OPTIMALISASI JARINGAN WIRELESS DAN ANALISIS QUALITY of SERVICE (QoS) MENGGUNAKAN METODE HIERARCHICAL TOKEN BUCKET (HTB)

semanTIK, Vol.3, No.2, Jul-Des 2017, pp. 59-68
ISSN : 2502-8928 (Online)
 59
JCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5

OPTIMALISASI JARINGAN WIRELESS DAN ANALISIS
QUALITY of SERVICE (QoS) MENGGUNAKAN METODE
HIERARCHICAL TOKEN BUCKET (HTB)
Risna*1, Isnawaty2, Sutardi3
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari
e-mail: *1risna.0894@gmail.com, 2isna.1711@gmail.com, 3sutardi_hapal@yahoo.com
*1,2,3

Abstrak
Kinerja suatu jaringan Wi-Fi (Wireless Fidelity), misalnya pada suatu gedung, dapat diketahui
dari penerimaan sinyal yang diterima oleh pengguna dari AP. Tentunya penerimaan sinyal yang naik
turun atau yang lemah tidak dikehendaki. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek propagasi gelombang
radio dalam ruangan (indoor propagation). Apabila pembagian bandwidth dalam suatu jaringan
wireless dapat dilakukan secara tepat maka kinerja jaringan wireless akan lebih optimal.
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengoptimalkan jaringan dari segi manajemen bandwidth. Metode HTB ini memberikan kemudahan

pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat serta
dapat memudahkan pengelola jaringan dalam mengalokasikan bandwidth, membagi sesuai kebutuhan
serta menjamin kualitas jaringan yang berbasis wireless, sehingga tidak terjadi rebutan bandwidth
antar client karena sudah dilakukan manajemen pada setiap client.
Hasil yang didapatkan adalah dapat dilihat bahwa kualiatas jaringan dengan menggunakan
metode antrian HTB (Hierarchical Token Bucket) lebih optimal, hal ini dikarenakan semua client
akan mendapatkan kuota bandwidth sesuai dengan rule yang diterapkan pada bandwidth management.
Kata kunci—Hierarchial Token Bucket, Quality of Service, MikroTik, Jaringan Wireless
Abstract
The performance of a Wi-Fi (Wireless Fidelity), for example in a building, it can be seen from
the reception signal received by users of the AP. Surely signal reception up and down or weak
undesirable. It can be seen from the aspects of radio wave propagation in the room (indoor
propagation). If the distribution of bandwidth in a wireless network can be done precisely the
performance of wireless networks will be optimized.
Methods Hierarchical Token Bucket (HTB) is one method used to optimize the network in terms
of bandwidth management. Methods HTB This provides ease of use with the technique of borrowing
and the implementation of the division of traffic that is more accurate and can facilitate the network
manager to allocate bandwidth, split according to the needs and ensure the quality of network-based
wireless, so there is no seizure of bandwidth between the client because it was done by the
management on each client ,

The results obtained are can be seen that kualiatas queuing network using HTB (Hierarchical
Token Bucket) is more optimal, this is because all clients will get bandwidth quota in accordance with
a rule that is applied to bandwidth management
Keywords— Hierarchial Token Bucket, Quality of Service, MikroTik, Wireless Network
1. PENDAHULUAN
aringan wireless merupakan salah satu
teknologi komunikasi yang saat ini sedang
berkembang pesat. Meskipun bukan
merupakan teknologi terbaru dalam dunia
komunikasi, keberadaan teknologi wireless ini
sangat diperlukan dalam penyediaan layanan

J

internet tanpa kabel khususnya untuk area
indoor seperti gedung perkantoran, kampus,
bandar udara dan lain-lain. Jaringan wireless
dapat diakses dengan mudah melalui
perangkat notebook, laptop, dan smartphone.
Kinerja suatu jaringan Wi-Fi (Wireless

Fidelity), misalnya pada suatu gedung, dapat
diketahui dari penerimaan sinyal yang diterima

