ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009 - Test Repository

ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING

  

VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT

FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh:

Muhammad Rohman Amrulloh

  

NIM 21411029

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  MOTTO

  • “LIVE IS CHOICE”
  • VISI tanpa AKSI adalah mimpi, ketika mempunyai VISI maka

    wujudkanlah sebagai AKSI

  

PERSEMBAHAN

  Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada : 1.

  KH. Zoemri RWS beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

  2. Kedua Orangtuaku Muh Dhorun dan Anik Kurniati yang telah mendoakan dan memberi kasihsayang serta semangat kepadaku selama ini.

  3. Adik-adikku, Sani, Nisa, Ina yang selalu memberikan semangat dalam menuntut ilmu.

  4. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

  6. Teman-teman KOPMA FATAWA yang banyak memberikan ilmu dalam berorganisasi.

KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala ni‟mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema‟rufan Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 ” dapat terselesaikan.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN Salatiga.

  3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

  4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga.

  5. Bapak H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

  6. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Bapak KH M Zoemri RWS beserta keluarga yang membina, mendidik, mencurahkan ilmu kepada penulis dengan penuh tulus, ikhlas dan sabar, dalam menuntut ilmu di pesantren.

  7. Seluruh asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah yang memberikan memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan.

  8. Bapak Muh Dhorun dan Ibu Anik Kurniati yang telah berkorban dalam segala hal demi kebahagiaan putranya, serta terima kasih atas ridho, do‟a, cinta dan kasih sayangnya sehingga putranya bisa menyelesaikan studi S1.

  9. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat dalam kuliah di IAIN Salatiga 10. Teman-teman Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan.

  11. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  12. Semua santri PPTI Al Falah khususnya kantor putra dan putri yang memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

  13. Teman-teman KOPMA “FATAWA” IAIN Salatiga

14. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

  Salatiga, 31 Agustus 2015 Penulis

  

ABSTRAK

  Amrulloh, Muhammad Rohman. 2015. Analisis Yuridis Praktek Multi Level

  Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI NO 75/DSN/ MUI/VII/2009 .

  Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM

  

Kata kunci : Multi level Marketing. Verita Sentosa Internasional (VSI), Fatwa

  MUI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek bisnis MLM VSI di masyarakat, selain itu juga untuk mengetahui kedudukan hukumnya ditinjau dari fatwa MUI No 75/DSN/MUI/VII/2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi, motifasi, dan tindakan dari pelaku bisnis

  VSI. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. data primer diperoleh dari para pelaku bisnis VSI, sedangkan data sekunder meliputi , dokumen resmi, buku-buku dan brosur yang berkaitan dengan VSI.

  website

  Dari hasil penelitian menyatakan 1). Masyarakat sering memanfaatkan produk-produk jasa yang ada dalam VSI seperti pengisian pulsa telepon, pembayaran listrik dan air, karena produk tersebut sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di masyarakat. 2). Ditinjau dari fatwa MUI, menurut peneliti sistem bisnis yang ada dalam VSI terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara lain: a). Biaya pendaftaran sebesar Rp. 275.000,00 dengan fasilitas pemberian

  

softwere aplikasi untuk transaksi dan produk obat berupa habspro, kegiatan bisnis

tersebut tidak sepadan dengan kuwalitas atau manfaat yang diperoleh. b).

  pemberian komisi atau bonus bukan berdasarkan prestasi kerja melainkan berdasarkan jumlah downline. c). Terdapat pemberian komisi atau bonus secara pasif, ketika anggota dibawahnya melakukan transaksi, tanpa ada pembinaan dan penjualan barang yang dilakukan oleh orang yang ada diatasnya, maka orang yang ada diatasnya tersebut akan mendapatkan bonus atau komisi. d). Adanya ketidak adila dalam pembagian bonus karena orang yang ada diatasnya mendapatkan bonus dari hasil jerih payah orang yang ada dibawahnya. e). VSI memberikan bonus atau komisi dari hasil perekrutan anggotanya bukan dari hasil penjualan produk, maka dapat disimpulkan bahwa praktek tersebut adalah money game.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................. B. Rumusan Masalah......................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................ E. Penegasan Istilah ........................................................... F. Metodologi Penelitian ..................................................... G. Sistematika Penulisan ....................................................

