terimakasih atas segala kerjasama yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.
8. Sahabat-sahabatku, Joana, Budi, Uci, Rindi, Sella, yang tak henti-
hentinya meneriakan jangan pernah menyerah dan mendampingi selalu dalam pengerjaan karya ini.
9. Teman-teman di kontrakan AKSI 05 ( Lucky, Hanes, Tristan, Sherly,
Arya, Aan, Bagoes, Bayu), teman-teman PASTEL, teman-teman Red Pavlov, teman-teman UNISON dan teman-teman di Psikologi yang selalu memberikan semangat dan tempat untuk mengaduh serta yang slalu memberikan keceriaan kepadaku.
10. Kurt Cobain, Eddie Vedder, dan Alexander Supertramp, yang telah
memberikan inspirasi dan pelajaran hidup yang berharga.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih
semuanya.Penulis, Frederikus Renda Tricahya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vPERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... xDAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1 Pengertian Stres .................................................................................. 7
2 Gejala Stres ......................................................................................... 8
3 Faktor-Faktor Penyebab Stres ............................................................. 9
4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Terhadap Stres ........ 14
5 Stres Pada Mahasiswa Yang Bekerja .................................................. 15
B. Adversity Quotient ..................................................................................... 19
1 Pengertian Adversity Quotient ............................................................ 19
2 Dimensi Adversity Quotient ................................................................ 20
3 Tiga Tipe Manusia Berdasar Adversity Quotient ................................. 23
4 Adversity Quotient Pada Mahasiswa Yang Bekerja ............................. 26
C. Dinamika Adversity Quotient dan Stres ..................................................... 27
D. Hipotesis .................................................................................................... 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ .33B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................... .33
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ .33
D. Subyek Penelitian ..................................................................................... .34
E. Metode dan Alat Penelitian ........................................................................ .35
F. Pertanggungjawaban Mutu.......................................................................... .38
1 Estimasi Validitas Alat Tes .................................................................. .38
2 Seleksi Aitem ....................................................................................... .39
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. .44
1 Uji Asumsi ........................................................................................... .44
2 Uji Hipotesis ........................................................................................ .45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. .46
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... .46B. Data Demografi Subjek Penelitian ............................................................. .46
B. Uji Asumsi ................................................................................................. .47
1 Uji Normalitas ...................................................................................... .47
2 Uji Linearitas........................................................................................ .48
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... .48
1 Uji Hipotesis ........................................................................................ .48
2 Uji Tambahan ....................................................................................... .49
E. Pembahasan ................................................................................................. .51
BABV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. .56
A. Kesimpulan ................................................................................................ .56
B. Saran .......................................................................................................... .56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .57
LAMPIRAN ....................................................................................................... .59
DAFTAR TABEL
1. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Adversity Quotient ................................ 36
2. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Adversity Quotient ......................... 37
3. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Stres ....................................................... 38
4. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Stres................................................ 38
5. Tabel Skala Adversity Quotient Sebelum Dan Sesudah Uji Coba ............... 41
6. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Adversity Quotient Setelah Uji Coba .... 42
7. Tabel Skala Stres Sebelum Dan Sesudah Uji Coba ...................................... 43
8. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Stres Setelah Uji Coba ............................ 44
9. Tabel Data Pekerjaan Subjek ......................................................................... 47
10. Tabel Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 47
11. Tabel Data Teoritis Dan Empiris ..................................................................... 50
DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Stres .............................. 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala .............................................................................................. 59
1.1 Skala Adversity Quotient Sebelum Uji Coba ......................................... 60
1.2 Skala Stres Sebelum Uji Coba ................................................................ 65
1.3 Skala Adversity Quotient Setelah Uji Coba ............................................ 69
1.4 Skala Stres Setelah Uji Coba................................................................... 72
Lampiran 2 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas ............................................. 75
2.1 Reabilitas Skala Adversity Quotient ...................................................... 75
2.2 Reabilitas Skala Stres ............................................................................. 81
Lampiran 3 : Data Penelitian............................................................................... 85
3.1 Data Skala Adversity Quotient .............................................................. 86
3.2 Data Skala Stres ..................................................................................... 92
Lampiran 4 : Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 98
4.1 Uji Normalitas ......................................................................................... 99
4.2 Uji Linearitas ........................................................................................... 99
Lampiran 5 : Hasil Uji Hipotesis dan Tambahan ................................................ 100
4.1 Uji Hipotesis ........................................................................................... 101
4.2 Data Deskriptif Statistik .......................................................................... 101
4.2 Uji T ........................................................................................................ 101
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia
karena bekerja merupakan hakikat dasar, sehingga bekerja akan memberikan status pada orang tersebut. Kerja juga bisa mengikat individu, sehingga pada akhirnya dapat memberikan isi dan makna kehidupan seorang manusia. (Anoraga, 1995). Fenomena yang berkembang pada saat ini adalah banyak mahasiswa yang selain kuliah memanfaatkan waktunya untuk bekerja. Mereka bekerja dengan motivasi yang berbeda-beda. Ada yang bekerja dengan alasan ekonomi, atau dengan alasan psikologis yang berhubungan dengan tingkat perkembangan yang telah dicapai, yaitu remaja ingin mewujudkan dirinya sendiri, ingin merdeka dan menentukan hidupnya sendiri (Monk, 2001). Disamping itu ada sebagian mahasiswa yang bekerja dengan keinginan untuk mencari pengalaman kerja. Dengan adanya pengalaman kerja mereka berharap dapat memberi nilai tambah bagi mereka ketika melamar pekerjaan baru selepas menempuh pendidikan di Universitas atau perguruan tinggi (Lina, 2000).
Sasaran pertama yang dilakukan mahasiswa adalah menjadi pekerja paruh waktu (part timer). Bekerja part time dapat di definisikan sebagai bekerja selama waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh perusahan atau majikan, dengan masa waktu kerja 4-6 jam perhari dengan waktu kerja 5-7 hari perminggunya atau di simpulkan bahwa bekerja paruh waktu adalah bekerja dengan standard yang lebih rendah dari pada bekerja full time . Dari segi waktu dan pendapatan, umumnya waktu kerja pada pekerjaan paruh waktu juga lebih pendek dan gajinyapun lebih sedikit tergantung dari kesepakatan atau kontrak kerja yang di sepakati.
Seorang mahasiswa yang bekerja tentunya memiliki kesibukan-kesibukan akademik juga seperti adanya tugas-tugas mata kuliah dan jadwal kuliah yang harus dihadapi setiap harinya. Oleh karena itu, beban tugas dan pada mahasiswa yang bekerja tentu lebih besar dari pada beban tugas mahasiswa pada umumnya karena mahasiswa yang bekerja memiliki tanggung jawab lain yaitu bekerja di sela-sela kesibukan akademisnya sebagai seorang mahasiswa (Handianto, 2006).
Seringnya terjadi benturan dua tuntutan yang berbeda ini menimbulkan tegangan (stres) pada diri mahasiswa yang bekerja. Stres yang dialami mahasiswa yang bekerja dapat berupa kelebihan beban atau overload dalam hal tuntutan tugas- tugas yang harus dikerjakannya, time pressur, dan konflik peran (role conflict) (Girdano,1990).
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Mahasiswa mempunyai tugas begitu juga dengan karyawan.
Mahasiswa dalam kuliahnya meskipun tidak semua mata kuliah diberikan tugas dan tidak semua dosen memberikan tugas tapi setiap semesternya pasti ada beberapa tugas yang harus dikerjakan. Selain itu mahasiswa juga harus belajar untuk mempersiapkan ujian dan dalam kuliah terdapat juga beberapa kuis. mahasiswa yang bekerja tuntutan tugas mereka dua kali lipat karena pada satu peran ia harus mengerjakan tugas-tugas kuliah dan pada peran lainnya harus mengerjakan tugas-tugas kantornya. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Peran sebagai mahasiswa dan peran karyawan seringkali mengalami ketidaksesuaian. Pada mahasiswa yang bekerja, time
pressure yang mereka rasakan pasti tidak bisa dihindari. Time pressure ini terjadi
karena harus melakukan terlalu banyak hal dengan waktu yang sedikit (Munandar, 1995). Munandar mengatakan bahwa waktu dalam masyarakat industri merupakan suatu unsur yang sangat penting. Setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Waktu merupakan salah satu ukuran dari efisiensi. Atas dasar ini orang sering harus bekerja berkejaran dengan waktu. Tugas harus diselesaikan sebelum waktu berakhir (dead line).
