HUBUNGAN KRITIK SASTRA DENGAN SASTRA LAI
HUBUNGAN KRITIK SASTRA DENGAN SASTRA
LAINNYA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Naqd Adab (Kritik Sastra)
Naqd atau kritik menurut bahasa ialah penelitian, analisis, pengecekan,
pembedaan yang baik dan yang buruk, penampakan hal yang buruk, dan
diskusi.[1] Sedangkan dari bahasa Yunani kata naqd atau kritik berasal dari
kata krites (hakim) yang berarti menghakimi, membandingkan atau
menimbang.[2]
B.
a.
b.
c.
Karena terdapat kata Kritik di dalamnya, sehingga mengandung makna
apresiasi secara proporsional terhadap suatu objek dengan cara memujinya
dan menjelekkannya. Namun berbeda dengan bahasa keseharian (bahasa
lisan) Indonesia populer yang mengalami penyempitan makna, yaitu makna
menjelekkan suatu objek tertentu, walaupun makna ini juga menjadi bagian
dari makna leksikal kritik. Sehingga, berdasarkan makna leksikal tersebut
naqd atau kritik didefnisikan sebagai proses meneliti apa saja yang
membedakan antara karakter yang baik dan yang buruk dan juga menilainya
sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.[3]
Sedangkan adab atau sastra dalam hal ini menunjukkan pengertian aladab al-insyai yang artinya ekspresi bahasa yang indah yang menggunakan
gaya bahasa yang indah juga menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari
gaya bahasa biasa, karena mengandung estetika bentuk dan makna.[4]
Setelah penjelasan naqd dan adab di atas, disimpulkan bahwa naqd adab
atau kritik sastra berarti pengkajian terhadap karya sastra yang
menganalisis dan menjelaskannya agar dapat dipahami dan dinikmati
pembaca dan kemudian dinilainya secara objektif. Dan kritik sastra ini
adalah kajian yang menerangkan tentang pemahaman, penghayatan,
penafsiran juga penilaian terhadap karya sastra.[5]
Namun menurut Andre Hadjana[6], dalam bukunnya mendefnisikan
bahwa kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan
menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran
sistematik: yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.[7]
Hubungan Kritik Sastra dengan Sastra Lainnya
Dalam disiplin ilmu sastra, naqd adab merupakan salah satu dari bagian
al-adab al-wasf yang terdiri dari:[8]
Teori Sastra (nazariyyah al-adab),
Sejarah Sastra (tarikh al-adab), dan
Kritik Sastra (naqd al-adab)
Teori sastra didalam al-adab al-wasf ialah yang membicarakan hal-hal
dasar seperti pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang
membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta
kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra
dan cara mengkajinya. Sejarah sastra dalam al-adab al-wasf ialah yang
memperlihatkan perkembangan karya sastra (kontinutias dan perubahan
sastra sepanjang sejarah), tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing
tahap perkembangan tersebut. Sementara kritik sastra itu sendiri dalam aladab al-wasf ialah yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan,
penafsiran dan penilaian terhadap karya sastra.[9]
Menurut Rene Wellek dan Austin[10] dalam wilayah sastra perlu terlebih
dahulu ditarik perbedaan antara sastra di satu pihak dengan teori sastra,
kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak lain. Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra merupakan
cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, kriteria yang
dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra.
Sedangkan studi terhadap karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah
sastra. Ketiganya berkaitan erat sekali. Tidak mungkin kita menyusun teori
sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik sastra tanpa teori sastra dan
sejarah sastra.[11]
Ketiga bagian antara teori, sejarah dan kritik sastra di atas saling
berkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, seperti
dibawah ini:[12]
a. Hubungan Sejarah Sastra dengan Teori Sastra
Sejarah sastra banyak memerlukan bahan-bahan pengetahuan tentang
teori sastra. Misalnya, pembicaraan tentang suatu angkatan tidak akan
terlepas dari gaya bahasa, aliran, genre sastra, latar belakang cerita, tema,
dan sebagainya.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari hasil
penyelidikan sejarah sastra. Pembicaraan tentang gaya bahasa atau tentang
suatu aliran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sastra secara
keseluruhan. Suatu pengertian dalam teori sastra kemungkinan mengalami
perubahan dan perkembangan. Misalnya, pengertian puisi, cerpen, novel,
dan lain-lain mengalami perkembangan karena data-data tentang genre
sastra tersebut memang berkembang.
b. Hubungan Sejarah Sastra dengan Kritik Sastra
Sajarah sastra memerlukan bantuan juga dari kritik sastra. Tidak semua
karya sastra yang pernah terbit dijadikan bahan penelitian sejarah sastra,
tapi terbatas pada sejumlah karya sastra tertentu.