  1

  5

  5

  6

  6

  8

  13 BAB II : TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN

  TEORI HUKUM ISLAM A.

  Telaah Pustaka ...............................................................

  15

  B.

  Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1.

  17 Pengertian Multi Level Marketing .............................

  2.

  17 Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ................

  3.

  22 Sistem Operasional Multi Level Marketing ...............

  C.

  Tinjauan Hukum Islam Tentang Multi Level Marketing 1.

  Pandangan kelompok yang menghalalkan Multi Level

  23 Marketing ......................................................................

  2. Pandangan kelompok yang mengharamkan Multi

  26 Level Marketing ......................................................

  3.

  28 Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 ..................

  BAB III :PRAKTEK BISNIS VERITA SENTOSA INTERNASIONAL (VSI) DI MASYARAKAT A.

  38 Sejarah Berdirinya Verita Sentosa Internasional (VSI)....

  B.

  39 Produk-Produk Verita Sentosa Internasional (VSI) .......

  C.

  40 Sistem Manajemen Verita Sentosa Internasional (VSI) ..

  D.

  Perkembangan Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI) Hingga Saat Ini ...........................................................

  48 BAB IV :ANALISIS PRAKTEK

  VERITA SENTOSA

  INTERNASIONAL (VSI) DALAM TINJAUAN FATWA MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009 A.

  Analisis Verita Sentosa Internasional (VSI) Dalam

  54 Praktek .............................................................................

  B.

  Analisis Yuridis Verita Sentosa Internasional (VSI) Menurut Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 ............

  56 BAB V : PENUTUP A.

  Kesimpulan .....................................................................

  B.

  Saran .............................................................................

  66

  67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini semakin maju, teknologi semakin

  canggih dan sistem perdagangan pun semakin banyak. Kaum kafir memang masih menguasai ekonomi, bisnis dan perdagangan dunia. Umat Islam masih jauh ketinggalan, bahkan nampak semakin tercekik, tidak bisa banyak berbuat, apalagi mengamalkan dan mempraktikkan hukum-hukum Islam.

  Sejak beberapa tahun ini, muamalah MLM (Multi Level Marketing) semakin marak dan banyak diminati orang, lantaran perdagangan dan muamalah dengan sistim MLM ini menjanjikan kekayaan yang melimpah tanpa banyak modal dan tidak begitu sulit, Betulkah yang mereka harapkan itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh dunia, tidak terkecuali negara tercinta kita Indonesia.

  Secara umum opersional bisnis MLM mengikuti progam piramida dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari anggota-anggota baru dan demikian seterusnya. Setiap anggota diwajibkan membayar uang pada perusahaan dengan jumlah tertentu dengan iming-iming dapat bonus. Semakin banyak anggota maka akan semakin banyak pula bonus yang akan didapat.

  Secara logika mungkinkah suatu bisnis rill dapat menjanjikan keuntungan yang berlipat-lipat dalam waktu yang sangat singkat? Kalau kita mau melihat pada aspek bisnis rill, maka hal ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Karena keuntungan semacam ini hanya bisa dihasilkan dari aktifitas spekulasi yang sangat kental dengan gharar. Menjanjikan keuntungan yang berlipat lipat sehingga etos kerja kita akan menurun.

  Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa MLM itu halal, tetapi ada juga yang mengatakan haram, padahal hanya Allah, yang berhak untuk menghala lkan atau mengharamkan sesuatu, tetapi para Ulama‟ yang bijak tidak pernah menjatuhkan sesuatu hukum sebelum mengkaji dan mempelajari permasalahan dengan cermat.

