BAB7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

  BAB

7 RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

  Bab ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL), Pengembangan SPAM, dan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP). Pada sub bab dibawah ini dijelaskan mengenai kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan masing- masing sektor.

7.1. KONDISI EKSISTING PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.1.1. Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

  Kondisi eksisting kewilayahan sektor pengembangan kawasan permukiman (PKP) di wilayah Kabupaten Temanggung diantaranya terdiri dari:

1. Kawasan kumuh perkotaan dan perdesaan

  Penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Temanggung dilakukan untuk daerah atau lokasi yang memiliki permasalahan perumahan dan permukiman kumuh. Di Kabupaten Temanggung sendiri berdasarkan survei lapangan dan data yang diperoleh dari berbagai pihak terdapat lokasi perumahan dan permukiman yang tergolong kumuh di Kabupaten Temanggung dengan klasifikasi yang berbeda-beda yaitu salah satunya permukiman kumuh bantaran sungai.

  Selain permukiman kumuh perkotaan, ada juga permukiman kumuh pedesaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di perdesaan disebabkan juga karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni. Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut.

  

Tabel VII. 1

Backlog (Kekurangan Jumlah Rumah)

Sumber: RP4D Kabupaten Temanggung, 2011

  Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik lawasan dan sistem jaringan yang belum memadai. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: 1.

  Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat pertumbuhan.

  2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agrowisata, agrobisnis dan agroindustri yang terpadu dan saling terkait.

  3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.

  2. Kawasan rawan bencana Beberapa permukiman di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati daerah rawan bencana tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Temanggung. Beberapa daerah rawan bencana alam di wilayah Kabupaten Temanggung diantaranya adalah daerah rawa bencana tanah longsor, angin topan, kekeringan dan banjir. Sebaran kawasan permukiman rawan bencana alam, diantaranya adalah sebagai berikut: a. kawasan rawan bencana angin topan meliputi kecamatan Selopampang,

  Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung, Kledung, Pringsurat, Kaloran, Jumo, Gemawang dan Wonoboyo; b. kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi kecamatan Tretep, Wonoboyo,

  Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Kaloran, Pringsurat, dan Selopampang; c. kawasan rawan bencana kekeringan meliputi kecamatan Pringsurat, Kranggan,

  Kaloran, Kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo; d. kawasan rawan bencana banjir meliputi kecamatan Kedu, Parakan, Temanggung; dan e. kawasan rawan bencana gempa bumi dapat terjadi di seluruh kawasan.

7.1.2. Kondisi Eksisting Sektor Pentaan Bangunan dan Lingkungan (PBL) 7.1.2.1. Kondisi Peraturan Daerah Bangunan Gedung

  Kabupaten Temanggung telah menyusun Perda mengenai Bangunan Gedung yang tertuang dalam Perda no 15 tahun 2011 tentang Bangunan Gedung yang mengatur mengenai pengaturan bangunan gedung dan lingkungannya. Salah satu yang diatur adalah mengenai koefisien dasar bangunan (KDB). Penetapan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kavling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total luas bangunan gedung terhadap total luas kawasan dengan tetap mempertimbangkan peruntukkan atau fungsi kawasan dan daya dukung lahan. Dalam Peraturan Daerah no 15 tahun 2011 tentang Bangunan Gedung Kabupaten Temanggung, ditetapkan bahwa KDB dibedakan dalam tingkaan KDB tinggi (lebih besar dari 60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampai dengan 60%) dan rendah (lebih kecil dari 30%). Untuk daerah/kawasan padat dan/atau pusat kota dapat ditetapkan KDB tinggi dan/atau sedang, sedangkan untuk daerah/kawasan renggang dan/atau fungsi resapan ditetapkan KDB rendah.

  Penetapan KDB dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keandalan bangunan gedung, keselamatan dalam hal bahaya kebakaran, banjir, kesehatan dalam hal sirkulasi udara, pencahayaan dan sanitasi, kenyamanan dalam hal pandangan, kebisingan dan getaran, kemudahan dalam hal aksesibilitas dan akses evakuasi, keserasian dalam hal perwujudan wajah kota, ketinggian bahwa makin tinggi bangunan jarak bebasnya semakin besar.

  Pasal 15 Perda no 15 tahun 2011 tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Temanggung, mengatur mengenai persyaratan bangunan gedung diantaranya adalah: 1. Setiap bangunan harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  2. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

  3. Persyaratan administrasi bangunan gedung meliputi: a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegan hak atas tanah; b. status kepemilikan bangunan gedung; c.

  IMB gedung.

4. Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

  5. Persyaratan administrasi dan teknsi bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, banguna gedung darurat dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetakan oleh pemerintah daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat.

7.1.2.2. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Aloon-aloon Temanggung

  Kawasan penataan bangunan dan lingkungan yaitu Kawasan Aloon-aloon Temanggung yang meliputi Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II dan Kelurahan Butuh. Kawasan ini masuk kedalam lingkup bagian wilayah Kabupaten Temanggung dan termasuk kedalam BWK I. Pusat BWK I terletak di Aloon-aloon dengan penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan komersial dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan dan jasa, fungsi penunjang sebagai kegiatan perkantoran, permukiman, kesehatan, campuran dan pendidikan.

  1) Pola dan fungsi ruang luar

  Pola dan ruang fungsi luar merupakan pola pada masing-masing bangunan yang dapat berupa linear statis, linear dinamis dan bidang statis. Pola dan fungsi luar dapat dilihat pada masing-masing segmen berikut: a.

