HUBUNGAN ANAK DAN BUDAYA SEKITARNYA DALA

HUBUNGAN ANAK DAN BUDAYA SEKITARNYA
DALAM BUKU CERITA ANAK-ANAK
KARYA ANWAR SADAT

Oleh :
Anisa Assulthoniya (1534411009)
Imam Faikli (1534411028)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI
BANGKALAN
TAHUN AKADEMIK 2017-2018

1.

LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) budaya adalah

buah pikiran, akal budi atau kebiasaan sebuah kelompok yang sukar dirubah.
Adanya budaya merupakan suatu hal yang harus dijadikan sebuah acuan dalam
kehidupan, artinya jika budaya tersebut baik dilanjutkan maka perlu kiranya

generasi muda untuk melanjutkannya, semisal budaya yang ada di madura
seperti karapan sapi, buaya tersebut harus tetap dijaga oleh generasi muda agar
tetap menjadi icon madura sepanjang masa.Menurut E.B. Taylor adalah suatu
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan
yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya begitu penting untuk generasi muda ketahui, adanya budaya
sangat diperlukan agar buah pikiran yang gemar menjadi turun temurun tersebut
tetap ada dan tetap menjadi kebiasaan dalam kehidupan generasi ke generasi.
Tak ubahnya seorang budayawan, mereka akan tetap menjaga dan
merealisasikan apa yang tengah menjadi kebiasaan dalam kehidupan
bermasyarakat karna sejatinya hidup tidak sendiri, hidup perlu bersosial karna
manusia diciptakan saling berpasang-pasangan.
AdapunGooddenoughsebagaimanadisebutkanMudjiaRahardjodalambuk
unyaRelungrelungBahasamengatakanbahwabudayasuatumasyarakatadalahapasajayangharus
diketahuidandipercayaiseseorangsehnggadiabisabertindaksesuaidengannormada
nnilaiyangberlakudidalammasyarakat,bahwapengetahuanitumerupakansesuatuy
angharusdicaridanperilakuharusdipelajaridarioranglainbukankarenaketurunan.K
arenaitubudayamerupakan“cara”yangharusdimilikiseseoranguntukmelaksanaka
nkegiatansehari-haridalamhidupnya.

Keterkaitan anak merupakan bagian dari masyarakat dalam arti seluasluasnya dan terikat dalam kebudayaan yang mereka anggap sama, artinya

manusia dan kebudayaan itu sangat erat kaitannya sehingga tidak menutup
kemungkinan anak (generasi) yang akan datang, yang akan melanjutkan
kebudayaan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, generasi muda tengah dihadapkan dengan
kondisi sosial dimana hal itu maraknya alat teknologi yang semakin canggih
sehingga bukan tidak mungkin di era milenialisme ini generasi muda akan
sedikit banyak melupakan budaya-budaya lokal bahkan budaya nasional
sekalipun. Maka perlu adanya pengenalan lebih inten lagi terhadap generasi
mudaagar mereka tidak melupakan budaya warisan nenek muyang.
Dalamkonsepinikebudayaandapatdimaknaisebagaifenomenamaterial,seh
inggapemaknaankebudayaanlebihbanyakdicermatisebagaikeseluruhansistemgag
asan,tindakandanhasilkaryamanusiadalamrangkakehidupanbermasyarakat.Kare
nanyatingkahlakumanusiasebagaianggotamasyarakatakanterikatolehkebudayaan
yangterlihatwujudnyadalamberbagaipranatayangberfungsisebagaimekanismeko
ntrolbagitingkahlakumanusia.
Menanamkan kepada diri kita untuk bangga dan mencintai dengan
sepenuh hati warisan tradisonal budaya asli kita perlu ditanamkan sejak dini.
Anak-anak sejak dini perlu diberi pemahaman bahwa budaya kita

mencerminkan nilai-nilai moral bangsa kita dan identitas kita di tengah-tengah
masyarakat dunia. Jika kita bangga dan mencintai budaya asli kita, maka
bangsa lain akan mengetahui asal-usul kita dan menghargai serta menghormati
kita.
Dengandemikiankebudayaanadalahsegalasesuatuyangdipelajaridandiala
mibersamasecarasosial,olehparaanggotasuatumasyarakat.Sehinggasuatukebuda
yaanbukanlahhanyaakumulasidarikebiasaandantatakelakuantetapisuatusistempe
rilakuyangterorganisasi.Dankebudayaanmelingkupisemuaaspekdansegikehidup
anmanusia,baikituberupaprodukmaterialataunonmaterial.