Received June 1st ,2012; Revised June 25th, 2012; Accepted July 10th, 2012

60

Optimalisasi Jaringan Wireless dengan Menggunakan Analisis …


oleh pengguna dari Access Point. Tentunya
penerimaan sinyal yang naik turun atau yang
lemah tidak dikehendaki. Hal ini dapat dilihat
dari aspek-aspek propagasi gelombang radio
dalam ruangan (indoor propagation). Apabila
pembagian bandwidth dalam suatu jaringan
wireless dapat dilakukan secara tepat maka
kinerja jaringan wireless akan lebih optimal
Metode Hierarchical Token Bucket
(HTB) merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk mengoptimalkan jaringan
dari segi manajemen bandwidth. Metode HTB
ini memberikan kemudahan pemakaian
dengan teknik peminjaman dan implementasi
pembagian trafik yang lebih akurat serta dapat
memudahkan pengelola jaringan dalam
mengalokasikan bandwidth, membagi sesuai
kebutuhan serta menjamin kualitas jaringan
yang berbasis wireless, sehingga tidak terjadi
rebutan bandwidth antar client karena sudah
dilakukan manajemen pada setiap client.
Penelitian ini bertempat di Laboratorium
Sistem Informasi dan Programming Jurusan
Teknik Informatika dimana laboratorium ini
memanfaatkan jaringan wireless
sebagai
sarana komunikasi data bagi civitas
akademiknya. Namun, kualitas jaringan yang
tersedia masih kurang optimal karena belum
adanya pengaturan pemakaian bandwidth yang

menyebabkan sebagian dari mahasiswa dapat
memakai bandwidth secara besar-besaran. Jadi
antara mahasiswa tidak ada batas dalam
pemakaian bandwidth. Sehingga pemakaian
bandwidth antar mahasiswa tidak adil dan
merata.
Penelitian tentang optimalisasi jaringan
wireless dengan algoritma HTB yang pernah
dilakukan, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Mochammad Irfan dengan
judul Penerapan Bandwidth Management
menggunakan metode HTB (Hierachical
Token Bucket) di PT. Neuronworks
menjelaskan dalam implementasi kali ini
mengambil studi kasus di sebuah perusahaan
IT, yaitu PT. Neuronworks Indonesia. Dalam
perusahaan ini belum terdapat adanya
pengaturan bandwidth. Jadi setiap karyawan
dapat mendownload secara besar-besaran yang
mengakibatkan user lain bahkan direktur biasa

tidak mendapatkan jatah bandwidth. Agar
bandwidth
digunakan
sesuai
dengan
kebutuhan maka dari itu dibutuhkan
pembagian bandwidth. Dengan penggunaan
HTB tools dapat mengatasi dan pembatasan

ISSN: 1978-1520
beban pada pemakaian bandwidth internet
yang terdapat pada PT. Neuronworks sehingga
pemakaian
bandwidth
terbagi
secara
kebutuhan dan terkontrol.
Penelitian selanjutnya oleh Eno Tantra,
Tengku Ahmad Riza, dan Tedi Gunawan
dengan judul Implementasi Bandwidth

Management Dengan Menggunakan Metode
HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada
ClearOS di SMP Islam Terpadu Raudhatul
Jannah Cilegon. Penelitian ini dilakukan untuk
mengatasi lambatnya kecepatan internet yang
disebabkan karena banyaknya pengguna yang
mengakses internet secara bersamaan, hal ini
disebabkan karena pembagian bandwidth yang
kurang optimal. Dengan melakukan bandwidth
management menggunakan metode HTB pada
jaringan internet yang ada di SMPIT
Raudhatul bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Semua client akan mendapatkan
kuota bandwidth sesuai dengan rule yang
diterapkan pada bandwidth management.
2. METODE PENELITIAN
2.1

Jaringan Wireless
Jaringan

Wireless
merupakan
sekumpulan komputer yang saling terhubung
antara satu dengan lainnya sehingga terbentuk
sebuah
jaringan
komputer
dengan
menggunakan media udara/gelombang sebagai
jalur lintas datanya. Contoh penerapan dari
aplikasi wireless network adalah jaringan
nirkabel di perusahaan, kampus, atau mobile
communication seperti handphone.
Teknologi komunikasi data dengan tidak
menggunakan kabel untuk menghubungkan
antara client dan server. Secara umum
teknologi Wireless LAN hampir sama dengan
teknologi
jaringan
komputer

yang
menggunakan kabel (Wire LAN atau Local
Area Network). Teknologi Wireless LAN ada
yang menggunakan frekuensi radio untuk
mengirim dan menerima data untuk
mengurangi kebutuhan atau ketergantungan
hubungan melalui kabel. Sehingga pengguna
mempunyai mobilitas atau fleksibilitas yang
tinggi dan tidak tergantung pada suatu tempat
atau lokasi. Teknologi Wireless LAN juga
memungkinkan untuk membentuk jaringan
komputer yang mungkin tidak dapat dijangkau
oleh jaringan komputer yang menggunakan
kabel.