  Segmen kawasan 1 (Aloon-aloon Temanggung, Jl. MT. HAryono, Jl. Letjend Suprapto) Fungsi luar bangunan yang terdapat pada segmen 1 berupa pedestrian dan saluran drainase, serta bahu jalan. Hal ini dapat diketahui bahwa bangunan pada segmen 1 berbatasan langsung dengan pedestrian. Di segmen kawasan ini pula terdapat Aloon-aloon Kabupaten Temanggung.

  b.

  Segmen Kawasan 2 (Lingkungan pemukiman Temanggung II) Pola ruang luar yang ada di segmen 2 berupa jalan, drainase serta bahu jalan sehingga bangunan pada segmen ini berbatasan langsung dengan jalan.

  Segmen ini berada pada permukiman padat penduduk dan tidak terdapat jalur pedestrian/trotoar.

  c.

  Segmen Kawasan 3 (Lingkungan pemukiman, Jl. Pahlawan) Pola ruang luar pada segmen kawasan 3 berupa pedestrian dan saluran drainase serta bahu jalan sehingga bangunan yang ada berbatasan langsung dengan pedestrian. Segmen kawasan ini terletak pada permukiman padat penduduk sehingga rata-rata jalan tidak terdapat pedestrian.

  d.

  Segmen kawasan 4 ( Jl.Dr Whidin, Jl, Myjend Sutoyo, Jl. Ks Tubun, Jl.

  Diponegoro) Pola ruang luar pada segmen kawasan 4 berupa jalan, jalur pedestrian yang berbatasan langsung dengan pagar bangunan khususnya pada ruas Jalan Wahidin yang terdapat Taman Pengayoman, berupa taman yang dimanfaatkan sebagai RTH aktif sedangkan bahu jala dimanfaatkan sebagai tempat PKL (Pedagang Kaki Lima). Segmen kawasan ini terdapat pada kawasan campuran.

  e.

  Segmen Kawasan 5 (Jl. Dr. Wahidin, Jl. Brigend Katamso) Pola ruang luar pada segmen 5 merupakan jalan, pedestrian, drainase kota serta bahu jalan yang dimanfaatkan sebagai tempat parkir. Segmen kawasan ini terdapat pada kawasan padat penduduk. 2)

  Kondisi Tata Bangunan a.

  Koefisien dasar bangunan dan jumlah lantai Koefisien dasar bangunan pada Kawasan Aloon-Aloon Temanggung telah diatur dalam pengaturan kepadatan bangunan pada BWK I yang terbagi kedalam SUB

  BWK I, SUB BWK II, SUB BWK III, dan SUB BWK VI Kecamatan Temanggung. Koefisien dasar bangunan pada kawasan Aloon-Aloon Temanggung adalah sebagai berikut:

  1. Kawasan SUB BWK I (Kelurahan Temanggung I)  Permukiman KDB yang di rencanakan 70% (tujuh puluh persen)  Perdagangan dan jasa retail KDB yang di rencanakan 75% (tujuh puluh lima persen)  Pertanian KDB yang di rencanakan 5 % (lima persen)

  2. Kawasan SUB BWK II (Kelurahan Temanggung II)  Ruang terbuka hijau KDB yang direncanakan 10 % (sepuluh persen)  Pemerintahan KDB yang direncanakan 60 % (enam puluh persen)  Perdagangan dan jasa KDB yang direncanakan 80 % (delapan puluh persen)  Perkantoran KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima persen)  Permukiman KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima persen)  Campuran KDB yang direncanakan 80 % (delapan puluih persen)

  3. Kawasan SUB BWK III (Kelurahan Temanggung II)  Perkantoran KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima persen)

   Pendidikan KDB yang direncanakan 70 % (tujuh puluh persen)  Permukiman KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima perseratus)  Perdagangan dan jasa KDB yang di rencanakan 80 % (delapan puluh perseratus)  Kesehatan KDB yang direncanakan 70 % (tujuh puluh perseratus)  Campuran KDB yang direncanakan 80 % (delapan puluh perseratus)

  4. Kawasan SUB BWK VI (Kelurahan Butuh)  Perdagangan dan jasa KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima perseratus)  Campuran KDB yang direncanakan 75 % (tujuh puluh lima perseratus)  Permukiman KDB yang direncanakan 70 % (tujuh puluh perseratus)

  Ketinggian bangunan pada kawasan Aloon-Aloon Temanggung juga telah diatur dalam rencana ketinggian bangunan dan KLB BWK I, yang di dalamnya terbagi kedalam SUB BWK I, SUB BWK II, SUB SBWK III, dan SUB BWK VI Kecamatan Temanggung. Penetapan KLB Kawasan Aloon-Aloon Temanggung adalah sebagai berikut:

  1. SUB BWK I (Kelurahan Temanggung I)  Permukiman maksimal 3 lantai dan KLB 2,1  Perdagangan dan jasa maksimal 3 lantai dan KLB 2,25  Pertanian maksimal 1 lantai dan KLB 0,05

  2. SUB BWK II (Kelurahan Temanggung II)  Ruang terbuka hijau maksimal 1 lantai dan KLB 0,1  Pemerintahan maksimal 4 lantai dan KLB 2,4  Perdagangan dan jasa maksimal 3 lantai dan KLB 2,4  Perkantoran maksimal 4 lantai dan KLB 3,0  Permukiman maksimal 3 lantai dan KLB 2,25  Campuran maksimal 3 lantai dan KLB 2,4

  3. SUB BWK III (Kelurahan Temanggung II)  Perkantoran maksimal 4 lantai dan KLB 3,0  Pendidikan maksimal 3 lantai dan KLB 2,1  Permukiman maksimal 3 lantai dan KLB 2,1  Perdagangan dan jasa maksimal 5 lantai dan KLB 4,0

   Kesehatan maksimal 4 lantai dan KLB 2,8  Campuran maksimal 3 lantai dan KLB 2,4

  4. SUB BWK VI (Kelurahan Butuh)  Perdagangan dan jasa maksimal 4 lantai dan KLB 3,0  Campuran maksimal 3 lantai dan KLB 2,25  Permukiman maksimal 2 lantai dan KLB 1,4 b.

  Garis Sempadan Bangunan dan Jarak Bangunan Sempadan bangunan kawasan Aloon-Aloon Temanggung diukur sebagai bahu jalan dan saluran. Lebar bahu jalan yaitu 2 meter, sedangkan lebar saluran yaitu 1 meter. Bangunan yang ada di jalan utama sangat dekat dengan dengan jalan. Kondisi sempadan bangunan pada area perdagangan jasa sebagian masih banyak digunakan sebagai tempat parkir kendaraan pengunjung dan tempat pedagang yang ilegal. Hal tersebut berakibat pada berkurangnya badan jalan dan mengganggu pergerakan penggunaan jalan lainnya. Sedangkan untuk sempadan jalan pada bangunan di dalam gang perkampungan yang tidak ada sama sekali meyebabkan kawasan menjadi sempit dan tidak memiliki RTH.

7.1.2.3. Kondisi Kota Pusaka Parakan, Temanggung

  Kota Parakan meraih predikat sebagai salah satu Kota Pusaka Indonesia yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum RI lewat Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka Tahun 2015. Di Kota Parakan memiliki banyak bangunan peninggalan masa lalu seperti Stasiun Lama, Gerbang Pasar Legi, Komplek Pecinan, rumah Kawedanan atau rumah pembantu Bupati pada masa lampau, rumah Tionghoa di sekitar lingkungan Kauman dan Klenteng Parakan. Selain itu di luar Kota Parakan juga terdapat benda cagar budaya kota pusaka antara lain Gedung Juang 45, Jembatan Kali Progo di Kecamatan Kranggan, Jembatan lintasan kereta api di Kecamatan Bulu, dan Masjid Menggoro di Kecamatan Tembarak.

  Identitas lingkungan Kampung Pecinan Parakan yang masih dapat dirasakan keberadaannya adalah dari aspek fisik. Dari aspek fisik dapat dilihat dari fungsi bangunan di dalam Kampung Pecinan Parakan yang masih terdapat bangunan-bangunan kuno yang masih terawat dengan baik dan juga terdapat landmark kawasan pecinan yaitu Klenteng Hok Tek Tong. Ciri khas lain yang masih terasa adalah rumah pertokoan China atau shop houses yang berada di Jln. Diponegoro, Jln. Brigjen Katamso dan Jln. Letnan Suwaji. Namun perkembangan globalisasi telah merubah pertokoan dengan arsitektur kuno menjadi pertokoan modern. Di dalam Kampung Pecinan juga terdapat rumah etnis Tionghoa. Situs rumah etnis Tionghoa di Kecamatan Parakan memiiliki bentuk fisik bangunan yang masih asli dan telah berusia lebih dari dua abad.

7.1.2.4. Permasalahan dan Tantangan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan pelayanan masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan

  

"Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka

  dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat. Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain: 7.1.3.

   Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Air Minum (SPAM) 7.1.3.1. Jaringan Perpipaan Perkotaan Kapasitas Produksi

  Wilayah pelayanan kabupaten Temanggung mencakup sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Temanggung, Parakan, Ngadirejo, Jumo, Kedu, Kaloran, Pringsurat, Tembarak, dan Kranggan. Tingkat produksi pelayanan masing-masing kecamatan dapat dilihat di bawah ini:

  

Tabel VII. 2

Kapasitas Produksi Tiap Daerah Pelayanan Kabupaten Temanggung

No Daerah Pelayanan (Lt/Dt)

  1 Kota Temanggung 126

  2 Parakan 60,50

  3 Ngadirejo

  19.6

  4 Jumo

  11

  5 Kedu

  44

  6 Kaloran

  6

  7 Pringsurat

  40

  No Daerah Pelayanan (Lt/Dt)

  8 Tembarak

  12

  9 Kranggan

  37 Jumlah 356,1

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015 Sistem Pelayanan

  Total sambungan untuk satu wilayah Kabupaten Temanggung terpasang 29.352 yang terdiri dari pelanggan kota temanggung sebagai konsumen terbanyak yaitu ada 10.748 pelanggan. Ada sekitar 18.604 sambungan lainnya selain perkotaan Temanggung. Sistem pengaliran di Kabupaten Temanggung yang dikelola oleh PDAM di dominasi oleh sistem pengaliran gravitasi dikarenakan termasuk daerah perbukitan dan tingkat kelerengan yang cukup curam. Ada satu tempat yang sudah menggunakan teknologi perpompaan untuk mengaliri air yang dikelola oleh PDAM yaitu Kecamatan Pringsurat.

  

Tabel VII. 3

Sistem Pelayanan Dan Jumlah Sambungan Tiap Daerah Pelayanan

Kabupaten Temanggung

No Daerah Pelayanan Sistem Pengaliran Sambungan

  1 Kota Temanggung Gravitasi 10,748

  2 Parakan Gravitasi 4,847

  3 Ngadirejo Gravitasi 2,051

  4 Kedu Gravitasi 2,798

  5 Pringsurat Perpompaan dan Gravitasi 2,911

  6 Kaloran Gravitasi 651

  7 Jumo Gravitasi 1,321

  8 Tembarak Gravitasi 1,384

  9 Kranggan Gravitasi 2,641 Jumlah Pelanggan 29,352

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015 Cakupan Pelayanan

  Terlihat pada grafik dibawah menunjukkan cakupan pelayanan terbesar yang sudah dilayani oleh PDAM Tirta Agung Temanggung adalah Kecamatan Temanggung, Parakan, Pringsurta, Kaloran. Sedangkan akses PDAM belum terjangkau di Kecamatan Bejen, Bansari, Tretep, dan Wonoboyo.

  70.00% 60.66% 60.00% 50.00% 39.82% 40.00% 27.02% 30.00% 17.59% 17.38% 18.52% 20.00% 14.31% 15.62%14.39% 8.52% 10.00% 1.42% 0.91% 1.49% 2.27% 3.46% 0.66% 0% 0% 0% 0% 0.00%

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

Gambar 7. 1 Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Agung Kabupaten Temanggung tahun 2014

7.1.3.2.

   Jaringan Perpipaan Pedesaan Program Pamsimas Program Pamsimas Kabupaten Temanggung sudah berjalan dari tahun 2008-2014.

  Jumlah keseluruhan dusun yang ada sekitar 568 buah. Jumlah penduduk desa secara keseluruhan ada 276.087 jiwa, sedangkan jumlah dusun yang dilayani ada sekitar 60,03%. Kemudian prosentase penduduk yang terlayani oleh jaringan perpipaan pedesaan sektor pamsimas ada sekitar 45,96%, jumlah bakunya yaitu 126.907 jiwa. Perbedaan yang mencolok terjadi pada rencana dan realisasi dari sambungan pelayanan rumah, yaitu rencana yang ada seharusnya 26,980 unit, tetapi untuk realisasinya tidak sampai 20,000 unit. Kemudian adapun total biaya yang harus dikeluarkan bila ditarik sebuah retribusi keseluruhan yaitu ada sekitar 11 milyar.

  

Tabel VII. 4

Akses Penduduk Perpipaan Perdesaan (Pamsimas)

Sarana Air Minum PAMSIMAS Jumlah

  Jumlah Dusun 568 Jumlah Penduduk Desa 276,087 Jumlah Dusun yang dilayani 341 Jumlah Penduduk yang dilayani 126,907 Kebutuhan air per lt/dtk 160 Kapasitas Sumber air baku 256 Pelayanan (SR) Rencana 26,980

  Realisasi 19,068 Biaya x 1000 11,030,720,984

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

  Program PNPM

  11 Kaloran 2,359 600 2,484 5,443

   Jaringan Nonperpipaan Pedesaan

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015 7.1.3.3.

  20 Wonoboyo 397 200 4,172 4,769 Jumlah Total 70,156 19,091 102,400 191,647

  19 Tretep 4,262 - 12,484 16,746

  18 Bejen - 1,200 4,428 5,628

  17 Candiroto 3,950 4,929 3,100 11,979

  16 Gemawang 5,028 - 308 5,336

  15 Jumo 415 559 - 974

  14 Ngadirejo 12,335 1,484 11,588 25,407

  13 Kedu 5,740 1,577 - 7,317

  12 Kandangan - - 10,844 10,844

  10 Pringsurat 733 64 2,800 3,597

  Selain penyediaan airmunum PDAM untuk perpipaa perkotaan dan PAMSIMAS, masih terdapat program pemerintah terkait akses penduduk untuk air minum melalui program PNPM untuk sarana air minum dan DAK serta keberadaan lainnya (diluar program tersebut).

  9 Kranggan 4,109 - 5,064 9,173

  8 Selopampang 4,567 - 4,992 9,559

  7 Tembarak 1,996 384 2,880 5,260

  6 Tlogomulyo 3,399 3,736 2,200 9,335

  5 Temanggung 2,233 - 800 3,033

  4 Bulu 8,752 2,244 9,512 20,508

  3 Bansari 5,374 1,874 4,584 11,832

  2 Kledung 2,538 240 20,160 22,938

  1 Parakan 1,969 - - 1,969

  Jumlah Penduduk Terakses Sarana Penyediaan Air Minum Perdesaan PNPM Desa/ Kota DAK Lain-lain JUMLAH

  

Tabel VII. 5

Akses Penduduk Perpipaan Perdesaan (PNPM & DAK)

Kabupaten Temanggung

No Kecamatan

  Berdasarkan data BAPERMADES Kabupaten Temanggung tahun 2014, di Kabupaten Temanggung total yang sudah diakses oleh program PNPM dan DAK sejumlah 89.247 jiwa dan lain-lain sejumlah 102.400 jiwa. Jika diproporsikan akses penduduk untuk perpipaan selain PDAM dan program PAMSIMAS yaitu PNPM sebesar 37%, Program DAK 10% dan lain-lain 53%

  Jenis-jenis sumber mata air memiliki tingkat keamannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman. Jenis-jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum, seperti air PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan.

  Secara umum, sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Temanggung untuk non/bukan perpipaan (BJP) berasal dari 3 (tiga) sumber air minum utama yaitu 1) sumur yang terdiri dari sumur dalam dan sumurg g a l i, 2) Mata air, 3) KU dan 4) HU.

  Mayoritas akses air bersih non perpipaan adalah dari sumur gali (SGL) dan Mata air, sedangkan berdasarkan memenuhi syarat dan tidak memnuhi syarat mayoritas proporsinya adalah pada akses SPAM memnuhi syarat (MS) sebesar 83% sisanya adalah akses tidak memenuhi syarat (TMS).

SGL MA KU HU

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

Gambar 7. 2 Jumlah Pengguna Sumber AIr

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

Gambar 7. 3 Jumlah Pengguna Sumber Air Berdasarkan Pemenuhan Persyaratan

  10000 20000 30000 40000 50000

  83% 17% MS TMS

  Potensi dan Permasalahan

  Penjelasan kondisi eksisting SPAM Kabupaten Temanggung terlihat memiliki kinerja yang sangat baik. dalam perjalanannya seluruh pihak instansi bekerja sama membangun akses air minum ke seluruh masyarakat. air minum merupakan sektor yang sangat strategis untuk bidang Cipta Karya, sehingga yang untuk mencapai akses air minum dibutuhkan peran masyarakat juga. SPAM Kabupaten Temanggung sudah sangat siap untuk peran perencanaannya dibuktikan dengan adanya rencana induk bidang SPAM atau RISPAM. Di dalam tersebut sudah tertuang eksisting dan tujuan yang ingin dicapai Kabupaten khususnya bidang air minum. Dari seluruh kondisi eksisting yang ada sangat diperlukan pembagian potensi masalah yang terdapat di Kabupaten Temanggung. Hal tersebut dapat dilihat tabel dibawah ini:

  Tabel VII. 6 Potensi Dan Permasalahan Bidang Spam Kabupaten Temanggung No Potensi Permasalahan

  1 1.

  1. Sumberdaya air wilayah sungai Belum terpenuhinya unit meter dan juga masih sangat besar seperti ada terdapat yang rusak DAS Progo dan DAS Bodri 2.

  Terbatasnya ketersediaan air baku 2. terutama pada musim kemarau

  Terdapat embung besar sebagai tempat penampungan

  3. Terdapat pipa transmisi yang sudah air seperti embung kledung, overload nglarangan, tlogopucang, 4.

  Rasio pegawai sambungan masih sangat soropadan, jetis, dan ngropoh rendah

  3.

  5. Sumber mata air yang belum Belum terdapat wadah pelayanan unuk dipergunakan sangat banyak berkomunikasi dengan pelanggan

  4.

  6. Banyak sekali potensi sumber Kepemilikan lahan yang masih sulit untuk daya air tanah yang belum diselesaikan termanfaatkan 7.

  Belum optimalnya BP SPAM 8. Retribusi masih rendah sehingga minim biaya perawatan infrastruktur

  9. Kerjasama antar lembaga masih lemah baik dengan pemerintah maupun pihak swasta

  Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

7.1.4. Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) 7.1.4.1. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Temanggung

  Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Ada beberapa lingkungan (Kelurahan Butuh, Parakan, Kauman, Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan black water dengan cara IPAL Komunal. Untuk pembuangan air kotor atau limbah tinja manusia dari hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat (72 %) sudah buang air besar di jamban pribadi, ke wc umum 14 %, dan masih ada 19,8 % warga masyarakat yang masih BABS (Buang AirBesar Sembarangan) diantaranya di empang, sungai, kebun dan selokan atau parit.

  

Sumber: Hasil Study EHRA Kabupaten Temanggung Tahun 2012

Gambar 7. 4 Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Temanggung Tahun 2012

  Pada saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun Detail Engineering Design (DED) untuk IPLT dan lahannya yang menyatu dengan TPA Sanggrahan. Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membangun jamban umum (MCK Umum) untuk digunakan secara komunal. Jamban umum ini terdapat pada area pasar dan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah (tukang becak dll). Untuk area permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki jamban secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah ada yang belum memiliki jamban secara individu. Selain limbah rumah tangga atau limbah domestik yang telah disebutkan di atas, prasarana air limbah yang ada adalah penanganan untuk mengatasi limbah industri (limbah tahu di Kelurahan Temanggung).

  Prasarana pengolahan air limbah yang dibangun oleh Pemerintah merupakan suatu bentuk bantuan Pemerintah untuk mengatasi limbah yang dikeluarkan oleh industri kecil. Hasil dari pengolahan limbah ini menghasilkan gas yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar.

  Rencana pengembangan prasarana air limbah di Kabupaten Temanggung, meliputi:  Peningkatan prasarana pengolahan limbah di kawasan industri;  Peningkatan prasarana pengolahan limbah domestik rumah tangga (grey water) secara skala kawasan dengan metode IPAL Komunal berbasis masyarakat di permukiman perkotaan dan kawasan padat penduduk; dan  Pengelolaan limbah tinja dengan cara septic tank individu atau pengumpulan limbah tinja secara septic tank komunal skala kawasan berikutnya dikelola di IPLT.

7.1.4.2. Kondisi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Temanggung

  Penanganan persampahan di Kabupaten Temanggung telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat penampungan semestara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut untuk diolah di tempat pemprosesan akhir.

  Dalam pengelolaan sampahnya, sistem TPA terdiri dari Controlled Lanfill seluas 50.000

  2

  m (5 Ha). Sumber sampah Kabupaten Temanggung yang kemudian berakhir di TPA Sanggrahan sebagian besar berasal dari penduduk perkotaan yang berasal dari 9 kecamatan yaitu Temanggung, Parakan, Ngadirejo, Candiroto, Bulu, Kedu, Kandangan, Tlogorejo dan Kranggan. Namun sampah dari penduduk ke 9 kecamatan tersebut tidak semua dikelola oleh TPA Sanggrahan karena sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung masih berupa pedesaan sehingga banyak masyarakat yang membuang sampah dii halaman yang digunakan sebagai pupuk kompos. Selain kendala jumlah timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan kendaraan pengangkut sampah semakin menurun terhadap kendala berupa jarak yang terlalu jauh antara wilayah pelayanan dengan TPA, seperti wilayah Kecamatan Candiroto, Ngadirejo dan Parakan ke TPA Sanggrahan yang berjarakan kurang lebih 30 km. Untuk itu untuk Ibukota Kabupaten (Kecamatan Temanggung) dan beberapa kecamatan tersebut akan dikembangkan sistem persampahan dengan berbasiskan 3R (Reuse, Reduce Recycle).

  VII-16 RPIJM Kab. Temanggung | 03

  

Tabel VII. 7

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan

INPUT USERINTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENGUMPULAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR DAUR ULANG

  Sampah Organik / sampah Anorganik

  Pasar Temanggung Tong sampah / kantong plastik TPS & container Dump Truck & Arm roll TPA Pasar Parakan Tong sampah / kantong plastik TPS Arm roll TPA Produksi Kompos Pasar Entho Parakan Tong sampah / kantong plastik TPS Dump Truck TPA Tanah Pasar Candiroto Tong sampah / kantong plastik Container Arm roll TPA Pasar Ngadirejo Tong sampah / kantong plastik Container Dump Truck TPA Pasar Kranggan Tong sampah / kantong plastik TPS Dump Truck TPA Produksi Kompos Pasar Kranggan Pagi Tong sampah / kantong plastik Container Dump Truck TPA Pasar Kedu Tong sampah / kantong plastik TPS Dump Truck TPA Terminal Ngadirejp Tong sampah / kantong plastik Container Dump Truck TPA Produksi Kompos Terminal Parakan Tong sampah / kantong plastik TPS Arm roll TPA Terminai Temanggung Tong sampah / kantong plastik Container Dump Truck TPA Terminal Maron Tong sampah / kantong plastik Container Dump Truck TPA Produksi Kompos Terminal Banyurip Tong sampah / kantong plastik TPS Dump Truck TPA Perkantoran Tong sampah Container Dump Truck TPA Alun-Alun Temanggung Tong sampah Dump Truck TPA Perkotaan Jalan Protokol Tong sampah Container Dump Truck TPA Produksi Kompos Taman Bambu Runcing Tong sampah TPS Dump Truck TPA Taman Kartini Tong sampah Container Dump Truck TPA Taman Kuda Lumping Tong sampah di tepi jalan Container Dump Truck TPA Ngadirejo Tong sampah di tepi jalan Container Dump Truck TPA Produksi Kompos Nggondangwinangun Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA

INPUT USERINTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENGUMPULAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR DAUR ULANG

  VII-17 RPIJM Kab. Temanggung | 03

  Ganduwetan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Produksi Kompos Manggong Tong sampah di tepi jalan Dump Truck TPA Bulu Tong sampah di tepi jalan Dump Truck TPA Mondoretno Tong sampah di tepi jalan Dump Truck TPA Danupayan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Produksi Kompos Campursai Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Kedu Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Mojotengah Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Candimulyo Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Produksi Kompos Kandangan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Kedungumpul Tong sampah di tepi jalan TPS Dump Truck TPA Sriwungu (Tlogomulyo) Tong sampah di tepi jalan Transfer Depo Dump Truck TPA Produksi Kompos Tanjung sari (Tlogomulyo) Tong sampah di tepi jalan Transfer Depo Dump Truck TPA Balerejo (Tlogomulyo) Tong sampah di tepi jalan Transfer Depo Dump Truck TPA Kranggan Tong sampah di tepi jalan Dump Truck TPA Produksi Kompos Badranan (kranggan) Tong sampah di tepi jalan Transfer Depo Dump Truck TPA Kantin Rumah Makan Tong sampah di tepi jalan Dump Truck TPA

  Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung, 2012

  Berdasarakan laporan kuantitas pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan tahun 2011

  3 total rata-rata pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan adalah sebesar 130.03 m /hari.

  1. Pengumpulan  Langsung Pengumpulan langsung dengan alat pengangkut (truck, pick up) oleh petugas langsung ke TPA. Metode inni untuk daerah komersial, perdagangan, perkantoran, jalan protokol dan daerah dengan timbulna sampah tinggi.

   Tak Langsung Pengumpulan sampah dari wadah di tiap sumber sampah oleh petugas dengan menggunakan gerobak atau sepeda motor roda tiga, untuk dikumpulkan atau ditrasfer depo / TPS kemudian diangkut dengan dump truck atau container untuk di bawa ke TPA. Metode ini dilakukan untuk daerah permukiman/perkampungan, pasar dan pesapon.

  2. Sistem Pemindahan  Tidak Langsung Terdiri dari 2 tahapan, yaitu:  Pembuangan sampah dari alat pengumpul ke lokasi pemindahan (Transfer depo/

  TPS atau Kontainer),  Pemindahan sampah dari lokasi pemindahan ke alat pengangkut ke TPA.  Langsung Sampah dari sumber langsung ke alat pengangkut ke TPA. Metode ini dilakukan untuk daerah jalan protokol dan kawasan perumahan.

  3. Sistem Pengangkutan  Sistem Stasiun Pemindahan (Transfer Depo)

  Pada sistem ini kendaraan pengangkut sampah dari pool akan langsung menuju transfer depot untuk mengangkut sampah yang telah terkumpul menuju ke TPA> selanjutnya dari TPA kendaraan pengangkut sampah akan kembali ke transfer depo untuk mengambil rit berikutnya. Di Kabupaten Temanggung ada 5 Transfer Depo, diantaranya adalah :  TD Banyurip  TD Seklontong  TD Jampirejo  TD Pasar Kranggan  TD Nggandu Wetan

   Sistem Kontainer Sistem ini adalah tempat pembuangan sementara yang bersifat tidak tetap dan dapat dipindahkan. Di Kabupaten Temanggung terdapat 5 lokasi countainer, yaitu :

   Kontainer Terminal Temanggung  Kontainer Pasar Temanggung  Kontainer Pasar Lehi Parakan  Kontainer Pasar Etho Pparakan  Kontainer Pasar Wage Ngadirejo

  Penangan sampah di Kabupaten Temanggung baik dalam pengangkutan atau dalam pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan pelum melibatkan pihak swasta. Pengangkutan sampah di wilayah pelayanan kebersihan Kabupaten Temanggung saat ini mulai mengalami kendala karena jumlah timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan truck yang semakin menurun. Keadaa ini semakijn diperparah dengan wilayah yang terlalu jauh. Rute truck dalam pengambilan sampah setiap harinya sudah dijadwal oleh bidang Tata Kabupaten DPU Kabupaten Temanggung. Jumlah TPS yang diambil oleh masing- masing truck berbeda hal ini didasarkan pada volume sampah di masing-masing TPS. Ritasi truck ke TPS tidak sama rata-rata 2-4 kali/hari.

7.1.4.3. Kondisi Eksisting Drainase Permukiman Kabupaten Temanggung

  Pada saat ini Kabupaten Temanggung telah terdapat beberapa prasarana drainase, yaitu saluran drainase pelengkap dan pembuangan akhir. Saluran drainase, bangunan pelengkap dan pembuangan akhir yang ada belum merupakan suatu jaringan sistem yang menyeluruh, saluran yang ada sebagian besar hanya digunakan untuk prasarana setempat saja.

  Di wilayah Kabupaten Temanggung terdapat beberapa sungai yang mengalir melewati wilayah kabupaten. Menurut pengamatan sungai tersebut dapat digunakan untuk pembuangan akhir dari saluran drainase, antara lain Sungai Jambe dan Sungai Kuas.

   Sungai Jambe Merupakan sungai alam yang mengalir ke arah timur, sungai tepat membelah Kabupaten Temanggung, kondisinya masih dibentuk oleh alur palung sungai secara alami dan masih terdapat gerusan alirannya. Di sungai ini masih terdapat beberapa bendungan untuk keperluan pemenuhan irigasi.

   Sungai Kuas Merupakan sungai alam yang mengalir ke arah timur, sungai ini merupaka saluran pembuangan akhir yang potensial. Disungai ini juga terdapat beberapa bendung untuk keperluan pemenuhan irigasi.

  Saluran yang melengkapi jaringan drainase Kabupaten Temanggung berupa  Saluran terbuka dengan pasangan;

   Saluran gorong-gorong;  Saluran teruka yang tertutup; dan  Saluran tanah.

  

Tabel VII. 8

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan

Penampung Pengolahan Pembuan Nama Input User Interface Pengaliran an Awal Akhir gan Aliran

  • Selokan atau Sungai Aliran  Pembuangan Parit Drainase 1 Kamar Mandi  Tempat cuci
  • Talang Bak Kontrol/ Selokan atau Sungai Aliran  Atap sumur Parit Drainase 2 Bangunan resapan

   Jalan  Halaman Sumber : Buku Putih Kabupaten Temanggung

  

Tabel VII. 9

Diagram Sasaran Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

SASARAN PROGRAM KONDISI NO. URAIAN SASARAN PROGRAM TAHUN TAHUN EKSISTING TAHUN I TAHUN II TAHUN V

  III

  IV

  1. Sistem Pengolahan Air Limbah

Cakupan Pelayanan SPAL Terpusat 14,08 % 18,50 % 20 % 30 % 40 % 50 %

Cakupan Pelayanan SPAL Setempat 71,56 % 75 % 80 % 85 % 90 % 95 % Kapasitas IPLT 2000 M3 2000 M3 2000 M3 3000 M3 3000 M3 4000 M3

  2. Pengelolaan Persampahan Cakupan Pelayanan Persampahan 60 % 70 % 80 % 85 % 90 % 100 % Jumlah sampah diolah dari sumber

  125,69 25,69 M3 25,99 M3 35,69 M3 85,67 M3 90,66 M3 (3R)

  M3 181,33 161,37 121,37 101,37 Jumlah sampah diolah di akhir (TPA) 171,37 M3

  71,37 M3 M3 M3 M3 M3

  3. Drainase Permukiman Luas genangan di permukiman 5223 Ha 3223 Ha 1223 Ha 723 Ha 223 Ha

  23 Ha Sumber : Buku Putih Kabupaten Temanggung

  7.2. SASARAN PROGRAM INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.2.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

  Sasaran program Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya pada sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Berikut ini dijelaskan mengenai tabel sasaran program pengembangan kawasan permukiman yang akan dicapai pada tujuh tahun terakhir, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan tabel dibawah ini:

  

Tabel VII. 10

Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

URAIAN TOTAL SASARAN PROGRAM NO. SASARAN LUAS

  KET TAHUN I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V TAHUN VI TAHUN VII PROGRAM KAWASAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I.

  • Kawasan Kumuh
  • 270 Ha 270 Ha Perkotaan

  1 Paket

  2 Paket - - - 5076 Unit 802 Unit 1658 Unit 977 Unit 1322 Unit 100 Unit 150 Unit

  • 3 Paket

  67 Unit

  II. Kawasan 1968 Ha 191 Ha 360 Ha 270 Ha 265 Ha 341 Ha 347 Ha 194 Ha Permukiman Perdesaan 169 Paket

  23 Paket

  33

  16

  26

  16 Paket 15 Paket

  40 Paket Paket paket paket 3100 Unit 1335 unit 1708 Unit

  19 Unit

  1 Unit

  29 Unit

  5 Unit

  3 Unit 145285 m 56672 m 24345 m 14050 m 8310 m 25599 m 13568 m 13281 m 2 2 51602,5 M2 5051,5 m 7416 m 1000 m2 8905 m2 6180 m2 10250 m2 12800 m2

  • 174 M3 174 m3

  III. Kawasan

  51 Paket 15 paket 8 paket

  7 Paket

  5 Paket

  2 Paket

  5 Paket

  4 Paket Permukiman Khusus

  5 Unit - 2 unit 3 unit - - - - (Permukiman Nelayan, 20550 m 18200 m

  • 1750 m 500 m 100 m Perbatasan, Pulau
  • 2 2 Kecil,
  • 1390 M 550 m - 140 m2 400 m2 100 m2 200 m2 Bencana dsb)
  • 100 M3 100 m3

  IV. Infrastruktur

  52 Paket 7 paket

  7 Paket

  16 Paket

  5 Paket

  11 Paket

  3 Paket

  3 Paket Berbasis Masyarakat 2473 Unit 370 Unit 525 Unit 187 Unit 137 unit 690 Unit 159 Unit 405 Unit

URAIAN TOTAL SASARAN PROGRAM NO. SASARAN LUAS

  KET TAHUN I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V TAHUN VI TAHUN VII PROGRAM KAWASAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  528 M2 - 126 m2 402 m2 - - - - Sumber : Hasil Analisis, 2016 7.2.2.

   Sektor Pentaan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

  Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: 1.

  Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

  Penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun. Selama kurun waktu tujuh tahun program RPIJM Kabupaten Temanggung yang diusulkan dan dilaksanakan dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan tabel sasaran program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Temanggung Tahun 2017-2023.

  

Tabel VII. 11

Matriks Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sasaran Program KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN Sasaaran

  Ket NO . DAN LINGKUNGAN Penanganan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Tahun VI Tahun VII Pembinaan dan Pengawasan 7 unit 5 unit 2 unit

  • Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pembinaan dan Pengawasan 1 5 paket 5 paket Penyelenggaraan Bangunan Gedung
  • Pembinaan dan Pengawasan

  2

  2 40 m 40 m Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  2

  2

  2

  2 10745 m 5133 m 1838 m 3524 m

  2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  • 330 m Penyelenggaraan Bangunan Gedung 137 unit 49 unit 21 unit 40 unit 9 unit 8 unit 8 unit 8 unit Penyelenggaraan Bangunan Gedung 20 paket 13 paket 5 paket 8 paket 2 paket 2 paket 2 paket 2 paket Penyelenggaraan Bangunan Gedung
  • 1 kaw
  • 1 kawasan

  2

  3

  3

  3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung 12758 m 12486 m 272 m

  • Penyelenggaraan Bangunan Gedung 41 ruang 36 ruang 5 ruang - - - - - Penyelenggaraan Bangunan Gedung 1 kegiatan
  • 1 kegiatan - - - - - Penyelenggaraan Bangunan Ge
  • 10 surat 10 surat Penyelenggaraan Penataan Bangunan - - - 1 kawasan 1 kawasan -
  • dan Lingkungan Penyelenggaraan Penataan Bangunan 13 desa 2 desa 2 desa 2 desa 2 desa 2 desa 2 desa 1 desa dan Lingkungan

3 Penyelenggaraan Penataan Bangunan

  2

  2 1000 m 1000 m dan Lingkungan

  Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan 10 unit 5 unit 4 unit 5 unit 5 unit 3 unit 3 unit 3 unit

  VII-23 RPIJM Kab. Temanggung | 03

  Sasaran Program KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN Sasaaran NO .