T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Standar Perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga T2 BAB II
Bab II Tinjauan Pustaka
1.1 Pengertian Perpustakaan
Darmono (2007) menulis bahwa secara sederhana
pengertian
perpustakaan
adalah
salah
satu
bentuk
organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai
informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat
dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat)
dalam
upaya
mengembangkan
kemampuan
dan
kecakapannya. Dengan demikian perpustakaan tidak hanya
menyimpan bahan buku, tetapi juga bahan cetak lainnya
seperti majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau
naskah,
dan
Sedangkan
lembaran
karya
musik
rekam
(Prastowo,
yang
dapat
2012:42).
disimpan
di
perpustakaan yaitu berupa karya media audio visual seperti
film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti
mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam atau micro-opaque
(Prastowo, 2012:42).
Suwarno (2010) menulis perpustakaan
merupakan
agen perubahan (agent of change), pembangunan, budaya
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Perpustakaan
disimpan
dan
merupakan
tempat
tempat
embrio
berbagai
intelektual
infomasi
diciptakan.
Menurut Suwarno (2010) perpustakaan telah mengalami
perubahan
fungsi,
yang
dulu
hanya
sebagai
tempat
menyimpan buku saja, kini menjadi sumber daya informasi
dalam arti tempat pengguna (user) mampu menciptakan lagi
sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan orang lain.
Perpustakaan, menurut Saleh dan Komalasari (2010),
merupakan tempat atau deposit ilmu, sumber infotrmasi
penting yang dapat menguak sejarah masa lalu dan dapat
dijadikan dasar menyusun perencanaan dan pemelitian
untuk masa mendatang. Pendapat Suwarno, Saleh dan
Komalasari
menunjukkan
bahwa
perpustakaan
telah
mengalami perkembangan fungsi, tidak hanya menjadi
penyimpan buku saja, namun diharapkan dapat menjadi
agen perubahan sekaligus sebagai deposit ilmu maupun
sebagai sumber informasi.
2.2 Perpustakaan Sekolah
Salah satu jenis perpustakaan yang juga diharapkan
menjadi agen perubahan dan sumber
informasi
adalah
perpustakaan sekolah. Undang-Undang no 43 tahun 2007
pasal
23
ayat
1
mengamanatkan
sekolah/madrasah
perpustakaan
wajib
yang
bahwa
setiap
menyelenggarakan
memenuhi
standar
nasional
perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
pendidikan.
Menurut
merupakan
Basuki
(
perpustakaan
2010),
yang
perpustakaan
berada
di
sekolah
sekolah
di
berbagai tingkatan dengan tujuan dan program yang
berbeda sesuai dengan tingkatannya. Sesuai dengan judul
penelitian ini tujuan dan program perpustakaan di sekolah
dasar lebih diarahkan untuk membantu siswa belajar
membaca dan mengenal berbagai macam buku sehingga
bangkit minatnya untuk mencintai buku.
Carteer V Good, seperti yang dikutip Bafadal (2009)
dalam Prastowo (2012), menyatakan bahwa perpustakaan
sekolah merupakan koleksi yang diorganisasi di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan
guru (halaman 44). Lebih lanjut Prastowo menyatakan
bahwa perpustakan sekolah sarana penunjang pendidikan
di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik
berupa buku maupun bukan buku.
Menurut
Sinaga
(2011)
dalam
Prastowo(2012)
perpustakaan sekolah merupakan sarana pendidikan yang
turut menentukan pencapaian tujuan yang ditentukan.
Selain itu perpustakaan bertindak sebagai pelestari ilmu
pengetahuan dan sebagai sumber bahan pendidikan yang
akan
diwariskan
kepada
generasi
yang
lebih
muda
(Prastowo,2012:45).
Prastowo (2012 ) menyimpulkan perpustakaan sekolah
adalah
“sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa
kumpulan bahan pustaka,baik berupa buku-buku
maupun bukan buku....yang diorganisasi secara
sistematis dalam suatu ruang sehingga dapat
membantu murid-murid dan guru dalam proses
pembelajaran....perpustakaan turut serta dalam
menyuseskan pencapaian tujuan lembaga pendidikan
yang menaunginya”
Menurut
Novriliam(2005:4)
dan
Prastowo
(2012)
perpustakaan sekolah memiliki empat fungsi umum, yaitu:
a. Fungsi edukatif, segala fasilitas dan sarana yang
terdapat
dalam
perpustakaan
dapat
membantu
peserta didik belajar secara mandiri,baik secara
individual
maupun
kelompok,
memperoleh
kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep
pengetahuan.
b. Fungsi
informatif,perpustakaan
diharapkan
dapat
memberikan informasi kepada guru maupun peserta
didik melalui koleksi yang dimilikinya baik berupa
buku maupun non buku.
c. Fungsi kreasi, perpustakaan menyediakan koleksi
yang
rekreatif
menghibur
sehingga
perpustakaan
pembacanya.Koleksi
yang
dapat
rekreatif
diharapkan dapat memunculkan ide-ide baru yang
bermanfaat bagi pengembangan daya kreasi para
pemakai perpustakaan sekolah.
d. Fungsi riset, koleksi perpustakaan sekolah dapat
dijadikan bahan untuk membantu dilaksanakannya
penelitian sederhana. Para peserta didik dan guru
dapat
mengumpulkan
bahan
dan
data
untuk
kepentingan penelitian.
e. Fungsi tanggung jawab administrasi, perpustakaan
melatih peserta didik bertanggung jawab dan terlatih
bersikap dan bertindak secara administrasi (Prastowo,
Andi, 2012:54-58)
f. Fungsi
kultural.
perpustakaan
Makna
memiliki
menyediakan
bahan
kebudayaan
daerah,
dari
dan
pustaka
fungsi
ini
adalah
menyediakan
yang
kebudayaan
dan
menyajikan
suatu
bangsa
maupun kebudayaan antar bangsa.( Saleh, Abdul
Rahman dan KomalasaRi, Rita :2010)
Sementara itu menurut Cella (2012) manfaat dari
keberadaan perpustakaan sekolah adalah 1) merangsang
minat baca baik pada guru dan siswa, 2) merupakan
sumber
literatur
yang
paling
dekat,
3) pusat
sumber
informasi, dan 4)sumber pembelajaran.
Perpustakaan sebagai sumber belajar diatur dalam UU
Sistem
Pendidikan
Nasional
nomor
20
tahun
2003
walaupun tidak secara khusus.Perpustakaan sebagai pusat
sumber
belajar
diatur
di
dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan tentang Standar Pendidikan yaitu, Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi, Lulusan, Standar
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan,
Standar
Sarana
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.
Di
dalam
mencapai
Standar
target
Isi
peserta
akademis
yang
didik
diharapkan
diharapkan
dengan
memunjukkan sikap sebagai pembelajar yang mandiri.
Dalam
hal
ini
diharapkan
peserta
didik
memperoleh
pengalaman belajar melalui pembiasaan dengan mencari
sendiri berbagai informasi atau pengetahuan lebih lanjut
dari berbagai sumber belajar (Permendiknas no 22 tahun
2006).
Standar Proses menyatakan bahwa sumber belajar
harus dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan secara
tepat. Guru
diharapkan menggunakan buku panduan,
buku pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lain
selain buku pelajaran secara tepat dalam pembelajaran
untuk membantu dan memotivasi peserta didik. Selain buku
teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru,
buku
pengayaan, buku
referensi
dan
sumber
belajar
lainnya. Selain itu guru diharapkan membiasakan peserta
didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain
yang
ada
di
perpustakaan
sekolah/madrasah
(Permendiknas no 41 tahun 2007).
Standar Kompetensi Lulusan menetapkan peserta didik
memperlihatkan
kemajuan
mandiri.
Diharapkan
kegiatan
belajar
pemecahan
memperoleh
yang
sebagai
pembelajar
yang
keterlibatan
peserta
didik
berkaitan
dengan
analisis
masalah-masalah
pengalaman
kompleks.
belajar
Peserta
melalui
dalam
dan
didik
program
pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih
lanjut dari berbagai sumber belajar (Permendiknas no 23
tahun 2006).
Standar
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan
menyatakan jumlah tenaga kependidikan harus memenuhi
standar. Tenaga kependidikan yang dimaksud salah satunya
adalah pengelola perpustakaan (Permendiknas nomor 25
tahun 2008).
Standar Sarana Prasarana mengatur tentang ruang
perpustakaan berkaitan dengan luas ruangan, ventilasi dan
kelengkapan ruang perpustakaan (Permendikns nomor 2004
tahun 2007).
Sedangkan Standar Pengelolaan menetapkan indikator:
sekolah meningkatkan keefektifan kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan dan pengembangan profesi pendidik
dan tenaga kependidikan. Pada indikator ini sekolah/
madrasah
dituntut
menyusun
program
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan
memperhatikan standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
di antaranya adalah tenaga perpustakaan yang dituntut
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan
pengelolaan sumber belajar diperpustakaan (Permendiknas
19 tahun 2007).
Standar
Pembiayaan
mengatur
sekolah
diwajibkan
menyusun Rencana Anggaran Belanja (RAB) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan
–penulis), pengembangan sumberdaya manusia (termasuk
tenaga perpustakaan –penulis) dan modal kerja tetap
(gedung,
kendaraan,
nomor 69 tahun 2009).
sarana
prasarana)
(Permendiknas
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan memiliki peran sentral dalam memajukan
peserta didik yaitu dalam perannya sebagai pusat sumber
belajar. Perpustakaan sekolah, sebagai salah satu Pusat
Sumber Belajar, dalam peran dan kedudukannya sebagai
bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tujuan
sebagai berikut (Sulistia, 2010):
a. Membantu
dan
memperkuat
tujuan
pendidikan
sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum
sekolah
b. Mengembangkan dan memperkuat kebiasaan dan
kegemaran membaca dan belajar para murid serta
penggunaan perpustakaan sepanjang hayat,
c. Memberikan
kesempatan
untuk
memperoleh
pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan
informasi untuk pengetahuan, pemahaman, imajinasi
dan keceriaan.
d. Membantu
murid
dalam
pembelajaran
dan
ketrampilan menilai serta menggunakan informasi,
dengan tidak memandang bentuk, format atau media,
termasuk kepekaan pada modus komunikasi dengan
komunitas.
e. Menyediakan
akses
ke
sumber
informasi
lokal,
regional, nasional dan global serta kesempatan yang
mengekspose pada gagasan, pengalaman dan opini
yang beraneka ragam.
f. Mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesadaran
dan kepekaan cultural dan sosial.
g. Bekerja sama dengan murid, guru, pimpinan sekolah
serta orang tua untuk mencapai misi sekolah.
h. Memaklumatkan konsep bahwa kebebasan intelektual
dan akses ke informasi merupakan hal penting bagi
terbentuknya warganegara yang bertanggung jawab
dan
partisipasi
dalam
alam
demokrasi;
mempromosikan kebiasaan membaca, sumber serta
jasa perpustakaan sekolah kepada seluruh komunitas
dan komunitas di luar sekolah (Sulistia :2010)
2.3. Tinjauan Pengembangan Perpustakaan
Keberadaan
keberadaan
perpustakaan
buku
atau
tidak
bahan
terlepas
dari
pustaka.Filsafat
kepustakawanan tidak dapat dilepaskan dari filsafat buku
atau bahan perpustakaan.Butler (1961) menyatakan buku
adalah suatu bentuk mekanisme sosial dalam melestarikan
memori
umat
manusia.Sedangkan
perpustakaan
merupakan perangkat sosial mengalihkan memori itu ke
dalam
kesadaran
setiap
pribadi
(Naskah
Akademis,2006:2012)
Tinjauan
filosofi
didasarkan
atas
pengembangan
hakekat
bahwa
perpustakaan
rekaman
memori
masyarakat bangsa Indonesia harus diteruskan kepada
setiap
warga
negara.Diharapkan
setiap
warga
negara
menggunakan akumulasi rekaman memori sebagai materi
pembelajaran sepanjang hayat(Naskah Akademis,2006:13).
Dasar
Indonesia
filosofis
pengembangan
perpustakaan
di
adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Amanat dari UUD 1945 yang secara jelas terkait
dengan bidang perpustakaan adalah bagian Pembukaan,
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu
tujuan nasional (Naskah Akademis Perpustakaan, 2006).
Bagian-bagian khusus dari UUD 1945 yang mendasari
Undang-undang Perpustakaan antara lain: (1) pasal 28
tentang hak asasi manusia, khususnya huruf f yang terkait
dengan hak untuk komunikasi dan memperoleh informasi;
(2) pasal 31 tentang pendidikan, yang telah dijabarkan lebih
rinci melalui UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (3) pasal 31 ayat 5 tentang kewajiban
pemerintah untuk memajukan Iptek, yang telah dijabarkan
antara lain melalui
Nasional
UU No 18/2002 tentang Sistem
Penelitian;
dan
(4)
pasal
32
tentang
kebudayaan.Sedang ketetapan MPR yang terkait antara lain
Ketetapan MPR Nomor 17/1998, pasal 21, bahwa: “Setiap
orang
berhak
untuk
mencari,
memperoleh,
memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
Tinjauan
historis
tentang
pengembangan
sistem
nasional untuk perpustakaan di Indonesia dapat dicermati
pada
antara
lain
berupa
laporan
dan
rekomendasi
Konsultan-konsultan Perpustakaan dari UNESCO seperti
Dunningham (1968),
Bryan (1972), Ward
(1975), dan
penelitian Soemardjan (1977) yang menghasilkan Laporan
dan Rekomendasi tentang Sistem Nasional Perpustakaan dan
Perpustakaan
Nasional
Indonesia,
serta
diterbitkannya
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0103/0/1981 tanggal 11 Maret 1981 tentang Pokok-pokok
Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di
Indonesia.