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

Risna, Isnawaty dan Sutardi IJCCSISSN: 1978-1520

Adapun pengertian lainnya adalah

sekumpulan standar yang digunakan untuk
Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area
Networks – WLAN) yang didasari pada
spesifikasi IEEE 802.11. Terdapat tiga varian
terhadap standard tersebut yaitu 802.11b atau
dikenal dengan WIFI (Wireless Fidelity),
802.11a (WIFI5), dan 802.11. Ketiga standard
tersebut biasa di singkat 802.11a/b/g. Versi
wireless LAN 802.11b memiliki kemampuan
transfer data dengan kecepatan tinggi [1].
Jaringan wireless memiliki beberapa
komponen penting yaitu [2]:
1. Access Point (AP)
Pada WLAN, alat untuk mentransmisikan
data
disebut
dengan Access
Point dan
terhubung dengan jaringan LAN melalui
kabel. Fungsi dari AP adalah mengirim dan

menerima data, sebagai buffer data antara
WLAN dengan Wired LAN, mengkonversi
sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal
digital yang akan disalurkan melalui kabel
atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain
dengan dikonversi ulang menjadi sinyal
frekuensi radio. Gambar 1 menunjukkan
access point.

Gambar 1 Access Point
Satu AP dapat melayani sejumlah user
sampai 30 user. Karena dengan semakin
banyaknya user yang terhubung ke AP maka
kecepatan yang diperoleh tiap user juga akan
semakin berkurang.



61

merk AP yang sama. Gambar 2 menunjukkan
jaringan menggunakan extension point.

Gambar 2 Jaringan Menggunakan Extension
Point
Komponen extension point adalah sebagai
berikut :
a. Antena
Antena
merupakan
alat
untuk
mentransformasikan sinyal radio yang
merambat pada sebuah konduktor menjadi
gelombang elektromagnetik yang merambat
diudara. Antena memiliki sifat resonansi,
sehingga antena akan beroperasi pada daerah
tertentu. Ada beberapa tipe antena yang dapat
mendukung implementasi WLAN, yaitu:
1) Antena Omnidirectional
Antena ini memiliki pola pancaran sinyal
ke segala arah dengan daya yang sama. Untuk
menghasilkan cakupan area yang luas, gain
dari
antena
omni
directional
harus
memfokuskan dayanya secara horizontal
(mendatar), dengan mengabaikan pola
pemancaran ke atas dan ke bawah, sehingga
antena dapat diletakkan di tengah-tengah base
station. Dengan demikian keuntungan dari
antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah
pengguna yang lebih banyak. Namun,
kesulitannya adalah pada pengalokasian
frekuensi untuk setiap sel dilakukan agar tidak
terjadi interferensi. Gambar 3 menunjukkan
antenna omnidirectional.

2. Extension Point
Untuk mengatasi berbagai masalah khusus
dalam topologi jaringan, designer dapat
menambahkan extension
point
untuk
memperluas cakupan jaringan. Extension point
hanya berfungsi layaknya repeater untuk client
di tempat yang lebih jauh. Syarat agar antara
access point dapat berkomunikasi satu dengan
yang lain, yaitu setting channel di masingmasing AP harus sama. Selain itu SSID
Gambardirectional
3 Antena Omnidirectional
2) Antena
(Service Set Identifier) yang digunakan juga
Antena ini mempunyai pola pemancaran
harus sama. Dalam praktek di lapangan
sinyal dengan satu arah tertentu. Antena ini
biasanya untuk aplikasi extension point
idealnya digunakan sebagai penghubung antar
biasanya dilakukan dengan menggunakan
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

Optimalisasi Jaringan Wireless dengan Menggunakan Analisis …

62


gedung atau untuk daerah yang mempunyai
konfigurasi cakupan area yang kecil seperti
pada lorong-lorong yang panjang. Gambar 4
menunjukkan antenna directional.

ISSN: 1978-1520
terhadap mekanisme transport jaringan fisik
yang digunakan, sehingga dapat digunakan di
mana saja.
TCP/IP dikembangkan sebelum model
OSI ada. Namun demikian lapisan-lapisan
pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya
dengan lapisan-lapisan OSI. Protokol TCP/IP
hanya dibuat atas lima lapisan saja: physical,
data link, network, transport dan application
[3]. Gambar 6 menunjukkan susunan protokol
TCP/IP dan model OSI.

Gambar 4 Antena Directional
b. Wireless LAN Card
WLAN Card dapat berupa PCMCIA
(Personal
Computer
Memory
Card
International Association), ISA Card, USB
Card atau Ethernet Card. PCMCIA digunakan
untuk notebook, sedangkan yang lainnya
digunakan pada komputer desktop. WLAN
Card ini berfungsi sebagai interface antara
sistem
operasi
jaringan client dengan
format interface udara ke AP. Khusus
notebook yang keluaran terbaru maka WLAN
Card-nya sudah menyatu didalamnya.
Sehingga tidak keliatan dari luar. Gambar 5
menunjukkan WLAN Card.

