Permasalahan dalam Ujian Nasional dalam

MAKALAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
Permasalahan dalam Ujian Nasional

Nama

: Yulia Eka Putri

Nim

: 1201794

Jurusan

: Sosiologi

Prodi

: Pendidikan Sosiologi-Antropologi


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelasaikan tugas akhir Sosiologi
Pendidikan dalam bentuk makalah yang membahas mengenai “Permasalahan dalam Ujian
Nasional” .
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan kesulitan, akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
penyusunan maupun dari materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
sekaligus menjadi pengetahuan yang berguna bagi pembaca.

Padang, 25 April 2014


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI ii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan

2


BAB II Pembahasan 3
2.1 Perkembangan Sejarah Perjalanan Ujian Nasional
3
2.2 PRO dan KONTRA dari Ujian Nasional yang di laksanakan di Indonesia
5
2.3 Solusi dari permasalahan dari Dilaksanakan Ujian Nasional 6
2.4 Persepektif Sosiologi tentang melihat permaslahan Ujian Nasional........................7
BAB III Kesimpulan................................................................................................................8
KEPUSTAKAAN...................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam mengukur kualitas bangsa dapat diukur lewat pendidikan. Seberapa
majukah pendidikan itu berkembang dan memberikan progress kepada bangsa lewat
kebijakan yang dibuat Pemerintah melalui program, seperti sekolah 9 tahun,
pendidkan luar sekolah, pendidikan inklusif, pendidikan luar biasa, dan banyak lagi
pendidikan yang di programkan oleh pemerintah demi rangka mencerdaskan bangsa.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang ditetapkan oleh pemerintah yakni Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Selain itu juga pemerintah mengatur

melalui peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (Juncto PP No 32/2013) tentang
standar nasional pendidikan yang berisi. Pertama, mengembangkan kemampuan yang
kedua, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa.
Proses untuk mengukur keberhasilan dari program pendidikan tersebut di
lakukannya proses evaluasi sesuai dilaknakan Badan Pendidikan Standar Nasional
(BPSN) yakni melalui Ujian Nasional. Ujian Nasional yang di adakan tiap tahunnya
dengan menggunkan dana yang tidak tanggung-tanggungnya hingga trilliunan rupiah
untuk mendanai Ujian Nasional tersebut. Ujian yang di bangga-banggakan oleh
pemerintah tersebut yang tiap tahun meningkatkan nilai batas kelulusan agar dapat
mencapai target yanug diinginkan. Hanya sebuah target yang kurang melihat seberapa
mampu sekolah menjalankan proses belajar mengajar yang semaksimal atau seberapa
merata proses pembangunan, dan pemerataan pendidikan yang ada di indonesia. Hal
inilah menjadi PRO dan KONTRA dalam pelaksaan Ujian Nasional, apakah dengan
adanya Ujian Nasional ini mampu mengukur sebenarnya kualitas pendidikan yang
sebenarnya dan belum lagi ISU-ISU dari Ujian Nasional yang membuat Kecemahasan
bagi para siswa, yang mengganggap bahwa Ujian Nasional bagiakan menghadapi
medan tempur. Mati hidupnya masa depan di tentukan di Ujian Nasional.
Selain itu juga Ujian Nasional sering dimanfaatkan untuk kepentingan diluar
pendidikan, seperti kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan atau


kepentingan ekonomi bagi segelintir orang. Oleh karena itu, tidak heran dalam
pelaksanaannya banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus kebocoran
soal, nyontek yang sistemik dan disengaja, merekayasa hasil pekerjaan siswa dan
bentuk-bentuk kecurangan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari kajian permasalahan yang ada pada Ujian Nasional, dapat dilihat pokok
permasalahan yakni:
1) Bagaimana Sejarah perjalanan ujian nasional?
2) Apa Yang menjadi PRO dan KONTRA dari Ujian Nasional yang di
laksanakan di Indonesia?
3) Bagaimana Solusi dari Permasalahan di laksanakan Ujian Nasional?
4) Bagaimana Persepektif Sosiologi tentang melihat permaslahan Ujian
Nasional?
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan Bagaimana perkembangan sejarah perjalanan Ujian Nasional.
2) Menjelaskan apa yang menjadi PRO dan KONTRA dari Ujian Nasional yang di
laksanakan di Indonesia.
3) Menjelaskan Solusi dari permasalahan dari dilaksanakan Ujian Nasional.
4) Menjelaskan bagaimana perspektif Sosiologi melihat permasalahan Ujian