Keputusan
pengembangan
sistem
dimaksudkan
nasional
sebagai
landasan
perpustakaan
yang
mencakup pengembangan dan pembinaan berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia. Dengan sistem yang secara
nasional mengatur berbagai jenis komponen dan pola
keterkaitan antar komponen perpustakaan di diharapkan
dapat diciptakan dan ditumbuh-kembangkan berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia yang tetap memenuhi standar
mutu dan profesionalisme kepustakawanan.
2.4 Kerangka Berpikir
Penelitian ini merupakan pengembangan perpustakaan
sekolah.
Sebelum
sampai
pada
pembahasan
tersebut,
terlebih dahulu akan diuraian teori dan pemikiran yang
mendasari pengembangan perpustakaan sekolah. Dasar
pemikiran pengembangan perpustakaan sekolah ditulis
berdasarkan
Naskah
Akademis
Perpustakaan.
Dalam
Naskah akademis tidak diuraikan secara eksplisit tentang
perpustakaan sekolah, namun lebih kepada perpustakaan
dan kepustakawanan Indonesia. Mengingat perpustakaan
sekolah merupakan bagian dari perpustakaan Indonesia,
maka dasar pemikiran dan teori yang digunakan dalam
pengembangan perpustakaan nasional juga dapat dijadikan
dasar teori dalam pengembagan perpustakaan sekolah.
Dengan demikian apabila dalam uraian di bawah ini tertulis
tentang perpustakaan maka, yang dimaksud di dalamnya
termasuk perpustakaan sekolah.
Menurut
keberadaan
perpustakaan
naskah
dan
akademis
kegunaan
dalam
hidup
bahan
UU
Perpustakaan,
perpustakaan
keseharian
dan
masyarakat
Indonesia haruslah mempunyai dasar filosofis yang benar
dan kuat. Sumber falsafah dan dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 tujuan kemerdekaan Bangsa Indonesia tertulis:
... membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial ...
Untuk
mewujudkan
tujuan
kemerdekaan
bangsa
Indonesia, dimulai dengan melakukan upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hidup bangsa yang cerdas hanya akan
diwujudkan apabila setiap warga negara juga memiliki
hidup yang cerdas. Kecerdasan tiap warganegara dicapai
dengan adanya kemampuan dan kemauan belajar. Kegiatan
belajar dapat dilakukan secara formal maupun non formal.
Selain itu, kegiatan belajar sebenarnya juga dilakukan
dalam
menempuh
perjalanan
hidup
masing-masing
individu. Seseorang dapat belajar dari hidupnya, hidup
sesamanya
dan
dari
kehidupan
lingkungannya,
baik
lingkungan alam maupun sosialnya. Manusia dianjurkan
untuk belajar sepanjang hayat yang dibutuhkan untuk
mewujudkan
masyarakat
pembelajar
(learning
society).
Pemerintah memilki kewajiban untuk menyediakan fasilitas
agar warganegara dapat mencapai tujuan tersebut. Salah
satu
faslitias
yang
diperlukan
untuk
mewujudkan
masyarakat pembelajar adalah perpustakaan, di mana
melalui perpustakaan warganegara dapat belajar.
Naskah akademis Perpustakaan menyatakan bahwa
perpustakaan merupakan suatu institusi sosial, atau juga
suatu
sistem
sosial.
Sebagai
sebuah
sistem
sosial,
perpustakaan adalah interaksi antar anggota masyarakat
yang diproduksi dan direproduksi secara terus menerus
sehingga terpola dan terlihat sebagai kegiatan rutin. Dalam
interaksi ini, anggota-anggota masyarakat memanfaatkan
tata-aturan dan sumberdaya yang adalah struktur sosial
(hal 23).
Perpustakaan sebagai suatu sistem sosial, di dalamnya
terkandung interaksi berbagai pihak yang terus menerus.
Untuk
melakukan
komunikasi,
penerapan
interaksi
penggunaan
sanksi
diperlukan
kegiatan
kekuasaan/wewenang
sosial.
Untuk
dapat
serta
melaksanakan
kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan yaitu adanya:
a. Skema interpretasi, yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkepentingan melakukan komunikasi satu
sama lain.
b. Alokasi sarana, yang memungkinkan pihak yang
berinteraksi
dapat
mencapai
tujuannya
maupun
tujuan bersama,serta menentukan struktur hubungan
dominasi antar mereka.
c. Norma-norma diperlukan untuk kepastian legitimasi
berbagai pihak yang berinteraksi (Naskah Akademis,
2006, hal .23).
Perpustakaan
sebagai
institusi
dan
sistem
sosial
dipengaruhi oleh pemikiran Giddens (1984) dalam Teori
Strukturasi. Menurut Gidden (1984), ada dua hal utama
yang membentuk masyarakat, yaitu struktur masyarakat itu
dan aktor (gen) yang berupa individu yang terdapat dalam
masyarakat. Struktur sosial adalah tata-aturan (rules) dan
sumberdaya
(resources)
yang
dipakai
oleh
aktor-aktor
individual dalam masyarakat ketika mereka melakukan
tindakan-tindakan (actions). Pada saat yang sama, tataaturan dan sumberdaya itu sendiri adalah buatan dan hasil
negosiasi antar individu itu pula, sehingga terjadilah
hubungan ganda (duality) antara struktur dan agen (Naskah
Akademis, 2006, hal 24).
Menurut Giddens (1976) dalam Naskah Akademis),
setiap
struktur
sosial
memiliki
tiga
dimensi,
yaitu
signifikasi (signification) atau pemaknaan/pengertian melalui
simbol, hubungan dominasi (domination), dan legitimasi
(legitimation). Ketiga dimensi struktur ini dihubungkan
dengan tiga dimensi interaksi manusia yaitu komunikasi,
dimensi kekuasaan dan sanksi sosial. Hubungan antara
struktur
dan
interaksi
sosial
ini
tidaklah
langsung,
melainkan diperantarai oleh tiga "modal" (modalities), yaitu
(a)
skema
interpretasi
yang
menghubungkan
struktur
makna dengan kegiatan komunikasi, (b) fasilitas sosial, yang
menghubungkan dominasi dengan kekuasaan, dan (c)
norma sosial, yang menghubungkan legitimasi dengan
sanksi.
Dimensi-dimensi dalam struktur dan interaksi sosial
itu digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Dimensi Struktur dan Interaksi Sosial
Giddens
STRUKTUR
SIGNIFIKASI
DOMINASI
LEGITIMASI
Sarana antara
Bingkai
fasilitas
Norma
Interpretasi
INTERAKSI
KOMUNIKAS
I
KEKUASAAN
SANKSI
Berdasarkan teori strukturasi, perpustakaan, termasuk
di dalamnya perpustakaan sekolah, sebagai sebuah institusi
sosial memperlihatkan tiga dimensi Giddens sebagai berikut:
a. Dimensi interaksi antar berbagai pihak
Keberadaan
perpustakaan
terwujud
bila
ada
interaksi antar komponen dalam masyarakat. Interaksi
dalam proses pendidikan dan proses bermasyarakat
mencakup pula komunikasi yang dilakukan melalui
berbagai bahan yang tersedia di perpustakaan seperti
bacaan,
jurnal
ilmiah,
buku
teks,
bahan-bahan
elektronik, dan sebagainya. Untuk melihat perpustakaan
sebagai institusi sosial, dapat diperhatikan bagaimana
perpustakaan
komunikasi
dan
pustakawannya
pendidikan
atau
dilibatkan
komunikasi
dalam
sosial,
bagaimana hubungan kekuasaan antara berbagai pihak
dengan pustakawan, dan sanksi-sanksi sosial apa saja
yang
berlaku
dalam
pemanfaatan
perpustakaan
(halaman 26).
b. Dimensi modalitas
Setiap kali berbagai pihak berkomunikasi diperlukan
skema
interpretasi
yang
sama
agar
komunikasi
berlangsung efektif. Selain itu dalam berkomunikasi juga
diperlukan sarana atau faslitias tertentu. Dalam interaksi
antar berbagai pihak, maka fasilitas dan kewenangan ini
menentukan apa dan bagaimana setiap pihak yang
bersangkutan mencapai tujuan mereka. Alokasi fasilitas
dan kewenangan ini menentukan bentuk hubungan
kekuasaan (power relations) antar berbagai fihak yang
berinteraksi,
misalnya
antara
pustakawan
dengan
pemustaka. Selain fasilitas, hal lain yang diperlukan
yaitu norma atau kaidah untuk menentukan benar atau
salah dalam melakukan kegiatan. Dalam kaitannya
dengan perpustakaan, maka norma-norma pendidikan
dan norma-norma sosial ini mengatur pula kaidahkaidah
kebenaran
dalam
hal-hal
yang
dikelola
perpustakaan
c. Dimensi struktur
Skema interpretasi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi di perpustakaan terwujud berupa tata-cara
berkomunikasi dan memanfaatkan perpustakaan. Ini
semua terangkum dalam seperangkat makna/artian yang
diterima bersama. Struktur ini merupakan pedoman
umum, yang
dapat diubah-ubah setiap saat melalui
perubahan dalam skema interpretasi, alokasi fasilitas,
maupun perubahan norma-norma (halaman 26).
2.5 Kajian Penelitian Sejenis
Menurut Kahar (2009) pengembangan perpustakaan
sekolah adalah berbagai kegiatan perbaikan yang dilakukan
secara terus-menerus,dan dinamis yang membutuhkan
modifikasi agar dapat membantu menghadapi tuntutan
kebutuhan perpustakaan sekolah dan masyarakat.Dalam
mengembangkan
perpustakaan
sekolah
Kahar
(2009)
menawarkan satu konsep “Pola strategi sinergis”, artinya
adanya satu pola dalam pengembangan perpustakaan
sekolah khususnya untuk tingkat daerah, yang melibatkan
tiga komponen yaitu 1) Pemerintah (dinas pendidikan
daerah dan BAPERASDA), 2)Sekolah (kepala sekolah),3)
masyarakat (orang tua murid,perusahaan/pelaku bisnis dan
lain. Ketiga komponen harus berkomitmen dan bekerja
dalam suatu sistem yang memunculkan sinergi sebagai
kekuatan untuk mendorong terwujudnya pengembangan
perpustakaan sekolah seperti yang diharapkan.
Pengembangan
perpustakaan
sekolah
menurut
Kahar(2009) digambarkan dalam skema di bawah ini :
Gambar 2.2 Skema Pengembangan Perpustakaan Sekolah Menurut
Kahar (2010 )
PEMERINTAH
PENGEMBANGAN
PERPUSTAKAAN
SEKOLAH
SEKOLAH
MASYARAKAT
1. Koleksi
2. Sarana Prasarana
3. Sumber Daya
Perpustakaan :
3.1 Kompetensi
profesional
3.2 Kompetensi
individu
a. Komponen Pemerintah
Lembaga
pemerintah
yang
dilibatkan
dalam
pengembangan perpustakaan sekolah adalah Departemen
Pendidikan Nasional, dan Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah (BAPERASDA), karena kedua lembaga ini turut
memayungi dan bertanggung jawab terhadap perpustakaan
sekolah yang berada di daerah.
Strategi utama yang dilakukan pemerintah daerah yaitu
adanya
“goodwill”
mengagendakan
dengan
pembangunan
sunguh-sungguh
perpustakaan
sekolah
menjadi prioritas melalui penyususun kebijakan tentang
pengembangan
perpustakaan
sekolah
di
daerah.Pengembangan perpustakaan harus diagendakan
dalam Rencana Strategi (Renstra), paling tidak dalam jangka
waktu 5 tahun ke depan.
b. Komponen Pimpinan Sekolah
Dalam hal ini yang menjadi faktor kunci dalam
pengembagan perpustakaan sekolah adalah kepala sekolah.
Strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu
(1)
menjembatani
(2)
sekolah
dengan
masyarakat
dan
memobilisasi bantuan masyarakat, terutama mengadakan
link ke BUMN, industri/pelaku bisnis yang ada di daerah.
c. Komponen Masyarakat
Unsur masyarakat yang terkait dengan pengembangan
perpustakaan sekolah, terdiri dari orang tua/wali peserta
didik, tokoh pendidikan, pelaku bisnis/industri, alumni
peserta didik. Strategi yang dilakukan terhadap unsurunsur masyarakat tersebut adalah kepala sekolah harus
menggugah
masyarakat
untuk
memberikan
kontribusi
secara langsung.
Hal-hal esensial yang harus dikembangkan dalam
pengembangan perpustakaan sekolah menurut Kahar (2009)
sebagai berikut:
a. Koleksi, harus ditingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun ualitas. Kolek dilengkapi dengan buku-buku
bacaan yang dapat menarik minat baca peserta didik.
Koleksi
perpustakaan
sekolah
harus
disesuaikan
dengan kebutuhan siswa untuk tingkat Sekolah
dasar,
sekolah
menengah
pertama,
dan
sekolah
menengah atas.
b. Sarana dan prasarana, misalnya ruang perpustakaan,
yang dilengkapi dengan perabot atau mebelair yang
ditata rapi dan bersih sehingga memberi kenyamanan
bagi anak didik. Selain itu juga diperlukan sarana
komputer
untuk
memperlancar
tugas-tugas
perpustakaan.
c. Sumber daya perpustakaan yang memiliki kompetensi
tertentu,
dalam
hal
ini
meliputi
penguasaan
keterampilan dan pengetahuan serta penguasaan
terhadap tugas, dan motivasi dalam menjalankan
tugas. Special Libraries Association (1996 : 6), seperti
yang dikutip Kahar (2010), merumuskan dua jenis
kompetensi, yaitu (1) kompetensi profesional, yang
terkait dengan pengetahuan pustakawan di bidang
sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan
penelitian,
serta
kemampuan
kemampuan
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar
untuk
menyediakan
informasi;
(2)
menggambarkan
layana
perpustakaan
dan
individu
yang
kompetensi
satu
kesatuan
keterampilan,
perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan, agar
dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator
yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat
memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan
terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia
kerjanya.