Bagaimanapun juga stres yang dialami mahasiswa yang memiliki peran ganda harus dihadapi agar segala yang menjadi keinginan dalam bekerjanya dapat terpenuhi. Kemampuan untuk bertahan dalam keadaan stres yang dialami mahasiswa yang bekerja ini tentunya juga dipengaruhi oleh berbagai kekuatan dari dalam seorang mahasiswa tersebut untuk bertoleransi terhadap stress yang atara lain self esteem, self efficacy, locus of control, tipe kepribadian A – B dan
coping strategy . Ada wacana baru yang yang mengungkap suatu kemampuan
individu dalam menghadapi stres dan kesulitan sehingga individu tersebut dapat menghadapi stres dengan baik. Kemampuan ini oleh Paul G. Stoltz (2000) pengaruh yang sangat besar dalam mengadapi kegagalan, kondisi-kondisi sulit, dan tekanan. Dengan Adversity Quotient, seseorang tidak hanya dapat menghadapi kondisi sulit dan kegagalan namun juga dapat mengubahnya menjadi peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar. Di Amerika telah banyak perusahaan-perusahan yang besar telah menggunakan model training Adversity
Quotient untuk menghadapi stres kerja dan burnout yang sering dirasakan
karyawan pada perusahaan tersebut. Dengan training Adversity Quotient ini tidak hanya mampu mengurangi stres yang dirasakan karyawan namun juga dapat memberikan peningkatan produktivitas pada perusahaan tersebut (Century, 2004). Bagi mahasiswa yang bekerja, Adversity Quotient ini menjadi sangat penting karena Adversity Quotient akan memberikan cara dalam menghadapi situasi sulit (stres) yang dialami mahasiswa yang bekerja sehingga tidak menghambat aktifitasnya baik sebagai mahasiswa maupun pekerja.
Adversity Quotient sendiri merupakan derajat kemampuan seseorang dalam bertahan dan menanggulangi situasi yang dianggapnya sebagai masalah.
Satu proses yang dimulai dari persepsi seseorang terhadap sebuah situasi yang menentukan tindakan orang itu dalam menghadapi situasi tersebut. Tindakan ini akan menjadi pola reaksi dari individu yang mana pola ini dapat berubah dan diubah. Selanjutnya Adversity Quotient (AQ) akan berinteraksi dengan kecerdasan umum (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) sehingga memungkinan individu mampu menghadapi rintangan hidup. Surekha (2001) menambahkan bahwa
Adversity adalah kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan.
Mahasiswa yang bekerja telah menerima segala konsekuensi dari keputusannya untuk bekerja seperti harus membagi waktu kuliah dengan bekerja demi mendapatkan tambahan uang saku, pengalaman kerja dan pengembangan diri dalam kaitannya dengan persaingan di dunia kerja yang sebenarnya (pujianto 2002). Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan individu yang pesimis dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki Adversity
Quotient yang tinggi atau rendah. Kondisi stress yang terima oleh mahasiswa
yang bekerja tentunya dapat direduksi apabila seseorang tersebut memiliki
Adversity Quotient yang tinggi karena kesulitan- kesulitan yang didapatkan dalam
aktivitasnya baik dalam bekerja maupun belajar dapat dihadapi dengan baik, sehingga segala macam tujuan yang menjadi motivasi dalam diri mahasiswa yang bekerja dapat tercapai.
Dari berbagai uraian di atas dapat dilihat adanya hubungan yang erat antara Adversity Quotient seseorang dalam menghadapi stres. Banyak penelitian sebelumnya tentang stres kerja yang dialami oleh karyawan atau pekerja. Beberapa penelitian meneliti tentang stres pada mahasiswa. Tetapi belum banyak penelitian yang menyoroti kemampuan individu dalam menghadapi stres dari segi internal pada mahasiswa yang bekerja. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin meneliti tentang hubungan antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja?
