PENGHAYATAN KEHIDUPAN SEKSUALITAS BIARAWATI YANG SUDAH KAUL KEKAL STUDI FENOMENOLOGI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGHAYATAN KEHIDUPAN SEKSUALITAS BIARAWATI
YANG SUDAH KAUL KEKAL
STUDI FENOMENOLOGI
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:
Febri Sari Silalahi
NIM: 101114082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kekahwatiran Merupakan Penyalahgunaan
Imajinasi...

^^Hakuna Matata..
Akan datang suatu hari
bahwa pagar tembokmu
akan dibangun kembali;
pada hari itulah perbatasanmu
akan diperluas...
(Mikha 7 : 11)


Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus
Orangtuaku tercinta
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
Orang-orang yang ku cinta
Teman-teman BK Angkatan 2010

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
PENGHAYATAN KEHIDUPAN SEKSUALITAS BIARAWATI
YANG SUDAH KAUL KEKAL
STUDI FENOMENOLOGI

Febri Sari Silalahi
Universitas Sanata Dharma
2014


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana biarawati yang
sudah melewati kaul kekal menghayati kehidupan seksualitasnya. penelitian ini
membahas mengenai cara penghayatan seksualitas biarawati dalam berbagai
kondisi. Seksualitas dalam penelitian ini khusus membahas tentang bagaimana
biarawati membangun hubungan dengan teman lawan jenis.
Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Penelitian studi
fenemenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi fenomenologi adalah
suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu
pemahaman yang mendetail tentang fenomena yang diteliti, dan menggunakan
lebih dari satu subyek. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna
merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu
karena studi fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki
pengalaman manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
secara mendalam yang didukung oleh observasi. Analisis data yang dilakukan dibantu
oleh proses reduksi data dan pengkodean. Untuk mengukur validitas penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa pihak terkait dengan subjek.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam menghayati seksualitasnya,
biarawati pada umumnya memegang prinsip dasar bahwa manusia diciptakan

Allah memang untuk membangun hubungan dengan orang lain. Dalam
membangun hubungan tentu harus mengalami seksualitas, termasuk dengan
teman lawan jenis. Subjek dalam penelitian ini mampu mengenali dirinya sendiri
ketika membangun hubungan dengan oranglain, termasuk teman lawan jenis.
Subjek juga menemukan cara yang tepat seperti memohon rahmat dan berdoa
ketika mengalami dorongan-dorongan seksual yang sulit dikendalikan dan tidak
sesuai dengan perintah Allah dalam batasan-batasan kaul. Biarawati hanya perlu
melibatkan Allah dalam menghayati seksualiasnya. Hal itu yang membantu para
biarawati untuk tetap hidup sebagai manusia biasa yang mengalami seksualitas
namun juga tetap memegang janji untuk bertahan dalam panggilannya.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRACT
PHENOMENOLOGICAL RESEARCH ON
THE NUNS’ SEXUAL LIVES COMPREHENSION WHO HAVE
DECLARED THE VOW

Febri Sari Silalahi
Universitas Sanata Dharma
2014

The aim of this research is to know how the nuns who have declared their
vows live their sexual lives. This research discussed about the comprehension
ways of the nuns’ sexual in whole condition. The sexual in this research notably
discussed about how the nuns keep in touch with the males.
This research is focused on phenomenological research. Phenomenological
research is a type of a qualitative inquiry. Phenomenological approach is used to
illuminate deep information and get detailed perception about the phenomena that
are being observed by involving more than one participant. The main concept of
phenomenological approach is the meaning. Meaning is an important point which
emerges the experiences from the individual’s perspective. Therefore,
phenomenological study is a philosophical approach to investigate mankind’s

experience. The method used in this research was an in depth interview and
observation. The data analysis technique was assisted by reducing and coding
process. To measure the validity of this research, the researcher used triangulation
technique by interviewing the relevant participants.
The result of this research showed that in living their sexual lives, the nuns
generally hold the keystone principle that God created the mankind to befriend
other people. In human relationship, particularly the relationship between males
and females, sexuality is definitely involved. The participants in this research are
able to restrain themselves when they keep in touch with other people, especially
males. The participants also have the right ways to manage themselves when they
encounter a problem in controlling their sexual encouragements which against the
God’s words. The participants also found the appropriate ways, for instances,
begging to God’s mercy, and keep praying when they encounter themselves on
difficult sexual encouragement, which are not suitable as God’s constraints for the
nuns.The nuns just need to involve God in living their sexuality. Those are the
points which help the nuns to live as ordinary people who live their sexuality but
keep holding their vows and being faithful on their religious vocations.

viii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta
penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak
pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. Suster yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam
penelitian ini.
5. Orangtuaku tercinta Bapak Romlin Silalahi dan Ibu Rediana Sitanggang,
serta kakak, adik dan keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..….........

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….…... .

ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………….………………….. .

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………….….. .

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..…...

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...…...

vi

ABSTRAK…………………………………………………………………. .

vii

ABSTRACK……………………...................………………………….…...

viii

KATA PENGANTAR………………………………………………….…...

ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. .

xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..

xv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..

1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..

1

B. Rumusan Masalah……………………………………………............

3

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….…....

3

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………...

3

E. Batasan Istilah……………………………………….……................

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................

5

A. Hakikat Seksualitas.............................................................................

5

1. Pengertian Seksualitas....................................................................

5

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Perkembangan Psikoseksual..........................................................

7

3. Aspek-aspek dalam Seksualitas.....................................................

9

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksualitas...............................