  Seorang tokoh Ulama‟ Markaz Imam Al-bani memfatwakan bahwa MLM hukumnya haram, fatwa tersebut ditandatanganni oleh para masyayaikh murid-muridnya, berikut ini adalah fatwanya:

  “Banyak pertanyaan yang datang kepada kami dari berbagai penjuru tentang hukum bergabung dengan PT perusahaan bisnis dan perusahaan modern semisalnya yang mengguakan sistem piramid, yang mana bisnis ini secara umum dijalankan dengan cara menjual produk tertentu serta membayar uang dalam jumlah tertentu tiap tahun untuk tetap bisa menjadi anggotanya, yang mana karena dia telah mempromosikan sistem bisnis ini maka kemudian pihak perusahaan akan memberikan uang dengan jumlah tertentu yang terus bertambah sesuai dengan hasil penjualan produk dan perekrutan anggota baru”. Jawabanya: Bergabung menjadi anggota PT semacam ini untuk mempromosikannya yang selalu terkait dengan pembayaran uang dengan menunggu bisa merekrut anggota baru serta masuk dalam sistem bisnis piramid ini hukumnya haram, karena seseorang anggota jelas-jelas telah membayar uang tertentu demi memperoleh uang yang masih belum jelas dalam

  1 jumlah yang lebih besar.

  Sedangkan menurut tokoh Islam Indonesia Dawam Raharja mengemukakan, dalam Islam sistem pemasaran MLM tidak haram hukumnya 1 Markaz Imam Al-Bani. Beberapa Fatwa Ulama‟ Syalaf Pada MLM:

  

diakses Selasa, 18 November 2014. bahkan, sistem pemasaran bisnis MLM cukup bagus dan adil, karena konsumen mengenal dan mempunyai hubungan langsung komoditinya, jadi tidak ada pemalsuan karena konsumen bisa mengecek langsung barang yang

  2 akan dibei, dan juga bisnis MLM ini akan membentuk hubungan sosial.

  MLM sebagai fenomena baru belum ada hukumnya dalam kitab- kitab klasik karena pada saat kitab-kitab itu disusun, fenomena ini belum muncul. Namun para Ulama‟ juga memahami bahwa syariat ini juga tidak beku, kitab-kitab yang ada selalu eksis dan dapat memberikan jawaban atau pertanyaan baru dan solusi atas problematika kontemporer. Sebagaimana hal yang lain, sebagai fenomena baru MLM harus dapat sentuhan dan perhatian yang adil dan proposional, agar ia tidak dihalalkan atau diharamkan tanpa dasar yang cukup. Demikian itu karena menghalalkan sesuatu yang haram itu dosa, dan mengharamkan sesuatu yang halal itu dosa.

  M ajelis Ulama‟ Indonesia (MUI) sebagai, wadah musyawarah para ulama

  ‟, Zu‟am dan cendekiawan muslim, yang kehadirannya berfungsi untuk mengayomi dan menjaga umat. Selain itu, MUI juga sebagai wadah silaturahim yang menggalang ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyyah dan ukhuwah insaniyyah, demi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, damai, dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik

3 Indonesia (NKRI).

  MUI sebagai wadah musyawarah para Ulama‟ Zu‟am dan

  2 iakses Selasa, 18 November 2014. 3 Tim Penulis MUI Pusat. Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di Indonesia.

  Formas (Forum Masjid Ahlus Sunnah). ttp. hlm.15. cendekiawan muslim, selalu respon terhadap kasus kasus yang berkembang di masyarakat tentang halal atau haramnya sesuatu, yang mana hal tersebut belum ada hukum yang jelas dalam Al Qur‟an ataupun hadis, seperti fatwa rokok, simpan pinjam dalam perbankkan, dan yang saat ini sedang berkembang adalah halal haramnya bisnis MLM. Dari hal tersebut maka MUI mempelajari sistem dari MLM tersebut dengan berpedoman dari Al Qur‟an ataupun hadits, maka dari hasil kajiannya, MUI mengeluarkan fatwa No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

  VSI adalah salah satu perusahaan yang berbasis MLM, pemilik atau

  

owner ini yaitu Ustad Yusuf Mansur, beliau mendirikan MLM tersebut

  bertujuan agar masyarakat dapat bergabung karena dalam bisnis tersebut, banyak kemudahan yang ditawarkan. VSI merupakan perusahaan jasa yang memberikan layanan kepada masyarakat dalam berbisnis, seperti: 1.

  Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).