Nasional yang terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat tentang Ujian Nasional di Indonesia
Ujian Nasional disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar
dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang
dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka
pengendalian

mutu

pendidikan

secara

nasional

dilakukan


evaluasi

sebagai

bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala,
menyeluruh, transparan, dan sistematikuntuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan
dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sejarah perjalanan Ujian Nasional berulang mengalami sistem perubahan, yakni:
a. Periode sebelum tahun 1969
Pada periode ini, sistem ujian akhir yang diterapkan disebut dengan Ujian
Negara, berlaku untuk semua mata pelajaran. bahkan ujian dan pelaksanaannya
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan seragam untuk seluruh wilayah di Indonesia.
b. Periode 1972 – 1982
Pada tahun 1972 diterapkan sistem Ujian Sekolah di mana setiap atau
sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir masing-masing. Soal dan hasil
pemrosesan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah/
kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan
pedoman yang bersifat umum. Untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu
pendidikan serta diperolehnya nilai yang memiliki makna yang “sama” dan dapat

c.

dibandingkan antar sekolah.
Periode 1982 – 2002
Pada tahun 1982 dilaksanakan ujian akhir nasional yang dikenal dengan
sebutan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). dalam EBTANAS
dikembangkan sejumlah perangkat soal yang “pararel” untuk setiap mata
pelajaran dan penggandaan soal dilakukan didaerah. Pada EBTANAS kelulusan
siswa ditentukan oleh kombinasi nilai semester I (P), nilai semester II (Q) dan

nilai EBTANAS murni (R).
d. Periode 2002-2004

Pada tahun 2002, EBTANAS diganti dengan penilaian hasil belajar secara
nasional dan kemudian berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN).
Perbedaan yang menonjol antara UAN dengan EBTANAS adalah dalam cara
menentukan kelulusan siswa, terutama sejak tahun 2003. Untuk kelulusan siswa
pada UAN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.
e. Periode 2005 – sekarang
Mulai tahun 2005 untuk mendorong tercapainya target wajib belajar

pendidikan yang bermutu, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN)
untuk SMP/MTs/SMPLB dan SMA/SMK/MA/SMALB/SMKLB. Sedangkan
untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu,
mulai tahun ajaran 2008/2009 pemerintah menyelenggarakan Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN) untuk SD/MI/SDLB.

Gambar Sejarah Perjalanan Ujian Nasional dan batas penentu kelulusan

2.2 PRO dan KONTRA Pelaksanaan UN

Awalnya

pengadaan

ujian

nasional

adalah


sesuatu

yang

sangat

kontroversial. Berbagai pro dan kontra mengenai ujian nasional muncul dari berbagai
kalangan guru, sekolah, elite politik, dan siswa-siswi peserta ujian nasional.
a.