Untuk memilih dan menentukan karya sastra yang menjadi objek
penyelidikan sejarah sastra itu diperlukan bahan-bahan dari kritik sastra;
sebab tugas kritik sastralah untuk menentukan nilai suatu karya sastra.
Sebaliknya, kritik sastra pun membutuhkan bahan-bahan dari sejarah sastra,
terutama di dalam usaha menentukan asli tidaknya suatu karya sastra atau
ada tidaknya pengaruh dari sastra lain.
c. Hubungan Kritik Sastra dengan Teori Sastra
Hubungan kritik sastra dan teori sastra sangat jelas. Usaha kritik sastra
tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasar pengetahuan tentang
teori sastra. Jika kita hendak mengadakan suatu telaah/kritik terhadap suatu
cerita novel, terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan tentang apa
yang disebut novel, tentang unsur-unsur suatu novel, misalnya tema, plot,
gaya bahasa, perwatakan, setting, sudut pandang cerita, dan sebagainya.
Demikian juga jika kita hendak mengadakan suatu analisis terhadap
suatu/kritik terhadap suatu puisi, kita kita harus tahu apa hakikat puisi
tersebut, apa yang dimaksud dengan bait, rima, ritma, dan sebagainya. Teori
sastra merupakan sebagian modal bagi pelaksanaan kritik sastra.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari kritik sastra,
bahkan sebenarnya kritik sastra merupakan pangkal dari teori sastra. Teori
tanpa data merupakan teori yang kosong.
Seperti halnya dijelaskan di atas, Kita tak dapat menyusun teori sastra
tanpa kritik dan sejarah sastra, sejarah sastra tanpa kritik dan teori sastra,
dan kritik sastra tanpa teori dan sejarah. Kritik sastra tidak akan mencapai
sasaran apabila teori dan sejarah sastra tidak dijadikan landasan berpijak.
Demikian dengan teori dan sejarah sastra, karena teori sastra tidak akan
pernah sempurna tanpa bantuan sejarah dan kritik sastra sepanjang zaman.
Hal yang sama tidak dapat dipaparkan apabila teori dan kritik sastra tidak
jelas.[13]
C. Hubungan Kritik sastra dengan ilmu sosial
Pada abad 20, kritik sastra mengalami perkembangan, karena terdapat
sumbangan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan dan psikologi, secara garis
besarnya yang membantu perkembangan kritik sastra adalah psikologi dan
sosiologi.[14]
Berkembangnya sosiologi sastra dalam kerangka kritik sastra
menimbulkan lahirnya pendekatan sosiologis dalam kegiatan kritik sastra.
Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Ia mempunyai
kedudukan tersendiri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan aspekaspek sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, hasil telaahan tersebut,
dengan sendirinya digolongkan dalam kriteria produk kritik sastra.
Dengan mempelajari dan mengkaji keadaan sosial serta segala macam
permasalahannya, baik itu dalam perekonomian, keagamaan, ataupun
politik, kita akan mendapatkan sebuah gambaran besar mengenai cara-cara
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan mekanisme
kemasyarakatannya. Karena pada dasarnya, proses sastra dalam hal kritik
sastra, memiliki persamaan dengan ilmu sosial yakni sama-sama berurusan
dengan manusia, bahkan kegiatan sastra diciptakan oleh anggota
masyarakat itu sendiri -sastrawan- untuk dinikmati, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada sebuah fakta yang menunjukkan
sebagian kritikus sastra memandang bahwa aspek-aspek kemasyarakatan
yang terungkap dalam suatu karya sastra merupakan ukuran penting untuk
digunakan.