Gambar 5 WLAN Card
2.2

TCP/IP
TCP/IP
(Transmission
Control
Protokol/Internet Protocol ) adalah standar
komunikasi data yang digunakan oleh
komunitas internet dalam proses tukarmenukar data dari satu komputer ke komputer
lain di dalam jaringan Internet. Protokol
TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade
1970-an hingga awal 1980-an sebagai sebuah
protokol standar untuk menghubungkan
komputer-komputer dan jaringan untuk
membentuk sebuah jaringan yang luas
(WAN). TCP/IP merupakan sebuah standar
jaringan terbuka yang bersifat independen

Gambar 6 Susunan Protokol TCP/IP dan
Model OSI
Lapisan
aplikasi
pada
TCP/IP
mencakupi tiga lapisan OSI teratas
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.18
diatas,
khususnya pada
layer keempat,
Protokol TCP/IP mendefinisikan 2 buah
protokol yakni Transmission Control Protocol
(TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).
Sementara itu pada lapisan ketiga, TCP/IP
mendefiniskan
sebagai
Internetworking
Protocol (IP), namun ada beberapa protokol
lain yang mendukung pergerakan data pada
lapisan ini [3].
Internet Protocol (IP) adalah protokol
yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk
melakukan pengalamatan dan routing paket
data antar host-host di jaringan komputer
berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak
digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang
didefinisikan
pada
RFC
791
dan
dipublikasikan pada tahun 1981, tetapi akan
digantikan oleh IP versi 6 pada beberapa
waktu ke depan.
Protokol IP merupakan protokol utama
di dalam hierarki protocol TCP/IP. Data
akan dibawa oleh sebuah paket IP dari
satu titik ke titik lainya dalam suatu
jaringan. Protokol IP menggunakan metode
connectionless
yang
berarti
dalam
melakukan pengiriman data, protokol ini tidak

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page



Risna, Isnawaty dan Sutardi IJCCSISSN: 1978-1520

perlu membuat dan memelihara sebuah sesi
koneksi. Walaupun bertugas menyampaikan
data dari satu titik ke titik lainnya dalam
suatu jaringan protokol ini tidak menjamin
data benar-benar sampai pada tujuan, tapi hal
ini diserahkan kepada protokol pada lapisan
yang lebih tinggi, yakni protokol Transmission
Control Protocol (TCP) [3].
2.3

MikroTik
MikroTik merupakan suatu router OS
(Router Operating System) yaitu sistem
operasi atau software yang dapat digunakan
menjadi komputer router network yang handal
dengan berbagai fitur yang dibuat untuk
mengatur ip network dan jaringan wireless,
cocok digunakan oleh ISP dan provider
hotspot [4].
Sistem operasi MikroTik adalah sistem
operasi linux base yang digunakan sebagai
network router yang untuk memberikan
kemudahan dan kebebasan bagi penggunanya.
Pengaturan administrasinya dapat dilakukan
menggunakan Windows Application (WinBox).
Komputer yang akan dijadikan Router
MikroTik tidak memerlukan spesifikasi yang
tinggi, misalnya hanya sebagai gateway.
Tetapi jika MikroTik diguankan untuk
keperluan beban yang besar sebaiknya
menggunakan
spesifikasi
yang
cukup
memadai. Fitur-fitur MikroTik diantaranya :
Firewall & Nat, Hotspot, Routing, DNS
server, Point to Point Tunneling Protocol,
Hotspot, DHCP server, dan sebagainya.

2.4

63

menggunakan IP Public, NAT biasanya
dibenamkan dalam sebuah router, NAT juga
sering digunakan untuk menggabungkan atau
menghubungkan dua jaringan yang berbeda,
menterjemahkan IP Private atau bukan IP
Public dalam jaringan internal ke dalam
jaringan yang legal network sehingga memiliki
hak untuk melakukan akses data dalam sebuah
jaringan. Keuntungan dari Network Address
Translation (NAT) yaitu:
a. Mengurangi terjadinya duplikasi IP address
pada jaringan
b. Menghindari proses pengalamatan kembali
pada saat jaringan berubah
c. Menghemat IP legal yang diberikan oleh
ISP (Internet service provider)
d. Meningkatkan fleksibilitas untuk koneksi
ke internet
2.5

