Bab VI - DOCRPIJM 1503558809006 BAB VI PROFIL KABUPATEN

 








Bab VI
Profil Kabupaten Lamongan


6.1. GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH
6.1.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan
Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara

181.280 Ha atau + 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang
garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan
adalah







Sebelah Utara

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Laut Jawa

: Berbatasan dengan Kabupaten Gresik

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Jombang dan Kab. Mojokerto
Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban.

Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan secara geografis terletak


pada 6º 51’ 54” sampai dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur
timur 112° 4’ 41” sampai 112° 33’ 12” bujur timur.Wilayah Kabupaten Lamongan

dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan
menjadi tiga karakteristik yaitu :


Bagian Tengah Selatan : Merupakan dataran rendah yang relatif subur yang
membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan,
Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembang bahu

VI ‐ 1

 



Bagian Selatan dan Utara : Merupakan pegunungan kapur berbatu batu dengan

kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup,nSambeng,



Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro.

Bagian Tengah Utara : Merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah

rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah.
No

Tabel 6.1. Luas Wilayah Kabupaten Bangkalan Tahun 2013
Kecamatan

1
Sukorame
2
Bluluk
3
Ngimbang
4

Sambeng
5
Mantup
6
Kembangbahu
7
Sugio
8
Kedungpring
9
Modo
10
Babat
11
Pucuk
12
Sukodadi
13
Lamongan
14

Tikung
15
Sarirejo
16
Deket
17
Glagah
18
Karangbinangun
19
Turi
20
Kalitengah
21
Karanggeneng
22
Sekaran
23
Maduran
24

laren
25
Solokuro
26
Paciran
27
Brondong
Jumlah

Luas Wilayah

4.147
5.415
11.433
19.544
9.307
6.384
9.129
8.443
7.780

6.295
4.484
5.232
4.038
5.299
4.739
5.005
4.052
5.288
5869
4335
5132
4965
3015
9600
10102
4789
7459
181.280


Jarak Ke Ibu Kota
Kabupaten

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka Tahun 2013

51
41
39
31
19
14
17
29
37
27
17
11
1
8
14

4
14
16
6
25
24
22
27
36
39
44
50
663




VI ‐ 2

 


























Gambar 6.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan

6.1.2. Penggunaan Lahan Kabupaten Lamongan
Luas wilayah Kabupaten Lamongan yaitu 181.280,00 Ha. Untuk pola

penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Lamongan pada tahun 2013, penggunaan

tanahnya relatif meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur. Pola
penggunaan tanah yang paling dominan di Kabupaten Lamongan yaitu Sawah Irigasi

yaitu seluas 45.841,00 Ha kemudian Hutan yang mencapai luas 33.717,30 Ha,dan
Sawah Tadah Hujan yaitu dengan luas 33.479,00 Ha. Selebihnya adalah berupa tegal,

Lahan Kosong, Hutan Rakyat, Perkebunan, Rawa dan Kolam. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut.

VI ‐ 3

 

Tabel 6.2. Penggunaan Lahan Kabupaten lamongan

No

Jenis Penggunaan Lahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah

Permukiman
Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Perkebunan
Hutan
Hutan Rakyat
Tambak
Sungai
Waduk
Tegalan / Ladang
Pertambangan
Peruntukan lainnya (Rawa, Tanah Tandus, dll)

Luas (Ha)

Porsentase
(%)

13.030,00
45.841,00
33.479,00
9.919,14
33.717,30
7.098,10
1.380,05
8.760,00
8.719,50
12.138,91
1.200,00
5.997,00
181.280,00

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka Tahun 2013

7,19
25,29
18,47
5,47
18,60
3,92
0,76
4,83
4,81
6,70
0,66
3,31
100,00





















Gambar 6.2. Penggunaan Lahan Kabupaten Lamongan
VI ‐ 4

 

6.2. GAMBARAN DEMOGRAFIS
6.2.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan hingga tahun 2013 yaitu 1.179.059

jiwa dimana wilayah dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Paciran

sebesar 90.700 jiwa sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk terkecil terdapat di
Kecamatan Sukorame sebesar 20.126 jiwa, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel .

Tabel 6.3. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2013

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Jumlah

KECAMATAN

Sukorame
Bluluk

LAKI LAKI

9.916

10.210

23.677

24.321

10.321

Ngimbang

21.610

Kembangbahu

22.910

Sambeng

Mantup

PEREMPUAN

21.067

JUMLAH

20.126

11.108

21.429

21.683

42.750

22.068

23.122

43.678

47.998
46.032

Sugio

26.639

27.839

54.478

Babat

37.491

38.687

76.178

Kedungpring

Modo

Pucuk

Sukodadi

24.138

21.754

18.838

24.554

26.175

23.234

20.215

26.128

50.313

44.988

39.053

50.682

Lamongan

31.864

33.219

65.083

Deket

20.466

20.579

41.045

Tikung

Sarirejo
Glagah

Karangbinangun

20.511

11.102

17.232

16.160

20.972

11.401

17.782

17.125

41.483

22.503

35.014
33.285

Turi

23.522

24.189

47.711

Sekaran

15.685

17.758

33.443

Kalitengah

Karanggeneng
Maduran
laren

Solokuro
Paciran

Brondong

14.438

17.323

12.234

16.729

18.384

43.986

30.287

572.838

15.656

19.286

30.094

36.609

14.054

26.288

46.714

90.700

19.763

21.146

31.787

606.221

36.492

39.530

62.074

1.179.059

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka Tahun 2013

VI ‐ 5

 

6.2.2. Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk Kabupaten Lamongan di masing – masing kawasan

memiliki tipikal yang berbeda hal ini dipengaruhi oleh faktor luasan serta jumlah
penduduk yang ada pada kawasan tersebut. Dilihat dari tingkat kepadatannya pada

tahun 2013 penduduk Kecamatan Paciran mempunyai tingkat kepadatan paling

tinggi dibandingkan Kecamatan lainnya yaitu sebesar 1.894 Jiwa/Km². Tingkat
kepadatan paling rendah yaitu berada di Kecamatan Sambeng dengan kepadatan

penduduk sebesar 246 Jiwa/Km². Selanjutnya rincian tingkat kepadatan dan jumlah

penduduk di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Jumlah

Tabel 6.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2013
Kecamatan

Sukorame
Bluluk
Ngimbang
Sambeng
Mantup
Kembangbahu
Sugio
Kedungpring
Modo
Babat
Pucuk
Sukodadi
Lamongan
Tikung
Sarirejo
Deket
Glagah
Karangbinangun
Turi
Kalitengah
Karanggeneng
Sekaran
Maduran
laren
Solokuro
Paciran
Brondong

Luas Wilayah
(Km²)

Jumlah Penduduk
(Jiwa)

41,47
54,15
114,33
195,44
93,07
63,84
91,29
84,43
77,80
62,95
44,84
52,32
40,38
52,99
47,39
50,05
40,52
52,88
58,69
43,35
51,32
49,65
30,15
96,00
101,02
47,89
74,59
1.812,80

20.126
21.429
43.678
47.998
42.750
46.032
54.478
50.313
44.988
76.178
39.053
50.682
65.083
41.483
22.503
41.045
35.014
33.285
47.711
30.094
36.609
33.443
26.288
36.492
39.530
90.700
62.074
1.179.059

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka Tahun 2013

Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Ha)
485
396
382
246
459
721
597
596
578
1.210
871
969
1.612
783
475
820
864
629
813
694
713
674
872
380
391
1.894
832
650



VI ‐ 6

 

6.3. GAMBARAN TOPOGRAFI
Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan

merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar

atau dengan tingkat kemiringan 0‐2% yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket,
Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng,Glagah,

Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng,
sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang
dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemirimgan lahan 40% lebih.