2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA

  Flash, E-Toll Card) 3. Voucher Game Online 4.

  Tiket Konser 5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat) 6. Keagamaan (zizwaf, infaq) 7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain) 8. Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)

  Dalam prakteknya VSI banyak diminati oleh masyarakat karena terdapat iming-iming bonus yang akan diberikan dan kerjanya pun sangat mudah, tetapi VSI sendiri banyak melakukan pelanggaran terhadap Fatwa yang dikeluarkan MUI tentang bisnis MLM. Seperti biaya pendaftaran yang tidak sepadan dengan fasilitas yang diberikan, seorang upline jika tidak menjual pulsa atau produk akan tetap memperoleh komisi dari penjualan pulsa downline di bawahnya dan juga VSI menjanjikan komisi dari hasil perekrutan anggota baru.

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai MLM VSI dengan judul Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana Praktek Bisnis Multi Level Marketing VSI di Masyarakat? 2. Bagaimana Multi Level Marketing VSI Menurut Fatwa MUI No

  75/DSN/ MUI/VII/2009? C.

   Tujuan Penelitian

  Agar tidak menyimpang dari masalah-masalah yang diutarakan tersebut di atas, dan penelitian yang dilakukan maka penulis sebutkan tujuan penelitian. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui praktek bisnis Multi Level Marketing VSI di Masyarakat.

  2. menurut

  Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing VSI fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan terutama masyarakat luas tentang Multi Level

  Marketing .

2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kususnya Multi Level Marketing.

E. Penegasan Istilah 1.

  Praktek Adalah suatu tindakan yang secara langsung dilakukan oleh seseorang berdasarkan teori yang ada, sehingga akan menyebabkan suatu tindakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktek merupakan kata benda yang mengacu pada arti dari sebuah pelaksaaan nyata atas dasar

  4 teori yang ada.

2. Multi Level Marketing (MLM)

  Adalah suatu cara dalam memasarkan barang dagangan dengan sistem mengajak orang lain untuk menjualkan barang tersebut dan akan mendapatkan bonus jika orang tersebut dapat menjualkan barang, ataupun berhasil mengajak orang lain.

  Multi Level Marketing dapat diartikan suatu metode pemasaran 4 barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung melelui progam Em, Zul Fajri dan Senja Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher. hlm.667. pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjulan barang dan jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan dalam

  5

  kelompoknya 3. Bisnis

  Bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan uang atau keuntungan dari usaha tersebut. Dalam kamus bahasa Indonesia Bisnis mengacu pada sebuah kata benda yang berarti

  6 sebuah usaha komersial.

  4. Verita Sentosa Internasional (VSI).

  VSI adalah suatu perusahaan bisnis MLM yang menyediakan berbagai kemudahan dalam melakukan transaksi melalui telefon seluler seperti pembayaran pulsa GSM, CDMA All operator, penjualan token listrik prabayar, pembayaran tagihan listrik, tagihan telefon, tagihan internt, TV kabel, PDAM dan tiketing.

  5. Fatwa Fatwa adalah ketetapan hukum para Ulama‟ yang telah disepakati berdasarkan Al Qur‟an atau hadis. Fatwa dapat diartikan, menerangkan hukum-hukum Allah SWT dengan berdasarkan pada dalil-

  7 dalil syara‟ secara umum dan menyeluruh.

  5 6 Muhammad Yusuf. 2006. Kumpulan Artikel Tentang MLM. Semarang: tnp. hlm.16. 7 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Op. Cit., hlm . 173 .

  Burhanuddin Susanto. 2008. Hukum Perbankan Syariah Indonesia. Yogyakarta: UII Pres Yogyakarta. hlm.75.