PRO akan Dilaksanakan UN
Menurut menteri pendidikan dan kebudayaan Moh. Nuh. Dimana Moh. Nuh
mengatakan bahwa UN, adalah upaya pengendalian mutu pendidikan. Tujuan dari
pengendalian

mutu

adalah

memastikan


peningkatan

mutu

secara

berkesinambungan (continuous quality improvement). Untuk itu UN inilah
dipergunakan untuk pemetaan sekaligus pembinaan dan perbaikan mutu. Selain
itu sejumlah praktisi dan pemerhati pendidikan pun menyatakan, bahwa UN
menjadi alat tes yang memetakan kemampuan daya serap peserta didik secara
nasional. Selain alat tes nasional, UN secara tidak langsung telah menjadi media
pendidikan mentalitas peserta didik.
Selain hal diatas, untuk memperkuat agar UN dapat dipertahankan yaitu sesuai
dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia artinya memanusiakan
manusia dilakukan dengan pembentukan karakter. Artinya dengan adanya UN
sebagai alat untuk meningkatkatkan kualitas pendidikan dapat membentuk
karakter siswa.
Adapun Manfaat UN yang pertama adalah meningkatkan pembelajaran,
dengan adanya UN inilah maka siswa akan semakin giat dan rajin untuk belajar.
Yang kedua, meningkatkan mental bagaimana dengan UN sebagai alat untuk
mengukur kualitas pendidikan ini dapat memperkuat dan meningkatkan mental
para siswa. Yang terakhir, sangat menguntungkan bagi lembaga bimbel dengan
adanya UN siswa akan memilih menambah pembelajarannya di bimbel dan
bimbel mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
b. KONTRA Tentang Pelaksanaan UN
Jika UN sebagai upaya mencerdaskan bangsa, dengan dana yang begitu tinggi
hingga triliunan rupiah. Alangkah baiknya, jika dana tersebut diberikan kepada
anak-anak yang ingin bersekolah, memenuhi perlengkapan sekolah, membangun
jembatan menuju sekolah, memberikan fasilitas yang baik bagi sekolah, dan
memberikan insfratruktur yang baik.
Perlu diketahui dan digaris bawahi bahwa UN hanya sebagai alat mengetes
pendidikan, bukan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan. Jika kita
analogikan kepada thermometer alat pengukur suhu badan. UN sama dengan

thermometer yang hanya mengukur berapa derajatkah kualitas pendidikan kita
bukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut para psikolog, dengan adanya UN mental siswa menjadi tertekan dan
hanya terpaku kedalam pelajaran yang di UN-kan. Selain itu menurut Winarno
Surakhmad menyatakan, UN sampai kini masih tidak mempedulikan hak asasi
guru untuk menentukan kelulusan (Kompas, 4/01/2012). Bayangkan, guru yang
selama ini menjadi pahlawan pendidikan diabaikan, tiga tahun guru mengajar dan
tahu betul karakter setiap siswanya tidak bisa menentukan kelulusan.
Ketua Umum PB PGRI Dr. Sulistyo menyatakan, UN bukan saja gagal
meningkatkan mutu, tetapi juga telah menimbulkan dampak buruk, menanamkan
nilai-nilai koruptif pada murid. UN bisa dikatakan sebagai pembunuhan karakter,
ketika sebelum UN di laksanakan, siswa sibuk untuk mencari kunci jawaban dan
ironisnya lagi mereka membeli kunci jawaban tersebut. Selain itu, pada
pelaksanaannya pun banyak siswa yang mencontek ketika UN bukankah itu
merupakan sebagi pembunuhan karakter bagi siswa.
Selain itu Bupati Kendal yakni Widya Kandi Susanti (Kompas.com/Rabu,
23/04/2014) menilai ujian Nasional ini sebagai penjajah di dunia pendidikan. Oleh
karena itu menurutnya menginkan UN di hapuskan. Karena menurut beliau
bahwasannya adanya UN, siswa, yang baik uggul secara akademis maupu tidak,
menjadi takut, was-was, dan menjadi stress.pasalnya mereka takut tidak lulus
dalam UN.
2.3 Solusi Dari Permasalahan Dari Dilaksanakan Ujian Nasional
Untuk menghindari pro dan kontra tentang perlu-tidaknya ada Ujian Nasional,
maka ada menawarkan alternatuf solusi yaitu:
Pertama, kembalikan fungsi Ujian Nasional itu sebagai sekedar alat
“pemetaan” (mapping) kualitas pendidikan, bukan sebagai alat penentu
kelulusan. Jadi, Ujian Nasional itu berfungsi seperti sistem Ebtanas yang
model dahulu. Artinya anak tetap mendapat STTB dan nilai Ebtanas sebagai
lampiran dari STTB tersebut. Ketika Ujian Nasional tidak dijadikan alat
penentu kelulusan, maka pelaksanaan Ujian Nasional di sekolah/madrasah
jelas cenderung akan lebih fair-play dan jujur karena tidak ada rasa khawatir
peserta didiknya tidak lulus. Kemudian yang menentukan lulus-tidaknya
peserta didik, diserahkan kepada sekolah/madrasah.

