SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)

  SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.) Oleh : DYAH AYU UMI ROHMATEN LAMONGAN - JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Dyah Ayu Umi Rohmaten N I M : 141011101 Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 08 Nopember 1992 Alamat : Dsn Kalipang, RT/RW :002/016, Ds Sumberkepuh, Kec.

  Tanjunganom, Kab. Nganjuk. Telp./HP : 085736648298 Judul Skripsi : Pengaruh Tiga Jenis Plankton Yang Berbeda Sebagai

  Pakan Alami Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.

  2. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Proyek Dosen. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

  XI pasal 38

  • – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Surabaya, 21 Juli 2014 Yang membuat pernyataan Dyah Ayu Umi Rohmaten NIM. 141011101

  SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)

  Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh: DYAH AYU UMI ROHMATEN

  NIM : 141011101 Menyetujui,

  Komisi Pembimbing Pembimbing Utama, Pembimbing Serta, Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  NIP. 19690912 199702 2 001 NIP. 19690621 199703 2 001

  SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)

  Oleh : Dyah Ayu Umi Rohmaten

  NIM : 141011101 Telah diujikan pada Tanggal : 21 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Anggota : Sudarno, Ir., M.Kes.

  Sapto Andriyono, S.Pi., MT. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Surabaya, 21 Juli 2014 Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP.19520517 197803 2 001

  RINGKASAN DYAH AYU UMI ROHMATEN. Pengaruh Tiga Jenis Plankton yang Berbeda sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.). Dosen Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut (Hasan, 2011), dimana diketahui bahwa untuk sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Rohani, 1998). Teripang biasanya memakan plankton dari jenis diatom bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda (Bakus, 1973). Diatom bentik, alga hijau, alga biru mempunyai komposisi kandungan gizi yang berbeda dan diduga berpengaruh terhadap perkembangan reproduksi dan kematangan gonad teripang (Phyllophorus sp.).

  Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.) terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.). Penelitian dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Histologi gonad dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Perlakuan yang digunakan adalah pemberian plankton sebagai pakan alami pada induk teripang

  Phyllophorus sp., dan sebagai pakan kontrol yaitu campuran kotoran sapi dan

  dedak padi. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter utama dalam penelitian ini adalah tingkat kematangan gonad teripang melalui pengamatan histologi gonad.

  Parameter pendukung penelitian ini adalah data kualitas air dalam bak pemeliharaan yang meliputi DO, salinitas dan suhu, warna gonad dan berat tubuh

  Phyllophorus sp.

  Hasil histologi gonad dan uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.) berbeda nyata dengan perlakuan pakan A (kontrol), C (Chaetoceros sp.) dan D (Spirulina sp.). Perlakuan pakan tertinggi terdapat pada perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.). Sedangkan hasil Anova jumlah konsumsi pakan Chaetoceros sp. dan Chlorella sp. menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pakan kontrol. Sedangkan konsumsi pakan

  Spirulina sp. menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol.

  Parameter kualitas air selama penelitian dalam kondisi yang optimal. Salinitas selama penelitian berkisar antara 29-30 ppt, suhu berkisar antara 28-29°C, dan DO 6,5-8,2 ppm.

  SUMMARY DYAH AYU UMI ROHMATEN. Effect of Three Different Kinds of Plankton as Natural Food to Local Sea Cucumber Gonads Maturity Level (Phyllophorus sp.). Supurvisor Lecturer Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. and Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  The availability of food is one of the factors that affect gonad maturity of marine organism (Hasan, 2011), it is known that for synthesis and secretion of reproductive hormones necessary raw materials derived from food (Rohani, 1998). Usually, sea cucumbers feed plankton from some kinds of diatoms, benthic, green algae, filamentous blue algae that living or dead on the surface of the coral, red algae, copepods and gastropods (Bakus, 1973). Benthic diatoms, green algae, blue algae has the nutritional content of different composition and the alleged effect on reproductive development and maturity of gonads of sea cucumbers (Phyllophorus sp.).

  The study was conducted to determine the effect of three kinds of plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp., and Spirulina sp.) The maturity level of the local sea cucumber gonads (Phyllophorus sp.). The study was conducted at the Education Laboratory of Faculty of Fisheries and Marine Airlangga University. Histology of gonad performed at the Laboratory of Histology Faculty of Science and Technology Airlangga University Surabaya. The treatment used is giving plankton as natural feed to sea cucumbers brood Phyllophorus sp ., and a control diet is a mixture of cow dung and rice bran. This research was carried out experimentally using a completely randomized design (CRD). The main parameters in this study is the level of maturity of the gonads of sea cucumbers through histological observation of the gonads. Parameters supporting this research is the data in a tub of water quality maintenance which includes DO, salinity and temperature, the color of the gonad and body weight of Phyllophorus sp.

  The results of gonadal histology and Anova test showed that treatment B feed plankton (Chaetoceros sp.) significantly different feed treatment A (control), C (Chaetoceros sp.) And D (Spirulina sp.). Treatment of highest feed on treatment B (Chaetoceros sp.). While the results of Anova amount of feed intake

  Chaetoceros sp. and Chlorella sp. showed significant differences to the control

  diet. While feed consumption of Spirulina sp. showed results that were not significantly different to the control diet. Water quality parameters during the study in optimal conditions. Salinity during the study ranged from 29-30 ppt, temperatures range between 28-29 ° C, and DO from 6.5 to 8.2 ppm.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Pengaruh Tiga Jenis Plankton yang Berbeda sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya.

  Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya demi kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan.

  Surabaya, 21 Juli 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penyelesaian kegiatan dan penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti B.S., DEA., drh selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  2. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Wali yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  3. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Ibu Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Serta yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran yang membangun dengan penuh kesabaran mulai dari penyusunan proposal sampai terselesaikannya Skripsi ini.

  4. Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku Ketua Penguji, Bapak Sudarno, Ir., M.Kes. selaku Sekretaris Penguji dan Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT. selaku Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta Ibu Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si. yang sudah mengajari kami cara histologi gonad teripang dan interpretasi hasilnya hingga terselesaikannya Skripsi ini.

  5. Progam Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Airlangga Tahun 2014 dengan tim yang beranggotakan Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT., Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Ibu Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan FPK UNAIR, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan dan terimasih banyak atas semua bantuannya selama menjadi mahasiswa di FPK tercinta ini.

  7. Ayahanda dan ibunda tercinta (Alm. Bapak Komari dan Ibu Sanik). Skripsi ini dipersembahkan untuk ibu dan Alm. bapak. Sembah sujud dan pengabdianku untuk ibu dan bapak. Adik Dimas Lailatul Nengrum, Mar’atul Jannah dan keluarga besar Mak Yem, Mbak Ana dan Mas Endri Rudianto, S.Pi., yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materi serta semangat sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  8. Tim penelitian teripang, Binti Rumiyati, Noviana Masruroh, Gantri Gerta, Bapak Mad serta rekan-rekan di Lab Histologi, Firas, Krisda, Mbak Evi dan Mbak Melli yang sudah membantu selama proses penelitian dan histologi gonad teripang mulai dari awal hingga akhir.

  9. Sahabat-sahabat terbaik, Siti Arifah dan Masrul serta sahabat Bala-Bala tersayang (Astrid, Arini dan Oktan), teman-teman Piranha 2010, para sahabat Nanca, Dwi (kakak), Mbah Eka (tante), Artika dan Yuniari (iie), rekan-rekan di PT. DIKA (Pak Nur Kholik, Mbak Nita, Destanto) dan Keluarga Besar PT. Arina terutama Mbak Dian serta saudari-saudari kos tercinta (Mbak Dama, Deka, Winning, Risa dan Tari) dan bu parni yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

  Surabaya, 21 Juli 2014 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN .................................................................................................. v SUMMARY ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv I PENDAHULUAN ....................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................

  3 1.3 Tujuan ................................................................................................

  3 1.4. Manfaat ..............................................................................................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................

  4 2.1 Klasifikasi ..........................................................................................

  4 2.2 Morfologi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.)...................................

  4 2.3 Anatomi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) .....................................

  5 2.4 Cara Makan dan Jenis Pakan Teripang ..............................................

  7 2.5 Reproduksi .........................................................................................

  7 2.6 Tingkat kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) .......

  8 2.7 Hubungan Pakan dengan Kematangan Gonad ...................................

  12 2.8 Diatom ................................................................................................

  14 2.8.1 Klasifikasi Chaetoceros sp. ......................................................

  14 2.8.2 Morfologi Chaetoceros sp. .......................................................

  14 2.8.3 Kandungan Nutrisi Chaetoceros sp. .........................................

  15 2.9 Chlorella sp. .......................................................................................

  15

  2.9.1 Klasifikasi Chlorella sp. ...........................................................

  15 2.9.2 Morfologi Chlorella sp. ............................................................

  15 2.9.3 Kandungan Chlorella sp. ..........................................................

  16 2.10 Spirulina sp. .....................................................................................

  18 2.10.1 Klasifikasi Spirulina sp. ..........................................................

  18 2.10.2 Morfologi Spirulina sp. ...........................................................

  18 2.10.3 Kandungan Spirulina sp. .........................................................

  19 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ..................................

  20 3.1 Kerangka Konseptual .........................................................................

  20 3.2 Hipotesis ............................................................................................

  21 IV METODOLOGI ........................................................................................

  23 4.1 Tempat dan Waktu .............................................................................

  23 4.2 Materi Penelitian ................................................................................

  23 4.2.1 Peralatan Penelitian ..................................................................

  23 4.2.2 Bahan Penelitian .......................................................................

  23 4.3 Metode Penelitian ...............................................................................

  24 4.3.1 Rancangan Penelitian ................................................................

  24 4.3.2 Prosedur Kerja ..........................................................................

  25 A. Persiapan Alat ......................................................................

  25 B. Manajemen Media ...............................................................

  26 C. Persiapan Stok Plankton untuk Pakan .................................

  26 D. Pencarian dan Seleksi Induk ................................................

  27 E. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ....................................

  27 F. Pengukuran dan Pembedahan Induk ....................................

  28 G. Pembuatan Sediaan Histologi Gonad Teripang ...................

  29 H. Pengamatan Sediaan Gonad Teripang .................................

  31 4.4 Parameter Penelitian ..........................................................................

  33 4.4.1 Parameter Utama ......................................................................

  33 4.4.2 Parameter Pendukung ...............................................................

  33 4.5 Analisis Data.. ....................................................................................

  33 V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

  35 5.1 Hasil ...................................................................................................

  36 5.1.1 Morfologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) ..............

  36 5.1.2 Histologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) ...............

  37 5.1.3 Konsumsi Pakan Teripang ........................................................

  42

  5.1.4 Kualitas Air Pemeliharaan Induk Teripang .............................

  43 5.1.5 Pembahasan...............................................................................

  44 VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

  53 6.1 Kesimpulan .........................................................................................

  53 6.2 Saran ...................................................................................................

  53 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  54 LAMPIRAN .....................................................................................................

  60

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

  1. Phyllophorus sp. di Pantai Timur Surabaya ............................................. 4

  2. Morfologi dan Antomi Teripang ............................................................... 6

  3. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Pemulihan (Recovery) .... 9

  4. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan pada Fase Pertumbuhan (Growth) ................................................................................................... 10

  5. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pertumbuhan Tingkat Lanjut (Advanced Growth) ................................... 11

  6. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pematangan (Mature) ................................................................................ 12

  7. Chaetoceros sp. ......................................................................................... 14

  8. Chlorella sp. .............................................................................................. 16

  9. Spirulina sp. .............................................................................................. 19

  10. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................... 22

  11. Desain Penelitian ...................................................................................... 33

  12. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 34

  13. Morfologi Gonad Teripang Phyllophorus sp. A (Jantan) dan B (Betina) . 35

  14. Grafik Rata-Rata Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. .............................................................................................................. 37

  15. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Recovery (Perbesaran 100 x) .................................................................................... 38

  16. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Growth (Perbesaran 100 x) ........................................................................................................ 39

  17. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Advanced Growth (Perbesaran 100 x) .................................................................................... 40

  18. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Mature ................... 41

  DAFTAR TABEL Gambar Halaman

  1. Kandungan Bahan Organik, Mineral dan Vitamin pada Chlorella sp. ....... 17

  2. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Chlorella sp. ............................................ 17

  3. Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. Sebelum dan Setelah Perlakuan Pakan ............................................................................. 36

  4. Hasil Uji ANOVA Tingkat Kematangan Gonada Teripang ....................... 39

  5. Hasil ANOVA Rata-Rata Konsumsi Pakan Teripang Per Hari (%) ........... 43

  6. Data Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk Phyllophorus sp. ............... 43

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

  1. Cara Menghitung Plankton yang Akan diberikan pada Teripang. ............. 57

  2. Data Penghitungan ANOVA Tingkat Kematangan Gonad Teripang ........ 63

  3. Data Konsumsi Pakan Teripang Perhari .................................................... 65

  4. Data Penghitungan ANOVA Konsumsi Pakan Teripang .......................... 78

  5. Data Pengamatan Kualitas Air Harian ....................................................... 79

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Teripang atau yang juga disebut dengan mentimun laut (sea cucumber) (Madang, 2011), merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai prospek cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasaran domestik maupun internasional (Sukmiwati dkk., 2012). Teripang digunakan sebagai bahan makanan, baik dikonsumsi mentah dengan pengolahan sederhana maupun dimasak kembali setelah proses pengeringan. Teripang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu 43,1% protein; 2,2% lemak; 27,1% kadar air dan 27,6% kadar abu (Rustam, 2006). Teripang juga mengandung riboflavin, mineral, fosfat, besi, arsen, iodin, kalsium, magnesium dan tembaga (Yulisti, 2000).

  Pemanfaatan teripang yang semakin meningkat mengakibatkan laju penangkapan semakin meningkat dari tahun ke tahun dan stok produksi saat ini masih tergantung pada penangkapan di alam oleh para nelayan. Upaya-upaya yang telah dilakukan guna meningkatkan produksi selalu mengalami penurunan, karena populasi teripang semakin menurun (Madang, 2011). Usaha pelestarian dan pemenuhan kebutuhan melalui pembudidayaan perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi teripang lokal (Phyllophorus sp.) berkualitas dan tidak mengurangi stok teripang di alam.

  Penyediaan pakan dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat dan kualitas yang baik merupakan aspek penting dalam efisiensi budidaya.

  Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut (Hasan, 2011), dimana diketahui bahwa untuk sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Rohani, 1998).

  Hartati dkk., (2005) menyatakan bahwa teripang memanfaatkan tiga macam sumber makanan, yaitu: kandungan zat organik dalam lumpur, detritus dan plankton. Teripang dari Ordo Dendrocerotida memiliki tipe tentakel bukal dendritik. Tentakel bukal ini secara aktif mengumpulkan plankton dan partikel tersuspensi (seston) langsung dari medium airlaut disekitarnya.Teripang biasanya memakan plankton dari jenis diatom bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda (Bakus, 1973). Hartati dkk. (2006) mengatakan berdasarkan hasil analisa dan identifikasi terhadap isi saluran pencernaan pada 80 sampel teripang putih (Holothuria scabra) telah ditemukan beberapa phytobenthik, meliputi Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Diniphyceae. Tiga jenis plankton yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis diatom (Chaetoceros sp.), alga hijau yaitu Chlorella sp. dan alga biru yaitu Spirulina sp. yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta umum dibudidayakan. Perbedaan komposisi kandungan gizi

  Chaetoceros sp., Chlorella sp., dan Spirulina sp. diduga berpengaruh terhadap perkembangan reproduksi dan kematangan gonad teripang (Phyllophorus sp.).

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan

  Spirulina sp.) dapat berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad teripang

  lokal (Phyllophorus sp.) ?

  2. Jenis plankton apakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.) ?

  1.3 Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui pengaruh pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.) terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.)

  2. Mengetahui jenis plankton yang memberikan pengaruh terbaik terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.)

  1.4 Manfaat

  Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menentukan plankton yang sesuai untuk meningkatkan kematangan gonad sp. sehingga dapat menjadi salah satu cara efisiensi budidaya

  Phyllophorus teripang lokal (Phyllophorus sp.).

II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Klasifikasi

  Klasifikasi teripang lokal (Phyllophorus sp.) menurut Grube (1840) dalam O’Loughlin et al. (2012) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Dendrochirotida Famili : Phyllophoridae Genus : Phyllophorus Spesies : Phyllophorus sp.

  Gambar teripang Phyllophorus sp. dapat dilihat pada Gambar 1.

  B A C

  (Wild Fact sheets, 2010) Gambar 1. Phyllophorus sp. Keterangan : A : anus B : mulut

  C : kaki tabung

  2.2 Morfologi Teripang Lokal ( Phyllophorus sp.) Teripang termasuk anggota hewan berkulit duri (Echinodermata) Grube

  (1840) dalam O’Loughlin et al. (2012). Duri pada teripang tersebut sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terletak di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur tersebut tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena sangat kecil. Rangka teripang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Lapisan kapur pada teripang memiliki ketebalan tergantung umur (Madang, 2011).

  Ramadany dkk. (2012) menyatakan bahwa teripang lokal ( Phyllophorus sp.) yang memiliki nama lokal terung seringkali disebut teripang bola atau ball

  sea cucumber memiliki bentuk tubuh membulat dengan ukuran tubuh kira-kira 7

  cm, berwarna krem kecoklatan. Kulit tubuhnya keras dan tebal, serta kasar karena terdapat papulae (filamen kecil) di tubuhnya. Mulut berada pada bagian anterior dan anus berada pada bagian posterior (Gultom, 2004). Storer et al. (1979) mengatakan mulut teripang dikelilingi oleh tentakel-tentakel berwarna transparan yang tipis dan gelap yang berfungsi untuk mengambil dan menangkap makanan. Anus berfungsi untuk mengeluarkan kotoran atau sisa metabolisme dan air.

  Tentakel-tentakel pada teripang merupakan modifikasi dari kaki tabung yang berfungsi sebagai alat respirasi, lokomotor dan syaraf penerima atau kombinasi ketiganya (Daut, 1992 dalam Sunarno, 1997). Teripang lokal (Phyllophorus sp.) yang termasuk Ordo Dendrochirotida memiliki tipe tentakel bukal dendritik (berbentuk pohon) untuk menangkap plankton langsung dari air laut di sekitarnya (Aziz, 1996).

2.3 Anatomi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.)

  Menurut Biworo (1973) dalam Sunarno (1997) alat pencernaan teripang berupa saluran berbentuk pipa panjang, yang memanjang secara longitudinal dan berkelok-kelok dalam rongga tubuh menuju ke bagian dubur. Saluran pencernaan teripang relative sederhana dan melekat dalam dinding tubuh dengan membran yang tipis yang terdiri dari tentakel, mulut, pharynk, oesophagus, lambung, usus, kloaka dan anus. Aziz (1996) menyatakan bahwa usus pada teripang merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang, kurang lebih dua sampai tiga kali panjang total tubuh. Teripang mempunyai gonad pada bagian anterior rongga tubuh yang multitubular menyerupai sikat dengan tabung-tabung halus yang berhubungan dengan saluran tunggal pada bagian dorsal untuk mengeluarkan telur yang matang keluar tubuh Storer et al. (1979). Morfologi dan anatomi teripang dapt dilihat pada Gambar 2.

  Gambar 2. Morfologi dan Antomi Teripang (Yulisti, 2000)

  Keterangan: 1. Tentakel

  7. Jaringan air radikal

  2. Lingkaran kalkareus 8. Usus kecil

  3. Dinding tubuh

  9. Usus halus

  4. Perut besar

  10.Otot kloaka

  5. Gonad

  11.Kloaka

  6. Pernafasan pohon

  Gonad Phylloporus sp. terdiri dari beberapa tubulus yang memiliki panjang berfariasi setiap individu. Gonad betina umumnya berwarna hijau lumut dengan bentuk tubulus yang lebih menggembung dibandingkan dengan gonad jantan yang umumnya berwarna cokelat muda (Winarni dkk., 2012).

  2.4 Cara Makan dan Jenis Pakan Teripang

  Teripang dibagi menjadi dua yaitu pemakan plankton (Ordo Dendrochirotida) dan pemakan partikel/substrat (selain Ordo Dendrochirotida) (Darsono 1998). Aziz (1996) menyatakan teripang dari Ordo Dendrochirotida mempunyai tentakel bukal tipe dendritik yang memiliki percabangan berbentuk pohon dan berukuran relatif lebih panjang. Teripang pemakan plankton menyaring dan mengumpulkan plankton dengan bantuan tentakelnnya yang berlendir.

  Menurut Bakus (1973) teripang juga bersifat poliphagia yang memakan segala sesuatu yang terdapat di dasar perairan seperti detritus, partiel-partikel pasir, hancuran karang, diatomik bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun yang mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda.

  Hartati dkk. (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisa dan identifikasi terhadap isi saluran pencernaan pada 80 sampel teripang putih (Holothuria scabra) telah ditemukan beberapa phytobenthik, meliputi Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Diniphyceae. Secara umum tidak ada perbedaan frekuensi kejadian pakan pada musim kemarau dan penghujan.

  Kebanyakan teripang bersifat nocturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari (Bakus, 1973).

  2.5 Reproduksi

  Teripang bersifat dioecius, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Secara visual jenis kelamin ini sulit dibedakan (Hyman, 1995 dalam Rohani, 1998). Perbedaannya akan tampak jelas bila dilihat menggunakan mikroskop, akan tampak bahwa organ kelamin jantan berwarna bening keputihan dan organ kelamin betina berwarna kekuning-kuningan dan akan berubah menjadi kecoklatan apabila sudah matang (Gultom, 2004).

  Winarni dkk. (2012) menyatakan bahwa teripang Phyllophorus sp. memiliki pola reproduksi asinkron pada tingkat populasi sehingga dapat melakukan proses pemijahan sepanjang tahun. Waktu reproduksi ditentukan oleh kemampuan organisme dewasa dalam mendapatkan makanan yang selanjutnya akan diubah dalam bentuk energi dalam melakukan reproduksi (Saputra, 2001).

  Pemijahan pada teripang biasanya terjadi pada malam hari dimana teripang jantan akan memulai terlebih dahulu dengan mengeluarkan spermanya ke perairan kemudian teripang betina akan mengeluarkan telur karena rangsangan hormon. Sperma akan membuahi telur di luar tubuh teripang pada perairan. Telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan diangkat kembali oleh teripang betina dengan tentakelnya lalu dimasukkan dalam kantung pengeraman dan setelah terjadi pembelahan akan dikembalikan ke perairan (Bakus, 1979). Teripang jantan memijah dalam waktu lebih dari satu jam, dengan substansi pijah seperti benang putih menjulur dari gonopore. Sebaliknya betina memijah dalam waktu relatif pendek, dalam sekali atau dua kali semprotan sebstansi pijah (Darsono, 2009).

2.6 Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.)

  Effendi (1997) mengatakan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) diperlukan untuk mengetahui organisme tersebut akan memijah, baru memijah atau sudah memijah. Menurut Handayani dan Hartati (2001) dalam Hartati (2006) bertambah pekatnya warna gonad disebabkan oleh bertambah padatnya jumlah sperma dan sel telur yang terbentuk.

  Berdasarkan Rasolofonirina et al. (2005), untuk mengidentifikasi indeks gonad (GI), maka dilakukan pengukuran terhadap berat dinding tubuh dan berat gonad. Nisa (2012) menjelaskan fase perkembangan gonad teripang

  Phyllophorus sp. dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pemulihan (recovery), fase

  pertumbuhan (growth), fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), fase pematangan (mature) dan fase setelah pemijahan (post spawning).

  Fase pemulihan (recovery) pada gonad jantan memiliki dinding tubulus yang menebal dengan sisa spermatozoa yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen, spermatosit terdapat di sekeliling dinding tubulus. Pada gonad betina dinding tubulus juga menebal dan ditemukan fagosit serta oosit previtellogenik di bagian lumen. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan pada fase pemulihan (recovery) dapat dilihat pada Gambar 3.

  Gambar 3. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Pemulihan (Recovery)

  (Nisa, 2012) Keterangan : dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa; sg: spermatogenik (garis skala 100 μm) Fase pertumbuhan (growth) pada gonad jantan ditandai dengan adanya lapisan spermatogenik yang berlekuk pada dinding tubulus jantan yang masih cukup tebal, sel-sel spermatogenik tampak berkembang menuju lumen. Pada betina dapat dijumpai oosit vitellogenik dan postvitellogenik. Oosit previtellogenik terdapat di dekat dinding tubulus. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan pada fase pertumbuhan (growth) dapat dilihat pada Gambar 4.

  Gambar 4. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan pada Fase Pertumbuhan

  (Nisa, 2012)

  (Growth)

  Keterangan : dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa; sg: spermatogenik (garis skala 100 μm)

  Fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), pada jantan maupun betina memiliki dinding yang mulai menipis. Tubulus jantan dipenuhi oleh sel-sel spermatozoa namun masih ditemukan sel spermatosit di sekitar dinding tubulus. Pada tubulus betina ditemukan oosit vitellogenik dan postvitellogenik serta oosit previtellogenik di tepi dinding tubulus tambak berlekuk dan berdilatasi. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth) dapat dilihat pada Gambar 5.

  A B Gambar 5. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase

  Pertumbuhan Tingkat Lanjut (advanced growth) (Nisa, 2012)

  

Keterangan : A: gonad jantan; B: gonad betina; dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa;

(garis skala 100 μm)

  Fase pematangan (mature) ditandai dengan semakin tipisnya dinding pada tubulus. Dinding tubulus jantan telah berdilatasi secara maksimal dan spermatozoa memenuhi lumen. Sementara pada betina terdapat dinding tubulus yang tipis dan diikuti dengan meningkatnya jumlah oosit mature yang siap dipijahkan. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase pematangan (mature) dapat dilihat pada Gambar 6.

  Fase setelah pemijahan (post spawning), tubulus jantan pada fase ini berdinding tipis dan mengandung sisa spermatozoa di tengah lumen yang tidak dipijahkan. Sementara pada betina dinding juga tipis dan terdapat fagosit yang mendegradasi sel oosit sisa.

  A B Gambar 6. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase

  Pematangan (mature) (Nisa, 2012)

  Keterangan : A: gonad jantan; B: gonad betina; dt: dinding tubulus; vo: oosit vitellogenik sz: s permatozoa (garis skala 100 μm)

2.7 Hubungan Pakan dengan Kematangan Gonad

  Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus reproduksi teripang diantaranya dalah suhu, siklus bulan dan kelimpahan fitoplankton sebagai makanannya (Nisa, 2012). Hasil penelitian Martinez et al. (2011) terhadap teripang Psolus patagonicus membuktikan bahwa ketika fitoplankton semakin melimpah, maka semakin banyak teripang yang melakukan pemijahan, meski suhu air laut 36-37

  C. Hal ini menunjukkkan bahwa pemijahan berlangsung bertepatan dengan peningkatan makanan yang tersedia dibandingkan dengan peningkatan suhu air laut. Mackey (2001) menyatakan senyawa kimia yang dilepas fitoplankton akan memicu saraf dan kondisi fisiologis sehingga teripang melakukan proses pemijahan. Selain itu plankton yang berlimpah merupakan makanan embrio teripang yang akan menjamin perkembangannya.

  Pakan digunakan untuk menyediakan nutrien yang sangat diperlukan bagi organisme budidaya yaitu pertumbuhan dan bereproduksi (Pascual, 1999 dalam Hartati dkk., 2005), yang biasanya terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Izquierdo et al., 2001 ). Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut selain suhu perairan dan lintang sebaran (berdasarkan letak geografis). Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad khususnya ovarium karena pada proses vitelogenesis (akumulasi nutrisi dalam sel telur) sangat ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Basri, 2011).

  Ketersediaan makanan penting untuk berlangsungnya proses gametogenesis pada teripang, dimana diketahui bahwa untuk sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Lam, 1983

  dalam Rohani, 1998). Komposisi asam lemak dalam pakan induk diidentifikasi

  sebagai faktor utama dari nutrien yang menentukan keberhasilan reproduksi (Izquierdo et al., 2001). Watanabe at al. (1991) dalam Basri (2011) menyatakan bahwa lemak selain sebagai sumber energi juga digunakan untuk struktur sel, termasuk sel telur. Karbohidrat berperan dalam proses vitelogenesis dan spermiogenesis yang disintesis menjadi asam lemak jika mengalami kekurangan.

  Suastika dkk., (1998) dalam penelitiannya menyatakan dosis protein yang tepat dalam pemberian pakan yang dapat mempercepat proses pematangan gonad teripang pasir adalah sebesar 30 %.

2.8 Diatom (Chaetoceros sp.)

  2.8.1 Klasifikasi Chaetoceros sp.

  Kawaroe dkk. (2010) menyatakan klasifikasi Chaetoceros sp. sebagai berikut : Kingdom : Chromista Filum : Bacillariophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Chaetocerotaceae Genus : Chaetoceros Spesies : Chaetoceros sp.

  2.8.2 Morfologi Chaetoceros sp.

  Chaetoceros sp. merupakan fitoplankton yang berukuran 3-30 µm, ada

  yang berbentuk bulat dengan diameter 4-6 µm, ada yang berbentuk segiempat dengan ukuran 8-12 dan 7-18 µm. Chaetoceros sp. memiliki bentuk rantai memanjang yang merupakan gabungan dari beberapa sel pada tepi luarnya (Idris, 2012). Berat kering satu sel Chaetoceros sp. adalah 0,0000385 µg (Hotos, 2002).

  Dinding sel diatom ini dibentuk dari silika. Pigmen yang dominan antara lain karotenoid dan diatomin sehingga mikroalga tersebut berwarna kuning kecoklatan (Fajriyani, 2006). Gambar Chaetoceros sp. dapat dilihat pada Gambar 7.

  A (Fajriyani, 2006)

  Gambar 7. Chaetoceros sp.

  Keterangan : A :dinding sel

2.8.3 Kandungan Nutrisi Chaetoceros sp.

  Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa Chaetoceros sp. memiliki kandungan kalsium sebesar 0,59 % dan pospor 0,57 %. Kalsium berperan untuk pembentukan dinding sel sedangkan pospor berperan dalam pembentukan protein. Chaetoceros sp. mengandung protein 35 %, lemak 6,9 %, karbohidrat 6,6 % dan kadar abu 28 %. Farhadian et al. (2009) menjelaskan,

  Chaetoceros sp. memilki kandungan asam amino tertinggi, antara lain fenilalanin 13,1 % dan alanin 9,8 % dari asam amino total.

2.9 Chlorella sp.

  2.9.1 Klasifkasi Chlorella sp.

  Vashista (1999) dalam Prabowo (2009) menyatakan klasifikasi Chlorella adalah : Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Famili : Chlorellaceae Genus : Chlorella Spesies: Chlorella sp.

  2.9.2 Morfologi Chlorella sp.

  Chlorella sp. merupakan ganggang hijau bersel tunggal. Sel Chlorella sp.

  berbentuk bulat, hidup soliter tapi kadang-kadang ada yang berkoloni dan tidak mempunyai flagella sehingga tidak dapat bergerka aktif (Sartika, 2010). Chlorella

  3

  sp. memiliki diameter sel yang berukuran 3,5 µm, volume sel berukuran 22 µm dan berat kering setiap selnya adalah 0,0000056 µg (Hotos, 2002). Chlorella sp. memiliki kandungan air sebanyak 90 % dari berat basah (Williams, 1959)

  Chlorella sp. memiliki klorofil, menyimpan tepung cadangan makanannya

  dalam kantung makan atau pirenoid dan memiliki dinding sel yang kuat yang tersusun atas polisakarida selulosa dengan matrik dari hemiselulosa dan pectin.

  Chlorella sp. hidup di air tawar, hanya sebagian kecil yang hidup di air payau dan

  laut (Sartika, 2010). Bentuk Chlorella sp. menurut Fachrullah (2011) dapat dilihat pada Gambar 8.

  A B C

  Gambar 8. Chlorella sp. (Fachrullah, 2011)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)

1 38 47

PENAMBAHAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN ALAMI TERHADAP PERKEMBANGAN DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD COBIA (Rachycentron canadum)

0 5 8

RINGKASAN PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TIGA JENIS TERIPANG LOKAL PANTAI TIMUR SURABAYA TERHADAP HEPAR MENCIT (Mus musculus) SETELAH INFEKSI Escherichia coli

0 0 21

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS FITOPLANKTON DALAM GREEN WATER SYSTEM TERHADAP TINGKAH LAKU DAN LAMA HIDUP TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.) SELAMA MASA ADAPTASI

0 0 122

PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan Ulva reticulata SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 65

PENGARUH KEDALAMAN AIR TERHADAP TINGKAH LAKU DAN LAMA HIDUP TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.) SELAMA MASA ADAPTASI DI BAK PEMELIHARAAN

0 0 109

SKRIPSI PENGARUH STIMULASI SUHU TERHADAP KEMATANGAN GONAD TERIPANG (Phyllophorus sp.)

0 0 68

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus DAN Vibrio harveyi Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 17

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ALAMI (Ulva sp.) TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON (Haliotis squamata) DI BALAI PRODUKSI INDUK UDANG UNGGUL DAN KEKERANGAN (BPIU2K) KARANGASEM, BALI PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 2 14

SKRIPSI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.) TERHADAP BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

0 1 16