F. Metodologi Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, agar data penulis mendapatkan data yang akurat guna menyakinkan rumusan masalah di atas, maka penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Pendekatan Penelitian 1)

  Pendektan Sosiologis Adalah pendekatan yang dasar tujuannya permasalahan- permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang berkaitan dengan masalah Multi Level Marketing secara umum dan Verita Sentosa Internasional (VSI) secara khusus. Maka, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realita dari kegiatan bisnis VSI tersebut. 2)

  Pendekatan Yuridis Adalah pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala hukum yang bersifat normatif, lebih banyak bersumber pada data kepustakaan dan fatwa MUI. Dengan pendekatan ini diharapkan sebagai usaha untuk mempelajari ketentuan hukum Islam maupun produk-produk dari para ulama yang berkaitan dengan Mulit Level Marketing dan Verita Sentosa Internasional.

  b.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motifasi,

  8 tindakan dan lain-lain.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang sangat penting, karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan setatus penelitian dalam hal pengumpulan data, diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalah pahaman diantara peneliti dan informan. Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti hanya sekedar mengumpulkan data melalui wawacara dan observasi tanpa terlibat langsung dalam bisnis VSI.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Salatiga, terhadap orang- orang yang mengikuti Bisnis VSI. Peneliti memilih lokasi ini, karena kepesertaan orang di Salatiga yang mengikuti bisnis VSI tidak ada perbedaan dengan daerah yang lain.

  4. Sumber Data Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder.

8 Lexi j Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 6.

  a.

  Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama yakni para pelaku bisnis VSI. Dalam hal ini yang dijadikan responden adalah masyarakat yang mengikuti bisnis VSI.

  b.

  Sumber data sekunder yaitu data yang mencakup website, dokumen resmi, buku-buku, dan brosur yang ada kaitanya dengan VSI.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang jelas mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan hal-hal berikut: a.

  Wawancara (Interview) Yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri data menggunakan wawancara dengan tetap berpijak pada catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan, sehingga masih memungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan-pertanyaan yang

  9

  disesuaikan dengan situasi ketika wawancara dilakuka. Wawancara ini dilakukan kepada anggota VSI yang mengikuti bisnis dalam VSI, terutama orang-orang yang tinggal di Salatiga dan sekitarnya.

  b.

  Observasi Observasi adalah suatu bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur

9 Sutrisno Hadi. 1981. Metodologi Recearch (Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, dan Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. hlm. 75.

  Disertasi).

  10

  dan mencatat sesuai prosedur yang berstandar. Dalam penelitian yang kami lakukan, peneliti akan mengumpulkan data dari brosur- brosur VSI, orang yang bergabung dalam bisnis tersebut, dan mengumpulkan data dari internet.

6. Analisis Data

  Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi- abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. Gambaran atau informasi tentang peristiwa atas objek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajad koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan observasi dan pendalaman makna, diperoleh suatu analisis data yang

  11

  terus-menerus secara simultan sepanjang proses penelitian. Metode berfikir yang digunakan dalam menganalisis adalah berdasarkan pada dasar-dasar yang bersifat umum kemudian meneliti persoalan-persoalan

  10 Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 46.

  11 Burhan Bungin. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 154. yang bersifat khusus. Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan

  12 yang pada hakikatnya merupakan jawaban atas permasalahan.

  Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan antara fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 dengan sistem bisnis VSI yang dijalankan, apakah sudah sesuai dengan fatwa tersebut atau belum.

  7. Pengecekan Keabsahaan Data Peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber sebagai teknik untuk mengeck keabsahan data. Menurut Moleong dalam bukunya yang dikutip dari Patton, Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif, hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan isi

  

13

suatu dokumen yang berkaitan.

  8. Tahap-Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut: a.

  Tahap Sebelum Lapangan Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, seperti peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang MLM, Fatwa MUI mengenai MLM, 12 penyusunan proposal, menetapkan fokus penelitian dan lain-lain.

  Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari. 1992. Instrumen penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Prss. hlm. 213. 13 Moleong , Op. Cit., hlm . 330 .

  b.

  Tahap Lapangan Yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan mencari data dari website VSI.

  c.

  Tahap Analisa Data Yaitu ketika semua data telah terkumpul dan dirasa cukup oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.

  d.