Atar Semi mengungkapkan sisi lain tentang kritik sastra dalam
pendekatan ilmu sosial. Menurutnya, tidak sedikit pula kritikus yang
mendapatkan manfaat kritik sastra dengan menggunakan metode ilmu
sosial ini. Dengan pendekatan sosiologis, seseorang dapat menunjukkan
sebab akibat dan latar belakang lahirnya sebuah karya sastra, bahkan dapat
membantu kritkus agar terhindar dari kekeliruan hakekat karya sastra yang
dikritik atau ditelaah, terutama mengetahui beberapa aspek sosial yang
harus diketahui sebelum melakukan kritikan atau telaahan.[15]
Kemudian Andre Hardjanan juga mengungkapkan pendapatnya tentang
ilmu sosiologi dengan kritik sastra. Hubungan antara ilmu sosiologi dan kritik
sastra pada dasarnya mirip dengan hubungan psikologi dengan kritik.
Kecenderungan kritik sastra yang menggantungkan diri pada hubungan
tersebut menonjolkan unsur luar dan dalam sebagai faktorgenetik. Oleh
karena itu masyarakat tertentu yang menghidupi seorang kiritikus dengan
sendirinya akan melahirkan jenis karya sastra tertentu, karena didasari
kecenderungan tata masyarakat bersifat normatif. Dengan sendirinya,
masyarakat merupakan faktor yang menentukan apa yang harus ditulis
orang, bagaimana menulisnya, untuk siapa karya sastra ditulis dan apa
tujuan atau maksudnya.[16]
[1] Syukron Kamil. Teori Kritik Sastra Arab. (Jakarta: Rajawali Pers,
2009). hal. 51
[2] Atar Semi. Kritik Sastra. (Bandung: Angkasa, 1989). hal. 7
[3] Syukron Kamil … hal. 51
[4] Syukron Kamil … hal. 6
[5] Syukron Kamil … hal. 52
[6] Andre Hardjana, Lahir 8 November 1940 dan dibesarkan di
Yogyakarta. Dasar pendidikan akademik diperolehnya di Yogyakarta, tetapi
pendidikan keahliannya ditempuh di Belanda dan Amerika Serikat. Seteah
mencapai gelar Sarjana Muda bahasa dan sastra Inggris di IKIP Sanata
Dharma dan Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada. Ia
juga adalah dosen dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial
dan Sosiologi Ekonomi Pembangunan dan Poetry di Jurusan Inggris,
Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[7] Atar Semi … hal. 10
[8] Syukron Kamil … hal. 5
[9] Syukron Kamil … hal. 5
[10] René Wellek berbicara sastra Ceko dan Jerman belajar di Praha,
sebelum mengajar di Sekolah Slavia Studi dan Eropa Timur pada tahun 1935,
sekarang bagian dari Universitas College London. Dengan Dunia II Perang
imigrasi ke Amerika Serikat, mengajar di University of Iowa selama tujuh
tahun. Pada tahun 1946 didirikan di Yale di mana ia mulai departemen sastra
komparatif, pertama di Amerika Serikat. Dan Edward Austin Warren Jr lahir di
Waltham, Massachusetts pada tanggal 4 Juli 1899. Dia sekolah dasar umum
di Waltham High School. Warren masuk Universitas Wesleyan antusias pada
musim gugur 1916, Sebagai seorang senior yang mencoba-coba menulis
puisi dan kritik dan terpilih Phi Beta Kappa , pada wisuda, ia adalah penyair
kelas. Ia lulus di jurusan bahasa Latin dan minor dalam bahasa Inggris.
[11] Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. (Jakarta: PT
Gramedia, 1989. Terjemahan Meliani Budianta). hal. 38
[12] http://www.rumpunnektar.com/2013/03/hubungan-timbal-balikantara-cabang.html#ixzz2PFcyR8TP Diakses pada Selasa, 2 April 2013, pkl.
4:25
[13] Syukron Kamil … hal. 52
[14] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah
Pengantar,................................... hal 59.
[15]Atar semi, Kritik
Sastra,............................................................................hal 62.
[16] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah
Pengantar,................................... hal 70.