Bandwidth
Secara umum pengertian bandwidth
adalah perbedaan angka antara komponen
sinyal berfrekuensi rendah dan sinyal
berfrekuensi tinggi atau dapat juga disebut
lebar dari cakupan frekuensi yang digunakan
sinyal di dalam sebuah medium transmisi.
Selain itu, secara umum bandwidth dapat juga
diartikan sebagai jumlah data yang dapat
dikirimkan melalui saluran komunikasi dalam
jangka waktu tertentu [5].
Dalam jaringan komputer, pengertian
bandwidth adalah jumlah data yang dapat
dibawa dari satu titik ke titik lain dalam jangka
waktu tertentu (biasanya menggunakan satuan
detik) atau lebih sederhananya dapat diartikan
dengan besaran volume informasi yang dapat
ditangani persatuan waktu. Jenis bandwidth
biasanya dinyatakan dalam bit (data) per detik
(bps).
Bandwidth akan dialokasikan ke
komputer dalam jaringan
dan akan
mempengaruhi kecepatan transfer data pada
jaringan komputer tersebut sehingga semakin
besar bandwidth pada jaringan komputer maka
semakin cepat pula kecepatan transfer data
yang dapat dilakukan oleh client maupun
server. Pada sebuah jaringan komputer
bandwidth terbagi menjadi 2 yaitu bandwidth
digital dan bandwidth analog. Berikut adalah
penjelasan masing-masing bandwidth tersebut:

Network Address Translation
NAT (Network Address Translation)
atau penafsiran alamat jaringan adalah suatu
metode untuk menghubungkan lebih dari
satu komputer ke jaringan internet dengan
menggunakan satu alamat IP. Banyaknya
penggunaan metode ini disebabkan karena
ketersediaan alamat IP yang terbatas,
kebutuhan akan keamanan (security), dan
kemudahan
serta
fleksibilitas
dalam
administrasi jaringan.
NAT merupakan salah satu protocol
dalam
suatu
sistem
jaringan,
NAT
memungkinkan suatu jaringan dengan IP atau
internet protocol yang bersifat private atau
private IP yang sifatnya belum teregistrasi di
jaringan
internet
untuk mengakses jalur
1. Bandwidth Digital
internet, hal ini berarti suatu alamat IP
Bandwidth digital adalah jumlah atau
dapat mengakses
internet
dengan
volume uatu data (dalam satuan bit per
menggunakan IP Private atau bukan
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

64

Optimalisasi Jaringan Wireless dengan Menggunakan Analisis …


detik/bps) yang dapat dikirimkan melalui
sebuah saluran komunikasi tanpa adanya
distorsi.
2. Bandwidth Analog
Bandwidth analog merupakan perbedaan
antara frekuensi terendah dan frekuensi
tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang
diukur dalam satuan Hz (hertz) yang dapat
menentukan banyaknya informasi yang dapat
ditransmisikan dalam setiap detik.
2.6

Metode Hierarchial Token Bucket
Hierarchical Token Bucket (HTB)
adalah kelas yang berbasis queue discipline
(qdisc), yang mampu mengantri paket sesuai
urutan dan waktu yang tertulis dalam sebuah
algoritma. HTB ditulis oleh Martin Devera
dengan sekumpulan konfigurasi yang lebih
sederhana dibanding teknik
class Based
Queue (CBQ). Secara konseptual, HTB
adalah sejumlah token bucket yang disusun
dalam suatu
hirarki. Secara sederhana,
algoritma ini menawarkan kemudahan
pemakaian dengan teknik peminjaman dan
implementasi pembagian trafik yang lebih
akurat [6].
Metode hierarchical token bucket
mampu melakukan pembagian trafik yang
lebih akurat. Teknik antrian HTB mirip
dengan
teknik
pada
CBQ.
Hanya
perbedaannya terletak pada opsi, dimana pada
HTB opsi yang digunakan jauh lebih sedikit
dalam konfigurasinya, serta lebih efisien
dalam penggunaannya. Teknik antrian HTB
memberikan fasilitas pembatasan trafik pada
setiap level ataupun klasifikasinya, sehingga
bandwidth yang tidak terpakai dapat
digunakan oleh klasifikasi lain yang lebih
rendah. HTB mempunyai parameter yang
penyusunan dalam antrian yaitu:
a. Rate
Parameter rate menetukan bandwidth
maksimum yang dapat digunakan oleh setiap
class, jika bandwidth melebihi nilai “rate”,
maka paket data akan dipotong atau dijatuhkan
(drop).
b. Ceil
Parameter ceil di-set untuk menetukan
peminjaman bandwidth antar class (kelas),
peminjaman bandwidth dilakukan kelas paling
bawah ke kelas di atasnya. Teknik ini disebut
link sharing.

ISSN: 1978-1520
c. Random Early Detection (RED)
Random Early Detection atau Random
Early Drop biasanya digunakan untuk
gateway/router backbone dengan tingkat trafik
yang sangat tinggi. RED mengendalikan trafik
jaringan sehingga terhindar dari kemacetan
pada saat trafik tinggi berdasarkan pemantauan
perubahan nilai antrian minimum dan
maksimum. Jika isi antrian dibawah nilai
minimum, maka mode ‘drop’ tidak berlaku,
saat antrian mulai terisi hingga melebihi nilai
maksimum, maka RED akan membuang
(drop) paket data secara acak sehingga
kemacetan pada jaringan dapat dihindari.
Teknik antrian HTB memberikan fasilitas
pembatasan trafik pada setiap level maupun
klasifikasi. Bandwidth yang tidak terpakai
bisa digunakan oleh klasifikasi yang lebih
rendah. HTB juga dapat dilihat seperti suatu
struktur organisasi dimana pada setiap bagian
memiliki wewenang dan mampu membantu
bagian lain yang memerlukan. Teknik antrian
HTB cocok diterapkan pada perusahaan
dengan b any ak struktur organisasi. Gambar 7
menunjukkan ilustrasi dalam HTB.

Gambar 7 Ilustrasi Dalam HTB
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi merupakan tahap dimana
sistem siap dioperasikan. Spesifikasi hardware
dan software yang digunakan dalam
implementasi adalah sebagai berikut:
1.
Hardware yang dibutuhkan:
a. 3 buahKomputer
b. Router MikroTik RB9141-2nD-Tc
2.
Software yang dibutuhkan:
a. Sistem operasi Windows 7
b. WinBox
c. Wireshark
Gambar
8
menunjukkan
model
arsitektur jaringan yang digunakan dalam
penelitian.

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page



Risna, Isnawaty dan Sutardi IJCCSISSN: 1978-1520

65

banyak menghasilkan waktu tunda antara
menggunakan
HTB
pada
manajemen
bandwidth
dengan tidak
menggunkan
menggunakan HTB.
Analisa data menggunakan aplikasi
wireshark di lakukan pada saat client
melakukan aktivitas browsing, streaming, dan
download baik sebelum menggunakan HTB
maupun tidak menggunakan HTB. Tabel 2
menunjukkan rata-rata delay yang diperoleh
tanpa menggunakan HTB:
Tabel 2 Rata-Rata Delay Tanpa HTB
Gambar 8
Digunakan

Arsitektur

Jaringan

Yang

Dalam pengujian parameter ini,
dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara
lebih akurat kualitas kecepatan bandwidth
sebelum dan setelah menggunakan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) dalam
bandwidth management. Parameter yang dicari
adalah Delay, Jitter, Throughput, dan Packet
Loss. Pengujian dilakukan oleh client
menggunakan aplikasi Wireshark yang mana
dalam data akan muncul secara otomatis
setelah melakukan proses analisa. Hasil data
uji yang didapatkan akan disajikan dalam
bentuk tabel untuk kemudian disimpulkan
dengan grafik.
Tabel 1 menunjukkan data yang diperoleh
dari
hasil
pengamatan
menggunakan
Wireshark.
Tabel 1 Delay Detik 1-10
Detik ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Variasi
delay

Tanpa
Menggunakan
HTB
0,268709
1,202722
3,151416
4,897881
6,124455
11,998029
12,046267
13,306776
15,127096
16,130853
84,254204

Dengan
Menggunakan
HTB
0,009432
0,126296
0,535603
0,996679
1,245242
1,339663
1,515490
1,665822
1,718217
2,227216
11,37966

15,862144

2,217784

Parameter yang
dihitung
Total packet yang
diterima
Total delay
Rata-rata delay

Nilai yang diperoleh
457 packet
84,254204 s
184,363 ms

Tabel 3 menunjukkan rata-rata delay yang
diperoleh dengan menggunakan HTB:
Tabel 3 Rata-Rata Delay Dengan HTB
Parameter yang
dihitung
Total packet yang
diterima
Total delay
Rata-rata delay

Nilai yang diperoleh
6134 packet
11,37966 s
1,855 ms

Dari pengujian yang telah dilakukan,
didapatkan nilai delay yang berbeda antara
manajemen bandwidth sebelum dan setelah
menggunakan metode HTB, untuk manajemen
bandwidth sebelum menggunakan HTB adalah
184,363 ms, dan setelah menggunakan HTB
adalah 1,855 ms. Dari pengujian yang telah
dilakukan delay pada manajemen bandwidth
tanpa menggunakan HTB lebih besar
dibandingkan setelah menggunakan HTB, hal
itu dikarenakan sudah dilakukan pengaturan
bandwidth secara terkontrol yang setiap client
sudah mendapatkan jatah bandwidth masingmasing sehingga delay dengan menggunakan
HTB lebih kecil.
2. Pengujian Jitter
Jitter
diuji
untuk
mengetahui
perbandingan kecepatan pengiriman data
antara client yang menggunakan HTB maupun
yang tidak menggunakan metode antrian
Hierarchical token bucket (HTB).

1. Pengujian Delay
Dalam penelitian kali ini, delay di uji
untuk membandingkan yang mana lebih
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

Optimalisasi Jaringan Wireless dengan Menggunakan Analisis …

66


Tabel 4 menunjukkan rata-rata jitter yang
diperoleh tanpa menggunakan HTB:

ISSN: 1978-1520
Tabel 7 menunjukkan rata-rata troughput
yang diperoleh dengan menggunakan HTB:

Tabel 4 Rata-Rata Jitter Tanpa HTB

Tabel 7 Rata-Rata Troughput Dengan HTB

Parameter yang
dihitung
Total packet yang
diterima
Total variasi delay
Jitter

Nilai yang diperoleh
457 packet
15,862144 s
34,785 ms

Tabel 5 menunjukkan rata-rata jitter yang
diperoleh dengan menggunakan HTB:
Tabel 5 Rata-Rata Jitter Dengan HTB
Parameter yang
dihitung
Total packet yang
diterima
Total variasi delay
Jitter

Nilai yang diperoleh
6134 packet
2,217784 s
0,361 ms

Dari pengujian yang telah dilakukan,
diperoleh nilai jitter pada manajemen
bandwidth sebelum menggunakan HTB lebih
besar dibandingkan setelah menggunakan
metode
HTB,
untuk
jitter
sebelum
menggunakan HTB adalah 34,785 ms, dan
setelah menggunakan HTB adalah 0,361 ms.
Dari pengujian yang telah dilakukan
manajemen bandwidth setelah menggunakan
lebih bagus dari pada tidak menggunakan
HTB.
Hal
ini
dikarenakan
dengan
menggunakan HTB transfer data lebih cepat
karena bandwidth setiap client sudah terbagi
secara rata.
3. Pengujian Troughput
Throughput adalah kecepatan (rate)
transfer data efektif, yang diukur dalam bps.
Throughput
merupakan
jumlah
total
kedatangan paket yang sukses yang diamati
pada destination selama interval waktu tertentu
dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
Tabel 6 menunjukkan rata-rata troughput yang
diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Tabel 6 Rata-Rata Troughput Tanpa HTB
Parameter yang
dihitung
Packet data yang
diterima
Lama pengamatan
Throughput

Nilai yang diperoleh
19082 packet
136,304 s
1,119 kbps

Parameter yang dihitung
Packet data yang diterima
Lama pengamatan
Throughput

Nilai yang diperoleh
5636123 packet
140,568 s
320,762 kbps

Dari pengujian yang telah dilakukan,
diperoleh nilai throughput untuk manajemen
bandwidth dengan metode HTB maupun yang
tidak menggunakan metode HTB. Pada
manajemen bandwidth tanpa HTB diperoleh
throughput sebesar 1,119 kbps, sedangkan
pada manajemen bandwidth dengan HTB
diperoleh throughput sebesar 320,762 kbps.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode antrian HTB
maka throughput yang dihasilkan akan
semakin besar karena kecapatan data semakin
meningkat akibat tidak adanya rebutan
bandwidth dari setiap client.
4. Pengujian Packet Loss
Packet loss adalah jumlah paket data yang
hilang per detik. Packet loss dapat disebabkan
oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan
signal dalam media jaringan, melebihi batas
saturasi jaringan, paket yang corrupt yang
menolak untuk transit, dan kesalahan
perangkat
keras
jaringan.
Tabel
8
menunjukkan rata-rata packet loss yang
diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Tabel 8 Rata-Rata Packet Loss Tanpa HTB
Parameter yang
dihitung
Paket data yang dikirim
Paket data yang
diterima
Packet Loss

Nilai yang diperoleh
457 packet
272 packet
0,6801 %

Tabel 9 menunjukkan rata-rata packet loss
yang diperoleh dengan menggunakan HTB:
Tabel 9 Rata-Rata Packet Loss Dengan HTB
Parameter yang
dihitung
Paket data yang dikirim
Paket data yang
diterima
Packet Loss

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

Nilai yang diperoleh
6134 packet
3616 packet
0,6963 %



Risna, Isnawaty dan Sutardi IJCCSISSN: 1978-1520

Dari pengujian yang telah dilakukan, telah
diperoleh nilai packet loss untuk manajemen
bandwidth tanpa menggunakan HTB yaitu
0,6801 % dan dengan menggunakan metode
antrian HTB juga diperoleh 0,6963 %. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama
proses pengiriman data yang dilakukan server
ke client antara kedua hasil penelitian tidak
jauh berbeda. Hal ini dikarenakan protokol
yang digunakan adalah TCP yang memiliki
kemampuan untuk pengecekan paket data
yang hilang ataupun rusak dan mengirimnya
kembali.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa besar delay dan jitter pada
manajemen bandwidth dengan menggunakan
metode antrian HTB lebih kecil dibandingkan
tanpa menggunakan HTB hal ini dikarenakan
kecepatan transfer data dengan menggunakan
HTB lebih cepat karena sudah dilakukan
pengaturan bandwidth dari setiap client
sehingga tidak adannya rebutan bandwidth
yang dapat mengakibatkan lambatnya suatu
pengiriman data antar server dan client. Pada
perbandingan throughput antara kecepatan
yang tidak menggunakan HTB dengan yang
tidak menggunakan HTB, dapat dilihat bahwa
thoughput ketika menggunakan HTB lebih
besar hal ini dikarenakan pengiriman data
dengan HTB lebih cepat sehingga jumlah data
yang dikirim per satuan waktu pun lebih besar.
Paket loss antara kecepatan transfer tanpa
menggunakan
HTB
dengan
tidak
menggunakan HTB hampir sama karena
protocol yang digunakan adalah TCP yang
memiliki kemampuan untuk pengecekan paket
data yang hilang ataupun rusak dan
mengirimnya kembali.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan selama perancangan sampai analisa
perbandingan QoS pada kecepatan download
tanpa mengguankan metode antrian HTB dan
dengan menggunakan metode Hierarchical
Token Bucket (HTB), maka disimpulkan :
a. Delay dan jiiter pada manajemen
bandwidth dengan menggunakan metode
antian HTB lebih kecil dibandingkan tidak
menggunakan HTB.
b. Throughput pada manajemen bandwidth
dengan menggunakan metode antrian HTB

67

lebih besar daripada tidak menggunakan
HTB.
c. Packet loss antara manajemen bandwidth
tanpa menggunakan HTB dengan tidak
menggunakan HTB hampir sama.
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat
bahwa
kualiatas
jaringan
dengan
menggunakan
metode
antrian
HTB
(Hierarchical Token Bucket) lebih optimal, hal
ini
dikarenakan
semua
client
akan
mendapatkan kuota bandwidth sesuai dengan
rule yang diterapkan pada bandwidth
management.
5. SARAN
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu
diharapkan dapat dikembangkan dengan
menambahkan pengujian parameter QoS yang
lain. Untuk pengujian ini dibutuhkan koneksi
internet yang stabil agar didapatkan hasil yang
maksimal dan akan terihat lebih jelas
perbedaan
sebelum
dan
sesudah
menggunakan metode HTB.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Tantra, E., Tengku Ahmad Riza, dan
Tedi Gunawan. 2012. Implementasi
Bandwidth
Management
Dengan
Menggunakan
Metode
HTB
(Hierarchical
Token Bucket) Pada
ClearOS di SMP Islam Terpadu
Raudhatul Jannah Cilegon. Bandung.

[2]

Mulyanta, E. S., 2005. Pengenalan
Protokol Jaringan Wireless Komputer.
C.V. Andi Ofset. Yogyakarta.

[3]

Purbo, W. O., Adnan Basalamah, Ismail
Fahmi, dan Achmad Husni Thamrin.
2000. TCP/IP. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

[4]

Handriyanto, D.F., 2009. Kajian
Penggunaan Mikrotik Router OS
sebagai
Router
pada
Jaringan
Komputer. Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Sriwijaya

[5]

Nugroho, A. H., 2011. Analisa
Management Bandwidth Menggunakan

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

68

Optimalisasi Jaringan Wireless dengan Menggunakan Analisis …



ISSN: 1978-1520
OS Mikrotik Pada Cv Yudha Pratama
Tangerang.

[6]

Wijaya, A. I. dan Budi Handoko. 2013.
Manajemen Bandwidth Dengan Metode
HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada
Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
Semarang.

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page