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah

di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari

dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0‐20 m dengan luas 50,17% dari luas
Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25‐100 m seluas 45,68% dan sisanya
4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m.

Tabel 6.5. Luas Daerah Per Kecamatan Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten
Lamongan
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Kecamatan

Sukorame
Bluluk
Ngimbang
Sambeng
Mantup
Kembangbau
Sugio
Kedungpring
Modo
Babat
Pucuk
Sukodadi
Lamongan
Tikung
Sarirejo
Deket
Glagah
Karangbinann
Turi
Kalitengah
Karanggeneg
Sekaran
Maduran

0‐2%

2.923
3.503
5.069
5.116
8.217
6.352
7.020
6.041
5.953
5.361
4.386
5.232
4.038
5.299
4.739
5.005
4.052
5.288
5.869
4.335
5.132
4.965
3.015

2‐15%

1.224
1.85
1.452
11.806
1.06
32
2.027
1.930
1.407
772
98













15‐40%


62
4.912
2.39
30

82
472
420
162














>40%




232




















Luas (40 ha)

4.147
5.415
11.433
19.544
9.307
6.384
9.129
8.443
7.78
6.295
4.484
5.232
4.038
5.299
4.739
5.005
4.052
5.288
5.869
4.335
5.132
4.965
3.015

VI ‐ 7

 

24
25
26
27


Laren
Solokuro
Paciran
Brondong
Jumlah

7.285
2.110

5.047
131.352

2.315
7.850
4.314
2.337
40.474

Lamongan Dalam Angka Tahun 2013


142
425
75
9.172



50

282

9.6
10.102
4.789
7.459
181.28

6.4. GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air

permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang

melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya pada saat musim
kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif berkurang.
Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk‐waduk, rawa,

embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai‐sungai. Kabupaten Lamongan
dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km
dengan debit rata–rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit

minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ±
65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.

Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar

bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan–cekungan yang saat ini
berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan

yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan pada
musim kemarau.


6.5. GAMBARAN GEOLOGI
Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan

termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan

paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah

termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran

rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh

endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng

dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang

lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan

VI ‐ 8

 

masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses
sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut
yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta

Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi
aktifitas tektonik (Orogenesa Plio‐Pleistosen) yang menyebabkan terangkatnya
Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut.


6.6. GAMBARAN KLIMATOLOGI
Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim

di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua)
musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Desember sampai dengan bulan Mei, sedangkan pada bulan‐bulan lain

curah hujan relatif rendah. Rata‐rata curah hujan pada Tahun 2013 dari hasil
pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak 1.403 mm dan hari
hujan tercatat 71.16 hari.


6.7. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
Sebagai

langkah

strategis

dalam

mengimplementasikan

kebijakan

pembangunan ekonomi daerah, maka ada komponen utama yang perlu diketahui
yaitu potensi unggulan daerah. Dengan mengetahui dan memahami potensi unggulan
daerah dapat diketahui sektor‐sektor basis dan unggulan yang dapat

dipacu/diakselerasi dan dioptimalkan guna memacu perkembangan kondisi
perekonomian / pembangunan daerah pada wilayah tersebut. Hal ini tentunya akan

digunakan sebagai pendorong dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis
potensi sumber daya yang ada di Kabupaten Lamongan.

Hasil analisis komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk

Domestik regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di propinsi
Jawa Timur (38 kabupaten/kota) dengan menggunakan 2(dua) indikator utama yaitu

statis location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location Quotion (DLQ), maka dapat
diketahui sektor‐sektor unggulan daerah di Kabupataen Lamongan. Adapun sektor
unggulan Kabupaten Lamongan tersebut antara lain :


VI ‐ 9

 

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan perikanan,

Sektor industri pengolahan (khususnya sub sektor industri tanpa migas:

industri tekstil, barang kulit, barang kayu, kertas dan barang cetakan),

Sektor bangunan / kontruksi,

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (khususnya sub sektor perdagangan

besar dan eceran dan sub sektor hotel),

Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta

Sektor jasa (khususnya sub sektor sosial dan kemasyarakatan, hiburan,

rekreasi, dan perorangan dan rumah tangga).