[17] Syukron Kamil … hal. 52
[18] Atar Semi … hal. 9
LAINNYA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Naqd Adab (Kritik Sastra)
Naqd atau kritik menurut bahasa ialah penelitian, analisis, pengecekan,
pembedaan yang baik dan yang buruk, penampakan hal yang buruk, dan
diskusi.[1] Sedangkan dari bahasa Yunani kata naqd atau kritik berasal dari
kata krites (hakim) yang berarti menghakimi, membandingkan atau
menimbang.[2]
B.
a.
b.
c.
Karena terdapat kata Kritik di dalamnya, sehingga mengandung makna
apresiasi secara proporsional terhadap suatu objek dengan cara memujinya
dan menjelekkannya. Namun berbeda dengan bahasa keseharian (bahasa
lisan) Indonesia populer yang mengalami penyempitan makna, yaitu makna
menjelekkan suatu objek tertentu, walaupun makna ini juga menjadi bagian
dari makna leksikal kritik. Sehingga, berdasarkan makna leksikal tersebut
naqd atau kritik didefnisikan sebagai proses meneliti apa saja yang
membedakan antara karakter yang baik dan yang buruk dan juga menilainya
sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.[3]
Sedangkan adab atau sastra dalam hal ini menunjukkan pengertian aladab al-insyai yang artinya ekspresi bahasa yang indah yang menggunakan
gaya bahasa yang indah juga menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari
gaya bahasa biasa, karena mengandung estetika bentuk dan makna.[4]
Setelah penjelasan naqd dan adab di atas, disimpulkan bahwa naqd adab
atau kritik sastra berarti pengkajian terhadap karya sastra yang
menganalisis dan menjelaskannya agar dapat dipahami dan dinikmati
pembaca dan kemudian dinilainya secara objektif. Dan kritik sastra ini
adalah kajian yang menerangkan tentang pemahaman, penghayatan,
penafsiran juga penilaian terhadap karya sastra.[5]
Namun menurut Andre Hadjana[6], dalam bukunnya mendefnisikan
bahwa kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan
menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran
sistematik: yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.[7]
Hubungan Kritik Sastra dengan Sastra Lainnya
Dalam disiplin ilmu sastra, naqd adab merupakan salah satu dari bagian
al-adab al-wasf yang terdiri dari:[8]
Teori Sastra (nazariyyah al-adab),
Sejarah Sastra (tarikh al-adab), dan
Kritik Sastra (naqd al-adab)
Teori sastra didalam al-adab al-wasf ialah yang membicarakan hal-hal
dasar seperti pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang
membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta
kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra
dan cara mengkajinya. Sejarah sastra dalam al-adab al-wasf ialah yang
memperlihatkan perkembangan karya sastra (kontinutias dan perubahan
sastra sepanjang sejarah), tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing
tahap perkembangan tersebut. Sementara kritik sastra itu sendiri dalam aladab al-wasf ialah yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan,
penafsiran dan penilaian terhadap karya sastra.[9]
Menurut Rene Wellek dan Austin[10] dalam wilayah sastra perlu terlebih
dahulu ditarik perbedaan antara sastra di satu pihak dengan teori sastra,
kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak lain. Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra merupakan
cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, kriteria yang
dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra.
Sedangkan studi terhadap karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah
sastra. Ketiganya berkaitan erat sekali. Tidak mungkin kita menyusun teori
sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik sastra tanpa teori sastra dan
sejarah sastra.[11]
Ketiga bagian antara teori, sejarah dan kritik sastra di atas saling
berkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, seperti
dibawah ini:[12]
a. Hubungan Sejarah Sastra dengan Teori Sastra
Sejarah sastra banyak memerlukan bahan-bahan pengetahuan tentang
teori sastra. Misalnya, pembicaraan tentang suatu angkatan tidak akan
terlepas dari gaya bahasa, aliran, genre sastra, latar belakang cerita, tema,
dan sebagainya.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari hasil
penyelidikan sejarah sastra. Pembicaraan tentang gaya bahasa atau tentang
suatu aliran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sastra secara
keseluruhan. Suatu pengertian dalam teori sastra kemungkinan mengalami
perubahan dan perkembangan. Misalnya, pengertian puisi, cerpen, novel,
dan lain-lain mengalami perkembangan karena data-data tentang genre
sastra tersebut memang berkembang.
b. Hubungan Sejarah Sastra dengan Kritik Sastra
Sajarah sastra memerlukan bantuan juga dari kritik sastra. Tidak semua
karya sastra yang pernah terbit dijadikan bahan penelitian sejarah sastra,
tapi terbatas pada sejumlah karya sastra tertentu.