C. Tujuan Penelitian
Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan kepada perkembangan ilmu Psikologi Perkembangan dan
Industri.
2. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian tentang hal ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membantu mahasiswa yang bekerja untuk mengetahui diri sehingga dapat menjadi siap dalam menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam peranya sebagai mahasiswa dan pekerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES
1. Pengertian Stres
Menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) stres dapat di definisikan sebagai respon tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan yang melebihi kemampuanya
Hal tersebut sama dengan definisi yang di ungkapkan oleh Rice (1992) bahwa stres merupakan subjektif respon. Ini berasal dari internal seseorang seperti emosinya dan bagaimana ia menanggapi dan mengatasi stimulus tersebut.
Menurut David (1990) stres juga didefinisikan sebagai respon otomatis dari tubuh yang berasal dari pikiran-pikiran, perubahan-perubahan, dan tantangan yang muncul pada kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang merasa terganggu.
Stress dapat juga berarti respon fisiologis, psikologis, dan prilaku dari seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan diri dari tekanan baik secara internal maupun eksternal (Laurentius, 2003).
Dari uraian diatas maka stres dapat didefinisikan yaitu merupakan bentuk respon psikologis dari stimulus yang berasal dari suatu kejadian, lingkungan dan kondisi fisik yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan berada
2. Gejala Stres
Menurut Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1992) gejala stres dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu : a. Gejala Psikologis : Kecemasan, ketegangan; bingung, marah, sensitif; memendam perasaan; komunikasi tidak efektif; mengurung diri; depresi; merasa terasing dan mengasingkan diri; kebosanan; ketidakpuasan kerja; lelah mental; menurunnya fungsi intelektual; kehilangan daya konsentrasi; kehilangan spontanitas dan kreativitas; kehilangan semangat hidup; menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.
b. Gejala Fisik : Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah; meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin; gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung); mudah terluka; mudah lelah secara fisik; kematian; gangguan kardiovaskuler; gangguan pernafasan; lebih sering berkeringat; gangguan pada kulit; kepala pusing, migrain; kanker ketegangan otot; problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur)
c. Gejala Perilaku : Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas; penurunan prestasi dan produktivitas; meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk; perilaku sabotase; meningkatnya frekuensi absensi; perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan); kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat ngebut, berjudi; meningkatnya agresivitas dan kriminalitas;penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman; kecenderungan bunuh diri
3. Faktor-faktor yang menyebabkan stres
a) Stres Akademik Menurut P. G. Hanson (1987) Stres akademik adalah stres yang berasal dari akademi atau pendidikan. Lingkungan dimana mahasiswa kuliah dapat berperan dalam menimbulkan stres seperti misalnya lingkungan yang padat dan ramai. Dalam menghadapi ujian dapat mengakibatkan terjadinya stres. Kecemasan dalam menghadapi ujian merupakan masalah utama yang dihadapi mahasiswa. Mengerjakan tugas yang banyak dapat menyebabkan terjadi academic overload. Lingkungan masyarakat dimana terdapat tuntutan untuk mendapat pendidikan yang tinggi membuat lingkungan pendidikan menjadi sangat kompetitif. Tuntutan untuk mendapat gelar agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik menjadi sebuah tekanan yang mengakibatkan stres bagi pelajar.
b) Stres Pekerjaan Yang menjadi penyebab stres pada faktor pekerjaan adalah banyaknya beban pekerjaan (overload). Overload adalah keadaan dimana tuntutan atau kebutuhan melebihi kapasitas individu untuk melakukannyan (Girdano,1990). Overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan yang ditarge tkan melebihi kapasitas individu tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan tinggi".
Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan
sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan. Dalam sebuah perusahaan tidak jarang seorang karyawan mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan bidangnya.
c) Stres Organisasi Organisasi adalah suatu unit sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama (Robbins, 1998). Perusahaan atau universitas dapat digolongkan sebagai sebuah organisasi.
Robbins (1998) membuat tiga kategori penyebab potensial stres yaitu faktor lingkungan, faktor organisasional dan faktor individu. Karena sekolah, perusahaan atau unit kegiatan lain termasuk dalam dikategorikan sebagai organisasi maka faktor organisasional tentunya akan lebih berpengaruh.
Faktor ini lebih banyak terjadi pada perusahaan tapi dapat juga terjadi pada mahasiswa karena universitas merupakan sebuah organisasi.
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang atasan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berkisar dalam kategori tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi. Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan, kondisi kerja, dan tata letak kerja fisik.
Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran terjadi bila harapan-harapan tidak dapat diwujudkan atau dipuaskan . Peran yang kelebihan beban dialami bila individu diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh rekan kerja. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar.
Struktur organanisasi menentukan tingkat diferensiasi (pembedaan) dalam organisasi, tingkat aturan dan pengaturan, dan di mana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam keputusan mengenai seorang karyawan merupakan suatu contoh dari variabel struktural yang mungkin merupakan sumber potensial dari stres.
Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial dari eksekutif senior organisasi. Beberapa pejabat eksekutif kepala menciptakan suatu budaya yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan kecemasan. Mereka membangun tekanan yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan pengawasan yang berlebihan ketatnya, dan secara rutin memecat karyawan yang tidak dapat mengikuti.
d) Faktor Individu (Internal) Selain faktor-faktor penyebab stres yang berasal dari luar (eksternal), ada pula yang berasal dari faktor individu sendiri (internal).
Faktor ini adalah berdasarkan kepribadian (personality) individu yang bersangkutan. Allport (dalam Hawari 2001) mendefinisikan personality sebagai :
“Personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his
environment”.Setiap individu memiliki penyesuaian tersendiri terhadap lingkungannya. Hal ini mempengaruhi tingkat ketahanan individu terhadap stres. Aspek-aspek kepribadian yang dapat mempengaruhi tingkat ketahanan individu terhadap stres antara lain self esteem, self efficacy,
locus of control, dan tipe kepribadian A – B Self esteem atau pandangan yang positif terhadap diri sendiri
merupakan sumber coping untuk stres. Individu dengan self esteem yang untuk mengadopsi strategi coping yang efektif untuk mengatasi stres ketimbang individu dengan self esteem yang rendah.
Self efficacy adalah sebagaimana baik seorang individu dapat
mengatasi atau menghadapi sebuah situasi (Bandura, 1982). Jika individu yakin dengan kemampuannya untuk mengatasi sebuah situasi dengan baik atau dengan kata lain mempunyai self efficacy yang tinggi lebih tahan dalam menghadapi stres.
Wrightsman & Deaux (dalam Hawari, 2001) menyebutkan, Locus
Of Control (LOC) merupakan kecenderungan secara umum untuk
meyakini bahwa kontrol atas kejadian-kejadian dalam kehidupan ada secara internal maupun eksternal. LOC internal cenderung merasa yakin bahwa kontrol kejadian-kejadian ada di dalam tangannya sendiri. LOC eksternal memiliki keyakinan bahwa kehidupannya dipengaruhi oleh orang lain atau peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dikontrolnya. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa individu dengan LOC internal lebih tahan terhadap stres. Hal ini disebabkan karena mereka percaya bahwa mereka dapat mengontrol situasi atau keadaan yang ada dalam mencapai tujuan mereka (Hawari, 2001).
Individu dengan Tipe Kepribadian A lebih mudah terserang stres ketimbang individu dengan Tipe Kepribadian B. Hal ini disebabkan ciri- ciri dari Tipe Kepribadian A. Dalam buku Manajemen Stres, Cemas dan Depresi (Dadang Hawari, 2001) Rosenmen & Chesney 1980
1. ambisius, agresif dan kompetitif 2. kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional) 3. kewaspadaan berlebihan, kontro diri kuat, percaya diri berlebihan
(over confidence)
4. cara bicara cepat, bertindak cepat, hiperaktif, tidak dapat diam 5. bekerja tidak mengenal waktu (workcoholik) 6. pandai berorganisasi dan memimpin dan memerintah (otoriter) 7. lebih suka bekerja sendirian 8. kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-gesa 9. mudah bergaul, pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan 10. tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel) 11. bila berlibur pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai 12. berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi ketahanan (resilience) terhadap
stresMenurut Norman Garmezy (dalam Santrock, 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi stres ketahanan (resilience) seseorang terhadap stres yaitu : 1. ketrampilan kognitif (perhatian, pemikiran reflektif) dan respon
2. keluarga, ditandai dengan adanya kehangatan, keterikatan satu sama lain, dan ada orang dewasa yang memperhatikan 3. ketersediaan sumber dukungan eksternal, seperti ketika kebutuhan yang kuat akan tokoh ibu dapat dipenuhi oleh tokoh guru, tetangga, orang tua teman, atau struktur institusional.
