BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS - Nur Fatmah Fauzi BAB II

  1. Definisi Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga bayinya lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, trimester pertama belsangsung selama 12 minggu, dimana trimester kedua berlangsung selama 15 minggu (minggu ke 13 – hingga ke 27) (Prawihardjo, 2012;h.213)

  Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hinga dimulai persalinan yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2007;h,492).

  Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester, yang masing- masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.

  Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar), atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Pada praktiknya, trimester pertama secara umum dipertimbangkan langsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu),

  10

  • – umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur. Cairan semen masuk ke dalam vagina dan berjuta – juta sel mani (sperma) bergerak masuk ke rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian tuba uterine yang mengembang.

  10 trimester ke dua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu) (Varney, 2007;h.492).

  Dari berbagai referensi mengenai kehamilan dapat di simpulkan bahwa kehamilan merupakan proses fisiologis yang berlangsung dari proses fertilisasi atau penyatuan hingga usia kehamilan aterm dengan berubahnya seluruh system genetalia wanita

  2. Proses Pembuahan Menurut Mochtar (2011; h. 16) setiap bulan, saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (

  ovum) dari indung telur (ovarium),

  yang di tangkap oleh umbai

  3. Fisiologi Pertumbuhan Janin Menurut Mochtar (2011; h. 26) terjadi beberapa perubahan

  • – perubahan dan organogenesis yang terjadi pada berbagai periode kehamilan di antaranya adalah :

  a. Umur kehamilan 4 Minggu Pada umur kehamilan 4 minggu terjadi pembentukan rudiment mata, telinga, dan hidung. Panjangnya sekitar 7,5

  • – 10 mm.

  b. Umur Kehamilan 8 Minggu.

  Di minggu ini sudah terbentuk hidung, telinga, jari jemari mulai di bentuk. Kepala menekuk ke dada, dan panjangnya 2,5 cm. berat fetus sekitar 5 gram.

  c. Umur Kehamilan 12 Minggu Pada minggu ini daun telinga sudah terbentuk lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk, genetalia eksternal sudah mulai terbentuk tetapi belum berdiferensiasi. Panjang fetus pada minggu ini adalah 9 cm. dan beratnya 15 gram.

  d. Umur Kehamilan 16 Minggu Pada minggu ini genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit tipis dan berwarna merah. Panjang fetus 16

  • – 18 cm. pada minggu ini berat fetus 120 gram.
e. Umur Kehamilan 20 Minggu Di minggu ini kulit janin sudah lebih tebal, rambut mulai tumbuh di kepala, dan rambut halus (lanugo) tumbuh di kulit. Panajang fetus

  25 cm dan beratnya 280 gram.

  f. Umur Kehamilan 24 Minggu Pada minggu ini kedua kelopak mata ditumbuhi alis dan bulu mata serta kulit keriput, kepala besar. Jika lahir, dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja. Panjang fetus 30

  • – 32 cm beratnya 600 gram.

  g. Umur Kehamilan 28 Minggu Pada minggu ini kulit berwarna merah dan di tutupi vernik kaseosa.

  Jika lahir, dapat bernapas, menangis pelan dan lemah. Bayi imatur beratnya 1000 gram dan panjangnya 25 cm.

  h. Umur Kehamilan 32 Minggu Pada minggu ini kulit janin berwarna merah dan keriput. Jika lahir, tampak seperti orang tua kecil ( little old). Panjangnya 40 – 43 cm dan beratnya 1800 gram. i. Umur Kehamilan 36 Minggu

  Pada minggu ini muka janin berseri dan tidak keriput. Bayi premature dengan berat badan 2500 gram panjang janin 46 cm. j. Umur Kehamilan 40 Minggu

  Pada minggu ini janin cukup bulan. Kulit licin, vernik kaseosa banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ – organ baik. Pada pria testis sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang – tulang kepala menulang. Pada 80% kasus, telah terbentuk pusat penulangan pada epifisis tibia proksimal. Panjang janin pasa umur ini yaitu 50 – 55 cm dan berat janin 3000 gram.

  4. Tanda

  • – Tanda Kehamilan Menurut Mochtar (2012; h. 35) tanda – tanda kehamilan adalah sebagai berikut :

  a. Tanda

  • – Tanda Persumtif 1) Amenorea ( tidak mendapat haid )

  Wanita harus mengetahui tanggal pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari neegele. 2) Mual dan muntah ( nausea and vomiting)

  Biasanya terjadi pada bulan

  • – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan disebut hyperemesis gravidarum.