Berbeda dengan Kahar (2009), dalam salah satu
jurnalnya
Darmono
pengembangan
dengan
(2007),
perpustakaan
beberapa
cara,
menyatakan
sekolah
yaitu
1)
dapat
bahwa
dilakukan
pemantapan
status
organisasi atau kelembagaan perpustakaan sekolah, 2)
adanya anggaran yang memadai, 3) pengadaan gedung atau
ruang yang representative, 4) penyesuaian koleksi bahan
pustaka
dengan
kebutuhan
minimum
sekolah,
5)
penyediaan peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan,
6) adanya tenaga perpustakaan
dengan kualifikasi yang
memadai, 7) layanan perpustakaan, disesuaikan dengan
kebutuhan siswa, dan 8) promosi yang menarik kepada
siswa.
2.6 Standar Nasional Perpustakaan
Standar
perpustakaan
Nasional
dari
Perpustakaan
tingkat
mengatur
sekolah
standar
dasar/madrasah
ibtidaiah sampai dengan perguruan tinggi baik negeri
muapun swasta. Sesuai dengan kepentingan penelitian ini,
peneliti akan menguraikan standar perpuatakaan untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah (SD/MI).
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
SD/MI,
perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal
merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang
bersangkutan. Selain itu perpustaan sekolah termasuk
pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan
sekolah
Perpustakaan, 2011).
tersebut
(Standar
Nasional
Standar Nasional untuk Perpustakaan SD/MI mengatur
standar perpustakaan sekolah yang terdiri dari standar
koleksi,layanan,
sarana
penyelenggaraan,
perpustakaan,
prasarana,
pengelolaan,
anggaran,
layanan
tenaga,
pengorganisasian
perawatan,
kerjasama
bahan
dan
integrasi dengan kurikulum. Berikut ini akan diuraikan
tentang masing-masing standar:
2.6.1
Standar Koleksi mengatur tentang:
a. Jenis koleksi perpustakaan, yang meliputi buku yang
terdiri
dari
buku
teks,
buku
penunjang
kurikulum,buku bacaan,buku referensi dan buku
biografi .Selain itu yang termasuk standar koleksi
adalah terbitan berkala,audio visual,dan multi media.
b. Jumlah koleksi berkaitan dengan jumlah koleksi,
standar
koleksi
memperkaya
mengatur
koleksi
dan
bahwa
perpustakaan
menyediakan
bahan
perpustakaan dalam berbagai bentuk media dan
format. Perpustakaan wajib menambah koleksi buku
per tahun dengan ketentuan semakin banyak jumlah
koleksi
semakin
kecil
prosentase
penambahan.
Perpustakaan juga wajib melanggan minimal satu
judul majalah dan satu judul surat kabar.
c. Bahan
perpustakaan
referensi,
terdiri
dari
sekurang-kurangnya meliputi berbagai jenis kamus,
ensikopledi, buku statistik daerah, buku telepon,
peraturan perundang-undangan, atlas, peta, biografi
tokoh dan kitab suci.
d. Pengorganasian bahan pustaka, bahan perpustakaan
didiskripsikan, diklasifikasi, diberi tajuk subjek, dan
disusun secara sistematis.
e. Cacah
ulang
dan
penyiangan,
perpustakaan
melakukan cacah ulang dan penyiangan koleksi
perpustakaan sekurang-kurangnya satu kali dalam
setahun.
f. Perawatan, dilakukan dengan pengendalian kondisi
ruangan dengan cara menjaga kecukupan cahaya dan
kelembaban udara.
2.6.2 Sarana prasarana, terdiri dari :
a. Gedung/ruang,
perpustakaan
menyediakan
gedung/ruang yang cukup untuk koleksi,pemustaka
dan staf sesuai Permendiknas nomor 24 taun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana
b. Area,
perpustakaan
sekurang-kurangnya
meliputi
area koleksi, area baca dan area kerja.
c. Sarana prasarana, terdiri dari berbagai rak untuk
buku, majalah, dan surat kabar, meja dan kursi baca,
meja dan kursi kerja, almari, meja sirkulasi, papan
pengumuman, TV, dan lain-lain.
d. Lokasi
perpustakaan,
terletak
di
pusat
kegiatan
pembelajaran, mudah dilihat dan mudah dijangkau
oleh pemustaka.
2.6.3.Layanan, mengatur tentang:
a. Jam buka, yaitu sekurang-kurangnya enam jam
perhari
b. Jenis layanan yang terdiri dari layanan membaca di
tempat, layanan sirkulasi dan layanan referensi.
c. Program
wajib
kunjung
perpustakaan
sekurang-
kurangnya satu jam per hari per kelas untuk setiap
minggunya.
d. Program pendidikan pemustaka dan Program literasi
informasi sekurang-kurangnya setahun sekali.
e. Promosi perpustakaan yang dilakukan dengan cara
pembuatan brosur/leaflet/pamflet, daftar buku baru,
majalah
dinding
perpustakaan,
dan
lomba
yang
berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan
f. Laporan
kegiatan
layanan(statistik).
Perpustakaan,sekurang-kurangnya
berupa
laporan
bulanan dan laporan tahunan.
g. Kerjasama
kerjasama
perpustakaan
dengan
dengan
perpustakaan
melakukan
sekolah
lain,
perpustakaan umum dan komite sekolah.
h. Integrasi
dengan
kurikulum.Perpustakaan
mengadakan kegiatan yang mendorong kegemaran
membaca,pembelajaran bidang studi di perpustakaan
di bawah asuhan guru dan pustakawan.Selain itu
juga mengadakan pengajaran literasi informasi,terlibat
dalam
perencanaan
perangkat
pembelajaran,membantu
guru
mendayagunakan
informasi
menyelenggarakan
kegiatan
mengakses
membaca
dan
publik,
buku
elektronik, membantu guru mengidentifikasi sumber
rujukan materi pelajaran dan pembelajaran berbasis
tehnologi informasi.
2.6.4 Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah
Standar
tentang
tenaga
jumlah
perpustakaan
tenaga
sekolah
perpustakaan
mengatur
dan
kepala
perpustakaan.
2.6.7. Standar Penyelenggaraan
Hal-hal yang diatur dalam standar ini adalah mengenai
penyelenggaraan dan pendirian perpustakaan, nomor pokok
perpustakaan, struktur organisasi, dan program kerja.
2.6.6 Standar Pengelolaan
Standar
Pengelolaan
berkaitan
dengan
standar
pengelolaan hal yang diatur adalah tentang visi dan misi
perpustakaan, tujuan perpustakaan sekolah, kebijakan
pengelolaan perpustakaan sekolah, dan tugas perpustakaan
sekolah.
Selain
itu
juga
mengatur
tentang
fungsi
perpustakaan sekolah.
2.6.5 Standar Anggaran
Standar anggaran mengatur bahwa sekolah menjamin
tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurangkurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja
pegawai dan pemeliharaan serta perawatan ruang.
2.7 Pengembangan
Perpustakaan
Menurut UU
Perpustakaan
Pengembangan Perpustakaan sekolah diatur dalam
pasal 23 UU no 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang
berbunyi demikian:
1) Setiap
sekolah/madrasah
menyelenggarakan
perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan
dengan
memperhatikan
Standar
Nasional Pendidikan.
2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang
3)
4)
5)
6)
ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang
mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan
pendidik.
Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung
pelaksanaan kurikulum pendidikan.
Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta
didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di
lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan
layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi.
Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling
sedikit 5% dari anggaran belanja operasional
sekolah/madrasah atau belanja barang di luar
belanja
pegawai
dan
belanja
modal
untuk
pengembangan perpustakaan.
Berdasarkan pasal 23 UU Perpustakaan nomor 43
tahun 2007, pengembangan perpustakaan sekolah meliputi
komponen-komponen:
1. Pengembangan koleksi yang mendukung pelaksanaan
kurikulum
pendidikan
baik
berupa
buku
teks
maupun koleksi yang lain (ayat 1 dan 2)
2. Memberikan layanan yang mendukung kurikulum
(ayat 3)
3. Mengembangkan layanan berbasis teknolgi informasi
dan komunikasi (ayat 4)
4. Pengalokasian dana paling sedikit 5% dari anggaran
belanja operasional atau belanja barang di luar
belanja pegawai untuk pengembangan perpustakaan
(ayat 5).
Komponen dalam pengembangan perpustakaan sekolah
menurut
Undang-Undang
Perpustakaan
diuraikan di bawah ini.
2.7.1 Pengembangan Koleksi Perpustakaan
secara
rinci
Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
mendifiniskan
koleksi
perpustakaan adalah:
sekumpulan sumber informasi dalam berbagai bentuk
yang telah dipilih sesuai dengan tujuan program sekolah
yang bersangkutan ,mencakup dan menunjang semua
program studi,,memberikan pengetahuan umum yang
sesuai
dengan tingkat kecerdasan ,kemampuan
baca,serta perkembangan jiwa murid
dan tuntutan
profesi guru (Prastowo, 2012, hal 115).
Sinaga, demikian juga Yusuf dan Suhendar menyatakan
koleksi perpustakaan yaitu sekumpulan bahasn pustaka
baik yang berupa buku atau bukan buku ,yang dikelola
sedemikian rupa oleh perpustakaan (sekolah) untuk turut
serta menjamin kelancaran dan keberhasilan kegiatan
proses pembelajaran di sekolah (Prastowo, 2012).
Sedangkan
ketentuan
umum
Undang-Undang
Perpustakaan nomor 43 tahun 2007 menyatakan bahwa
koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam
berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang
dihimpun, dolah dan dilayankan (pasal 1).
Koleksi perpustakaan menurut Randall dan Godrich
(Prastowo, 2012) memiliki empat fungsi yaitu:
a. Fungsi referensi (reference function), yaitu koleksi
perpustakaan harus dapat meberikan informasi yang
cepat, tepat dan akurat bagi pemakainya.
b. Fungsi
kurikuler
(curricular
function),
yaitu
bahan-bahan pustaka harus mendukung kurikulum.
c. Fungsi umum (general function). Fungsi ini berkaitan
dengan pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya
manusia secara keseluruhan. Pelestarian tersebut
diharapkan berguna bagi kehidupan seluruh manusia.
d. Fungsi
penelitian
(research
function),
keberadaan
koleksi perpustakaan dapat menjawab keingintahuan
para
pemakainya.
Selain
itu
juga
menyediakan
berbagai informasi yang dibutuhkan para pemakai
maupun peneliti dalam menjalankan tugas mereka.
Suwarno
(2011)
menyatakan
bahwa
koleksi
perpustakaan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Karya cetak berupa buku teks, buku referensi (buku
rujukan, seperti ensklopedi, kamus, biografi, dll),
terbitan pemerintah (seperti peraturan perundangundangan), laporan penelitian dan terbitan berkala
(seperti majalah, jurnal, buletin dan surat kabar).
b. Karya
rekam
berupa
kaset
audio,
VCD,
CD
pengetahuan, televisi, dan lain-lain.
c. Media elektronik atau not recorded, yaitu media
penyimpanan informasi berupa pangkalan data yang
ditayangkan melalui monitor komputer, misalnya
internet .
d. Prastowo (2012) menambahkan satu jenis koleksi
yang lain yaitu berupa alat peraga sebagai alat bantu
dalam
proses
pelajaran
belajar
mudah
mengajar
dipahami
supaya
materi
peserta
didik
(halaman133).
Pengembangan koleksi perpustakaan terkait dengan
pengadaan koleksi. Rangkaian kegiatan pengadaan meliputi:
a. Pemilihan koleksi
Pemilihan
koleksi
dilakukan
dengan
mengidentifikasi koleksi yang akan dipilih.Pemilihan
koleksi sebaiknya dilakukan oleh pustakawan dengan
melibatkan guru dan
kepala sekolah. Tujuannya
adalah
perpustakaan
agar
koleksi
benar-benar
berdaya guna bagi guru maupun murid ( Sinaga
dalam Prastowo, 2012).
Terdapat enam prinsip dalam pemilihan koleksi,
yaitu (1) disesuaikan dengan kurikulum nasional,
(2) disesuaikan
dengan
sistem
pendidikan
secara
nasional, (3) disesuaikan dengan daerah tempat
perpustakaan tersebut berada, (4) disesuaikan dengan
tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah, (5)
disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional,
dan (6) disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Dalam pengadaan koleksi diperlukan alat bantu
seleksi koleksi perpustakaan yang berupa pendapat
para ahli, bibliografi, majalah profesional
dan book
review,serta katalog-katalog, baik dari penerbit, toko
buku, dealer maupun lembaga-lembaga tertentu.
b. Cara pengadaan
Teknik atau pengadaan koleksi perpustakaan
sekolah adalah kegiatan rutin yang dilakukan dengan
cara
pembelian,
masyarakat
hadiah/sumbangan,
setempat,
tukar
menukar
swadaya
dengan
perpustakaan lain (Prastowo, 2012).
Langkah
pembelian
dilakukan
dengan
cara
sebagai berikut :
1) mengadakan musyawarah antara pustakawan,
guru dan kepala sekolah
mengenai cara
pembalian buku
dan jenis buku yang akan
dibeli;
2) pustakawan menulis daftar pesanan buku
atau koleksi lain yang akan dibeli
3) mengirim daftar pesanan ke pihak yang akan
dipesan bukunya.
Apabila pengadaan koleksi dengan
hadiah atau
sumbangan dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1) perpustakaan secara aktif menghubungi pihakpihak
tertentu
sambil
membuat
Pihak yang dapat dihubungi
permohonan.
misalnya penerbit,
badan pemerintah, perusahaan, dan lain-lain.
