BAB VI PROFIL UMUM KABUPATEN LANDAK - DOCRPIJM 576c627c07 BAB VIBAB VI PROFIL UMUM KABUPATEN LANDAK
BAB VI PROFIL UMUM KABUPATEN LANDAK Staablad nomor 50 tahun 1926 jo Staablad nomor 186 tahun 1938 menetapkan pembagian
wilayah Kalimantan Barat menjadi 12 daerah swapraja dan 3 neo swapraja. Salah satu dari 12
daerah swapraja itu adalah Swapraja Landak. Dengan terbitnya Surat Menteri Dalam Negeri
nomor PEM 20/6/10 tanggal 8 September 1951 dilakukan pembagian wilayah administratif
baru, dan Kalbar waktu itu berdasar surat tersebut dibagi dalam 6 Kabupaten Administratif
dan 1Kota Administratif.Dalam tahun 1962 sebagaimana juga swapraja lainnya di Kalbar, pemerintahan Swapraja
Landak ikut dihapus dan mulai saat itu bekas wilayah kekuasaan administratifnya dihimpun
ke dalam Kabupaten Pontianak. Mulanya ibukota Kabupaten Pontianak berkedudukan di
Kota Pontianak. Pada tahun 1963, dengan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah nomor 51/1/9-11 tanggal 5 Februari 1963, maka ibukota dialihkan ke
Mempawah. Sebelum ditetapkannya Mempawah, ada dua alternatif untuk dijadikan ibukota
Kabupaten Pontianak waktu itu, yakni Mempawah dan Ngabang.Kemudian karena luasnya wilayah administratif Kabupaten Pontianak, guna mempermudah
jangkauan pembinaan dan mengawasi jalannya roda pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, didasarkan Keputusan Mendagri Nomor 821.26-224 tanggal 13 Maret 1985,
ditetapkan Organisasi Pembantu Bupati Wilayah Ngabang yang berkedudukan di Ngabang.
Pembantu Bupati Wilayah Ngabang ini terdiri dari Kecamatan Ngabang, Air Besar, Sengah
Temila dan Menyuke. Kemudian dilakukan pemekaran wilayah otonom dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 55 tahun 1999 tanggal 4 Oktober
1999 tentang pembentukan Kabupaten Landak yang beribukota Ngabang. Kabupaten Landak
membawahi 10 kecamatan, 149 desa dan 528 dusun.Secara administratif, Kabupaten Landak merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Kalimantan Barat hasil pemekaran/pecahan dari Kabupaten Pontianak, sejak tahun 1999 yang
beribukota di Ngabang, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 55 tahun
1999 tanggal 04 Oktober 1999 dan Lembaran Negara Indonesia tahun 1999 Nomor 183 yang
kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Landak. Pertimbangan pokok terbentuknya Kabupaten Landak didasarkan pada
173
perkembangan dan kemajuan Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya dan Kabupaten
Pontianak pada khususnya serta adanya aspirasi masyarakat yang berkembang dalam
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan
penduduk, luas wilayah, potensi ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan meningkatnya
beban tugas serta volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kabupaten Pontianak dipandang perlu membentuk Kabupaten Landak
sebagai pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Pembentukan Kabupaten Landak akan dapat
mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam memanfaatkan potensi yang ada di
wilayahnya untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Pemanfaatan momen dan peluang otonomi daerah untuk Kabupaten Landak dilakukan
dengan menyusun berbagai program dan rencana pembangunan serta kebijakan-kebijakan
publik yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan
keamanan serta ketertiban masyarakat. Di dalam mendukung upaya meningkatkan kondisi
dimaksud, Kabupaten Landak memiliki potensi yang memadai. Potensi-potensi dimaksud
berupa potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan potensi letak geografis
yang apabila didayagunakan secara optimal akan memiliki nilai tambah yang sangat
diperlukan sebagai sumber daya pembangunan.6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Secara administratif, Kabupaten Landak merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Kalimantan Barat hasil pemekaran/pecahan dari Kabupaten Pontianak, sejak tahun 1999 yang
beribukota di Ngabang, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 55 tahun
1999 tanggal 04 Oktober 1999 dan Lembaran Negara Indonesia tahun 1999 Nomor 183 yang
kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Landak. Pertimbangan pokok terbentuknya Kabupaten Landak didasarkan pada
perkembangan dan kemajuan Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya dan Kabupaten
Pontianak pada khususnya serta adanya aspirasi masyarakat yang berkembang dalam
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan
penduduk, luas wilayah, potensi ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan meningkatnya
beban tugas serta volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kabupaten Pontianak dipandang perlu membentuk Kabupaten Landak
174
sebagai pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Pembentukan Kabupaten Landak akan dapat
mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam memanfaatkan potensi yang ada di
wilayahnya untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Pemanfaatan moment dan peluang otonomi daerah untuk Kabupaten Landak dilakukan
dengan menyusun berbagai program dan rencana pembangunan serta kebijakan-kebijakan
publik yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan
keamanan serta ketertiban masyarakat. Di dalam mendukung upaya meningkatkan kondisi
dimaksud, Kabupaten Landak memiliki potensi yang memadai. Potensi-potensi dimaksud
berupa potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan potensi letak geografis
yang apabila didayagunakan secara optimal akan memiliki nilai tambah yang sangat
diperlukan sebagai sumber daya pembangunan.Mulai tahun 2007, Kabupaten Landak terdiri atas 13 Kecamatan (sebelum dimekarkan, terdiri
10 Kecamatan) dan 156 Desa serta 553 Dusun. Kabupaten Landak terletak pada koordinat
1°00” LU - 0°52’ LS dan 109°10’42” - 110°10’ BT. Secara administratif batas Kabupaten
Landak adalah :- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang;
- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sanggau;
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pontianak; - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pontianak.