Kebudayaan menurut Clifford Geertz sebagaimana disebutkan oleh
Fedyani Syaifuddin dalam bukunya Antropologi Kontemporer yaitu sistem
simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki
bersama, yang dapat diindentifikasi, dan bersifat publik.Senada dengan
pendapat di atas Claud Levi-Strauss memandang kebudayaan sebagai sistem
struktur dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang
dyhapat diindentifikasi, dan bersifat publik.
Adapun Menurut Canadian Commision for UNESCO seperti yang
dikutip oleh Nur Syam mengatakan kebudayaan adalah sebuah sistem nilai
yang dinamik dari elemen-elemen pembelajaran yang berisi asumsi,

kesepakatan, keyakinan dan atauran-atauran yang memperbolehkan anggota
kelompok untuk berhubungan dengan yang lain serta mengadakan komunikasi
dan membangun potensi kreatif mereka.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari
berbagai budaya, menjadikan perbedaan antar-kebudayaan, justru bermanfaat
dalam mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat
tersebut.Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial agama, dan suku bangsa
telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup
berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam
khasanah budaya nasional.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah 1) Bagaimana psikologi anak dalam karya sastra 2) bahagaimana
unsur ekstrinsik dalam kebudayaan.

2.

KAJIAN TEORI
Rene Wellek dan Austin Warren (1962:81-82) menunjukkan empat

model pendekatan psikologis, yang dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif,

karya sastra, dan pembaca. Apabila perhatian ditujukan pada karya, maka
model penelitiannya leb
Secara etimologi formal berasal dari kata forma (Latin) berarti bentuk, wujud.
Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal,
aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Tujuan metode formal
adalah studi ilmiah mengenai sastra dengan memeperhatikan sifat-sifat teks
yang dianggap artistik. Ciri utama metode formal adalah analisis terhadap
unsur-unsur karya sastra, kemudian bagaimana hubungan antara unsure-unsur
tersebtu dengan totalitasnya. Oleh karena itulah, metode formal sama dengan
metode unsure atau metode structural, yang kemudian berkembang menjadi
teori strukturalisme. Metode formal memandang bahwa keseluruahn aktivitas
cultural memiliki dan terdiri atas unsure-unsur. Tugas utama metode formal
adalah menganalisis unsur-unsur sesuai dengan peralatan yang terkandung
dalam karya jumlah, jenis, dan model unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik.
(Nyoman Kutha Ratna 2015:49-51).
Menurut John Locke, seorang ahli pendidikan dan psikologi pendidikan
asal Inggris menyebut bahwa pikiran anak baru lahir sebagai tabula rasa. JeanJacques Rousseau percaya pada “pentingnya perkembangan moral”, yang
dalam bukunya Emile antara lain menuntut pendidikan anak yang memerdeka
dan “ learning by doing “ , dan di tambah oleh Sigmund Freud yang menggap
pengalamn masa kanak sebagai sesuatu yang sangat penting dalam menunjang

perkembangan mereka.
Tiga orang ahli psikologi perkembangan yang menjadi acuan penting
dalam hal ini adalah Jean Piaget, Erik H. Erikson, dan Laurence Kohlberg
(Piaget 1983: Erikson 1950: dan Kohlberg 1981)

1. Teori perkembangan kognitif dari psikolig Swiss Jean Piaget
menyatakan bahwa perkembangan mental dan Intelektual seseorang
terjadi dengan tahapan tang sedikit banyak dapat diperediksi.
2. Teori perkembangan psikolosial Eriskon menyebutkan, bahwa selain
perkembangan secara kognitif (seperti disebutkan Piaget), anak-anak
juga berkembang secara social.
3. Teori perkembangan penilaian moral dari Laurence Kohlberg merujuk
pada penilaian moral dan moral reasoning. Teori ini mempersoalkan
bila dan bagaimana seseorang dapat menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk.
Ketiga teori yang mendasari pengetahuan kita mengenai perkembangan
anak secara kognitif, social, dan moral amat berguna untuk bukan hanya
memahami anak dan perilaku serta kebutuhannya, tetapi juga niscaya untuk
dapat menilai, memilih, dan mengapresiasi karya sastra ditulis dan diberikan
untuk mereka. Dengan mengacu perkembangan anak secara kognitif, social,

dan moral.Yang disebutkan di atas, kita mengakui bahwa anak adalah manusia
utuh yang memerlukan perkembangan. (Riris K. Toha – Sarumpet 2010 : 5-6)
Terdapat hubungan timbal balik antara kebudayaan dengan masyarakat,
sebagaiamana

ada

hubungan

antara

kebudayaan,

peradaban

dan

sejarah.Masyarakat itu menghasilkan kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu
menentukan corak masyarakat. Jadi antara manusia dan kebudayaan merupakan
suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat.Tidak mungkin