2) mencari bantuan yang sifatnya tidak mengikat
3) mengundang
orang
tua
murid
untuk
mendiskusikan pengembangan perpustakaan.
4) Mengedarkan permohonan
baik
berupa
buku
sumbangan sukarela
maupun
uang
kepada
masyarakat maupun orang tua murid.
Apabila pengadaan buku dengan tukar menukar antar
perpustakaan, perlu dipertimbangkan sebagai berikut: (1)
apakah koleksi tersebut bermanfaat bagi perpustakaan
sekolah, (2) apakah koleksi sesuai dengan kebutuhan guru
atau siswa.
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
Sekolah,
perpustakaan memperkaya koleksi dan menyediakan bahan
perpustakaan dalam bentuk media dan format sekurangkurangnya:
a. Buku teks 1 eksemplar per mata pelajaran per peserta
didik.
b. Buku panduan pendidik 1 eksemplar per mata
pelajaran per guru bidang studi
c. Buku pengayaan dengan perbandingan 60% non fiksi
dan 40% fiksi, dengan ketentuan bila 1 sampai
6 rombongan belajar jumlah buku sebanyak 1.000
judul, 7 sampai 12 rombongan belajar sebanyak
1.500 judul,13 sampai 24 rombongan belajar jumlah
buku sebanyak 2.000 judul.
Perpustakaan menambah koleksi buku per tahun
dengan ketentuan semakin besar jumlah koleksi, semakin
kecil prosentasi penambahan koleksi. Untuk 1.000 judul
buku penambahan sebanyak 10%, buku sejumlah 1.500
judul penambahan 8% dan untuk 2.000 judul buku atau
lebih penambahan sebanyak 6%.
Selain itu, perpustakaan berlangganan minimal satu
judul majalah dan satu judul surat kabar. Sedangkan bahan
perpustakaan referensi sekurang-kurangnya meliputi kamus
Bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris-Indonesia, kamus
bahasa daerah, ensiklopedi, buku statistik daerah, buku
telepon,
peraturan
perundang-undangan,
atlas,
peta,
biografi tokoh dan kitab suci.
2.7.2. Pelayanan Perpustakaan Sekolah yang Mendukung
Kurikulum
Layanan perpustakaan diatur dalam Undang-Undang
Perpustakaan no 43 tahun 2007 pasal 14 yang menyatakan
bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan
berorientasi
pada
kepentingan
pemustaka
(ayat
1).
Perpustakaan
menerapkan
termasuk
layanan
perpustakaan
berdasarkan
sekolah
standar
harus
nasional
perpustakaan (ayat 2). Selain itu ayat 3 menyatakan bahwa
setiap
perpustakaan
mengembangkan
layanan
perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam
Undang-Undang
Perpustakaan
dinyatakan
bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima.
Pelayanan prima perpustakaan menurut Dian Sinaga dalam
Pratowo, 2012 adalah suatu upaya dari pihak pustakawan
sekolah untuk memberikan kesempatan kepada pemustaka
dalam
mendayagunakan
bahan
pustaka
dan
fasilitas
perpustakaan lainnya secara optimal. Sedangkan Muchyidin
(Sinaga, 2011) menyatakan bahwa kegiatan pelayanan
perpustakaan
adalah
usaha
untuk
mendayagunakan
bahan-bahan agar dapat digunakan secara maksimal oleh
pemustaka. Standar Nasional Perpustakaan menyatakan
perpustakaan
wajib
menyediakan
layanan
kepada
pemustaka sekurang-kurangnya enam jam per hari kerja.
Tujuan
pelayanan
perpustakaan
adalah
untuk
memberikan pelayanan yang dapat maemuaskan dan fokus
pada
pelanggan
(pemustaka).
Pelayanan
perpustakaan
merupakan pemberdayaan, dalam hal ini memberikan
pelayanan
sesuai
kebutuhan
pemustaka
yang
terbaik
(Suryanto, Adi dan Sutopo dalam Prastowo 2012).
Terdapat dua jenis pelayanan perpustakaan menurut
Prastowo (2012) yaitu pelayanan langsung dan pelayanan
tidak langsung. Pelayanan langsung merupakan pelayanan
yang diberikan pustakawan langsung kepada pemustaka.
Dalam pelayanan lansung hasilnya akan dinikmati langsung
oleh pemakai. Contoh pelayanan langsung:
1) Pelayanan
sirkulasi,
permintaan
yaitu
dan
kegiatan
pengembalian
melayani
buku-buku
perpustakaan sekolah. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pelayanan peminjaman koleksi, pengembalian koleksi
perpustakaan, membuat statistik pengunjung dan
peminjam perpustakaan dan pembuatan keterangan
bebas pinjam, misalnya kepada pemustaka yang tidak
lagi menjadi anggota perpustakaan.
2) Pelayanan
referensi,
yaitu
semua
kegiatan
yang
ditujukan untuk mempersiapkan segala sarana (fisik
dan non fisik) untuk mempermudah penelusuran
innformasi.
Pelayanan
referensi
kepada
siswa
dimaksudkan sebagai bimbingan kepada para siswa
agar mampu menggunakan berbagai jenis koleksi
referensi secara cepat, tepat dan akurat. Dalam
memberikan pelayanan referensi, perlu dijelaskan
penggunaan katalog manual, komputer, penggunaan
sumber rujukan.
3) Pelayanan bimbingan kepada pemakai, merupakan
kegiatan yang ditujukan kepada pemakai untuk dapat
mengoptimalkan penggunaan koleksi perpustakaan.
Terdapat
beberapa
bentuk
pelayanan
bimbingan
misalnya menerangkan kepada pemustaka tentang
cara penggunaan perpustakaan dengan baik. Kegiatan
yang bisa dilakukan yaitu mengadakan momenmomen
yang
tepat
untuk
memperkenalkan
keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan, misalnya
kegiatan ramah tamah atau pertemuan lainnya.
Kegiatan
lain
mengadakan
yang
dapat
pameran
dilaksanakan
sederhana
yaitu
tentang
perpustakaan dengan melibatkan guru dan siswa,
mengadakan pemuataran film yang menarik, kegiatan
perlombaan. Dan yang tidak kalah penting adalah
para petugas harus bersikap ramah dan senang
membantu
pelayanan
(Prastowo,
bimbingan
2012).
Berkaitan
menurut
Standar
dengan
Nasional
Pendidikan, perpustakaan wajib memiliki program
pendidikan pemustaka sekurang-kurangnya setahun
sekali. Selain itu perpustakaan memiliki program
literasi
informasi
sekurang-kurangnya
dua
kali
setahun untuk setiap tingkatan kelas.
Jenis pelayanan yang kedua adalah pelayanan tidak
langsung. Pelayanan ini ditujukan kepada
pengguna
potensial dan pengguna aktual. Pengguna potensial yaitu
para
siswa
yang
belum
menggunakan
fasilitas
perpustakaan. Sedangkan pengguna aktual adalah
pihak
yang sudah datang ke perpustakaan dan menggunakan
fasilitas perpustakaan. Terhadap pengguna aktual, petugas
perpustakaan dapat melakukan pembinaan, sedangkan
kepada pengguna potensial petugas melakukan pendekatan
sebaik-baiknya dan memberikan motivasi agar pengguna
potensial mau datang dan menggunakan perpustakaan.
Kegiatan ini dapat melibatkan guru dan kepala sekolah.
Selain kedua jenis pelayanan di atas juga terdapat
pelayanan perpustakaan lainnya, yaitu membaca di tempat,
pelayanan fotokopi, pelayanan internet, jam/hari wajib di
perpustakaan, pelayanan kelas alternatif, dan penyediaan
bahan
pelajaran.
Kegiatan
membaca
di
tempat
diselenggarakan dengan berbagai pertimbangan, misalnya
keterbatasan
koleksi,
keterbatasan
petugas
maupun
keterbatasan
ruangan.
Untuk
kegiatan
ini
diperlukan
ruangan yang nyaman dan memadai.
Menurut Standar Nasional Perpustakaan kegiatan wajib
kunjung
perpustakaan
sekurang-kurangnya
satu
jam
pelajaran per kelas per minggu. Kegiatan jam/hari wajib di
perpustakaan
berlaku
untuk
staf,
guru,
siswa
dan
karyawan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
minat baca.
Pelayanan
kelas
alternatif
maksudnya
adalah
penggunaan ruang perpustakaan untuk kegiatan belajar
mengajar di bawah bimbingan guru tertentu. Agar kegiatan
tidak tumpang tindih, maka perlu dibuat jadwal dan
koordinasi antara guru dan pihak perpustakaan.
Penyediaan
bahan
pelajaran
dilakukan
dengan
menyediakan bahan pelajaran materi tertentu sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini melibatkan pimpinan
sekolah, guru dan pustakawan.
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
(2011),
pelayanan di perpustakaan harus melakukan kegiatan yang
berintegrasi dengan kurikulum yang meliputi
a. Kegiatan mendorong kegemaran membaca melalui
mendongeng, membaca bersama dan menceritakan
kembali
b. Pembelajaran bidang studi di perpustakaan di bawah
asuhan guru dan pustakawan
c. Pengajaran program literasi informasi
d. Menyelenggarakan kegiatan membaca buku elektronik
e. Membantu guru mengidentifikasi sumber rujukan
materi mata pelajaran
f. Pembelajaran berbasis teknologi informasi bekerja
sama dengan guru bidang studi
2.7.3 Mengembangkan Layanan Berbasis Teknolgi Informasi
dan Komunikasi
Menurut International Federation of Library Associations
and Institution atau IFLA/UNESCO (2006) perpustakaan
sekolah mempunyai peran penting sebagai pintu gerbang
bagi masyarakat masa kini yang berbasis informasi. Oleh
karena itu perpustakaan sekolah harus menyediakan akses
ke semua peralatan elektronik, komputer, dan pandangdengar. Peralatan tersebut meliputi komputer meja dengan
akses Internet, katalog akses publik yang disesuaikan
dengan usia dan tingkat murid yang berbeda, tape-recorder,
perangkat CD-ROM, alat pemindai (scanner), perangkat
video
(video
players),
peralatan
komputer,
khusus
disesuaikan untuk pengguna tuna netra ataupun menderita
cacat fisik lainnnya (halaman 12).
Basuki
komunikasi
(2010)
memiliki
menulis
teknologi
dampak
terhadap
informasi
dan
perpustakaan
sebagai berikut:
a. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
menciptakan
informasi
memungkinkan
penciptaan
digital.Selain
materi
itu
perpustakaan
dalam bentuk digital
b. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
terbentuknya akses terpasang (online acces) serta
transfer berkas.
c. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
terbentuknya jaringan komputer.
Perkembangan teknologi dan komunikasi informasi
membawa
pengaruh
meningkatnya
tingkat
kepada
“melek”
pemustaka,
teknologi,
yaitu
meningkatnya
tuntutan pada akses informasi yang lebih cepat dan lebih
baik, serta meningkatnya kesenjangan antara yang kaya
informasi
dengan
kelompok
yang
miskin
informasi
(Basuki, 2010).
Terhadap pustakawan, perkembangan teknologi dan
komunikasi
informasi
memiliki
dampak
yaitu
adanya
tuntutan pustakawan perlu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan tentang teknologi dan komunikasi informasi.
Selain itu pustakawan memerlukan alat teknologi dan
komunikasi informasi. Pustakawan juga dituntut untuk
belajar terus menerus tentang teknologi komunikasi dan
informasi.
Lasa, seperti yang dikutip Prastowo (2012), menyatakan
pemanfaatan
teknologi
informasi
komunikasi
dalam
kegiatan perpustakaan memiliki tujuan sebagai berikut (1)
meringankan
pekerjaan,
(2)
memperlancar
pelaksanaan
tugas
mempercepat
meningkatkan
temu
kembali
pelayanan
akan
informasi
memudahkan
kepustakawanan,
informasi,
dan
dan
dan
(3)
(5)
memanfaatkan
teknologi informasi.
Dalam
pengembangan
perpustakaan,
kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pemustaka. Salah satu
legiatan yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut
adalah otomatisasi perpustakaan. Basuki (2010) menulis
otomatisasi perpustakaan adalah penggunaan teknologi
informasi di perpustakaan, dalam hal ini peran teknologi
informasi
lebih
dominan
daripada
peran
manusia.
Sedangkan Prastowo (2012), mengutip Lasa, menyatakan
bahwa otomatisasi perpustakaan sebenarnya lebih tepat
disebut teknologi informasi, yaitu teknologi elektronik yang
digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan
dan pemanfaatan informasi. Teknologi informasi digunakan
untuk
kegiatan
sirkulas,
pengadaan,
bibliografi,
inventarisasi,
pengindeksan
dan
katalogisasi,
penelusuran
literatur.
Seiring
perkembangan
teknologi,perpustakaan
telah
beranjak dari sistem konvensional menuju sistem digital.
Jika perpustakaan tidak mengikuti perkembangan maka
akan ditinggalkan pemustaka (Suwarno, 2010). Kondisi
tersebut memunculkan perpustakaan perpustakaan digital
(digital library).
Suwarno (2010 ) menyatakan perpustakaan digital
merupakan perpustakaan yang melayani pemustaka dengan
segala
kemudahannya.
Marryla,
seperti
yang
dikutip
Suwarno (2010), menyatakan bahwa:
perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan
berbagai sumber informasi yang mencakup staf ahli
untuk memilih, menyusun dan menyediakan akses karya
ilmiah agar diinterpretasikan, didistribusikan, dan
dipelihara secara terintegrasi dari waktu ke waktu
sedemikian rupa sehingga selalu tersedia dan siap
dimanfaatkan oleh komunitas pemustaka .