Kedua, apabila Ujian Nasional itu tetap dijadikan alat penentu
kelulusan, maka agar Ujian Nasional itu lebih demokratis dan adil, batas
kelulusan (passing-grade) yang dijadikan patokan kelulusan itu jangan hanya
ada satu seperti sekarang, tapi paling tidak ada tiga tipologi /strata passinggrade, misalnya : tipe A dinyatakan lulus dengan passing grade 5,1, tipe B
lulus dengan passing grade 4,1 dan tipe C lulus dengan passing grade 3,1. Dan
sejak awal pendaftaran Ujian Nasional peserta didik sudah mendaftar Ujian
Nasional dengan preferensi tipe /passing-grade yang sesuai dengan
kemampuan dirinya. Sekarang ini kan tidak adil.

Sekolah/madrasah yang

pinggiran, sekolah/madrasah yang gurunya belum memenuhi standar,
sekolah/madrasah yang sarprasnya sangat tidak memenuhi, passing-grade-nya
disamakan dengan sekolah yang sudah berstandar SSN. Dengan inikah apa
bisa dikatakan sistem pendidikan itu adil.

2.4 Perspektif Sosiologi Melihat Permasalahan Ujian Nasional
Perspektif melalui Teori Fungsional, disini dapat dilihat bahwasannya
kontribusi positif praktik pendidikan beserta subsistem didalamnya. Di dalama Teori
Funsional menjelaskan Bahwasannya setiap sisitem itu memiliki fungsi, baik itu
fungsi laten maupun fungsi manifes yang di ungkapkan oleh Robert King Merton.
Fungsi Manifes dari Ujian Nasional yakni sebagai pemetaan masalah pendidikan
nasional sebagai penentuan nasib peserta didik, yakni dengan Ujian Nasional sebagai
subsistem yang memiliki fungsi untuk meningkat kualitas pendidikan nasional.
Prestasi belajar siswa diharapkan bisa meningkat setiap tahun dengan

jalan

meningkatkan standar nilai minimum. Sedangkan fungsi Laten dari ujian Nasional
yakni adanya kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan atau
kepentingan ekonomi bagi segelintir orang, selain itu dapat dipahami bahwasan
kegagalan siswa yang tidaknya lulus bukan karena dari siswa itu juga, tetapi dapat
disebabkan faktor lainnya yang tidak nampak seperti guru, sekolah bahkan
pemerintah.
Dalam kaitan Teori Konflik dapat memicu adanya keguncangan integritas
yang di lihat dari teori konflik ini. UN sebagai faktor yang memperkuat terjadinya
ketidaksetaraan dalam masyarakat. UN juga merupakan sebuah mekanisme seleksi

individu. Proses seleksi ini di sebabkan semua orang terpacu berkompetesi untuk
terbebas dari belenggu UN, berbagai cara di tempuh hingga cara yang negatif atau
kecurangan juga digunakan untuk mendapatkan kelulusan. Tidak hanya kecurangan
tetapi yang paling tampak untuk memicu konflik yakni dari masyarakatnya yang
kecewa tentang mekanisme pelaksaan UN yang terlalu memberatkan siswa dengan
mengukur kualitas siswa secara sama, padahal siswa-siswa belum tentu mendapatkan
pelayanan pendidikan, sarana dan prasarana yang sama misalnya didaerah kota yang
dominannya mendapatkan pelayanan, sarana, dan prasarana yang komplit. Berbeda
sekali dengan di desa atau di daerah perbatasan kota dan perbatasan negara,
mendapatkan pelayanan, sarana dan prasarana serata tenaga pendidik

yang

lengka/komplit itu sulit. Lalu dengan melaksanakan UN tersebut mengukur kualitas
siswa itu sama antara di kota dengan daerah yang lainnya. Itu yang memicu konflik di
dalam mekanisme pelaksaan UN.