  3) Mengidam ( ingin makanan khusus) Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan

  • – bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan.

  4) Pingsan Jika terdapat pada tempat

  • – tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

  5) Tidak ada selera makan (anoreksia) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

  6) Lelah ( fatigue) 7) Peyudara membesar, tegang, dan nyeri

  Ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar. 8) Miksi sering

  Ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh Rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebutmuncul kembali karena kandung kemid ditekan oleh kepala janin.

  9) Konstipasi/obstipasi Terjadi karena tonus otot – otot uterus menurun oleh pengaruh hormone steroid.

  10) Pegmentasi kulit Di pengaruhi oleh hormone kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka ( chloasma gravidarum), aerola payudara, leher, dan dinding peru (linea nigra = grisera ) b. Tanda – Tanda Kemungkinan Hamil 1) Perut membesar.

  2) Uterus mebesar karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi Rahim.

  3) Tanda Hegar Ditemukannya serviks dengan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

  4) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat diporsio, vagina dan labia. Tanda

  • – tanda tersebut timbul karena pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

  5) Tanda Piskacek Pembesaran dan pelunakan Rahim ke salah satu sisi Rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya tana ini ditemukan pada usia kehamilan 7 – 8 minggu. 6) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang (Braxton hicks). 7) Teraba ballottement. 8) Reaksi kehamilan positif.

  c. Tanda Pasti Hamil 1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba, juga bagian – bagian janin.

  2) Denyut jantung janin. 3) Terlihat tulang – tulang janin dalam foto rontgen.

  5. Fisiologi Pada Perempuan Hamil Perubahan Anatomi dan

  a. Sistem Reproduksi 1) Uterus

  Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Pada akhir kehamilan ketebalan uterus hanya 1,5 cm bahkan kurang.

  2) Serviks Satu bulan setelah konsepsi servik akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi karena penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersama dengan terjadinya hipertrofi dan hiperlasia pada kelenjar-kelenjar serviks(Prawirohardjo,2010;h 177). 3) Ovarium

  Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat di temukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2010; h. 178).

  4) Vagina dan Perineum Selama kehamilan peningkatan vaskulasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-oto perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwik (Prawirohardjo, 2010; h. 178).

  5) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain strie kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan strie sebelumnya (Prawirohardjo, 2010; h.

  179). 6) Payudara

  Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan bertambah besar, kehitaman, dan tegak (Prawirohardjo, 2010; h. 179).

  b. Sistem Kardiovaskuler Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehinggga juga terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior

  c. Sistem Respirasi Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru – paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali lagi dalam 24 minggu setelah persalinan.

  d. Traktus Digestivus Prawirohardjo (2010; h. 185) menjelaskan perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidrokoid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis

  

(heartburn) yang disebabkan oleh refkluks asam lambung ke

  esophagus bawah sebagian akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah. Mual terjadi karena menurunya motilitas usus besar.

  e. Traktus Urinarius Ginjal akan membesar, glomelular filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada eksresi akan ditemukan kadar asam amino dan vitamin yang larut dalam air dlam jumlahyang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan hal yang umum terjadi, akan tetapi kewaspadaan terhadap penyakit diabetes mellitus tetap harus diwaspadai. Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan di jumpai peningkatan

  creatinine cleareance lebih tinggi yaitu 30% ( Prawirohardjo, 2010; h.

  185).

  f. Sistem Endokrin Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosterone, dioksikortikosteron, aldosterone, dan kortisol akan meningkat (Prawirohardjo, 2010; h. 186).

  6. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Menurut Kemenkes RI (2013) Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali, a. Trimester 1 Kunjungan di lakukan 1 kali dan sebelum usia kehamilan 16 minggu.

  b. Trimester 2 Kunjungan pada trimester 2 ini di lakukan 1 kali di antara usia kehamilan 24 minggu sampai 28 minggu.

  c. Trimester 3 Kunjungan pada rimester 3 ini dilakukan 2 kali di antara minggu ke 30- 32 dan di antara minggu ke 36-38.

  Menurut profil kesehatan Indonesia (2015, h 105) Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut : 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2) Pengukuran tekanan darah; 3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA); 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; 6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); 8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); 9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah

  (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan

  10) Tatalaksana kasus.

  7. Komplikasi Pada Kehamilan Menurut kemenkes RI (2013, h 82 – 126 ) ada beberapa macam komplikasi dalam kehamilan, diantaranya adalah : a. Mual – Muntah Pada Kehamilan

  1) Definisi Mual muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada keadaan muntah-muntah yang berat, dapatterjadi dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit da ketosis, keadaan ini di sebut hyperemesis gravidarum.