Selain berdasarkan hasil analisis diatas, potensi unggulan suatu daerah juga

dapat dilihat dari kondisi sumberdaya yang dimiliki. Berdasarkan kondisi sumber
daya alam yang ada, potensi unggulan daerah Kabupaten Lamongan di sektor
pertanian khususnya nampak pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor

perikanan. Dengan total baku lahan sawah seluas 83.213 hektare(sekitar 7,23% dari
total Jawa Timur Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 mampu memberikan

kontribusi produksi gabah sebanyak 776.085 ton GKG (7,14% dari total produksi
gabah di Jawa Timur atau terbesar ke‐2 di Jawa Timur). Kabupaten Lamongan juga

merupakan penghasil nomor 5 (lima) terbesar di Jawa Timur untuk komoditi jagung,

yaitu sebesar 5,61% dari total Jawa Timur.

Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu

memberikan kontribusi sebesar 15,25% dari total produksi ikan di Jawa Timur atau

merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 65.874,984 ton
senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar produksi ikan di Kabupaten
Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air tawar (sawah tambak) dan

produksi perikanan laut. Perikana sawah tambak yang didukung areal 22.422,49
hektare mampu memberikan produksi ikan air tawar sebesar di Jawa Timur,

sedangkan perikanan laut yang didukung 19.994 nelayan dan 5.385 armada kapal

penangkap ikan mampu menghasilkan produksi ikan terbesar nomor 3 (tiga) di Jawa
Timur setelah Kabupaten Sumenep dan Probolinggo.

Sedangkakan pada sektor indusri pengolahan, keunggulan potensi sektor ini

banyak ditopang oleh besarnya keberadaan industri rumah tangga (IRT) dan Usaha
Mikro kecil Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data tahun 2013,di Kabupaten

VI ‐ 10

 

Lamongan berkembang 13.676 unit industri non formal dan 445 unit industri formal

yang kesemuanya memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian
daerah dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lamongan.

Sektor bangunan /kontruksi merupakan salah satu sektor unggulan daerah di

Kabupaten Lamongan.Hal ini menunjukkan suatu indikasi cepatnya laju gerak

pembangunan sarana prasarana di Kabupaten Lamongan, baik itu berupa
gedung,jalan jembatan,sarana irigasi dan infrastruktur lainnya seperti pelabuhan

penyeberangan (ASDP), obyek wisata (WBL) dan kawasan industri (LIS) yang
didukung peranan swasta/ investor.

Besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan khususnya komoditi

pertanian, pertambangan dan penggalian dan industri hasil produk lamongan
merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung dengan system
pemasaran yang efisien dan dukungan sarana prasarana (infrastruktur) yang baik.

Surplus beras pada tahun 2013 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan

salah satu komodoti perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi
perikanan air tawar (sawah tambak) dan perikanan laut yang memberikan kontribusi
besar terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada
tahun 2013 memberikan perumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 10,37%.

Sedangkan untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan rekreasi

menunjukkan suatu perkembangan yang nyata/ significant untuk memberikan
kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian daerah Kabupaten

Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan (WBL) nampak nyata

memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya kontribusi sub sektor ini

terhadap PDRB. Dengan kunjungan wisatawan mencapai kurang lebih 850.000 per
tahun merupakan suatu potensi daerah yang besar untuk terus dikembangkan dan
disinergikan dengan obyek wisata lainnya seperti wisata religi / ziarah Makam Sunan

Drajat dan Goa Maharani. Keberadaan WBL juga secara tidak langsung memberikan
multiplayer effect terhadap kembang tumbuhnya kegiatan ekenomi produktif lainnya
di masyarakat. Pada tahun 2013 sub sektor hiburan dan rekreasi mampu tumbuh
sebesar 5,23%.