  Tahap Penulisan Laporan Yaitu setelah semua data telah terkumpul, dianalisis kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, dan yang terahir dilakukan penulisan hasi penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan skripsi.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar dalam penyusunan suatu skripsi, yang bertujuan untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bab dan sub bab antara lain sebagai berikut:

  Bab pertama pendahuluan, yang merupaakan abstraksi dari keseluruhan isi skripsi, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab kedua menguraikan tentang tinjauan umum MLM dan teori hukum Islam yang meliputi meliputi tiga sub bab. Sub bab yang pertama tentang telaah pustaka. Sub bab yang kedua gambaran umum tenang MLM yang meliputi pengertian MLM, sejarah berdirinya MLM, sistem operasional MLM. Dan sub bab yang ketiga tinjauan hukum Islam tentang MLM yang meliputi pandangan kelompok yang menghalalkan MLM, pandangan kelompok yang mengharamkan MLM dan fatwa MUI No 75/DSN/MUI/VII/2009.

  Bab ketiga menguraikan tentang praktek bisnis VSI di masyarakat yang meliputi, sejarah berdirinya, produk-produk, sistem manajemen dan perkembangan VSI hingga saat ini.

  Bab keempat merupakan analisis praktek VSI dalam tinjauan fatwa MUI No 75/DSN/VII/2009, yang meliputi analisis VSI dalam praktek dan analisis yuridis VSI menurut fatwa MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009.

  Bab kelima merupakan penutup dari penyusunan skripsi ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM ISLAM A. Telaah Pustaka Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ami Solihati seorang

  mahasiswi fakultas syari ‟ah IAIN Walisongo Semarang, beliau menganalisis hukum Islam tentang Insentif passive income di PT. K-Link International, beliau mengatakan pembeli, pemasar, promotor dan distributor bisa mendapatkan penghasilan walaupun sudah tidak bekerja lagi (passive

  income), menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung

  Berjenjang Syariah) No. 75/DSN MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link International belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh

  member yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari

  14 dan hasil jeri payah downline. downline

  Penelitian yang dilakukan oleh Surono yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada MLM Syari

  ‟ah Di PT Ahad Net Internasional”. Dalam skripsi tersebut beliau menjelaskan tentang pandangan hukum Islam tentang sistem penetapan harga, secara umum penetapan harga yang diberlakukan sesuai dengan keinginan mitra niaga dan tidak mahal dengan kata lain, harga tersebut adalah adil dan tidak memberatkan konsumen dan pengambilan keuntungan yang wajar. Namun

14 Ami Sholihat. 2012. Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income Pada Multi Level Marketing Syariah Di PT. K-Link Internasional . Semarang: IAIN Walisongo. hlm.

  76. jenis produk diterjen dinilai tidak adil karena harga produk tersebut dinilai mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan, sistem penetapan harga pada PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak ditemukan kebijakan yang

  15 bertentangan dengan hukum Islam.

  Dalam penelitian yang dilakukan Chusnul Chotimah mahasiswa STAIN Salatiga, beliau meneliti MLM Tianshi di kalangan Ustad di Solo, dalam penelitian tersebut beliau menitik beratkan pada tinjauan hukum Islam terhadap MLM Tianshi. Dilihat dari segi legalitas, segi produk, segi pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan peringkat, Tianshi cukup transparan. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan akan kebolehannya. Karena dalam prakteknya, Tianshi tidak sejalan dengan asas- asas yang terdapat dalam muamalah, serta cenderung mengabaikan prinsip- prinsip yang terdapat dalam syari‟at. Di antaranya adalah bahwa praktek operasional Tianshi bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip

  musyarakah, prinsip al-bir al taqwa serta di dalamnya terkandung unsur yang

  dilarang muamalah Islam yaitu jahalah (ketidak jelasan), unsur Dharar

  16 (merugikan) dan unsur zulm (merugikan hak orang lain).

  Dari kajian yang telah kami lakukan bahwa karya-karya skripsi tersebut berbeda dengan kami, karena dalam penelitian ini penulis akan

15 Surono. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada Multi Level Marketing Syariah PT Ahad Net Internasional. Surakarta: UMS. hlm. 65.

  16 Chusnul Chotimah. 2008. Praktek Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi Ditinjau Dari Hukum Islam “Studi Analisis Praktek Bisnis Tianshi di Kalangan Ustadz di Solo Tahun 2007”. Salatiga: STAIN Salatiga. hlm. 107. menitik beratkan pada Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

  B. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1.