  2) Penatalaksanaan Bila perlu berikan 10 mg doksilamin di kombinasikan dengan 10 mg vitamin B6.

  b. Ketuban Pecah Dini 1) Definisi

  Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda persalinan.

  2) Penatalaksanaan a) Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

  b) Rujuk ke fasilitas yang memadai. B. Persalinan

  1. Definisi Persalinan adalah proses dimana bayi, plasentas dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (JPKN-KR; 2014, h. 39).

  Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan. Sebagai respon terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahair terbentuk dan bayi bergerak turun kebawah melalui rongga panggul (Kevin,2015. h. 224)

  Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (varney, 2008, h. 672) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010;h.164).

  Dari berbagai referensi mengenai pengertian persalinan dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran bayi hingga plasenta yang dipengaruhi oleh 3P yaitu power (kekuatan), passage (janin dan plasenta), dan passage (jalan lahir).

  2. Beberapa Istilah yang Berhubungan dengan Persalinan Menurut Mochtar (2011; h.69) ada beberapa istilah yang berhubungan dengan persalinan, diantaranya sebagai berikut : a) Menurut cara persalinan

  1) Partus biasa (normal)

  Partus biasa di sebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya

  • – bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

  2) Partus luar biasa (abnormal) Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan oprasi caesarea.

  b) Menurut tua (umur) kehamilan 1) Abortus ( keguguran)

  Abortus adalah terhentinya kehamlan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1000 gram, tua kehamilan di bawah 28 minggu.

  2) Partus prematurus Persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi pada kehamilan 28

  • – 36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 – 2500 gram.

  3) Partus matures atau aterm Partus pda kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 gram.

  4) Partus postmaturus Persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.

  5) Partus presipitatus Partus yang berlangsung sangat cepat.

  6) Partus percobaan Suatu penilaian persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

  3. Gravida dan para a) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.

  b) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

  c) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).

  d) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

  e) Primipara adalah seorang wanita melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya.

  f) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali).

  g) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup ataupun mati.

  4. Tanda

  • – Tanda Persalinan Menurut Rustam Mochtar (2012, h. 70) tanda – tanda inpartu adalah sebagai berikut :

  a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratus

  • – b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada serviks.
c) Ketuban pecah sendiri.

  d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah terjadi pembukaan.

  5. Mekanisme Persalinan Normal Menururt Rustam Mochtar (2012, h. 71) bahwa kala satu persalinan adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran janin, sewaktu uteruss dengan kekuatan his ditambah dengan kekuatan untuk mengejan mendorong janin hingga keluar. Kala tiga persalinan adalah kala untung pelepasan plasenta. Kala empat adalah mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

  a. Kala I ( kala pembukaan ) 1) Fase Laten

  Pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam 2) Fase Aktif

  Pembukaan serviks 4 cm hingga 10 cm (lengkap), sekitar 6 jam dan dibagi menjad 3 fase yaitu : a) Periode akselerasi

  Periode ini berlangsung selama 2 jam dan pembukaan menjadi 4 jam.

  b) Periode dilatasi maksimal Periode ini berlangsung selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, c) Periode deselerasi Periode ini berlangsung lambat dan dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  b. Kala II (kala pengeluaran janin) Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot

  • – otot dasar panggul yang melalui lengkung reflek menimbulkan rasa mengejan. Karena terdapat tekanan pada rectum, ibu merasa ingin buang air besar dengan ditandai dengan anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh tubuh janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 jam – 2 jam dan pada multi berlangsung 30 menit - 1 jam.

  c. Kala III (kala pengeluaran plasenta) Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 menit – 10 menit seluruh plasenta terlepas. Terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Semua proses umumnya berlangsung 5 menit

  • – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 cc – 200 cc.

  d. Kala IV

  Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi baru lahir dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama pada bahaya perdarahan postpartum.

  Tabel. 2.2 Perbedaan waktu pada primi dan multi.

  Primi Multi Kala I 13 jam 7 jam Kala II 1 jam 30 menit Kala III 30 menit 15 menit Kala IV 4,5 jam 7 jam 45 menit

  Sumber : Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1.