Melalui pemikiran yang berwawasan luas (regional dan nasional) yang

didukung dengan pemahaman bahwa potensi ekonomi daerah bukanlah sekedar apa

VI ‐ 11

 

yang terkandung dan tersedia di daerah tersebut, tetapi juga meliputi potensi

ekonomi di luar teritori Wilayah Lamongan yang dapat mendatangkan manfaat bagi

Lamongan. Melalui riset peta potensi unggulan daerah baik yang bersifat internal

maupun lingkungan eksternal‐luar daerah, propinsi bahkan nasional disertai dengan

strategi pemasaran daerah, Kab.Lamongan memanfaatkan peluang dan potensi
tersebut demi terwujudnya kemajuan perekonomian daerah dan masyarakat
Lamongan. Wilayah Kab.Lamongan yang mempunyai letak strategis di antara pusat‐

pusat pertumbuhan di Jawa Timur merupakan potensi yang cukup besar untuk
dioptimalkan dalam rangka pengembangan wilayah.

Model pembangunan ekonomi daerah dengan pendekatan kutub

pertumbuhan (Growth Pole Approach), yaitu menciptakan pusat‐pusat pertumbuhan

(growth pole) khususnya di wilayah pantura dengan pihak investor merupakan
strategi yang telah dikembangkan selama beberapa tahun ini. Diharapkan pusat‐

pusat pertumbuhan tersebut bisa menjadi engine of growth dari perekonomian
Kabupaten Lamongan secara keseluruhan tanpa mengesampingkan pengembangan
wilayah lainnya.

A. Pertumbuhan

Nilai total PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Lamongan pada

tahun 2013 (yang masih merupakan angka estimasi/sangat sementara) adalah

sebesar Rp.4,082 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar berlaku (ADHB),

PDRB Kabupaten Lamongan mencapai Rp.5,872 triliun atau meningkat sebesar
10,24% dibandingkan tahun 2012 dimana sebesar Rp.2,283 triliun
disumbangkan oleh sektor pertanian .

Perkembangan pencapaian kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat
dari nilai pertumbuhan perekonomian yang dicapai tiap tahunnya. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 mencapai 5,11%. Pertumbuhan

ekonomi selama 5 (Lima) tahun terakhir (2009 s/d 2013) menunjukkan pola

kecenderungan yang semakin meningkat. Namun demikian pencapaian

pertumbuhan ekonomi tersebut disadari masih dibawah rata‐rata pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur dan Nasional yang pada tahun 2013 mencapai 5,5%.

Struktur perekonomian Kabupataen Lamongan yang masih besar ditopang oleh

sektor pertanian mengakibatkan laju pertumbuhan ekonominya masih dibawah
VI ‐ 12

 

rata‐rata Jawa Timur dan Nasional Persoalan struktural yang dialami oleh sektor

pertanian selama ini mengakibatkan rendahnya kontribusi sektor ini terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai pertumbuhan
ekonomi yang disumbangakan oleh sektor pertanian selam kurun waktu 2009‐

2013 relatip stagnan, dimana pada tahun 2013 hanya tumbuh sebesar 1,72%,
paling rendah dibandingkan pertumbuhan sektor‐sektor lainnya. Berkaitan

dengan kondisi tersebut, upaya peningakatan nilai tambah produk‐produk
komoditi pertanian pada tahun‐tahuin mendatang melalui pengembangan

kegiatan pengolahan hasil komoditi pertanian (industri pengolahan berbasis
komoditi pertanian) menjadi salah satu pemecahannya.

Berdasarkan data perkembangan selama 5 (Lima) tahun terakhir (2009

s/d2013) struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masih belum banyak

mengalami perubahan yaitu masih ditopang utamanya oleh sektor primer

(khususnya oleh sektor pertanian). Meski demikian peranan sektor primer

menunjukkan kecenderungan samakin menurun, sedangkan sektor tersier
(khususnya sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor jasa‐jasa)
menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2009 sektor pertanian

masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 43,22% terhadap total PDRB ADHK
Kabupaten Lamongan, kemudian berturut‐turut diikuti oleh sektor perdagangan,

hotel & restoran (29,58%) dan sektor jasa‐jasa (11,48 %), dan sektor industri
pengaolahan sebesar 5,51 %.

Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan mencapai 7,08%
dengan 2 (dua) sektor mengalami pertumbuhan melampaui 10% yaitu sektor
pembangunan dan konstruksi, dan sektor jasa‐jasa masing‐masing 25,10% dan

15,37%. Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Lamongan tumbuh 7,12%
dengan pertumbuhan sektor tertinggi oleh sektor bangunan/kontruksi dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran masing‐masing tumbuh 12,11% dan

9,16%.

Disusul dengan sektor jasa 8,72%, sektor pertambangan dan penggalian 7,06%,

sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 7,00%, sektor industri pengolahan

6,60%, sektor pertanian 5,63%, sektor angkutan dan komunikasi 4,16% dan
sektor listrik, gas dan air bersih 4,00%.

VI ‐ 13

 

Tabel 6.6. Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2010‐2012

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9


Sektor

Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa‐Jasa
PDRB

Sumber : BPS Kabupaten Lamongan
1.

2010

4,63%
1,48%
7,63%
5.80%
3,50%
9,85%
6,83%
12,23%
10,45%
6,89%

Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lamongan

2011

3,88%
8,73%
8,75%
6,28%
25,10%
8,27%
6,97%
8,48%
15,37%
7,08%

2012

5,63%
7,06%
6,60%
4,00%
12,11%
9,16%
4,16%
7,00%
8,72%
7,12%

Laju inflasi PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 yaitu 3,48% dan naik di

tahun 2012 menjadi 6,31%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian
baik nasional, regional maupun domestik yang relatif kurang stabil. Selain itu

juga didukung dengan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Lamongan
distribusinya kurang merata. Hal ini kurang menguntungkan bagi

perkembangan perekonomian Kabupaten Lamongan yang ditandai dengan
nilai investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang kenaikannya kurang
2.

signifikan.

PDRB Per Kapita Kabupaten Lamongan
No

1

2
3

Tahun

2010

2011

2012

PDRB Per Kapita

9.474.775

10.771.552

12.184.430

Perubahan
(%)
14,69 %
15,62 %

13,11 %

PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi di Kabupaten Lamongan.

Selanjutnya jika besaran PDRB tersebut diberi penimbang dengan jumlah

penduduk, karena penduduk merupakan pelaku pembangun an yang
menghasilkan output (PDRB) akan diperoleh angka PDRB per kapita.

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan masyarakat. Dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga
berlaku tahun 2011 telah diketahui bahwa PDRB per kapita Kabupaten

VI ‐ 14

 

Lamongan tahun 2011 sebesar Rp. 10.771.552,‐ atau tumbuh 15,62% dari

tahun 2010 dan pada tahun 2012 menjadi Rp. 12.184.430 ‐ atau tumbuh
13,11% dari tahun 2011.

B. Kesejahteraan Sosial

Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya

meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Lamongan yang
tercermin pada angka melek huruf, angka rata‐rata lama sekolah, angka

partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni,
angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, presentase penduduk
yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Indeks Pembang unan

Manusia : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit nilai
rata‐rata dari gabungan tiga komponen penilai kualitas sumber daya manusia,

digunakan unutk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di
suatu wilayah. Masing‐masing indeks dari komponen IPM memperlihatkan

seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang

kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Berdasarkan data dari BPS Propinsi Jawa Timur pada tahun 2010 IPM Kabupaten

Lamongan sebesar 69,63 dengan kategori tingkat pembangunan manusia
menengah atas. Sedangkan pada tahun 2012 angka IPM tersebut mengalami

peningkatan menjadi 70,76 (angka sementara) dan termasuk kategori


pembangunan manusia tingkat atas.



VI ‐ 15