Adapun ciri-ciri perpustakaan digital secara umum
adalah sebagai berikut 1) menggunakan komputer untuk
mengelola SDP, 2) menggunakan saluran elektronik untuk
menghubungkan
informasi,
penyedia
3)memanfaatkan
informasi
1.1 Pengertian Perpustakaan
Darmono (2007) menulis bahwa secara sederhana
pengertian
perpustakaan
adalah
salah
satu
bentuk
organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai
informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat
dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat)
dalam
upaya
mengembangkan
kemampuan
dan
kecakapannya. Dengan demikian perpustakaan tidak hanya
menyimpan bahan buku, tetapi juga bahan cetak lainnya
seperti majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau
naskah,
dan
Sedangkan
lembaran
karya
musik
rekam
(Prastowo,
yang
dapat
2012:42).
disimpan
di
perpustakaan yaitu berupa karya media audio visual seperti
film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti
mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam atau micro-opaque
(Prastowo, 2012:42).
Suwarno (2010) menulis perpustakaan
merupakan
agen perubahan (agent of change), pembangunan, budaya
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Perpustakaan
disimpan
dan
merupakan
tempat
tempat
embrio
berbagai
intelektual
infomasi
diciptakan.
Menurut Suwarno (2010) perpustakaan telah mengalami
perubahan
fungsi,
yang
dulu
hanya
sebagai
tempat
menyimpan buku saja, kini menjadi sumber daya informasi
dalam arti tempat pengguna (user) mampu menciptakan lagi
sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan orang lain.
Perpustakaan, menurut Saleh dan Komalasari (2010),
merupakan tempat atau deposit ilmu, sumber infotrmasi
penting yang dapat menguak sejarah masa lalu dan dapat
dijadikan dasar menyusun perencanaan dan pemelitian
untuk masa mendatang. Pendapat Suwarno, Saleh dan
Komalasari
menunjukkan
bahwa
perpustakaan
telah
mengalami perkembangan fungsi, tidak hanya menjadi
penyimpan buku saja, namun diharapkan dapat menjadi
agen perubahan sekaligus sebagai deposit ilmu maupun
sebagai sumber informasi.
2.2 Perpustakaan Sekolah
Salah satu jenis perpustakaan yang juga diharapkan
menjadi agen perubahan dan sumber
informasi
adalah
perpustakaan sekolah. Undang-Undang no 43 tahun 2007
pasal
23
ayat
1
mengamanatkan
sekolah/madrasah
perpustakaan
wajib
yang
bahwa
setiap
menyelenggarakan
memenuhi
standar
nasional
perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
pendidikan.
Menurut
merupakan
Basuki
(
perpustakaan
2010),
yang
perpustakaan
berada
di
sekolah
sekolah
di
berbagai tingkatan dengan tujuan dan program yang
berbeda sesuai dengan tingkatannya. Sesuai dengan judul
penelitian ini tujuan dan program perpustakaan di sekolah
dasar lebih diarahkan untuk membantu siswa belajar
membaca dan mengenal berbagai macam buku sehingga
bangkit minatnya untuk mencintai buku.
Carteer V Good, seperti yang dikutip Bafadal (2009)
dalam Prastowo (2012), menyatakan bahwa perpustakaan
sekolah merupakan koleksi yang diorganisasi di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan
guru (halaman 44). Lebih lanjut Prastowo menyatakan
bahwa perpustakan sekolah sarana penunjang pendidikan
di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik
berupa buku maupun bukan buku.
Menurut
Sinaga
(2011)
dalam
Prastowo(2012)
perpustakaan sekolah merupakan sarana pendidikan yang
turut menentukan pencapaian tujuan yang ditentukan.
Selain itu perpustakaan bertindak sebagai pelestari ilmu
pengetahuan dan sebagai sumber bahan pendidikan yang
akan
diwariskan
kepada
generasi
yang
lebih
muda
(Prastowo,2012:45).
Prastowo (2012 ) menyimpulkan perpustakaan sekolah
adalah
“sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa
kumpulan bahan pustaka,baik berupa buku-buku
maupun bukan buku....yang diorganisasi secara
sistematis dalam suatu ruang sehingga dapat
membantu murid-murid dan guru dalam proses
pembelajaran....perpustakaan turut serta dalam
menyuseskan pencapaian tujuan lembaga pendidikan
yang menaunginya”
Menurut
Novriliam(2005:4)
dan
Prastowo
(2012)
perpustakaan sekolah memiliki empat fungsi umum, yaitu:
a. Fungsi edukatif, segala fasilitas dan sarana yang
terdapat
dalam
perpustakaan
dapat
membantu
peserta didik belajar secara mandiri,baik secara
individual
maupun
kelompok,
memperoleh
kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep
pengetahuan.
b. Fungsi
informatif,perpustakaan
diharapkan
dapat
memberikan informasi kepada guru maupun peserta
didik melalui koleksi yang dimilikinya baik berupa
buku maupun non buku.
c. Fungsi kreasi, perpustakaan menyediakan koleksi
yang
rekreatif
menghibur
sehingga
perpustakaan
pembacanya.Koleksi
yang
dapat
rekreatif
diharapkan dapat memunculkan ide-ide baru yang
bermanfaat bagi pengembangan daya kreasi para
pemakai perpustakaan sekolah.
d. Fungsi riset, koleksi perpustakaan sekolah dapat
dijadikan bahan untuk membantu dilaksanakannya
penelitian sederhana. Para peserta didik dan guru
dapat
mengumpulkan
bahan
dan
data
untuk
kepentingan penelitian.
e. Fungsi tanggung jawab administrasi, perpustakaan
melatih peserta didik bertanggung jawab dan terlatih
bersikap dan bertindak secara administrasi (Prastowo,
Andi, 2012:54-58)
f. Fungsi
kultural.
perpustakaan
Makna
memiliki
menyediakan
bahan
kebudayaan
daerah,
dari
dan
pustaka
fungsi
ini
adalah
menyediakan
yang
kebudayaan
dan
menyajikan
suatu
bangsa
maupun kebudayaan antar bangsa.( Saleh, Abdul
Rahman dan KomalasaRi, Rita :2010)
Sementara itu menurut Cella (2012) manfaat dari
keberadaan perpustakaan sekolah adalah 1) merangsang
minat baca baik pada guru dan siswa, 2) merupakan
sumber
literatur
yang
paling
dekat,
3) pusat
sumber
informasi, dan 4)sumber pembelajaran.
Perpustakaan sebagai sumber belajar diatur dalam UU
Sistem
Pendidikan
Nasional
nomor
20
tahun
2003
walaupun tidak secara khusus.Perpustakaan sebagai pusat
sumber
belajar
diatur
di
dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan tentang Standar Pendidikan yaitu, Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi, Lulusan, Standar
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan,
Standar
Sarana
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.
Di
dalam
mencapai
Standar
target
Isi
peserta
akademis
yang
didik
diharapkan
diharapkan
dengan
memunjukkan sikap sebagai pembelajar yang mandiri.
Dalam
hal
ini
diharapkan
peserta
didik
memperoleh
pengalaman belajar melalui pembiasaan dengan mencari
sendiri berbagai informasi atau pengetahuan lebih lanjut
dari berbagai sumber belajar (Permendiknas no 22 tahun
2006).
Standar Proses menyatakan bahwa sumber belajar
harus dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan secara
tepat. Guru
diharapkan menggunakan buku panduan,
buku pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lain
selain buku pelajaran secara tepat dalam pembelajaran
untuk membantu dan memotivasi peserta didik. Selain buku
teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru,
buku
pengayaan, buku
referensi
dan
sumber
belajar
lainnya. Selain itu guru diharapkan membiasakan peserta
didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain
yang
ada
di
perpustakaan
sekolah/madrasah
(Permendiknas no 41 tahun 2007).
Standar Kompetensi Lulusan menetapkan peserta didik
memperlihatkan
kemajuan
mandiri.
Diharapkan
kegiatan
belajar
pemecahan
memperoleh
yang
sebagai
pembelajar
yang
keterlibatan
peserta
didik
berkaitan
dengan
analisis
masalah-masalah
pengalaman
kompleks.
belajar
Peserta
melalui
dalam
dan
didik
program
pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih
lanjut dari berbagai sumber belajar (Permendiknas no 23
tahun 2006).
Standar
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan
menyatakan jumlah tenaga kependidikan harus memenuhi
standar. Tenaga kependidikan yang dimaksud salah satunya
adalah pengelola perpustakaan (Permendiknas nomor 25
tahun 2008).
Standar Sarana Prasarana mengatur tentang ruang
perpustakaan berkaitan dengan luas ruangan, ventilasi dan
kelengkapan ruang perpustakaan (Permendikns nomor 2004
tahun 2007).
Sedangkan Standar Pengelolaan menetapkan indikator:
sekolah meningkatkan keefektifan kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan dan pengembangan profesi pendidik
dan tenaga kependidikan. Pada indikator ini sekolah/
madrasah
dituntut
menyusun
program
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan
memperhatikan standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
di antaranya adalah tenaga perpustakaan yang dituntut
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan
pengelolaan sumber belajar diperpustakaan (Permendiknas
19 tahun 2007).
Standar
Pembiayaan
mengatur
sekolah
diwajibkan
menyusun Rencana Anggaran Belanja (RAB) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan
–penulis), pengembangan sumberdaya manusia (termasuk
tenaga perpustakaan –penulis) dan modal kerja tetap
(gedung,
kendaraan,
nomor 69 tahun 2009).
sarana
prasarana)
(Permendiknas
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan memiliki peran sentral dalam memajukan
peserta didik yaitu dalam perannya sebagai pusat sumber
belajar. Perpustakaan sekolah, sebagai salah satu Pusat
Sumber Belajar, dalam peran dan kedudukannya sebagai
bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tujuan
sebagai berikut (Sulistia, 2010):
a. Membantu
dan
memperkuat
tujuan
pendidikan
sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum
sekolah
b. Mengembangkan dan memperkuat kebiasaan dan
kegemaran membaca dan belajar para murid serta
penggunaan perpustakaan sepanjang hayat,
c. Memberikan
kesempatan
untuk
memperoleh
pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan
informasi untuk pengetahuan, pemahaman, imajinasi
dan keceriaan.
d. Membantu
murid
dalam
pembelajaran
dan
ketrampilan menilai serta menggunakan informasi,
dengan tidak memandang bentuk, format atau media,
termasuk kepekaan pada modus komunikasi dengan
komunitas.
e. Menyediakan
akses
ke
sumber
informasi
lokal,
regional, nasional dan global serta kesempatan yang
mengekspose pada gagasan, pengalaman dan opini
yang beraneka ragam.
f. Mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesadaran
dan kepekaan cultural dan sosial.
g. Bekerja sama dengan murid, guru, pimpinan sekolah
serta orang tua untuk mencapai misi sekolah.
h. Memaklumatkan konsep bahwa kebebasan intelektual
dan akses ke informasi merupakan hal penting bagi
terbentuknya warganegara yang bertanggung jawab
dan
partisipasi
dalam
alam
demokrasi;
mempromosikan kebiasaan membaca, sumber serta
jasa perpustakaan sekolah kepada seluruh komunitas
dan komunitas di luar sekolah (Sulistia :2010)
2.3. Tinjauan Pengembangan Perpustakaan
Keberadaan
keberadaan
perpustakaan
buku
atau
tidak
bahan
terlepas
dari
pustaka.Filsafat
kepustakawanan tidak dapat dilepaskan dari filsafat buku
atau bahan perpustakaan.Butler (1961) menyatakan buku
adalah suatu bentuk mekanisme sosial dalam melestarikan
memori
umat
manusia.Sedangkan
perpustakaan
merupakan perangkat sosial mengalihkan memori itu ke
dalam
kesadaran
setiap
pribadi
(Naskah
Akademis,2006:2012)
Tinjauan
filosofi
didasarkan
atas
pengembangan
hakekat
bahwa
perpustakaan
rekaman
memori
masyarakat bangsa Indonesia harus diteruskan kepada
setiap
warga
negara.Diharapkan
setiap
warga
negara
menggunakan akumulasi rekaman memori sebagai materi
pembelajaran sepanjang hayat(Naskah Akademis,2006:13).
Dasar
Indonesia
filosofis
pengembangan
perpustakaan
di
adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Amanat dari UUD 1945 yang secara jelas terkait
dengan bidang perpustakaan adalah bagian Pembukaan,
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu
tujuan nasional (Naskah Akademis Perpustakaan, 2006).
Bagian-bagian khusus dari UUD 1945 yang mendasari
Undang-undang Perpustakaan antara lain: (1) pasal 28
tentang hak asasi manusia, khususnya huruf f yang terkait
dengan hak untuk komunikasi dan memperoleh informasi;
(2) pasal 31 tentang pendidikan, yang telah dijabarkan lebih
rinci melalui UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (3) pasal 31 ayat 5 tentang kewajiban
pemerintah untuk memajukan Iptek, yang telah dijabarkan
antara lain melalui
Nasional
UU No 18/2002 tentang Sistem
Penelitian;
dan
(4)
pasal
32
tentang
kebudayaan.Sedang ketetapan MPR yang terkait antara lain
Ketetapan MPR Nomor 17/1998, pasal 21, bahwa: “Setiap
orang
berhak
untuk
mencari,
memperoleh,
memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
Tinjauan
historis
tentang
pengembangan
sistem
nasional untuk perpustakaan di Indonesia dapat dicermati
pada
antara
lain
berupa
laporan
dan
rekomendasi
Konsultan-konsultan Perpustakaan dari UNESCO seperti
Dunningham (1968),
Bryan (1972), Ward
(1975), dan
penelitian Soemardjan (1977) yang menghasilkan Laporan
dan Rekomendasi tentang Sistem Nasional Perpustakaan dan
Perpustakaan
Nasional
Indonesia,
serta
diterbitkannya
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0103/0/1981 tanggal 11 Maret 1981 tentang Pokok-pokok
Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di
Indonesia.