  Pengertian Multi Level Marketing (MLM)

  Multi Level Marketing (MLM) terdiri dari tiga kata yaitu Multi

  berarti banyak dan Level berarti jenjang atau tingkatan, sedangkan

  Marketing

  berarti pemasaran. Jadi ”Multi Level Marketing” adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Dalam pengertian Marketing sebenarnya tercakup arti menjual dan selain arti menjual, dalam

  Marketing banyak aspek yang berkaitan dengannya antara lain produk,

  harga, promosi, distribusi dan sebagainya. Jadi Marketing lebih luas maknanya dari menjual. Menjual merupakan bagian dari Marketing karena menjual hanyalah kegiatan transaksi penukaran barang dengan

  17 uang.

2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing (MLM)

  Awal berdirinya Multi Level Marketing (MLM) tidak bisa dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation dan produknya

  Nutrilite, konsep dari Nutrilite dimulai pada awal tahun 1930 oleh Carl

  Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Berdasarkan publikasi dari Amway, pengalamannya ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan 17 yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup.

  

Tarmidzi Yusuf. 2002. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: PT. Gramedia. hlm.3. Kehidupan yang keras di Cina juga membuat Rehnborg mempelajari banyak litelatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makan suplemen bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh

  18 tanpa mempedulikan kebiasaan makanan seseorang.

  Setelah melakukan eksperimen selama 7 tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan hasil temuannya tersebut kepada teman-temanya untuk dicoba. Sam, anak dari Rehnborg, yang akhirnya menjadi Presiden dan Chief dari Nutrilite menyatakan, ketika menjual produk

  Operating Officer

  tersebut kepada teman-temanya mereka menyukai, bahkan mereka juga menginginkanya teman-teman mereka untuk mendapatkan produk tersebut. Ketika mereka meminta ayah saya untuk menjual produk tersebut kepada teman-teman mereka, ayah saya berkata “Kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan memberikan

  19 komisi kepada kamu”.

  Bisnis makanan suplemen dari Carl Rehnborg ini diberi nama yang akhirnya diberi nama menjadi

  California Vitamin Coporatian Nutrilite Products pada tahun 1939, perusahaan ini berkembang dengan 18 pesat pada tahun 1945 dibawah kepemimpinan Lee S. Mytinger dan Benny Santoso. 2003.

  All About MLM “Memahami Lebih Jauh MLM dan Pernak- Perniknya”. Yogyakarta: Andi Offset. hlm.23 19 Ibid, hlm. 23-24.

  William S. Ccasselberry. Pada saat itu, distribusi perusahaan ini mulai menyebar ke beberapa negara bagian. Rehnborg berperan sebagai penasehat bidang sains pada skema distribusi. Kepada setiap tenaga penjual yang ada, dijelaskan bahwa makanan suplemen yang diproduksi mengandung ramuan khusus yang merupakan jawaban bagi setiap yang

  20 mendambakan kesehatan.

  Penjualan kotor segera meningkat menjadi $500.000 per bulan, tetapi perusahaan mulai mempunyai masalah dengan hukum yang berlaku saat itu. Pada tahun 1947, FDA(Jaksa Distrik) memulai perlawanan untuk memaksa Mytinger, Casselberry, Rehnborg dan 15.000 tenaga penjual dari rumah ke rumah menghentikan pernyataan yang

  21 berlebihan mengenai produk mereka.

  Perusahaan ini memberikan kepada calon pelanggan mereka sebuah brosur “How to Get Well and Stay Well” yang berisi penjelasan mengenai kemampuan produk Nutrilite. Brosur itu menyatakan bahwa produk mereka mampu mengatasi segala kasus, mulai dari jenis alergi, asma, depresi mental, detak jantung yang tidak normal, dan sekitar 20 penyakit yang lain. Brosur ini juga berisi kesaksian yang menyatakan bahwa kanker, kelainan hati, TBC, penyakit tulang, dan beberapa

  22 penyakit serius lainnya akan bereaksi positif terhadap produk Nutrilite.

  Pada tahun 1951, pengadilan mengeluarkan keputusan untuk melarang penjualan produk Nutrilite 20 dengan menggunakan kutipan “How 21 Ibid, hlm. 24. 22 Ibid, hlm. 24.

  Ibid, hlm. 24.

  

to Get Well and Stay Well” dan lebih dari 50 bahan publikasi lain yang

  melebih-lebihkan peran dari makanan suplemen. Putusan pengadilan juga terdiri dari daftar yang panjang mengenai pernyataan yang dilarang dan

  23 pernyataan yang diizinkan mengenai nutrisi dan produk Nutrilite.

  Rich De Vos dan Jay Van Andel adalah distributor dari produk

  

Nutrilite setelah mereka lulus dari SMU. Mereka adalah distributor yang

  sangat sukses dan mengorganisasi lebih dari 2000 distributor. Ketakutan akan kebangkrutan dari Nutrilite Products membuat merek mendirikan perusahaan baru yang mereka beri nama American Way Assosiation yang kemudian berganti nama menjadi Amway. Mereka mulai dengan produk

  

biodegradeable detergen dan beberapa produk pembersih alat rumah

  tangga lainya. Kemudian mereka mulai mendiversifikasi produk mereka menjadi sangat berfareasi yang meliputi alat-alat kecantikan, perhiasan, furnitur, barang-barang elektronik, dan beberapa barang lainnya. Penjualan kotor meningkat secara terus-menerus dari setengah juta dollar

  24 pada tahun 1959 menjadi lebih dari 1 milyar dollar pada awal 1980.

  Dari sejarah munculnya MLM tersebut, bisa diketahui bahwa MLM muncul dengan tujuan utama untuk menjual produk baru yang belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut. Seorang akan mengenalkan atau berusaha memberikan produk baru 23 tersebut kepada teman yang dikenal setelah merasakan kegunaanya. Jadi 24 Ibid, hlm. 25.

  hlm. 25.

  Ibid, pada awalnya MLM tidak diperuntuhkan sebagai cara yang cepat dan

  

25

mudah untuk mendapatkan uang.

  Di Indonesia, MLM mulai tumbuh pada Maret 1986. Perusahaan di Tanah Air, baik Direct Selling (DS) maupun MLM,

  network marketing

  tergabung dalam sebuah asosiasi, yakni Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Awal APLI didirikan tahun 1984 dengan nama

  (IDSA). IDSA kembali aktif tahun

  Indonesia Direct Selling Association

  1992 dengan nama APLI. Organisasi ini terdaftar sebagai anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan anggota World Ferderation

  of Direct Selling Associations (WFDS) yang bermarkas di Washington

  DS, Amerika Serikat. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 62 perusahaan DS/MLM menjadi anggota APLI, salah satunya perusahaan MLM

  26 terbesar asal Cina, Tianshi.

  Dalam waktu kurang dari dua dekade, bangsa ini telah memiliki sekitar 40-an lebih perusahaan MLM. Sungguh merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tahun 2002, sekitar empat juta orang telah terlibat dalam industri ini, dan diantaranya terdapat puluhan hingga ratusan ribu orang yang terpikat hatinya pada perusahaan-perusahaan MLM berbasis

  27 syari‟ah.

  25 hlm. 25. 26 Ibid, Yulius P Silalahi. 2006. Tianshi Mendobrak Kebohongan MLM. Jakarta: Bina Niaga Jaya. hal.14. 27 Moch. Fachrur Rozi. 2006. Kontroversi Bisnis MLM. Yogyakarta: Pilar Media. hal.65.

3. Sistem Operasional Multi Level Marketing

  Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan

  produk Perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.

  diakses

  Jika member mampu menjaring member‐member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya

  e.

  Para member baru juga bertugas mencari calon member‐member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.

  d.

  member ‐member baru dengan cara seperti di atas, yakni membeli

  member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM.

  Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari

  c.

  Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.

  b.

  Mula‐mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu.

  28 a.

  Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut :

10 Juni 2015

  yang sekaligus mennjadi konsumen paket produk

  member perusahaan.

  f.