Apabila dicermati, letak Kabupaten Landak sangat strategis. Dikatakan sangat strategis
karena kabupaten ini terletak di tengah-tengah Propinsi Kalimantan Barat, juga merupakan
daerah lintasan jalur Pontianak- – Entikong – Kuching – Brunei Darussalam maupun jalur Pontianak – Jagoibabang – Kuching. Letak ini memiliki dampak sosial dan ekonomi yang
besar sebagai konsekuensi logis dari berbagai kegiatan yang dilakukan di sepanjang jalur
tersebut. Letak demikian ini merupakan salah satu potensi dan modal bagi pengembangan
Kabupaten Landak di masa mendatang.
Luas wilayah Kabupaten Landak secara keseluruhan 9.909,10 Km² atau setara dengan 6,75%
luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Rincian luas wilayah per kecamatan dapat dilihat
dalam tabel berikut :175
176
8 Ngabang 1,996.90 20.15 1,153.10
Gambar 6.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Landak
Sumber : Bappeda dan BPS Kab. Landak, 2007; Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Landak dalam RPJP
Kab.Landak 2006-20262.22 Jumlah 9,909.10 100.00 9,909.10 100.00
13 Sompak 0.00 219.76
5.01
12 Mempawah Hulu 716.10 7.23 496.34
2.73
11 Banyuke Hulu 0.00 270.52
6.03
10 Menyuke 867.96 8.76 597.44
8.52
9 Jelimpo 0.00 843.80
11.64
13.74
Tabel 6.1 Luas Wilayah Kabupaten Landak Per Kecamatan No Kecamatan Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran, 2007 Luas (Km²) % Luas (Km²) %7 Air Besar 1,361.20 13.74 1,361.20
9.77
6 Kuala Behe 968.00 9.77 968.00
3.76
5 Meranti 372.34 3.76 372.34
3.26
4 Menjalin 322.90 3.26 322.90
4.59
3 Mandor 455.10 4.59 455.10
19.81
2 Sengah Temila 1,963.00 19.81 1,963.00
8.94
1 Sebangki 885.60 8.94 885.60
Sumber : Bappeda Kab. Landak, 2007
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
6.2 Gambaran Demografi
6.1.1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Struktur penduduk dalam pembahasan ini akan meliputi, struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, struktur penduduk menurut umur yang diambil dari berbagai sumber yang disusun dalam tabel di bawah ini.
10 Air Besar 11.452 10.542 21.994 109
Sebangki Nga bang Sengah Tem ila Mandor Menja lin Mem pawah Hulu Menyuke Mera nti Kua la Bahe Air Besa r
12% 3% 4% 7%
17% 8% 6% 15%
Struktur Penduduk per Kecamatan Tahun 2006
5% 23%Berdasarkan data tahun 2006 di atas, terlihat bahwa penduduk terbanyak berada di wilayah Kecamatan Ngabang (23%), diikuti oleh Kecamatan Sengah Temila (17%) serta Mempawah Hulu (15%). Sedangkan penduduk paling sedikit berada di wilayah
Struktur Penduduk per Kecamatan Kabupaten Landak Tahun 2006 Sumber : BPS Kab. Landak, 2007
Jumlah 167.975 155.100 323.075 108 Sumber : BPS Kab. Landak, 2007 Gambar 6.2.
9 Kuala Bahe 7.144 6.506 13.650 110
Tabel 6.2.
Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kabupaten Landak Tahun 2006
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
8 Meranti 4.903 4.500 9.404 109
177
6 Mempawah Hulu 25.348 23.270 48.618 109
5 Menjalin 9.982 9.164 19.146 109
4 Mandor 14.023 13.121 27.144 107
3 Sengah Temila 27.982 25.833 53.815 108
2 Ngabang 37.552 34.649 72.201 108
1 Sebangki 8.547 8.183 16.730 104
7 Menyuke 21.042 19.332 40.374 109
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
5 Menjalin 19.146 322,90
16 Jumlah 323.076 9.909,10
10 Air Besar 21.994 1.361,20
14
9 Kuala Bahe 13.650 968,00
25
8 Meranti 9.404 372,34
47
7 Menyuke 40.374 867,96
68
6 Mempawah Hulu 48.618 716,10
59
60
178
Kecamatan Meranti dengan 3%. Sumber BPS (2007) di atas merupakan data tahun
2006 sebelum dilakukan pemekaran Kabupaten Landak serta masih merupakan hasil
proyeksi berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Landak.4 Mandor 27..144 455,10
27
3 Sengah Temila 53.815 1.963,00
36
2 Ngabang 72.201 1.996,90
19
1 Sebangki 16.730 885,60
Penduduk per km 2
2 Kabupaten Landak Tahun 2006 No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan
Tabel 6.3. Kepadatan Penduduk per Km
Dari Komposisi di atas juga di dapatkan proyeksi kepadatan penduduk untuk tahun
2006 sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.33 Sumber : BPS Kab. Landak, 2007
Tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten
Landak relatif bervariasi dengan rata-rata kepadatan Kabupaten Landak sebesar 33
penduduk per kilometer persegi. Kepadatan tertinggi berada di Kecamatan
Mempawah Hulu dengan 68 penduduk per kilometer persegi dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kuala Bahe dengan 14 penduduk per kilometer persegi. RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
Tabel 6.4.
Tabel Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Kelompok Umur Kabupaten Landak Tahun 2006 Kelompok Laki-Laki Perempuan Jumlah Umur
0 - 4 15.610 15.055 30.665 5 - 9 17.738 16.920 34.658 10 - 14 19.885 18.462 38.347 15 - 19 20.430 18.575 39.005 20 - 24 17.958 15.919 33.877 25 - 29 14.465 13.101 27.566 30 - 34 12.344 11.678 24.022 35 - 39 10.828 10.319 21.147 40 - 44 9.644 9.197 18.841 45 - 49 8.456 7.824 16.280 50 - 54 6.624 5.942 12.566 55 - 59 4.803 4.285 9.088 60 - 64 3.515 3.074 6.589
65+ 5.675 4.749 10.424
Jumlah 167.975 155.100 323.075
Sumber : BPS Kab. Landak, 2007Piramida penduduk di atas memperlihatkan bahwa penduduk usia sekolah dan produktif merupakan mayoritas komposisi penduduk di Kabupaten Landak. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya jumlah penduduk pada usia antara 5 tahun sampai dengan 24 tahun.
6.1.2. Laju Pertambahan Penduduk
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Kabupaten Landak tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 282.026 jiwa yang terdiri dari 147.073 laki-laki dan 134.953 perempuan dengan sex ratio 108,98. Selama kurun waktu 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,92 %, angka ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Kalimantan Barat 1,53 % pertahun.
Pada tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 291.755 jiwa yang terdiri dari 151.721 laki-laki dan 140.034 perempuan dengan sex ratio 108,35. Pada tahun 2003, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 302.364 jiwa yang terdiri dari 157.412 laki-laki dan 144.952 perempuan dengan sex ratio 108,60. Pada tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 309.127 jiwa yang terdiri dari 160.858 laki-laki dan 148.269 perempuan dengan sex ratio 108,49. Pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 316.035 jiwa yang terdiri dari 164.386179 RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
laki-laki dan 151.649 perempuan dengan sex ratio 108,40. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Landak mencapai 323.075 jiwa yang terdiri dari 167.975 laki- laki dan 155.100 perempuan dengan sex ratio 108,30.
Tabel 6.5.
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Landak Tahun 2000-2006
N0. Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 20061 Laki-Laki 147.073 149.229 151.721 157.412 160.858 164.386 167.975
2 Perempuan 134.953 136.393 140.034 144.952 148.269 151.649 155.100 Jumlah 282.026 285.622 291.755 302.364 309.127 316.035 323.075
Pertumbuhan (%) 1,275 2,147 3,636 2,237 2,235 2,228
Sumber data: Kabupaten Landak Dalam Angka Tahun 2002-2004 dan Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat/Central Board of Statistics of Kalimantan Barat Dari tabel di atas, terlihat bahwa selama 7 (tujuh) tahun yaitu tahun 2000-2006 terjadi peningkatan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sebanyak 41.049 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan 2,293%. Jumlah penduduk pada tahun 2000 mencapai 282.026 jiwa, tahun 2001 mencapai 285.622 jiwa, tahun 2002 mencapai 291.755 jiwa, tahun 2003 mencapai 302.364 jiwa dan tahun 2004 mencapai 309.127 jiwa, tahun 2005 mencapai 316.035 jiwa serta tahun 2006 mencapai 323.075 jiwa.
Merujuk kepada laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 dan 2000 serta data BPS tahun 2001, 2002 dan 2006, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Landak sebesar 0,89% per tahun (terlihat dalam tabel di bawah ini), untuk kemudian diproyeksikan jumlah penduduk lima tahun ke depan pada tiap kecamatan.