Keputusan
pengembangan
sistem
dimaksudkan
nasional
sebagai
landasan
perpustakaan
yang
mencakup pengembangan dan pembinaan berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia. Dengan sistem yang secara
nasional mengatur berbagai jenis komponen dan pola
keterkaitan antar komponen perpustakaan di diharapkan
dapat diciptakan dan ditumbuh-kembangkan berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia yang tetap memenuhi standar
mutu dan profesionalisme kepustakawanan.
2.4 Kerangka Berpikir
Penelitian ini merupakan pengembangan perpustakaan
sekolah.
Sebelum
sampai
pada
pembahasan
tersebut,
terlebih dahulu akan diuraian teori dan pemikiran yang
mendasari pengembangan perpustakaan sekolah. Dasar
pemikiran pengembangan perpustakaan sekolah ditulis
berdasarkan
Naskah
Akademis
Perpustakaan.
Dalam
Naskah akademis tidak diuraikan secara eksplisit tentang
perpustakaan sekolah, namun lebih kepada perpustakaan
dan kepustakawanan Indonesia. Mengingat perpustakaan
sekolah merupakan bagian dari perpustakaan Indonesia,
maka dasar pemikiran dan teori yang digunakan dalam
pengembangan perpustakaan nasional juga dapat dijadikan
dasar teori dalam pengembagan perpustakaan sekolah.
Dengan demikian apabila dalam uraian di bawah ini tertulis
tentang perpustakaan maka, yang dimaksud di dalamnya
termasuk perpustakaan sekolah.
Menurut
keberadaan
perpustakaan
naskah
dan
akademis
kegunaan
dalam
hidup
bahan
UU
Perpustakaan,
perpustakaan
keseharian
dan
masyarakat
Indonesia haruslah mempunyai dasar filosofis yang benar
dan kuat. Sumber falsafah dan dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 tujuan kemerdekaan Bangsa Indonesia tertulis:
... membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial ...
Untuk
mewujudkan
tujuan
kemerdekaan
bangsa
Indonesia, dimulai dengan melakukan upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hidup bangsa yang cerdas hanya akan
diwujudkan apabila setiap warga negara juga memiliki
hidup yang cerdas. Kecerdasan tiap warganegara dicapai
dengan adanya kemampuan dan kemauan belajar. Kegiatan
belajar dapat dilakukan secara formal maupun non formal.
Selain itu, kegiatan belajar sebenarnya juga dilakukan
dalam
menempuh
perjalanan
hidup
masing-masing
individu. Seseorang dapat belajar dari hidupnya, hidup
sesamanya
dan
dari
kehidupan
lingkungannya,
baik
lingkungan alam maupun sosialnya. Manusia dianjurkan
untuk belajar sepanjang hayat yang dibutuhkan untuk
mewujudkan
masyarakat
pembelajar
(learning
society).
Pemerintah memilki kewajiban untuk menyediakan fasilitas
agar warganegara dapat mencapai tujuan tersebut. Salah
satu
faslitias
yang
diperlukan
untuk
mewujudkan
masyarakat pembelajar adalah perpustakaan, di mana
melalui perpustakaan warganegara dapat belajar.
Naskah akademis Perpustakaan menyatakan bahwa
perpustakaan merupakan suatu institusi sosial, atau juga
suatu
sistem
sosial.
Sebagai
sebuah
sistem
sosial,
perpustakaan adalah interaksi antar anggota masyarakat
yang diproduksi dan direproduksi secara terus menerus
sehingga terpola dan terlihat sebagai kegiatan rutin. Dalam
interaksi ini, anggota-anggota masyarakat memanfaatkan
tata-aturan dan sumberdaya yang adalah struktur sosial
(hal 23).
Perpustakaan sebagai suatu sistem sosial, di dalamnya
terkandung interaksi berbagai pihak yang terus menerus.
Untuk
melakukan
komunikasi,
penerapan
interaksi
penggunaan
sanksi
diperlukan
kegiatan
kekuasaan/wewenang
sosial.
Untuk
dapat
serta
melaksanakan
kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan yaitu adanya:
a. Skema interpretasi, yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkepentingan melakukan komunikasi satu
sama lain.
b. Alokasi sarana, yang memungkinkan pihak yang
berinteraksi
dapat
mencapai
tujuannya
maupun
tujuan bersama,serta menentukan struktur hubungan
dominasi antar mereka.
c. Norma-norma diperlukan untuk kepastian legitimasi
berbagai pihak yang berinteraksi (Naskah Akademis,
2006, hal .23).
Perpustakaan
sebagai
institusi
dan
sistem
sosial
dipengaruhi oleh pemikiran Giddens (1984) dalam Teori
Strukturasi. Menurut Gidden (1984), ada dua hal utama
yang membentuk masyarakat, yaitu struktur masyarakat itu
dan aktor (gen) yang berupa individu yang terdapat dalam
masyarakat. Struktur sosial adalah tata-aturan (rules) dan
sumberdaya
(resources)
yang
dipakai
oleh
aktor-aktor
individual dalam masyarakat ketika mereka melakukan
tindakan-tindakan (actions). Pada saat yang sama, tataaturan dan sumberdaya itu sendiri adalah buatan dan hasil
negosiasi antar individu itu pula, sehingga terjadilah
hubungan ganda (duality) antara struktur dan agen (Naskah
Akademis, 2006, hal 24).
Menurut Giddens (1976) dalam Naskah Akademis),
setiap
struktur
sosial
memiliki
tiga
dimensi,
yaitu
signifikasi (signification) atau pemaknaan/pengertian melalui
simbol, hubungan dominasi (domination), dan legitimasi
(legitimation). Ketiga dimensi struktur ini dihubungkan
dengan tiga dimensi interaksi manusia yaitu komunikasi,
dimensi kekuasaan dan sanksi sosial. Hubungan antara
struktur
dan
interaksi
sosial
ini
tidaklah
langsung,
melainkan diperantarai oleh tiga "modal" (modalities), yaitu
(a)
skema
interpretasi
yang
menghubungkan
struktur
makna dengan kegiatan komunikasi, (b) fasilitas sosial, yang
menghubungkan dominasi dengan kekuasaan, dan (c)
norma sosial, yang menghubungkan legitimasi dengan
sanksi.
Dimensi-dimensi dalam struktur dan interaksi sosial
itu digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Dimensi Struktur dan Interaksi Sosial
Giddens
STRUKTUR
SIGNIFIKASI
DOMINASI
LEGITIMASI
Sarana antara
Bingkai
fasilitas
Norma
Interpretasi
INTERAKSI
KOMUNIKAS
I
KEKUASAAN
SANKSI
Berdasarkan teori strukturasi, perpustakaan, termasuk
di dalamnya perpustakaan sekolah, sebagai sebuah institusi
sosial memperlihatkan tiga dimensi Giddens sebagai berikut:
a. Dimensi interaksi antar berbagai pihak
Keberadaan
perpustakaan
terwujud
bila
ada
interaksi antar komponen dalam masyarakat. Interaksi
dalam proses pendidikan dan proses bermasyarakat
mencakup pula komunikasi yang dilakukan melalui
berbagai bahan yang tersedia di perpustakaan seperti
bacaan,
jurnal
ilmiah,
buku
teks,
bahan-bahan
elektronik, dan sebagainya. Untuk melihat perpustakaan
sebagai institusi sosial, dapat diperhatikan bagaimana
perpustakaan
komunikasi
dan
pustakawannya
pendidikan
atau
dilibatkan
komunikasi
dalam
sosial,
bagaimana hubungan kekuasaan antara berbagai pihak
dengan pustakawan, dan sanksi-sanksi sosial apa saja
yang
berlaku
dalam
pemanfaatan
perpustakaan
(halaman 26).
b. Dimensi modalitas
Setiap kali berbagai pihak berkomunikasi diperlukan
skema
interpretasi
yang
sama
agar
komunikasi
berlangsung efektif. Selain itu dalam berkomunikasi juga
diperlukan sarana atau faslitias tertentu. Dalam interaksi
antar berbagai pihak, maka fasilitas dan kewenangan ini
menentukan apa dan bagaimana setiap pihak yang
bersangkutan mencapai tujuan mereka. Alokasi fasilitas
dan kewenangan ini menentukan bentuk hubungan
kekuasaan (power relations) antar berbagai fihak yang
berinteraksi,
misalnya
antara
pustakawan
dengan
pemustaka. Selain fasilitas, hal lain yang diperlukan
yaitu norma atau kaidah untuk menentukan benar atau
salah dalam melakukan kegiatan. Dalam kaitannya
dengan perpustakaan, maka norma-norma pendidikan
dan norma-norma sosial ini mengatur pula kaidahkaidah
kebenaran
dalam
hal-hal
yang
dikelola
perpustakaan
c. Dimensi struktur
Skema interpretasi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi di perpustakaan terwujud berupa tata-cara
berkomunikasi dan memanfaatkan perpustakaan. Ini
semua terangkum dalam seperangkat makna/artian yang
diterima bersama. Struktur ini merupakan pedoman
umum, yang
dapat diubah-ubah setiap saat melalui
perubahan dalam skema interpretasi, alokasi fasilitas,
maupun perubahan norma-norma (halaman 26).
2.5 Kajian Penelitian Sejenis
Menurut Kahar (2009) pengembangan perpustakaan
sekolah adalah berbagai kegiatan perbaikan yang dilakukan
secara terus-menerus,dan dinamis yang membutuhkan
modifikasi agar dapat membantu menghadapi tuntutan
kebutuhan perpustakaan sekolah dan masyarakat.Dalam
mengembangkan
perpustakaan
sekolah
Kahar
(2009)
menawarkan satu konsep “Pola strategi sinergis”, artinya
adanya satu pola dalam pengembangan perpustakaan
sekolah khususnya untuk tingkat daerah, yang melibatkan
tiga komponen yaitu 1) Pemerintah (dinas pendidikan
daerah dan BAPERASDA), 2)Sekolah (kepala sekolah),3)
masyarakat (orang tua murid,perusahaan/pelaku bisnis dan
lain. Ketiga komponen harus berkomitmen dan bekerja
dalam suatu sistem yang memunculkan sinergi sebagai
kekuatan untuk mendorong terwujudnya pengembangan
perpustakaan sekolah seperti yang diharapkan.
Pengembangan
perpustakaan
sekolah
menurut
Kahar(2009) digambarkan dalam skema di bawah ini :
Gambar 2.2 Skema Pengembangan Perpustakaan Sekolah Menurut
Kahar (2010 )
PEMERINTAH
PENGEMBANGAN
PERPUSTAKAAN
SEKOLAH
SEKOLAH
MASYARAKAT
1. Koleksi
2. Sarana Prasarana
3. Sumber Daya
Perpustakaan :
3.1 Kompetensi
profesional
3.2 Kompetensi
individu
a. Komponen Pemerintah
Lembaga
pemerintah
yang
dilibatkan
dalam
pengembangan perpustakaan sekolah adalah Departemen
Pendidikan Nasional, dan Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah (BAPERASDA), karena kedua lembaga ini turut
memayungi dan bertanggung jawab terhadap perpustakaan
sekolah yang berada di daerah.
Strategi utama yang dilakukan pemerintah daerah yaitu
adanya
“goodwill”
mengagendakan
dengan
pembangunan
sunguh-sungguh
perpustakaan
sekolah
menjadi prioritas melalui penyususun kebijakan tentang
pengembangan
perpustakaan
sekolah
di
daerah.Pengembangan perpustakaan harus diagendakan
dalam Rencana Strategi (Renstra), paling tidak dalam jangka
waktu 5 tahun ke depan.
b. Komponen Pimpinan Sekolah
Dalam hal ini yang menjadi faktor kunci dalam
pengembagan perpustakaan sekolah adalah kepala sekolah.
Strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu
(1)
menjembatani
(2)
sekolah
dengan
masyarakat
dan
memobilisasi bantuan masyarakat, terutama mengadakan
link ke BUMN, industri/pelaku bisnis yang ada di daerah.
c. Komponen Masyarakat
Unsur masyarakat yang terkait dengan pengembangan
perpustakaan sekolah, terdiri dari orang tua/wali peserta
didik, tokoh pendidikan, pelaku bisnis/industri, alumni
peserta didik. Strategi yang dilakukan terhadap unsurunsur masyarakat tersebut adalah kepala sekolah harus
menggugah
masyarakat
untuk
memberikan
kontribusi
secara langsung.
Hal-hal esensial yang harus dikembangkan dalam
pengembangan perpustakaan sekolah menurut Kahar (2009)
sebagai berikut:
a. Koleksi, harus ditingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun ualitas. Kolek dilengkapi dengan buku-buku
bacaan yang dapat menarik minat baca peserta didik.
Koleksi
perpustakaan
sekolah
harus
disesuaikan
dengan kebutuhan siswa untuk tingkat Sekolah
dasar,
sekolah
menengah
pertama,
dan
sekolah
menengah atas.
b. Sarana dan prasarana, misalnya ruang perpustakaan,
yang dilengkapi dengan perabot atau mebelair yang
ditata rapi dan bersih sehingga memberi kenyamanan
bagi anak didik. Selain itu juga diperlukan sarana
komputer
untuk
memperlancar
tugas-tugas
perpustakaan.
c. Sumber daya perpustakaan yang memiliki kompetensi
tertentu,
dalam
hal
ini
meliputi
penguasaan
keterampilan dan pengetahuan serta penguasaan
terhadap tugas, dan motivasi dalam menjalankan
tugas. Special Libraries Association (1996 : 6), seperti
yang dikutip Kahar (2010), merumuskan dua jenis
kompetensi, yaitu (1) kompetensi profesional, yang
terkait dengan pengetahuan pustakawan di bidang
sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan
penelitian,
serta
kemampuan
kemampuan
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar
untuk
menyediakan
informasi;
(2)
menggambarkan
layana
perpustakaan
dan
individu
yang
kompetensi
satu
kesatuan
keterampilan,
perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan, agar
dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator
yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat
memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan
terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia
kerjanya.