BAB III
KESIMPULAN
Ujian Nasional disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan
oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara ubah pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Perjalanan sejarah Ujian Nasional berawal sejak
kemerdekaan indoneisa hanya saja penamaannya yang berubah-ubah dan mekanis sistemnya juga
berubah yang tujuannya untuk meningkatkan standar kualitas minuman pendidikan.

Berbagai pro dan kontra mengenai ujian nasional muncul dari berbagai kalangan
guru, sekolah, elite politik, dan siswa-siswi peserta ujian nasional. Dimana PRO tentang
pelaksanaannya yakni salah satunya Moh. Nuh. Dimana Moh. Nuh mengatakan bahwa UN,
adalah upaya pengendalian mutu pendidikan. Tujuan dari pengendalian mutu adalah
memastikan peningkatan mutu secara berkesinambungan (continuous quality improvement).
Untuk itu UN inilah dipergunakan untuk pemetaan sekaligus pembinaan dan perbaikan mutu.
Selain itu sejumlah praktisi dan pemerhati pendidikan pun menyatakan, bahwa UN menjadi
alat tes yang memetakan kemampuan daya serap peserta didik secara nasional. Selain alat
tes nasional, UN secara tidak langsung telah menjadi media pendidikan mentalitas peserta
didik. Sedangkan yang Kontra Jika UN sebagai upaya mencerdaskan bangsa, dengan dana
yang begitu tinggi hingga triliunan rupiah. Alangkah baiknya, jika dana tersebut diberikan
kepada anak-anak yang ingin bersekolah, memenuhi perlengkapan sekolah, membangun
jembatan menuju sekolah, memberikan fasilitas yang baik bagi sekolah, dan memberikan
insfratruktur yang baik
Ada beberapa solusi untuk menanggapi permasalahan UN yakni: pertama, Pertama,
kembalikan fungsi Ujian Nasional itu sebagai sekedar alat “pemetaan” (mapping) kualitas
pendidikan, bukan sebagai alat penentu kelulusan. Sedangkan kedua, Ujian Nasional itu
tetap dijadikan alat penentu kelulusan, maka agar Ujian Nasional itu lebih demokratis dan
adil, batas kelulusan (passing-grade) yang dijadikan patokan kelulusan. Dari permasalahan
UN maka dapat dilihat Perspektif Sosiologi melihat melalui Teori Fungsional dan Teori
Konflik.

KEPUSTAKAAN
Martono, Nanang. 2010. Pendidikan Bukan Tanpa Masalah Mengungkapkan Problematika
Pendidikan dari Perspektif Sosiologis. Gava Media: Yogyakarta.
Pager

Alam

dot

com.

2013.

Sejarah

tentang

Ujian

Nasional

di

Indonesia.

Situs:

http://ibnufajar75.wordpress.com/2013/04/25/sejarah-tentang-ujian-nasional-di indonesia/ ,
Diakses 23 April 2014

Priyatin,

Slamet.

2014.

Bupati

Kendal

Minta

Mendikbud

Hapus

UN,

Situs:

http://region.kompas.com/read/2014/04/23/1625057/Bupati.Kendal.Minta.Mendikbud.
Hapus.UN, Diakses 23 April 2014.
Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Pusaran Kekuasaan. Rhineka Cipta: Jakarta.
Wikipedia.Ujian Nasional.Situs: : http://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional, Diakses 23 April
2014.