180 RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
181
Tabel 6.6.
Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan 1990-2000
No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (%) Rata- Rata 1990 2000 2001 2002 2006 2000/ 1990 2001/ 2000 2001/ 2002 2006/ 20021 Sebangki 14.456 14.607 14.618 16.937 16.730 0,104 0,075 15,864 -0,307 3,934
2 Ngabang 56.930 62.021 62.746 67.981 72.201 0,860 1,169 8,343 1,517 2,972
3 Sengah Temila 44.659 48.498 49.050 50.970 53.815 0,828 1,138 3,914 1,367 1,812
4 Mandor 21.338 23.338 23.633 26.083 27.144 0,900 1,264 10,367 1,002 3,383
5 Menjalin 14.185 16.560 16.957 19.187 19.146 1,560 2,397 13,151 -0,053 4,264
6 Mempawah Hulu 37.348 41.730 42.408 45.469 48.618 1,116 1,625 7,218 1,688 2,912
7 Menyuke 34.492 35.057 35.080 39.822 40.374 0,163 0,066 13,518 0,345 3,523
8 Meranti 7.390 8.339 8.489 10.775 9.403 1,215 1,799 26,929 -3,348 6,649
9 Kuala Bahe 11.071 12.537 12.770 14.879 13.650 1,251 1,858 16,515 -2,132 4,373
10 Air Besar 16.252 19.339 19.871 22.017 21.994 1,754 2,751 10,800 -0,026 3,820 Jumlah 258.121 282.026 285.622 314.120 323.075 0,890 1,275 9,978 0,705 3,212
Sumber : Hasil Sensus Penduduk 1990 dan 2000; BPS Kab Landak, 2000, 2001, 2002, 2007; Analsisis, 2008
RENCANA PEMBANGUNAN INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2016 - 2020
182
Tabel 6.7.
Proyeksi Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 s.d. 2015
No Kecamatan Laju Pertumbuhan (%) 2006 2009 2010 2011 2012 2013 2014 20151 Sebangki 3,934 16.730 18.784 19.523 20.291 21.089 21.919 22.781 23.677
2 Ngabang 2,972 72.201 78.833 81.176 83.589 86.073 88.632 91.266 93.979
3 Sengah Temila 1,812 53.815 56.794 57.823 58.871 59.938 61.024 62.129 63.255
4 Mandor 3,383 27.144 29.994 31.008 32.058 33.142 34.263 35.422 36.621
5 Menjalin 4,264 19.146 21.701 22.627 23.591 24.597 25.646 26.739 27.879
6 Mempawah Hulu 2,912 48.618 52.990 54.533 56.121 57.755 59.436 61.167 62.948
7 Menyuke 3,523 40.374 44.793 46.371 48.005 49.696 51.446 53.259 55.135
8 Meranti 6,649 9.403 11.407 12.165 12.974 13.836 14.756 15.737 16.784
9 Kuala Bahe 4,373 13.650 15.521 16.200 16.908 17.647 18.419 19.225 20.065
10 Air Besar 3,820 21.994 24.612 25.552 26.528 27.542 28.594 29.686 30.820 Jumlah 3,212 323.075 355.429 366.978 378.936 391.315 404.135 417.411 431.163
Sumber : BPS Kab. Landak, 2007; Analisis, 2008
6.1.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian
Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan, perkembangan tingkat pendidikan pencari kerja selama 4 tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6.8.
Penduduk yang Mencari Pekerjaan Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Landak Tahun 2003-2006 Laki- Perem- Pendidikan Jumlah Laki puan No yang Ditamatkan 2006 2006 2005 2004 2003
1 SD
19
37
56 72 220 207
2 SLTP 75 137 212 330 567 400
3 SLTA 1.688 1.251 2.939 1.401 2.370 1.310
4 DI/DII
6
6
12 45 119 135
5 DIII 103 138 241 39 150 171
6 DIV 179 375
29
7 S1 167 155 322 189 344 170
8 S2
2
2
1
5
2 Jumlah 2.058 1.726 3.784 2.256 4.150 2.424
Sumber : Bappeda, 2008 Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2006, pencari kerja pada jenjang pendidikan SLTA menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah 2.939 atau sebesar 77,67% dari sebanyak 3.784 orang yang mencari pekerjaan, sedangkan peringkat terendah pada jenjang pendidikan D IV sebanyak 0 orang atau sebesar 0,00%. Pada tahun 2005, pencari kerja pada jenjang pendidikan SLTA menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah 1.401 atau sebesar 62,10% dari sebanyak 2.294 orang yang mencari pekerjaan, sedangkan peringkat terendah pada jenjang pendidikan S-2 sebanyak 1 orang atau sebesar 0,04%. Pada tahun 2004, pencari kerja pada jenjang pendidikan SLTA menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah 2.370 atau sebesar 57,11% dari sebanyak 4.150 orang yang mencari pekerjaan, sedangkan peringkat terendah pada jenjang pendidikan S-2 sebanyak 5 orang atau sebesar 0,12%. Pada tahun 2003, pencari kerja pada jenjang pendidikan SLTA menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah 1.310 atau sebesar 54,04% dari sebanyak 2.424 orang yang mencari pekerjaan, sedangkan peringkat terendah pada jenjang pendidikan S-2 sebanyak 2 orang atau sebesar 0,08%.