Berbeda dengan Kahar (2009), dalam salah satu
jurnalnya
Darmono
pengembangan
dengan
(2007),
perpustakaan
beberapa
cara,
menyatakan
sekolah
yaitu
1)
dapat
bahwa
dilakukan
pemantapan
status
organisasi atau kelembagaan perpustakaan sekolah, 2)
adanya anggaran yang memadai, 3) pengadaan gedung atau
ruang yang representative, 4) penyesuaian koleksi bahan
pustaka
dengan
kebutuhan
minimum
sekolah,
5)
penyediaan peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan,
6) adanya tenaga perpustakaan
dengan kualifikasi yang
memadai, 7) layanan perpustakaan, disesuaikan dengan
kebutuhan siswa, dan 8) promosi yang menarik kepada
siswa.
2.6 Standar Nasional Perpustakaan
Standar
perpustakaan
Nasional
dari
Perpustakaan
tingkat
mengatur
sekolah
standar
dasar/madrasah
ibtidaiah sampai dengan perguruan tinggi baik negeri
muapun swasta. Sesuai dengan kepentingan penelitian ini,
peneliti akan menguraikan standar perpuatakaan untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah (SD/MI).
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
SD/MI,
perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal
merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang
bersangkutan. Selain itu perpustaan sekolah termasuk
pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan
sekolah
Perpustakaan, 2011).
tersebut
(Standar
Nasional
Standar Nasional untuk Perpustakaan SD/MI mengatur
standar perpustakaan sekolah yang terdiri dari standar
koleksi,layanan,
sarana
penyelenggaraan,
perpustakaan,
prasarana,
pengelolaan,
anggaran,
layanan
tenaga,
pengorganisasian
perawatan,
kerjasama
bahan
dan
integrasi dengan kurikulum. Berikut ini akan diuraikan
tentang masing-masing standar:
2.6.1
Standar Koleksi mengatur tentang:
a. Jenis koleksi perpustakaan, yang meliputi buku yang
terdiri
dari
buku
teks,
buku
penunjang
kurikulum,buku bacaan,buku referensi dan buku
biografi .Selain itu yang termasuk standar koleksi
adalah terbitan berkala,audio visual,dan multi media.
b. Jumlah koleksi berkaitan dengan jumlah koleksi,
standar
koleksi
memperkaya
mengatur
koleksi
dan
bahwa
perpustakaan
menyediakan
bahan
perpustakaan dalam berbagai bentuk media dan
format. Perpustakaan wajib menambah koleksi buku
per tahun dengan ketentuan semakin banyak jumlah
koleksi
semakin
kecil
prosentase
penambahan.
Perpustakaan juga wajib melanggan minimal satu
judul majalah dan satu judul surat kabar.
c. Bahan
perpustakaan
referensi,
terdiri
dari
sekurang-kurangnya meliputi berbagai jenis kamus,
ensikopledi, buku statistik daerah, buku telepon,
peraturan perundang-undangan, atlas, peta, biografi
tokoh dan kitab suci.
d. Pengorganasian bahan pustaka, bahan perpustakaan
didiskripsikan, diklasifikasi, diberi tajuk subjek, dan
disusun secara sistematis.
e. Cacah
ulang
dan
penyiangan,
perpustakaan
melakukan cacah ulang dan penyiangan koleksi
perpustakaan sekurang-kurangnya satu kali dalam
setahun.
f. Perawatan, dilakukan dengan pengendalian kondisi
ruangan dengan cara menjaga kecukupan cahaya dan
kelembaban udara.
2.6.2 Sarana prasarana, terdiri dari :
a. Gedung/ruang,
perpustakaan
menyediakan
gedung/ruang yang cukup untuk koleksi,pemustaka
dan staf sesuai Permendiknas nomor 24 taun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana
b. Area,
perpustakaan
sekurang-kurangnya
meliputi
area koleksi, area baca dan area kerja.
c. Sarana prasarana, terdiri dari berbagai rak untuk
buku, majalah, dan surat kabar, meja dan kursi baca,
meja dan kursi kerja, almari, meja sirkulasi, papan
pengumuman, TV, dan lain-lain.
d. Lokasi
perpustakaan,
terletak
di
pusat
kegiatan
pembelajaran, mudah dilihat dan mudah dijangkau
oleh pemustaka.
2.6.3.Layanan, mengatur tentang:
a. Jam buka, yaitu sekurang-kurangnya enam jam
perhari
b. Jenis layanan yang terdiri dari layanan membaca di
tempat, layanan sirkulasi dan layanan referensi.
c. Program
wajib
kunjung
perpustakaan
sekurang-
kurangnya satu jam per hari per kelas untuk setiap
minggunya.
d. Program pendidikan pemustaka dan Program literasi
informasi sekurang-kurangnya setahun sekali.
e. Promosi perpustakaan yang dilakukan dengan cara
pembuatan brosur/leaflet/pamflet, daftar buku baru,
majalah
dinding
perpustakaan,
dan
lomba
yang
berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan
f. Laporan
kegiatan
layanan(statistik).
Perpustakaan,sekurang-kurangnya
berupa
laporan
bulanan dan laporan tahunan.
g. Kerjasama
kerjasama
perpustakaan
dengan
dengan
perpustakaan
melakukan
sekolah
lain,
perpustakaan umum dan komite sekolah.
h. Integrasi
dengan
kurikulum.Perpustakaan
mengadakan kegiatan yang mendorong kegemaran
membaca,pembelajaran bidang studi di perpustakaan
di bawah asuhan guru dan pustakawan.Selain itu
juga mengadakan pengajaran literasi informasi,terlibat
dalam
perencanaan
perangkat
pembelajaran,membantu
guru
mendayagunakan
informasi
menyelenggarakan
kegiatan
mengakses
membaca
dan
publik,
buku
elektronik, membantu guru mengidentifikasi sumber
rujukan materi pelajaran dan pembelajaran berbasis
tehnologi informasi.
2.6.4 Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah
Standar
tentang
tenaga
jumlah
perpustakaan
tenaga
sekolah
perpustakaan
mengatur
dan
kepala
perpustakaan.
2.6.7. Standar Penyelenggaraan
Hal-hal yang diatur dalam standar ini adalah mengenai
penyelenggaraan dan pendirian perpustakaan, nomor pokok
perpustakaan, struktur organisasi, dan program kerja.
2.6.6 Standar Pengelolaan
Standar
Pengelolaan
berkaitan
dengan
standar
pengelolaan hal yang diatur adalah tentang visi dan misi
perpustakaan, tujuan perpustakaan sekolah, kebijakan
pengelolaan perpustakaan sekolah, dan tugas perpustakaan
sekolah.
Selain
itu
juga
mengatur
tentang
fungsi
perpustakaan sekolah.
2.6.5 Standar Anggaran
Standar anggaran mengatur bahwa sekolah menjamin
tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurangkurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja
pegawai dan pemeliharaan serta perawatan ruang.
2.7 Pengembangan
Perpustakaan
Menurut UU
Perpustakaan
Pengembangan Perpustakaan sekolah diatur dalam
pasal 23 UU no 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang
berbunyi demikian:
1) Setiap
sekolah/madrasah
menyelenggarakan
perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan
dengan
memperhatikan
Standar
Nasional Pendidikan.
2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang
3)
4)
5)
6)
ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang
mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan
pendidik.
Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung
pelaksanaan kurikulum pendidikan.
Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta
didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di
lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan
layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi.
Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling
sedikit 5% dari anggaran belanja operasional
sekolah/madrasah atau belanja barang di luar
belanja
pegawai
dan
belanja
modal
untuk
pengembangan perpustakaan.
Berdasarkan pasal 23 UU Perpustakaan nomor 43
tahun 2007, pengembangan perpustakaan sekolah meliputi
komponen-komponen:
1. Pengembangan koleksi yang mendukung pelaksanaan
kurikulum
pendidikan
baik
berupa
buku
teks
maupun koleksi yang lain (ayat 1 dan 2)
2. Memberikan layanan yang mendukung kurikulum
(ayat 3)
3. Mengembangkan layanan berbasis teknolgi informasi
dan komunikasi (ayat 4)
4. Pengalokasian dana paling sedikit 5% dari anggaran
belanja operasional atau belanja barang di luar
belanja pegawai untuk pengembangan perpustakaan
(ayat 5).
Komponen dalam pengembangan perpustakaan sekolah
menurut
Undang-Undang
Perpustakaan
diuraikan di bawah ini.
2.7.1 Pengembangan Koleksi Perpustakaan
secara
rinci
Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
mendifiniskan
koleksi
perpustakaan adalah:
sekumpulan sumber informasi dalam berbagai bentuk
yang telah dipilih sesuai dengan tujuan program sekolah
yang bersangkutan ,mencakup dan menunjang semua
program studi,,memberikan pengetahuan umum yang
sesuai
dengan tingkat kecerdasan ,kemampuan
baca,serta perkembangan jiwa murid
dan tuntutan
profesi guru (Prastowo, 2012, hal 115).
Sinaga, demikian juga Yusuf dan Suhendar menyatakan
koleksi perpustakaan yaitu sekumpulan bahasn pustaka
baik yang berupa buku atau bukan buku ,yang dikelola
sedemikian rupa oleh perpustakaan (sekolah) untuk turut
serta menjamin kelancaran dan keberhasilan kegiatan
proses pembelajaran di sekolah (Prastowo, 2012).
Sedangkan
ketentuan
umum
Undang-Undang
Perpustakaan nomor 43 tahun 2007 menyatakan bahwa
koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam
berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang
dihimpun, dolah dan dilayankan (pasal 1).
Koleksi perpustakaan menurut Randall dan Godrich
(Prastowo, 2012) memiliki empat fungsi yaitu:
a. Fungsi referensi (reference function), yaitu koleksi
perpustakaan harus dapat meberikan informasi yang
cepat, tepat dan akurat bagi pemakainya.
b. Fungsi
kurikuler
(curricular
function),
yaitu
bahan-bahan pustaka harus mendukung kurikulum.
c. Fungsi umum (general function). Fungsi ini berkaitan
dengan pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya
manusia secara keseluruhan. Pelestarian tersebut
diharapkan berguna bagi kehidupan seluruh manusia.
d. Fungsi
penelitian
(research
function),
keberadaan
koleksi perpustakaan dapat menjawab keingintahuan
para
pemakainya.
Selain
itu
juga
menyediakan
berbagai informasi yang dibutuhkan para pemakai
maupun peneliti dalam menjalankan tugas mereka.
Suwarno
(2011)
menyatakan
bahwa
koleksi
perpustakaan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Karya cetak berupa buku teks, buku referensi (buku
rujukan, seperti ensklopedi, kamus, biografi, dll),
terbitan pemerintah (seperti peraturan perundangundangan), laporan penelitian dan terbitan berkala
(seperti majalah, jurnal, buletin dan surat kabar).
b. Karya
rekam
berupa
kaset
audio,
VCD,
CD
pengetahuan, televisi, dan lain-lain.
c. Media elektronik atau not recorded, yaitu media
penyimpanan informasi berupa pangkalan data yang
ditayangkan melalui monitor komputer, misalnya
internet .
d. Prastowo (2012) menambahkan satu jenis koleksi
yang lain yaitu berupa alat peraga sebagai alat bantu
dalam
proses
pelajaran
belajar
mudah
mengajar
dipahami
supaya
materi
peserta
didik
(halaman133).
Pengembangan koleksi perpustakaan terkait dengan
pengadaan koleksi. Rangkaian kegiatan pengadaan meliputi:
a. Pemilihan koleksi
Pemilihan
koleksi
dilakukan
dengan
mengidentifikasi koleksi yang akan dipilih.Pemilihan
koleksi sebaiknya dilakukan oleh pustakawan dengan
melibatkan guru dan
kepala sekolah. Tujuannya
adalah
perpustakaan
agar
koleksi
benar-benar
berdaya guna bagi guru maupun murid ( Sinaga
dalam Prastowo, 2012).
Terdapat enam prinsip dalam pemilihan koleksi,
yaitu (1) disesuaikan dengan kurikulum nasional,
(2) disesuaikan
dengan
sistem
pendidikan
secara
nasional, (3) disesuaikan dengan daerah tempat
perpustakaan tersebut berada, (4) disesuaikan dengan
tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah, (5)
disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional,
dan (6) disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Dalam pengadaan koleksi diperlukan alat bantu
seleksi koleksi perpustakaan yang berupa pendapat
para ahli, bibliografi, majalah profesional
dan book
review,serta katalog-katalog, baik dari penerbit, toko
buku, dealer maupun lembaga-lembaga tertentu.
b. Cara pengadaan
Teknik atau pengadaan koleksi perpustakaan
sekolah adalah kegiatan rutin yang dilakukan dengan
cara
pembelian,
masyarakat
hadiah/sumbangan,
setempat,
tukar
menukar
swadaya
dengan
perpustakaan lain (Prastowo, 2012).
Langkah
pembelian
dilakukan
dengan
cara
sebagai berikut :
1) mengadakan musyawarah antara pustakawan,
guru dan kepala sekolah
mengenai cara
pembalian buku
dan jenis buku yang akan
dibeli;
2) pustakawan menulis daftar pesanan buku
atau koleksi lain yang akan dibeli
3) mengirim daftar pesanan ke pihak yang akan
dipesan bukunya.
Apabila pengadaan koleksi dengan
hadiah atau
sumbangan dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1) perpustakaan secara aktif menghubungi pihakpihak
tertentu
sambil
membuat
Pihak yang dapat dihubungi
permohonan.
misalnya penerbit,
badan pemerintah, perusahaan, dan lain-lain.
2) mencari bantuan yang sifatnya tidak mengikat
3) mengundang
orang
tua
murid
untuk
mendiskusikan pengembangan perpustakaan.