5. Stress pada mahasiswa yang bekerja
Seorang mahasiswa tentunya memiliki kesibukan-kesibukan akademik seperti adanya tugas-tugas mata kuliah dan jadwal kuliah yang harus dihadapi setiap harinya. Oleh karena itu, beban tugas pada mahasiswa yang bekerja tentu lebih besar dari pada beban tugas mahasiswa pada umumnya karena mahasiswa yang bekerja memiliki tanggung jawab lain yaitu bekerja di sela-sela kesibukan akademisnya sebagai seorang mahasiswa (Handianto, 2006). Seringnya terjadi benturan dua tuntutan yang berbeda ini menimbulkan tegangan (stres) pada diri mahasiswa yang telah bekerja. Seseorang yang berada dalam keadaan seperti itu akan merasa kelebihan beban dan menjadi tegang. Kelebihan beban itu yang disebut overload (Girdano,1990).
Overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif (Girdano,
1990). Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas seseorang. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif. Mahasiswa maupun karyawan dapat saja mengalami kuantitatif dan kualitatif dialami secara bersamaan. Overload secara kuantitatif pada mahasiswa dapat terjadi bila mendapat materi kuliah yang diberikan untuk ujian dan tugas yang diberikan terlalu banyak sedangkan waktu yang diberikan untuk mempelajari dan mengerjakannya tidak sebanding. Overload secara kualitatif pada mahasiswa terjadi bila materi kuliah yang diberikan terlalu beragam sehingga sulit untuk dapat memahaminya dan tugas yang diberikan terlalu komplek dan sulit bagi mahasiswa untuk mengerjakannya. Pada karyawan yaitu bila tugas yang diberikan juga beragam dan terlalu sulit sehingga sangat menyita kemampuannya atau bahkan tidak sesuai dengan kemampuannya untuk mengerjakanya.
Keputusan seorang mahasiswa ini menjadikan seorang mahasiswa yang juga bekerja memiliki peran ganda baik sebagai mahasiswa maupun pekerja.
Peran (role) adalah aspek fungsional yang berasosiasi dengan posisi spesifik dalam konteks sosial. Setiap orang memiliki lebih dari satu peran dalam kehidupannya. Ada kalanya peran-peran yang dijalani memiliki ketidaksesuaian antara kebutuhan atau tuntutan peran yang satu dengan yang lainnya.
Ketidaksesuaian ini menyebabkan terjadinya konflik peran (role conflict) (Girdano, 1990).
Role conflict dapat dibedakan menjadi dua yaitu interrole conflict dan
intrarole conflict . Kedua jenis role conflict itu dialami oleh mahasiswa yang
bekerja. Sebagai mahasiswa, mereka mengalami intrarole conflict ketika harus menyelesaikan tugas atau menghadapi ujian dua mata kuliah yang berbeda. atau lebih tugas pada waktu yang relatif bersamaan. Pada mahasiswa yang bekerja selain konflik tersebut mereka juga mengalami interrole conflict. Ini terjadi karena peran mereka sebagai karyawan yang harus melakukan aktivitas dalam pekerjaannya dan juga sebagai mahasiswa yang harus melakukan aktivitas dalam kuliahnya.
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Mahasiswa mempunyai tugas begitu juga dengan karyawan.
Mahasiswa dalam kuliahnya meskipun tidak semua mata kuliah diberikan tugas dan tidak semua dosen memberikan tugas tapi setiap semesternya pasti ada beberapa tugas yang harus dikerjakan. Selain itu mahasiswa juga harus belajar untuk mempersiapkan ujian dan dalam kuliah terdapat juga beberapa kuis.