Berdasarkan uraian di atas tingkat pendidikan pencari kerja selama kurun waktu 4
tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 hampir setengahnya dari seluruh
jumlah pencari kerja berpendidikan SLTA, kondisi tersebut menunjukkan bahwa
masih memerlukan perhatian dari Pemerintah kabupaten Landak untuk selalu
meningkatkan kualitas pencari kerja melalui pelatihan-pelatihan teknis terkait,
sehingga pemakai tenaga kerja dapat menerima tenaga kerja yang berkualitas dan siap
pakai. Gambar di bawah (Gambar 6.3) memperlihatkan bahwa hampir 90% lebih
penduduk di Kabupaten Landak bekerja di sektor pertanian, diikuri sektor keuangan,
jasa, perdagangan serta sisanya bekerja pada sektor lain. Sedangkan serapan atau
tenaga kerja yang tersalurkan dapat dilihat dalam gambar 6.3.Gambar 6.3. Pencari Kerja yang Disalurkan Menurut Pendidikan yang Ditamatkan 2006160 140 120 100
Laki-Laki
80 Perem pua n
60
40 Laki-Laki
20 S ekolah Tidak DIII/DI Tamat S D S LTP S LTA DI/D II S 1 S 2 Tidak S D 18
42 137
1 92 V 65 P erempuan15
62 104
40 32 Pendidikan yang Ditamatkan Sumber : BPS Kab. Landak 200710
20
30
40
50
60
70
80
90 100 Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki 89.15 1.1 1.21 0.12 0.62 2.4 2.03 3.37 Perempuan 94.54 0.26 0.73 0.49 0.02 1.73 0.24 1.99 Pertanian Pertamba ngan Industri Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagang an Angkutan dan Komunika Keuangan, jasa dan lainnya
Gambar 6.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2006
Sumber : BPS Kab. Landak, 20076.3 Gambaran Topografi Kabupaten Landak termasuk dalam wilayah Dataran Rendah Pegunungan Barat. Bagian Utara berbukit-bukit, ke selatan merupakan daerah lembah atau dataran yang memudahkan melakukan kegiatan sosial ekonomi. Dua sub wilayah yang termasuk dalam dataran rendah Pegunungan Barat yakni Sub Wilayah Pegunungan Niut (±800 Km²), yang meliputi wilayah Kecamatan Air Besar sebelah utara dan sub wilayah Pegunungan Bawang (±770 Km²) meliputi wilayah Kecamatan Mempawah Hulu dan Menyuke.
Kabupaten Landak, berdasarkan pembagian kelas kemiringan lahan, mencirikan daerah tersebut berada pada kemiringan lahan yang berbukit, ini dapat dilihat pada kemiringan lahan yang dominan berada pada kelas kemiringan berbukit 8 - 15 %. Untuk lebih jelasnya mengenai kemiringan lahan di Kabupaten Landak dapat dilihat pada Tabel 6.9. yang mengambarkan keadaan kemiringan lahan Kabupaten Landak.
Tabel 6.9. Kemiringan Lahan Di Kabupaten Landak Luas Kemiringan No Lereng Hektar (Ha) Persen (%)1 0-8 % 125.290
15 2 8-15 % 444.213 53 3 15-25 % 40.391
5 4 25-40 % 199.651 24 5 >40 % 21.015
3 Sumber : Hasil Kajian Pemetaan Lahan Kabupaten Landak, 2010. Dari tabel di atas terlihat bahwa kemiringan lahan 0-8 % persebarannya seluas 125.290 hektar (15 %), sedangkan kemiringan lahan 8-15 % lebih mendominasi dengan seluas 444.213 hektar (53 %), sementara lahan dengan kemiringan 15-25 % atau lahan bergelombang seluas 40.391 hektar (5 %), kemiringan 25-40 % seluas 199.651 hektar (24 %) dan diatas 40 % seluas 21.015 hektar (3 %) merupakan lahan dengan kondisi perbukitan sampai pegunungan, dari total luas areal Kabupaten Landak. Lahan
- –lahan berkemiringan 0
- –15 % cocok digunakan untuk berbagai jenis kegiatan karena berada pada bentuk wilayah datar sampai berombak.
6.4 Gambaran Geohidrologi Di Kabupaten Landak pada umumnya tekstur dan struktur tanah sangat menunjang untuk air lebih mudah dan cepat dapat di serap tanaman. Di samping itu di wilayah ini banyak sungai kecil maupun besar sehingga akan membantu dalam kegiatan pertanian dan perikanan.