keduanya dipisahkan.
Ada manusia (dalam arti luas, masyarakat), maka ada kebudayaan, tidak
akan ada kebudayaan kalau tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan
tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, karena semua pasti akan
menemui ajal. Maka untuk melangsungkan atau melestarikan kebudayaan,

pendukungnya harus merupakan kesinambungan dari satu keturunan ke
keturunan lainnya. Sebagai contoh, bahasa 'ngapak' yang merupakan hasil
kebudayaan masyarakat di wilayah Kebumen, Banyumas, Tegal, Purbalingga
dan sekitarnya, tentu akan menjadi ciri khas atau corak tersendiri bagi
masyarakat yang menguasai bahasa 'ngapak'. Bintang dapat pula meneruskan
atau meregenerasi kepandainya kepada anaknya, tetapi yang diteruskan itu
hanyalah yang bersifat instingsif belaka atau berdasarkan kodrat alam.Lain
halnya dengan manusia.Kecuali hal-hal yang diturunkan secara kodrat, manusia
dapat pula meregenerasikan kepandaian, pengalaman, dan seluruh kebudayaan
kepada anak cucunya.Tetepu untuk dapat memiliki kebudayaan dari generasi
sebelumnya, mereka harus belajar.Karunia dan rahmat yang dilimpahkan
kepada manusia untuk mengajar, mendapatkan pelajaran, dan belajar itulah
yang memungkinkan kebudayaan itu dapat berlangsung terus turun temurun.
Dilanjutkannya kebudayaan oleh generasi penerus itu tidak hanya melalui

garis tegak lurus ke bawah, tetapi juga melalui garis mendatar, yaitu kepada
orang-orang lain di sekitarnya, karena manusia merupakan bagian dari "zoon
politicon" yang berarti binatang yang berkelompok. Memang manusia tidak
dapat hidup seorang diri, ia membentuk kelompok dengan orang-orang lain,
yang sifatnya berbeda sekali dari gerombolan binatang, yaitu terletak pada akal,
atau cara berfikir. Pengelompokan orang-oranga yang sengaja dibentuk itu
disertai aturan-aturan tertentu mengenai hubungan anggota satu dengan yang
lain, misalnya pembagian kerja, aturan, tata tertib, dan sebagainya. Persekutuan
terkecil antara laki-laki dan perempuan merupakan arti secara singkat dari
sebuah keluarga yang kemudian membentuk persekutuan dalam skala yang
lebih besar atau luas yang disebut masyarakat.Cara-cara melanggengkan atau
melestarikan kebduayaan yang sedemikian luasnya itu dimungkinkan karena
manusia diberikan karunia oleh Tuhan dalam hal kepandaian berbicara.Bahasa
adalah alat perantara yang paling pokok bagi manusia.Dengan adanya bahasa,

manusia tidak usah mengalami sendiri sesuatunya untuk dapat mengetahui dan
memahaminya. Cukuplah ia belajar mendengarkan kata-kata yang terbungkus
dalam sebuah bahasa orang lain. Ditambah lagi dengan pengalamanpengalaman sendiri, maka semakin luaslah pengetahuan yang menjadi milik
manusia itu.Tetapi, perlu diingat, bahwa kemampuan manusia itu terbatas yang
menyebabkan tidak dapat mendukung seluruh kepandaian yang menjadi milik

bersama itu.Kekurangan pada manusia secara individu itu ditampung oleh
masyarakat. Hal ini mungkinkarena para anggota masyarakat itu tentu tidak
sama minatnya, berlainan kepentingannya, berbeda kemampuannya, meskipun
masih tetap dalam lingkungan bersama. Maka sesungguhnya, pendukung
kebudayaan itu bukanlah manusia secara individu (perorangan) melain
masyarakat seluruhnya

3.
No
.
1.

Analisis Data
Rumusan Masalah

Data Kutipan

Psikologi anak

1. “usma


dalam karya sastra

gembira
membawa
pulang
piala.

Ha
l
11

Analisis

Kesimpulan

No
.
1.

Rumusan Masalah
Unsur Ektrinsik

Data Kutipan

Hal

Analisis

A. Kondisi

Pak Bunaddin ikut

Kehidupan

serta untuk

Sosial-Budaya.
1) “Pak

melestarikan

Bunaddin
bercerita kepada

kebudayaan yang
ada di madura yaitu
karapan sapi.

Usman dan Rudi
bahwa karapan
sapi adalah
tradisi yang
dimiliki oleh
orang Madura
sejak dahulu
kala”
2) “Mereka

Unsur ekstrinsik
kondisi kehidupan
sosial budaya
dalam kutipan
tersebut
memberitahukan
bahwa, Madura
memiliki iringan

senang sambil

musik yang merdu

menari bersama.

yaitu Saronen

Diiringi musik
saronen yang
merdu”

Kesimpulan