4) Mengedarkan permohonan
baik
berupa
buku
sumbangan sukarela
maupun
uang
kepada
masyarakat maupun orang tua murid.
Apabila pengadaan buku dengan tukar menukar antar
perpustakaan, perlu dipertimbangkan sebagai berikut: (1)
apakah koleksi tersebut bermanfaat bagi perpustakaan
sekolah, (2) apakah koleksi sesuai dengan kebutuhan guru
atau siswa.
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
Sekolah,
perpustakaan memperkaya koleksi dan menyediakan bahan
perpustakaan dalam bentuk media dan format sekurangkurangnya:
a. Buku teks 1 eksemplar per mata pelajaran per peserta
didik.
b. Buku panduan pendidik 1 eksemplar per mata
pelajaran per guru bidang studi
c. Buku pengayaan dengan perbandingan 60% non fiksi
dan 40% fiksi, dengan ketentuan bila 1 sampai
6 rombongan belajar jumlah buku sebanyak 1.000
judul, 7 sampai 12 rombongan belajar sebanyak
1.500 judul,13 sampai 24 rombongan belajar jumlah
buku sebanyak 2.000 judul.
Perpustakaan menambah koleksi buku per tahun
dengan ketentuan semakin besar jumlah koleksi, semakin
kecil prosentasi penambahan koleksi. Untuk 1.000 judul
buku penambahan sebanyak 10%, buku sejumlah 1.500
judul penambahan 8% dan untuk 2.000 judul buku atau
lebih penambahan sebanyak 6%.
Selain itu, perpustakaan berlangganan minimal satu
judul majalah dan satu judul surat kabar. Sedangkan bahan
perpustakaan referensi sekurang-kurangnya meliputi kamus
Bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris-Indonesia, kamus
bahasa daerah, ensiklopedi, buku statistik daerah, buku
telepon,
peraturan
perundang-undangan,
atlas,
peta,
biografi tokoh dan kitab suci.
2.7.2. Pelayanan Perpustakaan Sekolah yang Mendukung
Kurikulum
Layanan perpustakaan diatur dalam Undang-Undang
Perpustakaan no 43 tahun 2007 pasal 14 yang menyatakan
bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan
berorientasi
pada
kepentingan
pemustaka
(ayat
1).
Perpustakaan
menerapkan
termasuk
layanan
perpustakaan
berdasarkan
sekolah
standar
harus
nasional
perpustakaan (ayat 2). Selain itu ayat 3 menyatakan bahwa
setiap
perpustakaan
mengembangkan
layanan
perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam
Undang-Undang
Perpustakaan
dinyatakan
bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima.
Pelayanan prima perpustakaan menurut Dian Sinaga dalam
Pratowo, 2012 adalah suatu upaya dari pihak pustakawan
sekolah untuk memberikan kesempatan kepada pemustaka
dalam
mendayagunakan
bahan
pustaka
dan
fasilitas
perpustakaan lainnya secara optimal. Sedangkan Muchyidin
(Sinaga, 2011) menyatakan bahwa kegiatan pelayanan
perpustakaan
adalah
usaha
untuk
mendayagunakan
bahan-bahan agar dapat digunakan secara maksimal oleh
pemustaka. Standar Nasional Perpustakaan menyatakan
perpustakaan
wajib
menyediakan
layanan
kepada
pemustaka sekurang-kurangnya enam jam per hari kerja.
Tujuan
pelayanan
perpustakaan
adalah
untuk
memberikan pelayanan yang dapat maemuaskan dan fokus
pada
pelanggan
(pemustaka).
Pelayanan
perpustakaan
merupakan pemberdayaan, dalam hal ini memberikan
pelayanan
sesuai
kebutuhan
pemustaka
yang
terbaik
(Suryanto, Adi dan Sutopo dalam Prastowo 2012).
Terdapat dua jenis pelayanan perpustakaan menurut
Prastowo (2012) yaitu pelayanan langsung dan pelayanan
tidak langsung. Pelayanan langsung merupakan pelayanan
yang diberikan pustakawan langsung kepada pemustaka.
Dalam pelayanan lansung hasilnya akan dinikmati langsung
oleh pemakai. Contoh pelayanan langsung:
1) Pelayanan
sirkulasi,
permintaan
yaitu
dan
kegiatan
pengembalian
melayani
buku-buku
perpustakaan sekolah. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pelayanan peminjaman koleksi, pengembalian koleksi
perpustakaan, membuat statistik pengunjung dan
peminjam perpustakaan dan pembuatan keterangan
bebas pinjam, misalnya kepada pemustaka yang tidak
lagi menjadi anggota perpustakaan.
2) Pelayanan
referensi,
yaitu
semua
kegiatan
yang
ditujukan untuk mempersiapkan segala sarana (fisik
dan non fisik) untuk mempermudah penelusuran
innformasi.
Pelayanan
referensi
kepada
siswa
dimaksudkan sebagai bimbingan kepada para siswa
agar mampu menggunakan berbagai jenis koleksi
referensi secara cepat, tepat dan akurat. Dalam
memberikan pelayanan referensi, perlu dijelaskan
penggunaan katalog manual, komputer, penggunaan
sumber rujukan.
3) Pelayanan bimbingan kepada pemakai, merupakan
kegiatan yang ditujukan kepada pemakai untuk dapat
mengoptimalkan penggunaan koleksi perpustakaan.
Terdapat
beberapa
bentuk
pelayanan
bimbingan
misalnya menerangkan kepada pemustaka tentang
cara penggunaan perpustakaan dengan baik. Kegiatan
yang bisa dilakukan yaitu mengadakan momenmomen
yang
tepat
untuk
memperkenalkan
keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan, misalnya
kegiatan ramah tamah atau pertemuan lainnya.
Kegiatan
lain
mengadakan
yang
dapat
pameran
dilaksanakan
sederhana
yaitu
tentang
perpustakaan dengan melibatkan guru dan siswa,
mengadakan pemuataran film yang menarik, kegiatan
perlombaan. Dan yang tidak kalah penting adalah
para petugas harus bersikap ramah dan senang
membantu
pelayanan
(Prastowo,
bimbingan
2012).
Berkaitan
menurut
Standar
dengan
Nasional
Pendidikan, perpustakaan wajib memiliki program
pendidikan pemustaka sekurang-kurangnya setahun
sekali. Selain itu perpustakaan memiliki program
literasi
informasi
sekurang-kurangnya
dua
kali
setahun untuk setiap tingkatan kelas.
Jenis pelayanan yang kedua adalah pelayanan tidak
langsung. Pelayanan ini ditujukan kepada
pengguna
potensial dan pengguna aktual. Pengguna potensial yaitu
para
siswa
yang
belum
menggunakan
fasilitas
perpustakaan. Sedangkan pengguna aktual adalah
pihak
yang sudah datang ke perpustakaan dan menggunakan
fasilitas perpustakaan. Terhadap pengguna aktual, petugas
perpustakaan dapat melakukan pembinaan, sedangkan
kepada pengguna potensial petugas melakukan pendekatan
sebaik-baiknya dan memberikan motivasi agar pengguna
potensial mau datang dan menggunakan perpustakaan.
Kegiatan ini dapat melibatkan guru dan kepala sekolah.
Selain kedua jenis pelayanan di atas juga terdapat
pelayanan perpustakaan lainnya, yaitu membaca di tempat,
pelayanan fotokopi, pelayanan internet, jam/hari wajib di
perpustakaan, pelayanan kelas alternatif, dan penyediaan
bahan
pelajaran.
Kegiatan
membaca
di
tempat
diselenggarakan dengan berbagai pertimbangan, misalnya
keterbatasan
koleksi,
keterbatasan
petugas
maupun
keterbatasan
ruangan.
Untuk
kegiatan
ini
diperlukan
ruangan yang nyaman dan memadai.
Menurut Standar Nasional Perpustakaan kegiatan wajib
kunjung
perpustakaan
sekurang-kurangnya
satu
jam
pelajaran per kelas per minggu. Kegiatan jam/hari wajib di
perpustakaan
berlaku
untuk
staf,
guru,
siswa
dan
karyawan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
minat baca.
Pelayanan
kelas
alternatif
maksudnya
adalah
penggunaan ruang perpustakaan untuk kegiatan belajar
mengajar di bawah bimbingan guru tertentu. Agar kegiatan
tidak tumpang tindih, maka perlu dibuat jadwal dan
koordinasi antara guru dan pihak perpustakaan.
Penyediaan
bahan
pelajaran
dilakukan
dengan
menyediakan bahan pelajaran materi tertentu sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini melibatkan pimpinan
sekolah, guru dan pustakawan.
Menurut
Standar
Nasional
Perpustakaan
(2011),
pelayanan di perpustakaan harus melakukan kegiatan yang
berintegrasi dengan kurikulum yang meliputi
a. Kegiatan mendorong kegemaran membaca melalui
mendongeng, membaca bersama dan menceritakan
kembali
b. Pembelajaran bidang studi di perpustakaan di bawah
asuhan guru dan pustakawan
c. Pengajaran program literasi informasi
d. Menyelenggarakan kegiatan membaca buku elektronik
e. Membantu guru mengidentifikasi sumber rujukan
materi mata pelajaran
f. Pembelajaran berbasis teknologi informasi bekerja
sama dengan guru bidang studi
2.7.3 Mengembangkan Layanan Berbasis Teknolgi Informasi
dan Komunikasi
Menurut International Federation of Library Associations
and Institution atau IFLA/UNESCO (2006) perpustakaan
sekolah mempunyai peran penting sebagai pintu gerbang
bagi masyarakat masa kini yang berbasis informasi. Oleh
karena itu perpustakaan sekolah harus menyediakan akses
ke semua peralatan elektronik, komputer, dan pandangdengar. Peralatan tersebut meliputi komputer meja dengan
akses Internet, katalog akses publik yang disesuaikan
dengan usia dan tingkat murid yang berbeda, tape-recorder,
perangkat CD-ROM, alat pemindai (scanner), perangkat
video
(video
players),
peralatan
komputer,
khusus
disesuaikan untuk pengguna tuna netra ataupun menderita
cacat fisik lainnnya (halaman 12).
Basuki
komunikasi
(2010)
memiliki
menulis
teknologi
dampak
terhadap
informasi
dan
perpustakaan
sebagai berikut:
a. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
menciptakan
informasi
memungkinkan
penciptaan
digital.Selain
materi
itu
perpustakaan
dalam bentuk digital
b. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
terbentuknya akses terpasang (online acces) serta
transfer berkas.
c. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
terbentuknya jaringan komputer.
Perkembangan teknologi dan komunikasi informasi
membawa
pengaruh
meningkatnya
tingkat
kepada
“melek”
pemustaka,
teknologi,
yaitu
meningkatnya
tuntutan pada akses informasi yang lebih cepat dan lebih
baik, serta meningkatnya kesenjangan antara yang kaya
informasi
dengan
kelompok
yang
miskin
informasi
(Basuki, 2010).
Terhadap pustakawan, perkembangan teknologi dan
komunikasi
informasi
memiliki
dampak
yaitu
adanya
tuntutan pustakawan perlu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan tentang teknologi dan komunikasi informasi.
Selain itu pustakawan memerlukan alat teknologi dan
komunikasi informasi. Pustakawan juga dituntut untuk
belajar terus menerus tentang teknologi komunikasi dan
informasi.
Lasa, seperti yang dikutip Prastowo (2012), menyatakan
pemanfaatan
teknologi
informasi
komunikasi
dalam
kegiatan perpustakaan memiliki tujuan sebagai berikut (1)
meringankan
pekerjaan,
(2)
memperlancar
pelaksanaan
tugas
mempercepat
meningkatkan
temu
kembali
pelayanan
akan
informasi
memudahkan
kepustakawanan,
informasi,
dan
dan
dan
(3)
(5)
memanfaatkan
teknologi informasi.
Dalam
pengembangan
perpustakaan,
kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pemustaka. Salah satu
legiatan yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut
adalah otomatisasi perpustakaan. Basuki (2010) menulis
otomatisasi perpustakaan adalah penggunaan teknologi
informasi di perpustakaan, dalam hal ini peran teknologi
informasi
lebih
dominan
daripada
peran
manusia.
Sedangkan Prastowo (2012), mengutip Lasa, menyatakan
bahwa otomatisasi perpustakaan sebenarnya lebih tepat
disebut teknologi informasi, yaitu teknologi elektronik yang
digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan
dan pemanfaatan informasi. Teknologi informasi digunakan
untuk
kegiatan
sirkulas,
pengadaan,
bibliografi,
inventarisasi,
pengindeksan
dan
katalogisasi,
penelusuran
literatur.
Seiring
perkembangan
teknologi,perpustakaan
telah
beranjak dari sistem konvensional menuju sistem digital.
Jika perpustakaan tidak mengikuti perkembangan maka
akan ditinggalkan pemustaka (Suwarno, 2010). Kondisi
tersebut memunculkan perpustakaan perpustakaan digital
(digital library).
Suwarno (2010 ) menyatakan perpustakaan digital
merupakan perpustakaan yang melayani pemustaka dengan
segala
kemudahannya.
Marryla,
seperti
yang
dikutip
Suwarno (2010), menyatakan bahwa:
perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan
berbagai sumber informasi yang mencakup staf ahli
untuk memilih, menyusun dan menyediakan akses karya
ilmiah agar diinterpretasikan, didistribusikan, dan
dipelihara secara terintegrasi dari waktu ke waktu
sedemikian rupa sehingga selalu tersedia dan siap
dimanfaatkan oleh komunitas pemustaka .
Adapun ciri-ciri perpustakaan digital secara umum
adalah sebagai berikut 1) menggunakan komputer untuk
mengelola SDP, 2) menggunakan saluran elektronik untuk
menghubungkan
informasi,
penyedia
3)memanfaatkan
informasi