Untuk memilih dan menentukan karya sastra yang menjadi objek
penyelidikan sejarah sastra itu diperlukan bahan-bahan dari kritik sastra;
sebab tugas kritik sastralah untuk menentukan nilai suatu karya sastra.
Sebaliknya, kritik sastra pun membutuhkan bahan-bahan dari sejarah sastra,
terutama di dalam usaha menentukan asli tidaknya suatu karya sastra atau
ada tidaknya pengaruh dari sastra lain.
c. Hubungan Kritik Sastra dengan Teori Sastra
Hubungan kritik sastra dan teori sastra sangat jelas. Usaha kritik sastra
tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasar pengetahuan tentang
teori sastra. Jika kita hendak mengadakan suatu telaah/kritik terhadap suatu
cerita novel, terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan tentang apa
yang disebut novel, tentang unsur-unsur suatu novel, misalnya tema, plot,
gaya bahasa, perwatakan, setting, sudut pandang cerita, dan sebagainya.
Demikian juga jika kita hendak mengadakan suatu analisis terhadap
suatu/kritik terhadap suatu puisi, kita kita harus tahu apa hakikat puisi
tersebut, apa yang dimaksud dengan bait, rima, ritma, dan sebagainya. Teori
sastra merupakan sebagian modal bagi pelaksanaan kritik sastra.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari kritik sastra,
bahkan sebenarnya kritik sastra merupakan pangkal dari teori sastra. Teori
tanpa data merupakan teori yang kosong.
Seperti halnya dijelaskan di atas, Kita tak dapat menyusun teori sastra
tanpa kritik dan sejarah sastra, sejarah sastra tanpa kritik dan teori sastra,
dan kritik sastra tanpa teori dan sejarah. Kritik sastra tidak akan mencapai
sasaran apabila teori dan sejarah sastra tidak dijadikan landasan berpijak.
Demikian dengan teori dan sejarah sastra, karena teori sastra tidak akan
pernah sempurna tanpa bantuan sejarah dan kritik sastra sepanjang zaman.
Hal yang sama tidak dapat dipaparkan apabila teori dan kritik sastra tidak
jelas.[13]
C. Hubungan Kritik sastra dengan ilmu sosial
Pada abad 20, kritik sastra mengalami perkembangan, karena terdapat
sumbangan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan dan psikologi, secara garis
besarnya yang membantu perkembangan kritik sastra adalah psikologi dan
sosiologi.[14]
Berkembangnya sosiologi sastra dalam kerangka kritik sastra
menimbulkan lahirnya pendekatan sosiologis dalam kegiatan kritik sastra.
Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Ia mempunyai
kedudukan tersendiri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan aspekaspek sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, hasil telaahan tersebut,
dengan sendirinya digolongkan dalam kriteria produk kritik sastra.
Dengan mempelajari dan mengkaji keadaan sosial serta segala macam
permasalahannya, baik itu dalam perekonomian, keagamaan, ataupun
politik, kita akan mendapatkan sebuah gambaran besar mengenai cara-cara
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan mekanisme
kemasyarakatannya. Karena pada dasarnya, proses sastra dalam hal kritik
sastra, memiliki persamaan dengan ilmu sosial yakni sama-sama berurusan
dengan manusia, bahkan kegiatan sastra diciptakan oleh anggota
masyarakat itu sendiri -sastrawan- untuk dinikmati, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada sebuah fakta yang menunjukkan
sebagian kritikus sastra memandang bahwa aspek-aspek kemasyarakatan
yang terungkap dalam suatu karya sastra merupakan ukuran penting untuk
digunakan.
Atar Semi mengungkapkan sisi lain tentang kritik sastra dalam
pendekatan ilmu sosial. Menurutnya, tidak sedikit pula kritikus yang
mendapatkan manfaat kritik sastra dengan menggunakan metode ilmu
sosial ini. Dengan pendekatan sosiologis, seseorang dapat menunjukkan
sebab akibat dan latar belakang lahirnya sebuah karya sastra, bahkan dapat
membantu kritkus agar terhindar dari kekeliruan hakekat karya sastra yang
dikritik atau ditelaah, terutama mengetahui beberapa aspek sosial yang
harus diketahui sebelum melakukan kritikan atau telaahan.[15]
Kemudian Andre Hardjanan juga mengungkapkan pendapatnya tentang
ilmu sosiologi dengan kritik sastra. Hubungan antara ilmu sosiologi dan kritik
sastra pada dasarnya mirip dengan hubungan psikologi dengan kritik.
Kecenderungan kritik sastra yang menggantungkan diri pada hubungan
tersebut menonjolkan unsur luar dan dalam sebagai faktorgenetik. Oleh
karena itu masyarakat tertentu yang menghidupi seorang kiritikus dengan
sendirinya akan melahirkan jenis karya sastra tertentu, karena didasari
kecenderungan tata masyarakat bersifat normatif. Dengan sendirinya,
masyarakat merupakan faktor yang menentukan apa yang harus ditulis
orang, bagaimana menulisnya, untuk siapa karya sastra ditulis dan apa
tujuan atau maksudnya.[16]
[1] Syukron Kamil. Teori Kritik Sastra Arab. (Jakarta: Rajawali Pers,
2009). hal. 51
[2] Atar Semi. Kritik Sastra. (Bandung: Angkasa, 1989). hal. 7
[3] Syukron Kamil … hal. 51
[4] Syukron Kamil … hal. 6
[5] Syukron Kamil … hal. 52
[6] Andre Hardjana, Lahir 8 November 1940 dan dibesarkan di
Yogyakarta. Dasar pendidikan akademik diperolehnya di Yogyakarta, tetapi
pendidikan keahliannya ditempuh di Belanda dan Amerika Serikat. Seteah
mencapai gelar Sarjana Muda bahasa dan sastra Inggris di IKIP Sanata
Dharma dan Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada. Ia
juga adalah dosen dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial
dan Sosiologi Ekonomi Pembangunan dan Poetry di Jurusan Inggris,
Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[7] Atar Semi … hal. 10
[8] Syukron Kamil … hal. 5
[9] Syukron Kamil … hal. 5
[10] René Wellek berbicara sastra Ceko dan Jerman belajar di Praha,
sebelum mengajar di Sekolah Slavia Studi dan Eropa Timur pada tahun 1935,
sekarang bagian dari Universitas College London. Dengan Dunia II Perang
imigrasi ke Amerika Serikat, mengajar di University of Iowa selama tujuh
tahun. Pada tahun 1946 didirikan di Yale di mana ia mulai departemen sastra
komparatif, pertama di Amerika Serikat. Dan Edward Austin Warren Jr lahir di
Waltham, Massachusetts pada tanggal 4 Juli 1899. Dia sekolah dasar umum
di Waltham High School. Warren masuk Universitas Wesleyan antusias pada
musim gugur 1916, Sebagai seorang senior yang mencoba-coba menulis
puisi dan kritik dan terpilih Phi Beta Kappa , pada wisuda, ia adalah penyair
kelas. Ia lulus di jurusan bahasa Latin dan minor dalam bahasa Inggris.
[11] Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. (Jakarta: PT
Gramedia, 1989. Terjemahan Meliani Budianta). hal. 38
[12] http://www.rumpunnektar.com/2013/03/hubungan-timbal-balikantara-cabang.html#ixzz2PFcyR8TP Diakses pada Selasa, 2 April 2013, pkl.
4:25
[13] Syukron Kamil … hal. 52
[14] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah
Pengantar,................................... hal 59.
[15]Atar semi, Kritik
Sastra,............................................................................hal 62.
[16] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah
Pengantar,................................... hal 70.
[17] Syukron Kamil … hal. 52
[18] Atar Semi … hal. 9