12

5. Model Menghadapi Dorongan Seksual............................................

14

B. Biarawati..............................................................................................

16

1. Pengertian Biarawati.......................................................................

16

2. Kaul Kemurnian..............................................................................

17

3. Kaul Kemurnian dan Seksualitas....................................................

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................

20

A. Desain/Jenis Penelitian.........................................................................

20

B. Subjek Penelitian.................................................................................

21

C. Tehnik Pengumpulan Data..................................................................

22

D. Tahap-tahap Penelitian .....................................................................

26

E. Analisis Data.......................................................................................

25

F. Validitas Penelitian..............................................................................

27

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN..................................................

29

A. Pelaksanaan Penelitian.........................................................................

29

B. Subjek I................................................................................................

32

C. Subjek II..............................................................................................

37

D. Penghayatan Seksualitas Subjek I dan Subjek II................................

42

1. Emosi..............................................................................................

42

2. Sosial..............................................................................................

45

3. Moral..............................................................................................

48

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Spiritual..............................................................................................

50

5. Represi................................................................................................

51

6. Supresi................................................................................................

54

7. Sublimasi............................................................................................

54

8. Gratifikasi, pelampiasan.......................................................................

56

9. Integrasi.............................................................................................

58

E. Trianggulasi Teori..................................................................................

59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

60

A. Kesimpulan............................................................................................

60

B. Saran......................................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

xiii

62

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Panduan Wawancara........................................................

23

Tabel 2.

Agenda pertemuan peneliti dengan subjek I, subjek II,
dan informan.....................................................................

32

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Persetujuan Menjadi Informan

Lampiran 2.

Verbatim Wawancara

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang
mendeskripsikan mengenai fenomena yang terjadi di lapangan. Selain itu pada bab
ini juga dideskripsikan mengenai perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Seksualitas adalah bagian dari hidup kita sebagai manusia. Seksualitas
menyangkut bagaimana kita menerima diri kita sebagai perempuan atau laki-laki,
bagaimana kita berfikir tentang api hidup dalam diri kita yang menggerakkan kita
untuk berelasi dengan orang lain, bagaimana kita membangun komunikasi dengan
diri sendiri, orang lain, alam semesta dan Tuhan, bagaimana kita membangun
keakraban dengan orang lain. Ketika para biarawati atau “suster” memutuskan
untuk hidup selibat/tidak menikah, berarti mereka juga sudah memlih cara mereka
dalam menghayati seksualitasnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa keputusan menjadi
seorang biarawati tidak terlepas dari nilai-nilai religi agama Katholik.
Kaum selibater Katolik mengikrarkan kaul kemurnian. Salah satu kaul itu
merupakan petunjuk hidup bagi mereka, yaitu hidup tidak menikah, tidak memiliki
harta kekayaan, dan taat pada kehendak Allah melalui ketaatan kepada pemimpin.
Salah satu hal pokok kaul kemurnian adalah seksualitas. Akan tetapi dari informasi
yang ditemukan melalui 2 orang biarawati dari kongregasi yang berbeda, yang

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

terjadi adalah terdapat beberapa

suster yang keluar dengan alasan tertentu.

Tentunya tidak dipungkiri bahwa sebagian dari alasan mereka berkenaan dengan
seksualitas, khususnya hubungan dengan teman lawan jenis.
Dalam perjalanan kesetiaan menjadi biarawati/”suster” akan selalu ada
tantangan yang memungkinkan untuk melepaskan kesetiaannya. Penghayatan
seksual menjadi salah satu alasan meninggalkan kesetiaan seorang biarawati, yang
artinya juga melanggar kaul kemurnian dalam ajaran Katholik. Dalam kaitannya
dengan seksualitas, faktor psikologis (intern) dan kematangan afeksi dapat juga
sebagai pendorong kematangan seksual. Semakin seseorang mampu mengontrol
emosionalnya maka semakin besar kemungkinan baginya untuk mengatur
dorongan seksualnya. Kematangan afeksi sangat dipengaruhi oleh sejumlah
memori pengalaman masa lalunya. Bila seseorang memiliki kematangan masa
lalu yang tidak bahagia, ada kemungkinan dia mencari sublimasi ketenangannya
melalui seksual. Selanjutnya adalah faktor globalisasi. Globalisasi merupakan
sistem peradapan penyeragaman nilai-nilai. Ada kecenderungan di jaman ini
bahwa sesuatu dianggap bernilai bila sesuatu itu menyenangkan, membahagiakan,
hedonis, materialis, dan memiliki banyak uang.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti penghayatan
kehidupan seksualitas biarawati yang mampu bertahan menghidupi panggilannya
sampai melewati kaul kekal di dalam lingkungan yang memungkinkannya untuk
membangun hubungan dengan lawan jenis, meskipun notabene seorang suster
masih harus mengelola seksualitasnya sampai seumur hidup. Untuk itu, dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana biarawati menghayati kehidupan
seksualitasnya. Di dalam nya akan mencakup pengalaman pribadi dan
pengelolaannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dijawab adalah
sebagai berikut: Bagaimana biarawati yang sudah melewati kaul kekal menghayati
kehidupan seksualitasnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana biarawati yang sudah melewati
kaul kekal menghayati kehidupan seksualitasnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Para selibater (biarawati/biarawan)
1) Bermanfaat

sebagai

informasi

kehidupan seksualitasnya

bagaimana

sehingga

mampu

biarawati

menghayati

bertahan menghidupi

panggilan sebagai seorang suster
2) Bermanfaat sebagai materi dalam kegiatan aksi panggilan
3) Bermanfaat bagi para formator dalam mempersiapkan calon-calon
biarawati
b. Orang awam
Mengetahui bagaimana biarawati yang memiliki ikrar untuk hidup selibat
dalam menghayati kehidupan seksualitasnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

2. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberikan sumber informasi dan
sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di bidang BK, khususnya tentang
bagaimana

seseorang

mampu

menghayati

dan

mengelola

kehidupan

seksialitasnya tanpa harus menikah.
E. Batasan Istilah
1. Seksualitas
Seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor fisiologis
tubuh. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan antar individu
dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran,
ideal, nilai, dan emosi.
2. Biarawati
Biarawati adalah perempuan yang terpanggil secara khusus memfokuskan
hidupnya demi nilai-nilai kerajaan Allah yang diperjuangkan, dihayati, dan
diwujudkan di dalam tata kehidupan masyarakat.
3. Penghayatan Kehidupan Seksual
Merasakan dan mengalami sendiri keadaan maupun kejadian yang berkenaan
dengan seksualitas yang terjadi dalam hidup baik itu seputar hubungan dengan
lawan jenis dan bagaimana mengelola perasaan dan pengalaman itu sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Seksualitas
1. Pengertian Seksualitas
Suparno (2007:18) dalam bukunya yang berjudul “Seksualitas Kaum
Berjubah” menulis, beberapa orang memang mengartikan seksualitas secara
sempit. Seksualitas diartikan sebagai seks yang terbatas sebagai alat kelamin,
unsur biologis dari diri manusia, dengan segala hormon dan dorongan kuat
yang terkait. Beberapa orang jika mendengar kata seksualitas pada umumnya
langsung berpikir tentang tubuh telanjang, adegan ranjang, dan senggama.
Padahal seksualitas punya makna yang lebih luas dan mendalam daripada yang
mereka mengerti di atas.
Seksualitas menyangkut seluruh keberadaan diri kita sebagai manusia
yang diciptakan Tuhan. Seksualitas, menyangkut penampilan tubuh kita,
bagaimana kita merasa aman dan bangga terhadap diri kita, penerimaan diri kita
secara utuh; bagaimana kita berpikir tentang diri kita, orang lain dan juga
Tuhan; bagaimana kita berelasi dan membangun relasi yang mendalam dengan
diri sendiri, orang lain alam semesta, dan Tuhan. Seksualitas menyangkut
penerimaan diri kita seperti adanya sebagai seorang laki-laki atau perempuan.
Dengan demikian, seksualitas bukan hanya seks atau soal kelamin, tetapi
seluruh keberadaan kita sebagai pribadi manusia.

5

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

Rolheiser (dalam Suparno 2007:19) mendefinisikan seksualitas sebagai
“energi yang indah, baik, sangat kuat, dan suci, yang diberikan oleh Tuhan dan
dialami dalam seluruh hidup kita, sebagai suatu dorongan yang tidak dapat
ditekan, yang mendorong orang untuk mengatasi ketidaklengkapan, menuju
kesatuan yang utuh. Seksualitas adalah energi dalam diri kita, yang mendorong
kita untuk dapat mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira,
mempunyai afeksi, compassion, membangun intimacy, dan berelasi dengan diri
sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.”
Menurut Rolheiser (dalam Suparno 2007:19) energi itu adalah energi
untuk mencintai, memperhatikan, membangun relasi dengan orang lain,
memberikan hidup kepada orang lain. Ferder dan Heagle (2002:19)
mengungkapkan “seksualitas sebagai keseluruhan energi untuk menjadi hidup
dan membangun relasi”.
Secara umum, seksualitas merupakan energi yang membuat kita menjadi
manusia secara utuh. Termasuk di dalamnya, tentu tubuh kita, pengertian dan
penerimaan kita tentang diri kita sendiri. selain itu termasuk juga di dalamnya
bagaimana kita mengembangkan perasaan, bagaimana kita hidup bersama
orang lain, bagaimana kita bertindak dan menilai sesuatu, dan bagaimana kita
bersikap dan membangun relasi dengan orang lain, Tuhan sendiri, dan alam
semesta.
Seksualitas menjadi tampak pada seorang ibu yang begitu rela
berkorban bagi anak yang sedang disusuinya; pada seorang suster yang dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

penuh kasih sayang menyuapi seorang nenek yang sakit keras karena kanker;
pada seorang imam yang dapat sungguh mendengarkan dengan hati keluhan
umatnya sehingga umat disegarkan dan dihidupkan. Seksualitas juga dapat
dilihat pada seorang dirigen musik yang setelah kerja keras melatih kelompok
musik, dapat menikmati alunan musik teman-temannya; pada seorang seniman
yang memandang lukisannya begitu indah setelah berhari-hari serius
melukisnya. Seksualitas dapat pula dialami pada seorang bruder yang sedang
hening di pegunungan menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.
2. Perkembangan Psikoseksual
Perkembangan psikoseksual menunjukkan perkembangan psikologis
seseorang yang dipengaruhi oleh faktor perkembangan seksualnya yang
didorong oleh perkembangan tubuh. Menurut Delamater & Friedrich dan
Herder & Heagle, (Suparno 2007) manusia adalah mahluk seksual dalam
seluruh perjalanan hidupnya, sejak dari kandungan ibu sampai dengan mati.
a. Masa Kanak-kanak ( Dari Lahir sampai 7 tahun)
Ada tiga ciri utama masa kanak-kanak, yaitu ketidaksadaran seksual,
identitas gender, dan sosiaisasi. Pada waktu lahir sampai umur sekitar 1,5
tahun, anak belum sadar akan seksualitasnya. Memang jika anak disentuh,
dibelai tubuhnya, ia akan merasakan senang, namun tidak menunjuk pada
organ seks tertentu. Kesenangan disentuh lebih menunjukkan relasi yang
baik dengan orang lain (terutama orang tuanya) berkaitan dengan
kesenangan seksual secara umum.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Pada umur sekitar 1,5 sampai 5 tahun, anak menemukan identitas
gendernya, identitas bahwa dirinya adalah laki-laki atau perempuan. Pada
masa selanjutnya, sekitar umur taman kanak-kanak sampai pubertas, terjadi
beberapa perkembangan. Yang sangat menonjol adalah perkembangan
sosialisasi psikoseksual. Dari segi fisik, alat kelamin anak berkembang biasa,
mereka sadar akan kelaminnya, dan merasakan bahwa alat kelamin itu
khusus, dan mereka menutupi alat kelaminnya. Mereka saling belajar
mengenali kelaminnya dari teman bermain. Perkembangan seksual mereka
menyebabkan mereka saling berkaitan, saling berelasi, dan bersosialisasi.
b. Masa Remaja (Dari Pubertas sampai 19 tahun)
Masa ini dibedakan antara masa umur 8-12 tahun dan 13-19 tahun.
Pada umur 8-12 tahun banyak anak mulai bergaul terpisah. Anak laki-laki
bermain dengan anak laki-laki dan anak perempuan bermain dengan anak
perempuan. Mereka lebih belajar mengenal dirinya sendiri lebih mendalam,
termasuk mengenal identitas gender lewat teman sejenis. Pada umur 13-19,
mereka mulai mau bergaul lagi dengan lawan jenis, mau saling kenal,
bahkan membangun relasi lebih dalam. Biasanya anak perempuan menjadi
matang dan dewasa lebih cepat dari laki-laki dalam hal ini.
c. Masa dewasa
Secara sangat umum, masa dewasa ditandai dengan kematangan
menyeluruh, termasuk fisik, psikis, emosi, pikiran, sosial, spiritual, dan
moral. Pada masa dewasa awal (20-40 tahun), orang kebanyakan punya cita-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

cita dan impian yang tinggi tentang hidup, keluarga, ataupun pekerjaan yang
dipikirkan. Semangat dan pikiran mereka masih sangat kuat, fisik mereka
juga masih prima sehingga banyak idealism muncul pada masa-masa ini.
Pada masa dewasa tengah (40-60 tahun) orang sudah dapat melihat
dengan jelas dan real, apakah semua pilihan, idaman, impian yang dicitacitakan sebelumnya itu sungguh dapat terlaksana. Mereka dapat melihat
situasi yang nyata dari hidup mereka. Mereka mulai sadar akan keterbatasan,
kegagalan, dan keberhasilan yang dialami.
Masa dewasa lanjut (60 tahun ke atas) ditandai dengan mulai
melemah dan mundurnya daya fisik orang. Mulai muncul tanda-tanda sakit,
mudah loyo, merasa lemah, merasa sudah tua, mulai banyak berhubungan
dengan rumah sakit, atau obat-obatan. Untuk beberapa orang, situasi ini sulit
diterima sehingga menimbulkan krisis usia lanjut.
3. Aspek-aspek dalam Seksualitas
Ferder dan Heagle (dalam Suparno 2007:33) menjelaskan adanya enam
aspek dalam seksualitas yang ada dalam diri manusia yang perlu dikembangkan
secara seimbang.
a. Aspek Emosi
Ferder dan Heagle (dalam Suparno 2007) mengatakan bahwa emosi
menjadikan kita kerasan dengan tubuh kita, sadar dan merasa nyaman dengan
perasaan seksual yang ada, dan mempunyai perasaan yang sehat terhadap orang
lain. Semua emosi yang berkaitan dengan diri kita sebagai makhluk bergender

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

dan relasi kita dengan orang lain, masuk dalam kategori ini. Gohm dan Clore
(dalam Safaria & Saputra, 2012) mengatakan bahwa emosi positif memberikan
dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini
seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru dan senang. Ketika seseorang
merasakan emosi positif ini, seseorang akan merasakan keadaan psikologis
yang positif. Termasuk ketika mengalami jatuh cinta.
Sunarto (dalam Sobur 2003:421) mengungkapkan bahwa kebutuhan
yang nyata akan cinta telah menimbulkan pandangan bahwa persyaratan bagi
perkembangan manusia seutuhnya adalah sedemikian mendasarnya sehingga
terkait dengan kebutuhan biologis dan harus dinamakan instincoid yaitu,
menyerupai naluri. Dalam membangun hubungan dan mengekspresikan rasa
cinta tentunya diperlukan keterbukaan dan dialog. Dialog termasuk dalam
langkah persiapan pengambilan keputusan oleh karena setiap putusan yang
menyangkut hidup bersama diletakkan dalam kerangka saling mendengarkan,
saling terbuka dan saling percaya, Ridick (1987:182).
b. Aspek Sosial
Menyangkut bagaimana hubungan kita dengan orang lain, apakah kita
mempunyai kemampuan untuk membuka diri dan berelasi secara mendalam
dengan orang lain, membangun persahabatan dan intimacy dengan orang lain.
Kita adalah mahluk yang mempunyai kebutuhan sosial dan juga kemampuan
untuk itu. Kemampuan itu disebut psikososial Ferder dan Heagle (dalam
Suparno 2007). Untuk menjalin hubungan dengan orang lain, untuk menerima