  6. Mekanisme Persalinan (Varney, 2008; h. 754-755)

  a) Engagement Terjadi ketika diameter bipariental kepala janin telah melalui pintu atas panggul (Varney, 2008; h. 754-755).

  b) Penurunan Terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

  • – dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot otot abdomennya (Varney, 2008; h. 754-755).

  c) Fleksi Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin yang lebih besar (Varney, 2008; h. 754-755).

  d) Rotasi Internal Mekanisme ini menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Oksiput berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, di bawah simfisis pubis. Ketika oksiput berotasi dari posisi LOP, ROP, LOT, atau ROT, bahu jugan berotasi dengan kepala sampai mencapai posisi LOA atau ROA. Ketika oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan rotasi mengikuti dengan kepala, akan tetapi bahu bayi akan masuk ke pintu atas panggul pada salah satu diameter oblik. Oleh karena itu, mekanisme ini memiliki efek memutar leher 45 derajat (Varney, 2008; h. 754-755).

  e) Pelahiran kepala Berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput anterior ekstensi harus terjadi ketika oksiput berada di bagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala menuju pintu bawah vulva. Dengan demikian, kepala di lahirkan dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagittal, fontanela anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum (Varney, 2008; h. 754-755).

  f) Rotasi ekternal Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat menyebabkan diameter bisakrominal sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksternal lain sebesar 45 derajat ke posisi LOT atau ROT, tergantung pada arah restitusi (Varney, 2008; h. 754-755). g) Pelahiran bahu Bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovaginal yang menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembungkan perineum dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada lengkung pelvis (Varney, 2008; h. 754-755).

  7. Komplikasi pada persalinan

  a) Komplikasi pada kala stu dan kala dua persalinan Menurut Varney (2007; h 780-802) adalah sebagai berikut : 1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya (Varney,2007; h 780-802).

  2) Persalinan atau kelahiran premature (Varney,2007; h 780-802).

  Persalinan premature adalah persalinan yang dimulai pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37.

  Penatalaksanaan pada persalinan premature didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang beresiko mengalami komplikasi (Varney,2007; h 780-802). 3) Ketuban pecah dini

  Menurut Kemenkes RI (2013; h. 122) ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu. Penatalaksanaa pada KPD adalah : a) Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari. b) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai. 8. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

  Menurut Kemenkes RI (2013; h. 39 – 49) berikut adalah langkah – langkah asuhan persalinan normal : Mengenali tanda dan gejala kala dua : 1) Memeriksa tanda berikut : a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.

  c) Perineum menonjol dan menipis.

  Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  a) Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT siap dalam wadahnya.

  b) Semua pakaian, handuk, selimut, dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat.

  c) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi baik dan bersih.

  d) Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai dalam partus set / wadah DTT. e) Untuk resusitasi, tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

  f) Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid, set infus (Kemenkes RI,2013; h. 39

  • – 49).. 3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca mata (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49)..

  4) Melepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49). 5) Memakai sarung tangan steril / DTT untuk pemeriksaan dalam (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

  6) Mengambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set / wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit (Kemenkes

RI,2013; h. 39 – 49)

  Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 7) Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT (Kemenkes RI,2013; h.

  39 – 49). 8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala sudah masuk dalam panggul dan tali pusat tidak teraba (Kemenkes RI,2013; h. 39

  • – 49). 9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0.5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalikn dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

  10) Memeriksa denut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untukmemastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

  Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pembimbingan meneran.

  11) Memberitahu ibu pembukaannya sudah lengkap dan keadaan janin baik.

  12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran a) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman.

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

  a) Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. b) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai(Kemenkes RI,2013; h.

  39 – 49). 14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49). Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi. 15) Melakukan kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5

  • – 6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untukmengeringkan bayi.

  16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

  18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan, Membantu lahirnya kepala

  19) Melakukan tampak kepala bayi dengan diameter 5

  • – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

  a) Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan dangkal. 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.

  a) Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala bayi. b) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu dunting di antaranya (Kemenkes RI,2013; h. 39

  • – 49). 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.

  Membantu lahirnya bahu 22) Menunggu kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

  a) Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis.

  b) Gerakkan kea rah atau dan distal untuk melahirkan bahu belakang (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

  Membantu lahirnya badan dan tungkai 23) Melahirkan kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

  a) Gunaka tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

  24) Melahirkan tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tngkai dan kaki bayi.

  a) Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dna pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya). Penanganan Bayi Baru Lahir.

  25) Melakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah bayi asfiksia : a) Apakah kehamilan cukup bulan?

  b) Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap – megap?

  c) Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif? 26) Mengecek tidak ada tand asfiksia, lanjutkan manajemen bayi barulahir normal. Keringka dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

  a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

  b) Ganti handuk basah dengan handuk kering.

  c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu. 27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).