Wilayah Kabupaten Landak termasuk ke dalam DAS Landak di mana Sungai Landak merupakan sungai terbesar yang ada di wilayah Kabupaten Landak. Sungai lain yang cukup besar adalah Sungai Menyuke, Sungai Mempawah, dan Sungai Mandor. Sungai Landak berperan penting bagi desa-desa yang berada dipinggir sungai tersebut, karena digunakan masyarakat sebagai air untuk mandi, cuci, makan dan minum, sumber penangkapan ikan, dan prasarana angkutan khususnya. Sungai Landak sangat efektif sebagai prasarana transportasi yang menghubungkan Kota Pontianak dengan daerah Kabupaten Landak. Sungai Landak yang merupakan sungai utama, lebarnya rata-rata 60 meter dengan kedalaman rata-rata 4 meter. Pola aliran dari sungai-sungai tersebut merupakan pola dendritik yang dicirikan dengan aliran menyebar. Sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Landak merupakan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena itu perlu diamati debit aliran sungainya. Pengamatan yang dilakukan terhadap debit aliran sungai merupakan debit sesaat. Fluktuasi debit yang terjadi akan selalu berubah dan akan dipengaruhi oleh keadaan iklim, sifat fisik DAS dan penutupan lahan. Pada keadaan sifat fisik DAS dan penutupan lahan yang tetap, maka fluktuasi debit sungai terutama dipengaruhi oleh variasi curah hujan. Tindakan manusia berupa kegiatan-kegiatan perkebunan yang merubah pola penutupan lahan akan mempengaruhi fluktuasi debit. Berdasarkan sebaran kelas lereng dan sebaran penutupan lahan dapat diperkirakan koefisien aliran dan debit puncak, sedangkan padatan tersuspensi (TSS) berpengaruh terhadap besarnya kandungan sedimen. Sungai Landak mempunyai potensi air terjun, karena debit air yang sangat besar dengan kecepatan 0,71 meter/detik maka dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik mikro hidro. Air terjun Melanggar ini memiliki ketinggian 25 meter dan berada dibagian hulu Kota Ngabang, secara geografis posisi air terjun berada pada 0º 51’ 23,26” LU dan 108º 16’ 16,56” LS. Kabupaten Landak juga memiliki sumber mata air yang terdapat di daerah Gunung Seha atau kawasan Wisata Gunung Seha dalam Wilayah Kecamatan Sengah Temila, terdapat sejumlah saluran air bersih bersumber dari mata air.
6.5 Gambaran Geologi dan Jenis Tanah 6.5.1. Geologi Hasil pemetaan geologi Kalimantan Barat yang dibuat oleh Direktorat Geologi Bandung tahun 1976, menjelaskan bahwa formasi geologi yang tersebar di Wilayah Kabupaten Landak, terdiri dari beberapa formasi, penyebaran formasi geologi di setiap kecamatan, dapat dilihat Tabel 6.10.
- – Pliosen 255.71
- – Pliosen
- – Pliosen 177.39
- – Pliosen 618.55
0.02 Kapur 221.16
10 Kuala Behe Intrusif dan Plutonik Asam 132.78
0.85
84.46
0.67 Intrusif dan Plutonik Basa
66.54
0.09 Premo Karbon Trias Atas
8.89
2.23 Plistosen – Pliosen
2.41
2.64 Plistosen – Pliosen
9 Meranti Intrusif dan Plutonik Asam
0.15
15.13
0.17 Intrusif dan Plutonik Basa Menengah
17.08
0.14 Intrusif dan Plutonik Basa
13.74
3.09 Premo Karbon Trias Atas
5.4 Kapur 306.36
1.34 Kapur 261.69
36.83
4.12
6.67
4.36 Kapur 977.36
1.53 Intrusif dan Plutonik Asam 431.76
13 Ngabang Kwarter 151.41
2.45
2.71 Intrusif dan Plutonik Asam 242.48
12 Sebangki Kwarter 268.37
3.42
0.07 Plistosen
1.71 Kapur
0.37 Intrusif dan Plutonik Basa
0.51 Intrusif dan Plutonik Asam 169.07
50.5
11 Mandor Kwarter
0.02
2.02
0.02 Paleozoik
2.11
0.06 Intrusif dan Plutonik Basa Menengah
5.46
0.04 Intrusif dan Plutonik Asam 534.63
8 Jelimpo Kwarter
9.86 Plistosen – Pliosen 223.69
45.28
99.2
1.04 Plistosen
2.85 Kapur 103.33
4 Menyuke Intrusif dan Plutonik Asam 282.83
2.62
3 Banyuke Hulu Intrusif dan Plutonik Asam 259.64
1.21
0.46 Intrusif dan Plutonik Basa 120.14
10.59 Kapur
1.7 Paleozoik
0.76 Intrusif dan Plutonik Asam 1,049.22
75.03
2 Sengah Temila Kwarter
0.61
60.38
2.58 Intrusif dan Plutonik Basa
3.48 Plistosen
1 Mempawah Hulu Intrusif dan Plutonik Asam 345.25
Tabel 6.10.
Struktur Geologi di Kabupaten Landak
No KECAMATAN JENIS BATUAN Km2 %1 Intrusif dan Plutonik Basa 168.4
26.15
1.36
0.11 Plistosen
5.96 Intrusif dan Plutonik Basa Menengah 134.89
0.15 Intrusif dan Plutonik Basa 590.24
14.43
6.24 Premo Karbon Trias Atas
3.91 Plistosen
0.35 Kapur 387.02
34.45
7 Air Besar Intrusif dan Plutonik Asam
1.79
11.04
0.26
0.58 Kapur
57.45
0.36 Intrusif dan Plutonik Asam
35.6
6 Menjalin Kwarter
0.05
5.11
3.02 Intrusif dan Plutonik Basa
5 Sompak Intrusif dan Plutonik Asam 299.61
- – Pliosen 338.42
2.26 Intrusif dan Plutonik Basa Menengah
76.63
0.77 Sumber : Hasil Analisis Peta Geologi.
6.5.2. Jenis Tanah
Ditinjau dari struktur dan jenis tanahnya, Kabupaten Landak memiliki beberapa jenis
tanah diantaranya jenis tanah OGH (orgosol, gley dan humus), Aluvial, Podsolot
Merah Kuning, Podsol dan Latosol. Adapun untuk jenis tanah PMK (podsolet merah
kuning) merupakan jenis tanah yang mendominasi lahan.a. Tanah Aluvial Jenis Tanah Aluvial memiliki warna kelabu sampai kelabu kekuningan dan kecoklatan, sering berglei bertotol kuning, coklat dan merah. Tekstur tanah ini bervariasi dari lempung hingga liat, berlapis debu dan pasir. Lapisan atas jenis tanah ini masih selalu mendapat bahan tambahan yang kadang mengandung zat organik.
Umumnya lahan dengan jenis tanah aluvial selalu tetap dalam keadaan basah karena sebagian dipengaruhi oleh genangan air (berkala atau menetap) atau limpahan banjir.
b. Tanah Organosol/ Gambut, Glei dan Humus (OGH) Tanah organosol merupakan tanah yang tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dan bahan organik setebal paling sedikit 50 cm dan paling sedikit mengandung 30% bahan organik (bila liat) atau 20 % bila pasir. Kepadatan (bulkdensity) kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air. Tanah ini mudah mengerut tak balik, dan bila kering peka terhadap erosi dan mudah terbakar. Selain itu jenis tanah gambut juga terdapat di DAS, daerah ini jenis tanah gambutnya merupakan gambut tropohemist, troposarpist, dan tropofibrist dengan kedalaman 2-6 meter. Gambut jenis tersebut sangat asam, mempunyai kemampuan pertukaran kation yang tinggi akan tetapi tidak jenuh dan umumnya sangat miskin hara utama maupun minor. Air banjir yang mengandung endapan mineral dan bahan organik segar, dapat menghasilkan nitrogen berkadar sedang dan bahkan tinggi fosfor dan potasium di dalam lapisan permukaan.
c. Podsolik Merah Kuning Jenis tanah Podsolik Merah Kuning memiliki perkembangan profil sedang, dengan warna merah sampai kuning, horison argilic, masam, kurus dengan kemampuan pertukaran kation dan kejenuhan basah rendah. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang paling dominan.
d.
Podsol Tanah podsol merupakan tanah bermineral yang mempunyai perkembangan profil dengan tekstur pasir kuarsa, sangat masam dan sangat kurus dengan kemapuan pertukaran katioan yang sangat rendah. Tanah podsol terbentuk dari endapan pasir kuarsa dengan tanah disekitarnya bergambut dan masam.
e. Latosol Jenis tanah latosol merupakan jenis tanah mineral yang sudah memiliki perkembangan profil. Horison tanah ini terselubung, berwarna coklat, merah hingga kuning dengan tekstur liat dan struktur remah hingga bergumpal lemah konsistensi gembur.
Untuk lebih jelasnya, luasan jenis tanah di Kabupaten Landak dapat dilihat pada Tabel 6.11.
Tabel 6.11. Jenis Tanah di Kabupaten Landak L U A S No KECAMATAN JENIS TANAH2 Km %
1 Mempawah Hulu Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 148.34
1.50 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 514.98
5.20
2 Sengah Temila Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 953.36
9.62 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
26.86
0.27 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku)
72.47
0.73 Organosol, Gleihumus (Bahan Aluvial) 231.66
2.34
3 Banyuke Hulu Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 128.40
1.30 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan) 129.56
1.31
4 Menyuke Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan)
82.37
0.83 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
434.87
4.39 Latosol (Batuan Beku) 161.06
1.63
5 Sompak Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 277.46
2.80 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku)
25.64
0.26
6 Menjalin Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan)
75.65
0.76 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 198.81
2.01 Podsol (Batuan Endapan) 131.63
1.33
7 Air Besar Podsolik Merah Kuning (Batuan 173.90
1.76 Endapan) Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
1600.75
16.16
8 Jelimpo Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 515.82
5.21 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
98.17
0.99 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 276.38
2.79 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan
9 Meranti Endapan) 225.37
2.27 Latosol (Batuan Beku) 157.44
1.59
10 Kuala Behe Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 250.64
2.53 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
188.43
1.90
11 Mandor Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 76.60383
0.77 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 146.7956
1.48 Podsol (Batuan Endapan) 337.4767
3.41 Organosol, Gleihumus (Bahan Aluvial) 10.54709
0.11
12 Sebangki Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 25.98753
0.26 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 53.84673
0.54 Podsol (Batuan Endapan) 3.32817
0.03 Organosol, Gleihumus (Bahan Aluvial) 434.0915
4.38
13 Ngabang Podsolik Merah Kuning (Batuan Endapan) 828.11
8.36 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku dan Endapan)
560.99
5.66 Podsolik Merah Kuning (Batuan Beku) 240.81
2.43 Organosol, Gleihumus (Bahan Aluvial) 109.86
1.11 Jumlah 9909.01 100.00 Sumber : Hasil Pemetaan Peta Jenis Tanah.
6.6 Gambaran Klimatologi
6.6.1. Curah Hujan Dan Hari Hujan
Data kondisi curah hujan dan jumlah hari hujan secara umum di wilayah Kabupaten Landak dapat dilihat pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12.
Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Tahun 2000 – 2009
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (HH)
1 Januari 320
20
2 Pebruari 228
15
3 Maret 296
19
4 April 252
19
5 Mei 265
20
6 Juni 201
14
7 Juli 180
15
8 Agustus 174
13
9 September 277
17
10 Oktober 370
22
11 Nopember 386
23
12 Desember 343
22 Jumlah 3.292 218
Rata-rata 274
18 Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jungkat, Kabupaten Pontianak, 2010 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulanan selama sepuluh tahun dari tahun 2000 s/d 2009 berkisar dari 174-386 mm dan rata-rata hari hujan 13 - 23 hh. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3.292 mm dengan jumlah hari hujan tahunan 218 hh, sedang rata-rata curah hujan bulanan 274 mm dengan rata-rata hari hujan bulanan 18 hh. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 174 mm dengan hari hujan 13 hh, sedang bulan terbasah adalah pada bulan Nopember yaitu 386 mm dengan rata-rata 23 hh.
6.6.2. Kecepatan Angin Dan Suhu Udara
Data mengenai kecepatan angin dan suhu udara di wilayah Kabupaten Landak secara umum dapat dilihat pada Tabel 6.13. Dari data pada tabel di atas juga tampak, bahwa kecepatan angin rata-rata setiap bulannya adalah 3 knots. Rata-rata kecepatan angin o o
maksimum setiap bulannya 13,5 knots. Suhu udara berkisar dari 20,2 C - 32,6
C, o dengan suhu udara rata-rata bulanan 26,4
C. Suhu udara maksimum meningkat o menjelang bulan-bulan kering, dengan suhu udara tertinggi 32,6 C terjadi pada bulan o
Juni. Sedangkan suhu udara minimum adalah 20,2 C terjadi pada bulan September.
Tabel 6.13.
Kecepatan Angin dan Suhu Udara Tahun2000-2009
Kecepatan AnginSuhu Udara ( ᵒC) (knots/jam) No Bulan Maksimum Rerata Maksimum Minimum Rerata
1 Januari
16 3 31,3 22,5 25,7
2 Pebruari
12 3 31,0 21,2 26,1
3 Maret
10 2 31,6 21,6 26,1
4 April
22 3 32,6 22,8 26,6
5 Mei
12 2 32,6 23,4 26,9
6 Juni
10 2 32,6 23,1 26,9
7 Juli
12 3 32,8 21,2 26,5
8 Agustus
12 3 32,7 22,0 26,6
9 September
12 3 32,4 20,2 26,2
10 Oktober
10 3 31,8 21,6 26,2
11 Nopember
10 3 31,9 22,6 26,4
12 Desember
24 3 32,1 22,2 26,3
Rata-rata 13,5 3 32,1 22,1
26.4 Sumber : Stasiun Metereologi dan Geofisika, Jungkat Kabupaten Pontianak, 2010.
6.6.3. Penyinaran Matahari Dan Kelembaban Udara
Tabel 6.14.
Prosentase Penyinaran Matahari Per Hari Per Tahun 2000-2009
No. Bulan11 Nopember
70
85
9 September
31
88
10 Oktober
49
87
65
84
89
12 Desember
42
89 Jumlah 721 1.047
Rata-rata
60
87 Sumber : Stasiun Metereologi dan Geofisika, Jungkat Kabupaten Pontianak, 2010.