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

dan diterima, untuk komunikasi timbal balik, untuk mencintai dan dicintai,
untuk mengenal dan dikenal, untuk memperhatikan orang lain, kita
membutuhkan orang lain bahkan untuk perkembangan pribadi kita (Ridick,
1987:72)
c. Aspek Moral
Menurut Ferder dan Heagle (dalam Suparno 2007) aspek moral
menyangkut kemampuan untuk menilai tingkah laku dan tindakan kita yang
perlu dalam integrasi seksual, bagaimana menjaga keseimbangan dalam
mengekspresikan energi seksual secara baik, hormat, memperkaya, dan
menyempurnakan. Dalam pemahaman moral yang lebih dinamis, tidak cukup
berhenti pada tindakan, melainkan perlu juga meliputi jangkauan yang lebih
jauh, yakni sifat atau sikap pribadi manusia itu sendiri, termasuk ketakutan akan
Tuhan (Go, 2007: 133, 135).
Sifat atau sikap yang dimaksud berkaitan dengan rasa cemas yang
muncul akibat tingkah laku atau tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah
moral. Kecemasan berawal dari ketakutan akan munculnya persepsi negatif dari
orang lain. Priest (dalam Safiria & Saputra, 2012: 49) berpendapat bahwa
kecemasan adalah suatu keadaan yang dialami ketika berfikir tentang sesuatu
yang tidak menyenangkan terjadi. Calhoun dan Acocella (dalam Safiria &
Saputra, 2012: 49) menambahkan, kecemasan adalah perasaan ketakutan baik
realistis maupun tidak realistis yang disertai dengan keadaan peningkatan reaksi
kejiwaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

d. Aspek Spiritual
Menyadari relasi kita dengan Tuhan dalam kedirian kita yang
berseksual; bagaimana kita menjadi sadar bahwa seksualitas tidak bertentangan
dengan spiritualitas, tetapi justru saling membantu dan menguatkan; bagaimana
menyadari kehadiran Tuhan dalam misteri seksual dalam diri kita merupakan
bagian dari spiritualitas Ferder dan Heagle (dalam Suparno 2007). Kehidupan
spiritual dapat membantu dalam merenungkan dan mempertimbangkan sesuatu.
Kita dapat menilai, mengevaluasi, dan membuat abstraksi dan melampaui
keterbatasan diri kita sendiri, (Ridick 1987: 47).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
McClone (dalam, Suparno 2007:35) menyebutkan adanya 4 faktorfaktor yang perlu diperhatikan sehingga kita semakin tahu betapa kompleksnya
seksualitas manusia.
a. Chronological sex
Lebih berkaitan dengan fisik biologis. Unsur yang menentukan
apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan dalam hal ini adalah
kromosom, genes, dan biologisnya karena kromosom X dan X, orang
menjadi perempuan; karena X dan Y, orang secara fisik menjadi laki-laki.
Hal ini mengakibatkan pertumbuhan yang berbeda.
b. Identitas Gender
Identitas diri berdasarkan gender sudah mulai sejak kecil, sejak anak
mencari dirinya, apakah laki-laki atau perempuan. Mereka mulai mencari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

perbedaan dengan yang lain, menyadari bahwa berbeda, dan akhirnya
memang merasakan menjadi lain, menjadi laki-laki atau perempuan.
Pencarian identitas gender ini terus berkembang baik secara fisik, psikis, dan
nantinya juga sosial
c. Peran sosial gender
Menjadi laki-laki dan perempuan ternyata dipengaruhi oleh peran
yang diharapkan dari masyarakat tentang laki-laki atau perempuan. Budaya,
keluarga, dan masyarakat tertentu, mengharapkan peran tertentu dari lakilaki dan perempuan. Kita dibentuk lewat peran itu pula. Banyak stereotype
dibuat, misalnya laki-laki itu kuat, berpikir, sedangkan perempuan itu
mencinta, penuh kasih.
d. Orientasi seksual
Setiap orang juga mempunyai orientasi seksual yang kadang sudah
ada sejak kecil, tetapi juga dapat dibentuk dalam perjalanan hidup. Orientasi
itu ada yang orientasi heteroseksual dan homoseksual. Heteroseksual lebih
menunjukkan ketertarikan kepada jenis yang berlawanan, sedangkan
homoseksual kepada jenis yang sama. Kadang, gereja mempersoalkan
orientasi homoseksual mereka yang mau menjadi biarawan-biarawati

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

5. Model Menghadapi Dorongan Seksual
Kraft (dalam, Suparno 2007:83) menjelaskan adanya 5 model orang
menghadapi dorongan seksual dalam dirinya, yakni:
a. Represi
Kraft (dalam, Suparno 2007) mengatakan secara sederhana, dengan
represi orang mengesampingkan pengalaman seksual dari kesadarannya
dengan cara menekan perasaan seksual yang ada, seakan-akan tidak terjadi
dalam dirinya. Mencoba tidak menyadari akan pengalaman itu. Berbeda
dengan Puspitorini (2002: 372) yang berpendapat bahwa represi adalah
proses mental yang disadari, dibuat menjadi tidak disadari.
Sobur (2009: 426) mengatakan pengalaman seksual yang muncul
dalam diri individu sendiri tidak harus diatasi dengan melakukan represi.
Adanya unsur penilaian biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam
kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa positif yang artinya, individu
tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu yang akan
memberikan kenikmatan padanya. Misalnya melakukan komunikasi.
b. Supresi
Kraft (dalam, Suparno 2007) mengatakan bahwa supresi seperti
represi, tetapi dengan kesadaran dan pilihan. Orang mengatakan “TIDAK”
pada sesuatu yang sebenarnya “YA”. Misalnya, seorang suster tidak mau
melakukan seks meski ia tahu hal itu. Ia memilih untuk tidak melakukannya.
Hal tersebut terkait dengan hati nurani.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Keputusan-keputusan hati nurani seringkali menggunakan istilah
“seharusnya”. Maksudnya, keputusan-keputusan itu berupa pernyataanpernyataan dalam keadaan konkret, “seharusnya kita bertindak dengan cara
lain dan tidak menempuh cara itu”, (Chang 2001: 134-135)
c. Sublimasi
Sublimasi adalah tindakan mengarahkan dorongan seksual kepada
suatu tindakan atau kegiatan yang lain, misalnya kerja, karya sosial, seni,
dan sebagainya. Biasanya tindakan itu dibuat karena bertentangan dengan
nilai yang mau dikejar. Banyak religius melakukan sublimasi dorongan
seksual mereka dengan giat melakukan kerasulan, membantu orang lain,
melakukan karya seni, olahraga, membangun relasi, dan sebagainnya (Kraft
dalam, Suparno 2007) .
Ahli lain berpendapat bahwa sublimasi merupakan naluri seksual
yang terjadi akibat ketegangan. Tujuan keinginan seksual adalah
menghilangkan ketegangan yang menyakitkan, maka kepuasan seksual
terletak pada keberhasilannya menghilangkan ketegangan tersebut (Freud,
dalam Sobur 2009: 420).
d. Grafikasi, pelampiasan
Kraft (dalam, Suparno 2007) mengatakan orang melampiaskan
dorongan seksualnya dengan cara melakukan pemuasan secara fisik seperti
masturbasi, sanggama, dan sebagainya. Jelas bagi kaum biarawan-biarawati
cara ini tidak baik dan tidak sehat karena tidak mengembangkan pribadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

secara menyeluruh. Dengan mengungkapkan dorongan seks terhadap orang
lain dalam sanggama, dapat saling mengancam dan menakutkan satu sama
lain karena hanya melihat semuanya secara fisik, tanpa keutuhan pribadi.
Menurut Ridick (1987: 126) hal ini akan mengurangi keluhuran pribadi
seseorang. Imam-imam Kristus akan selalu mendapatkan kegembiraan dan
kekuatan baru bila tiap hari mereka mau mendalami motivasi hidupnya
dalam doa dan meditasi.
e. Integrasi
Menurut Kraft (dalam, Suparno 2007:83), supresi dan sublimasi
penting dan perlu, dan ini merupakan cara psikologis menghadapi dorongan
seksual. Namun, tetap ada kelemahannya, yaitu tetap memandang dorongan
seksual atau genitalia secara fisik saja, padahal genitalia mempunyai segi
lain yang perlu diperhatikan pula. Daripada melihat seks sebagai musuh atau
halangan untuk hidup religius, lebih baik mengalami seks sebagai teman
yang membantu menghidupi cinta dalam selibat.
B. Biarawati
1. Pengertian Biarawati
Biarawati

adalah

seorang

perempuan

yang

secara

sukarela

meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan
agama di suatu biara atau tempat ibadah. Istilah ini dapat ditemui di berbagai
agama seperti Katolik Roma. Biarawati dalam agama Katolik adalah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

perempuan yang tergabung dalam suatu tarekat atau ordo religius. Di Indonesia
para biarawati biasanya dipanggil suster (Belanda: zuster, saudara perempuan).
Para suster biasanya bekerja di bidang pendidikan (formal dan
nonformal), kesehatan, dan pelayanan sosial di lingkungan gereja atau
masyarakat umum seperti suster-suster CB, SSPS, JMJ, SMSJ, SND, PRR, dan
sebagainya. Ada juga pada beberapa tarekat religius biarawati yang
mengkhususkan kepada pelayanan religius melalui doa (dalam gereja Katolik
dikenal dengan biara suster kontemplatif) seperti suster-suster Ordo Karmel
Tak Berkasut (OCD) dan Suster SSPS Adorasi Abadi.
2. Kaul Kemurnian
Arti kaul kemurnian adalah pengabdian kepada Allah dalam kesucian
yang sempurna dengan niat yang tetap utuh dalam pikiran dan badan. Oleh
karena itu, kaul kemurnian menuntut suatu keutuhan yang permanen dalam
pikiran, hati, dan tubuh demi kerajaan Allah (Darminta 2004: 44).
a. Dasar Kaul Kemurnian
Inspirasi mengenai penyerahan pikiran, hati, dan tubuh demi
kerajaan Allah diperoleh dari cara hidup Yesus, Maria, dan para rasul Yesus.
Selain itu, inspirasi juga diperoleh dari ayat-ayat Injil. Yesus bersabda, “Ada
orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim
ibunya, ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang
yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena
kerajaan Surga.” Artinya pilihan untuk tidak menikah

demi nilai-nilai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Kerajaan Allah yang diperjuangkan untuk dihayati dan diwujudkan dalam
tata kehidupan masyarakat memiliki jalan masing-masing sesuai dengan
sabda Yesus yang telah dipaparkan.
b. Dimensi-dimensi Kaul Kemurnian
Kaul kemurnian tidak hanya menekankan sudut fisik semata.
Terdapat beberapa dimensi kaul keperawanan. Pertama, dimensi pneumatis.
Hidup selibat adalah undangan untuk mengikuti Yesus. Hal itu merupakan
karunia Allah. Seseorang tidak dapat hidup selibat dengan bebas jika tidak
membuka diri terhadap rahmat Allah. Dalam menjalankannya pun, Roh
Kudus selalu menjadi penguat dan pendorong. Kedua, dimensi mistik. Hidup
selibat adalah suatu hidup yang senantiasa dilaksanakan dalam relasi yang
mendalam dengan Allah. Relasi dengan yang transenden itu dapat dilakukan
melalui doa. Jadi, kaul keperawanan itu bukan hanya sekadar suatu cara
hidup praktis.
Ketiga, dimensi eskatologis. Selibat hanya dapat dihayati jika ada
suatu keterbukaan yang terus-menerus akan pengharapan bahwa Tuhan
datang pada akhir zaman. Hidup selibat merupakan antisipasi akan model
kehidupan kekal yang memang tanpa pernikahan. Keempat, dimensi
seksual. Orang-orang yang mengikrarkan kaul keperawanan adalah laki-laki
dan perempuan dengan seksualitasnya. Oleh karena itu, selibat sejati
melibatkan suatu penyangkalan diri terutama dari aktivitas erotis dan
hubungan seksual. Kelima, dimensi apostolik. Dengan hidup selibat, orang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

mempersembahkan seluruh hidup dan cintanya hanya bagi kemuliaan Tuhan
dan kebaikan manusia
3. Kaul Kemurnian dan Seksualitas
Dalam menghayati kaul kemurnian, seorang selibater dituntut untuk
menyerahkan diri secara utuh. Kenyataan itu menunjukkan bahwa kaul
kemurnian berkaitan erat dengan seksualitas manusia. Konsekuensi dari
kenyataan itu adalah bahwa seksualitas tidak dapat dipisahkan dari penghayatan
kaul kemurnian. Dengan kata lain, penerimaan seksualitas menjadi penting
dalam penghayatan kaul kemurnian.
Sebagai contoh, seseorang yang membenci seksualitasnya tidak dapat
menyerahkan dirinya secara utuh kepada Allah. Pada sisi yang lain, seseorang
yang merealisasikan seksualitasnya secara berlebihan dan melanggar kaul
keperawanan bukanlah sesuatu yang baik. Contoh di atas menunjukkan dua
sikap ekstrem dalam penghayatan seksualitas, yaitu membenci hal-hal yang
berbau seks dan mengumbar hasrat seks. Dua sikap ekstrem itu telah
disinggung Suparno (2007). Dua sikap itu pula menjadi tantangan dalam
menghayati kaul kemurnian. Ketepatan seorang selibater dalam merespon
dorongan seksualitasnya mengandaikan bahwa ia mempunyai pemahaman
yang memadai tentang seksualitasnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang desain/jenis penelitian, subjek penelitian,
tehnik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, analisis data, dan validitas
penelitian.
A. Desain/ Jenis Penelitian
Penelitian studi fenemenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi
fenomenologi adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam
untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang fenomena sosial dan
pendidikan yang diteliti, dan menggunakan lebih dari satu subyek. Penelitian
fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran
pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna
merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu
karena studi fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki
pengalaman manusia.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi terkait dengan
judul adalah, penghayatan sendiri berarti kesadaran diri dalam menghadapi suatu
peristiwa

yang kemudian

menjadi

sebuah

pengalaman.

Kesadaran

diri

merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan, diingat dan diharapkan, inilah
yang disebut dengan menjadi fenomenologi. Penelitian ini dibuat untuk
mendapatkan deskripsi mengenai penghayatan kehidupan seksual biarawati yang

20

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

notabene menjalani kehidupan selibat. Penelitian ini juga akan mempelajari
bagaimana biarawati merasakan dan mengalami kehidupan seksualitas dan
bagaimana cara mengelolanya.

B. Subjek Penelitian
Subjek yang dipilih pada penelitian ini ialah dua orang biarawati yang
sudah memasuki kaul kekal dan memiliki status mahasiswa. Alasan peneliti
memilih subyek tersebut karena menurut peneliti biarawati yang memiliki
kehidupan dan aktivitas di luar asrama tentu memiliki jangkauan sosial yang lebih
luas. Termasuk di dalamnya hubungan dengan lawan jenis baik itu teman sekelas,
kenalan dengan program studi yang lain, komunitas tertentu dan berbagai bentuk
dinamika yang dapat memicu dorongan seksualitas yang lebih kompleks.
Batasan memasuki kaul kekal sendiri dimulai dari masa postulan dengan
belajar selama 1 tahun. Kemudian masuk dalam masa novisiat. Masa ini biarawati
dilatih untuk lebih menghayati penyerahan diri kepada Sang pencipta dengan tidak
keluar biara selama 2 tahun. Selanjutnya biarawati memasuki masa kaul
sementara, atau biasa disebut masa yuniorat yang ditempuh selama 5-7 tahun.
Pada masa ini akan dilihat kesetiaan biarawati dalam menjalani panggilannya.
Berhasil melewati kaul sementara, biarawati kemudian masuk dalam masa kaul
kekal samapai seumur hidupnya. Melihat lamanya masa yang dijalan, peneliti
memilih biarawati yang sudah melewati kaul kekal. Alasannya adalah, selain
pengalaman menghayati seksualitas lebih banyak tentu akan ditemukan pula cara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

mengelola seksualitas sehingga mampu bertahan sampai memasuki masa kaul
kekal.

C. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data pada peneltian kualitatif, yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi, Sugiyono (2010: 194). Penelitian ini
sendiri menggunakan metode wawancara secara mendalam, dan observasi
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi yang
dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti
adalah menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan
pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan hasil wawancara ke dalam
catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah di
diperoleh Sugiyono (2010: 322). Selain itu peneliti menyiapkan alat rekam
suara seperti tape recorder ataupun handphone untuk merekam hasil wawancara
dengan subjek. Hasil wawancara sendiri akan dirubah dalam bentuk verbatim
dengan cara menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur.
Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

Tabel 1. Panduan wawancara
NO
1.

ASPEK
Emosi

ITEM PERTANYAAN
a. Bagaimana cara anda mengelola perasaan tertarik
terhadap teman lawan jenis?
b. Apa saja hambatan anda mengelola perasaan tersebut?
c. Apa yang anda lakukan ketika tidak berhasil
mengelolanya?

2.

Sosial

a. Apakah anda adalah tipe yang mudah membuka diri
dengan orang lain?
b. Apakah anda berelasi secara mendalam dengan
oranglain?
c. Apakah anda dengan mudah membangun persahabatan
dengan oranglain baik pria maupun wanita?

3.

Moral

Bagaimana anda mempertanggungjawabkan kepada
kerabat maupun Sang Pencipta ketika anda tertarik pada
teman lawan jenis?

4.

Spiritual

a. Bagaimana anda menyadari kehadiran Tuhan dalam
misteri seksual dalam diri anda?
b. Sejauh mana anda memahami bahwa seksualitas tidak
bertentangan dengan spiritualitas?

5.

Represi

a. Pernahkah anda menekan perasaan seksual yang timbul

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

dan menganggap seakan-akan tidak terjadi dalam diri
anda?
b. Bagaimana cara anda melakukannya?
c. Apakah hal itu berhasil?
6.

Supresi

Pernahkah anda menolak dorongan seksual yang muncul
dalam diri anda?

7.

Sublimasi

Hal apa saja yang anda lakukan untuk mengarahkan
dorongan seksualitas kepada hal lain?

8.

Gratifikasi,
pelampiasan

a. Pernahkah anda mengalami dorongan seksual yang
tidak bisa dikendalikan? (misalnya dalam hal fisik)
b. Jika YA, apa grafikasi yang anda lakukan?
c. Jika TIDAK, bagaimana anda mengendalikannya?

9.

Integrasi

Daripada melihat seks sebagai musuh atau halangan untuk
hidup religius, apakah menurut anda tidak lebih baik
mengalami seks sebagai teman yang membantu
menghidupi cinta dalam kehidupan selibat?

2. Observasi
Teknik pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah
observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan peneliti
untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam penelitian ini,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat dengan terlibat
dalam kegiatan sehari-hari subjek. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh subjek dalam beberapa kegiatan.
Dengan observasi pastisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak. Dalam setiap observasi ini peneliti menyiapkan catatan
lapangan untuk mencatat setiap perilaku dan proses kerja subjek sebagai
sumber data. Catatan lapangan juga sering digunakan peneliti ketika dalam
proses menjalankan teknik wawancara baik terstruktur maupun tidak
terstruktur.

D. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini ialah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan yang
didapatkan melalui observasi secara langsung, sehingga mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Proses analisis data sendiri
dimulai dari pembuatan verbatim melalui rekaman wawancara, reduksi data,
coding, dan analisisnya. Verbatim adalah percakapan wawancara dengan cara
menuliskan setiap kata per kata jawaban dan pertanyaan yang sudah diajukan
kepada subjek. Sebelum menganalisis, peneliti melakukan proses reduksi data.
Selanjutnya peneliti menentukan coding untuk masing-masing aspek pada daftar
pertanyaan berupa kode. Maksud dan arti kode itu sendiri hanya diketahui oleh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

peneliti. Selanjutnya peneliti membuat analisis berdasarkan data yang sudah ada,
dan menyajikannya dalam bentuk teks deskriptif. Berikut ini merupakan prosedur
kerja reduksi data dan coding dalam membantu analisis penelitian ini:
1. Reduksi Data
Dalam reduksi data peneliti mengidentifikasi adanya satuan yaitu bagian
terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah penelitian (Moleong, 2009: 288). Setelah itu peneliti
mulai memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau tema dan
membuang data-data yang tidak perlu
2. Pengkodean/Coding
Pengkodean/coding yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengkodean terbuka/open coding (Strauss & Corbin, 2003: 56). Pengkodean
terbuka merupakan bagian dari analisis yang terutama berkaitan dengan
pemberian nama dan pengelompokan fenomena melalui pemeriksaan data yang
cermat. Dalam penelitian ini hanya ada dua prosedur yang digunakan oleh
peneliti yaitu:
a. Pelabelan Fenomena
Dalam pelabelan fenomena, peneliti memisah-misahkan amatan,
kalimat, paragraf, dan menamai insiden, ide, atau peristiwa-peristiwa dengan
sesuatu yang mewakili fenomena. Kalau tidak, maka akan menemukan
kesulitan dan sangat kebingungan karena akan terlalu banyak nama (Strauss

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

& Corbin, 2003: 57). Peneliti menggunakan kode yang sesuai dengan hasil
lapangan baik wawancara maupun observasi.
b. Variasi cara pengkodean terbuka
Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses pengkodean
terbuka yaitu, analisis dengan pengkodean baris per baris, per kalimat atau
paragraf, dan analisis dengan pengkodean yang menggunakan seluruh
dokumen, pengamatan, atau wawancara. Penelitian ini sendiri menggunakan
analisis dengan pengkodean kalimat per kalimat atau paragraf. Peneliti
menentukan gagas