  Manajemen Aktif Kala Tiga 28) Memberitahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.

  29) Memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

  30) Menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakuka penjepitan kedua pada 2cm distal dari klem pertama.

  31) Memotong dan ikat tali pusat.

  a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).

  b) Ikat tali pusat dengan benang DTT / steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

  c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%. 32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

  Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu.

  Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

  33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pda kepala bayi.

  34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarah 5 – 10 cm dari vulva.

  35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dang tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36) Meregangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso kranial secara hati

  • – hati, untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk menstimulasi puting susu.

  37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas , mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso kranial.

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5

  • – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  b) Jika plsenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : (1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM.

  (2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. (5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

  (6) Jika terjadi perdarahan, lakukan manual plasenta. 38) Melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

  a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari

  • – jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus uterus dan lakukan masase dengan gerakkan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

  a) Lakukan tindakan yang di perlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil / masase.

  Menilai Perdarahan 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

  Melakukan Asuhan Persalinan Pasca Persalinan (Kala IV) 42) Memastika uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

  43) Memulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

  44) Melakukan kontak kulit dengan ibu

  • – bayi IMD selesai : a) Timbang dan ukur bayi.

  b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

  c) Suntikkan vitamin K 1 mg IM di paha kiri anterolateral bayi.

  d) Pastikan suhu tubuh bayi normal.

  e) Berikan gelang pengenal pada bayi.

  f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan.

  45) Memberikan vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

  46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam.

  a) Setiap 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

  c) Setiap 20 – 30 menit pada jam ke dua pascasalin. 47) Melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

  48) Mengajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

  49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin. 50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik serta suhun tubuh bayi normal.

  51) Menempatlan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

  52) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

  53) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54) Memastikan ibu merasa nyaman. 55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk kering dan bersih.

  58) Melengkapi partograf (haaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV (Kemenkes RI,2013; h. 39

  • – 49)..

  9. Partograf

  a. Definisi Pertograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan serta mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal (prawirohardjo, 2010; h. 315) b. Halaman depan partograf

  Menurut Prawirohardjo (2010; h. 316

  • – 317) menjelaskan bahwa halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan, dan menyediakan lajur serta kolom
untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan termasuk : (1) Informasi tentang ibu. (2) Waktu pecahnya selaput ketuban. (3) Kondisi janin. (4) Kemajuan persalinan. (5) Jam dan waktu. (6) Kontraksi uterus. (7) Obat – obatan dan cairan yang digunakan. (8) Kondisi ibu. (9) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  c. Cara pengisian halaman depan partograf (prawirohardjo, 2010; h. 316

  • 317) (1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada

  partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317). (2) Kesehatan dan kenyamanan janin

  (a) Denyut jantung janin Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda

  • – tanda gawat janin). Setiap kontak pada bagian
ini, menunjukkan waktu 30 menit. Catat denyut jantung janin dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka menunjukkan denyut jantung janin. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis yang tidak terputus (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317). (b) Warna dan adanya air ketuban

  Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam an nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah dengan menggunakan lambing (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317) : (i) U : ketuban utuh (belum pecah).

  (ii) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih. (iii) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium.

  (iv) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan darah.

  (v) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kerung).

  (c) Molase (penyusupan tulang kepala janin) Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban dengan menggunakan lambing (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317) : (i) 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.

  (ii) 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan. (iii) 2 : tulang kepala janin saling tumpah tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.

  (iv) 3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

  (3) Kemajuan Persalinan (a) Pembukaan serviks

  Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnaya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan

  • – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan symbol 5/5 sampai 0/5.

  Symbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan symbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin sudah tidak dapat lagi dipalpasi diatas simfisis pubis. Kata

  • – kata “turunnya kepala” dan garis terputus dari 0 – 5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (O) pada garis waktu yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (c) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukan q cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317). (4) Jam dan waktu

  (a) Waktu mulai fase aktif Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak diberi angka 1 – 16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (b) Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan Saat ibumasuk pada fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu actual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (5) Kontraksi uterus Nyatanya jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Nyatanya lamanya kontraksi dengan : (a) Beri titik

  • – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

  (b) Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20

  • – 40 detik. (c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebihdari 40 detik (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan (a) Oksitosin

  Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan permenit (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

  (b) Obat – obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat

  • – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

  (7) Kesehatan dan kenyamanan ibu (a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh

  (i) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai.

  (ii) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai (↕). (iii) Nilai dan catat temperature tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperatu tubuh dalam kotak yang sesuai.

  (b) Volume urin, protein, atau aseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam.