Hubungan Internasional Asia Pasifik tengah

HI Aspas (1)
Definisi Asia Pasifik
Asia Pasifik adalah wilayah yang mencakup pesisir pantai Asia Timur, Asia
Tenggara dan Australia di dekat Laut Pasifik, ditambah negara-negara di laut Pasifik
(Oseania).
Walaupun deskripsi geografis kurang tepat, istilah Asia Pasifik menjadi dikenal
pada sekitar tahun 1980-an sewaktu pertumbuhan ekonomi pada wilayah heterogen ini
dalam hal perdagangan saham, perdagangan umum dan bentuk lain dari interaksi
ekonomi dan politik menjadi topik pembicaraan. Dimasukkannya negara-negara
dikawasan Oseania seperti Australia dan Selandia Baru adalah berdasarkan relasi
ekonomi diantara negara-negara tersebut dan mitra dagang mereka di wilayah Asia Timur
hingga ke utara.
Dalam beberapa konteks, wilayah ini dianggap pula mencakup negara-negara
utama di kawasan Asia yang terletak disekeliling lingkar luar Pasifik (Pacific-rim) yang
membujur dari Oseania, hingga ke Rusia, dan turun kebawah sepanjang pantai barat
Amerika. Contohnya Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik memasukkan Kanada, Chili,
Rusia, Mexico, Peru, dan Amerika, dan kini sedang dipertimbangkan untuk memasukkan
India
* Komponen Wilayah
Komponen wilayah Asia-Pasifik adalah meliputi negara-negara :
Australia


Jepang

Filipina

Brunei

Kiribati

Samoa

Kamboja

Korea Utara

Singapura

Republik

Rakyat


Cina Korea Selatan

Thailand

(termasuk Hong Kong dan Laos

Timor-Leste

Makao)

Malaysia

Tonga

Taiwan (Republik Cina)

Selandia Baru

Tuvalu


Fiji

Marianas Utara (teritori Amerika)

Vanuatu

Guam (Teritori Amerika)

Palau

Vietnam

Indonesia

Papua New Guinea

1

* Asia Timur

Asia Timur adalah salah sebuah sub-wilayah Asia. Luasnya sekitar 6.640.000
km², atau 15 persen dari benua tersebut.
* Negara-negara Berikut Terletak di Asia Timur:
1. Republik Rakyat Cina, kecuali untuk provinsi Qinghai dan daerah otonomi
Xinjiang serta Tibet
2. Jepang
3. Korea Utara
4. Korea Selatan
5. Taiwan
6. Mongolia
7. Hong Kong
* Negara-negara di bawah juga kadang dianggap sebagai bagian dari Asia Timur
tergantung sudut pandang politik:
1. Sisa bagian RRC: Xinjiang, Qinghai, Tibet (bisa Asia Timur maupun Asia
Tengah)
2. Mongolia (bisa Asia Timur maupun Asia Tengah)
3. Vietnam (bisa Asia Timur maupun Asia Tenggara)
Lebih dari 1.500 juta jiwa, atau sekitar 40 persen seluruh penduduk Asia dan
seperempat penduduk dunia tinggal di Asia Timur. Wilayah ini merupakan salah satu
wilayah terpadat di dunia. Kepadatan penduduk Asia Timur, 230 per km², adalah lima

kali rata-rata dunia.
* Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan
ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia
Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudera Pasifik di
timur, Samudera Hindia di selatan, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.
Asia Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD)
dan Asia Tenggara Maritim (ATM).
* Negara-negara yang termasuk ke dalam ATD adalah
1.

Kamboja

2

2.

Laos

3.


Myanmar

4.

Thailand

5.

Vietnam

* Negara-negara yang termasuk ATM adalah
1.

Brunei

2.

Filipina


3.

Indonesia

4.

Malaysia

5.

Singapura

6.

Timor Leste

Malaysia, meskipun ada bagian yang tersambung ke benua Asia, biasa dimasukkan ke
dalam ATM karena alasan budaya. Semua negara Asia Tenggara terhimpun ke dalam
organisasi ASEAN, kecuali Timor Leste. Yang terakhir ini berstatus sebagai pengamat.
Namun oleh beberapa pihak, atas alasan politis, negara ini dimasukkan ke kawasan

Pasifik.
Secara geografis (dan juga secara historis) sebenarnya Taiwan dan pulau Hainan
juga termasuk Asia Tenggara, sehingga diikutkan pula. Namun demikian, karena alasan
politik Taiwan dan pulau Hainan lebih sering dimasukkan ke kawasan Asia Timur.
Kepulauan Cocos dan Pulau Christmas, yang terletak di selatan Jawa, oleh beberapa
pihak dimasukkan sebagai Asia Tenggara meskipun secara politik berada di bawah
administrasi Australia. Sebaliknya, Pulau Papua dimasukkan sebagai Asia Tenggara
secara politik meskipun secara geologi sudah tidak termasuk benua Asia.
Geografi Asia Tenggara dapat dikategorikan menjadi dua bagian, daratan dan
kepulauan. Negara-negara yang berada di daratan termasuk Myanmar, Kamboja, Laos,
Thailand, dan Vietnam. Sedangkan negara-negara yang berada di kepulauan termasuk
Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
* Australia
Negara Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia) atau dikenal
sebagai Australia saja, adalah sebuah negara di belahan bumi selatan yang juga menjadi
nama benua terkecil di dunia. Wilayahnya mencakup seluruh benua Australia dan

3

beberapa pulau di sekitar Samudera Hindia selatan dan Samudera Pasifik. Negara

tetangga Australia disebelah utara termasuk Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini.
Disebelah timur laut bertetangga dengan Pulau Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru
(secara administratif milik Perancis), sementara di tenggara bertetangga dengan Selandia
Baru .
Australia, walaupun terletak di dekat Asia, lebih sering disebut sebagai bagian
dari dunia Barat karena kehidupannya yang mirip Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Penduduknya pun sebagian besar kulit putih.
Benua Australia selama 40.000 tahun telah didiami oleh penduduk asli Australia,
namun pada abad ke-17 setelah kunjungan-kunjungan sporadis dari para nelayan di utara
dan penjelajah Eropa serta para pedagang, separuh wilayah timur Australia kemudian
diakui sebagai wilayah Inggris di tahun 1770 dan secara resmi dijadikan pemukiman
koloni terhukum (penjahat) di New South Wales pada 26 Januari 1788. Sejalan dengan
pertambahan penduduk dan perambahan wilayah-wilayah baru, maka lima wilayah besar
yang mengelola sendiri "jajahan yang diperintah oleh Pusat" (Crown Colony) didirikan
satu demi satu sepanjang abad ke-19.
Pada 1 Januari 1901, ke enam federasi koloni ini dan Persemakmuran Australia
dibentuk. Semenjak berdirinya federasi, Australia telah berhasil mempertahankan sistem
politik liberal demokratis yang stabil dan tetap tunduk dalam Wadah Persemakmuran.
Jumlah penduduk terakhir yang tercatat adalah 20,4 juta jiwa dan umumnya terpusat di
kota-kota sepanjang garis pantai seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide dan

Perth (dan menjadi kota-kota besar di Australia). Ibu kotanya terletak di Canberra,
sementara di daerah gurunnya yang luas, jumlah penduduk sangat sedikit.
* Politik
Persemakmuran Australia adalah sebuah monarki konstitusional dan mempunyai
sistem pemerintahan parlementer. Ratu Elizabeth II adalah Ratu Australia, namun
tugasnya sebagai Ratu berbeda dari tugasnya di Britania Raya. Sang Ratu diwakili oleh
seorang Gubernur Jenderal Australia, yang hanya menggunakan kekuatan eksekutifnya
melalui nasehat dari Perdana Menteri.
* Terdapat tiga cabang pemerintahan:

4

1. Legislatif: Parlemen Australia yang terdiri dari Gubernur-Jenderal, Senat, dan
Dewan Perwakilan.
2. Eksekutif: Dewan Eksekutif Federal; sang Gubernur Jenderal dinasehati para
penasehat eksekutif, yang terdiri dari Perdana Menteri dan para menteri. Biasanya
Gubernur Jenderal tidak akan menolak nasehat-nasehat tersebut.
3. Kejaksaan: Mahkamah Agung Australia dan pengadilan-pengadilan federal
lainnya.
Australia mempunyai parlemen yang bikameral, terdiri dari Senat yang berisi 76

senator, dan sebuah Dewan Perwakilan yang mempunyai 150 anggota. Anggota Dewan
dipilih dari wilayah-wilayah pemilihan beranggotakan tunggal yang umumnya disebut
electorate atau seat (kursi). Negara bagian yang lebih besar populasinya akan mempunyai
lebih banyak perwakilan; setiap negara bagian minimal mempunyai lima perwakilan.
Dalam Senat, setiap negara bagian diwakili 12 senator tanpa mempedulikan jumlah
penduduknya. Pemilihan anggota parlemen diadakan setiap tiga tahun sekali, namun
biasanya hanya setengah dari kursi-kursi Senat yang diperebutkan, karena para Senator
mempunyai masa jabatan enam tahun yang saling bertindih. Pemerintah dibentuk di
Dewan Perwakilan, dan pemimpin partai atau koalisi mayoritas dalam Dewan adalah
sang Perdana Menteri.
Ada tiga partai politik besar: Buruh, Liberal, dan Nasional. Koalisi Liberal/
Nasional telah berkuasa sejak pemilu 1996 dan Koalisi berhasil merebut kekuasaan
terhadap Senat dalam pemilu 2004, namun Koalisi kemudian kalah dari Buruh pada
pemilu 2007. Partai Buruh hingga saat ini masih berkuasa di setiap negara bagian dan
territory; seluruh pemimpin wilayah-wilayah tersebut berasal dari Partai Buruh.
* Oseania
Oseania (Inggris : Oceania) adalah istilah yang mengacu kepada suatu wilayah
geografis atau geopolitis yang terdiri atas sejumlah kepulauan yang berada di Samudera
Pasifik dan sekitarnya. Oseania merupakan benua dengan luas area daratan terkecil dan
jumlah populasi terkecil kedua setelah Antartika.
Dalam artian sempit (yang pertama kali didefinisikan penjelajah asal Perancis
bernama Jules Dumont d'Urville pada tahun 1831), Oseania meliputi Polinesia (termasuk
Selandia Baru), Melanesia (termasuk Nugini) dan Mikronesia. Sedangkan dalam artian

5

luas maka Oseania juga meliputi Australia dan Indonesia bagian timur; namun jarang
memasukkan Jepang dan Kepulauan Aleut dalam kelompok Oseania.
Sebagian besar dari Oseania terdiri dari negara-negara pulau yang kecil. Australia
adalah satu-satunya negara kontinental, sedangkan Papua Nugini dan Timor Timur adalah
negara yang memiliki perbatasan darat, kedua-duanya dengan Indonesia.
Negara-negara di Oseania mempunyai kemerdekaan dalam jumlah yang beragam
dari

penguasa-penguasa

kolonial

mereka

dan

telah

mendapatkan

pengaturan

konstitusional yang bervariasi sesuai dengan keadaan mereka. Australia misalnya, adalah
negara yang tergabung dalam Persemakmuran, sehingga mengakui Ratu Elizabeth II dari
Britania Raya sebagai Ratu, sementara Polinesia Perancis adalah sebuah pays d'outremer (negara luar negeri) Perancis.
Secara ekologi, Oseania merupakan satu di antara delapan zona ekologi terestrial
dunia. Zona ekologi Oseania meliputi Mikronesia, Fiji dan Polinesia kecuali Selandia
Baru, Nugini, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon dan Vanuatu termasuk zona ekologi
Australasia.

6

HI Aspas (2)
APEC
APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama
Ekonomi Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan
pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik.
Dengan kata lain APEC adalah forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi,
kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik.
APEC adalah satu-satunya pemerintahan antar kelompok di dunia yang beroperasi
atas dasar komitmen yang tidak mengikat, dialog terbuka dan sama menghormati
pandangan dari semua peserta. Tidak seperti WTO atau badan-badan perdagangan
multilateral lainnya, APEC tidak memiliki kewajiban perjanjian yang diperlukan dari
peserta. Keputusan yang dibuat dalam APEC yang dicapai dengan konsensus dan
komitmen yang dilakukan secara sukarela.
APEC memiliki 21 anggota (disebut sebagai “Member Ekonomi”) yang
menyumbang sekitar 40,5% dari populasi dunia, sekitar 54,2% dari GDP dunia dan
sekitar 43,7% dari perdagangan dunia.
* Maksud dan Tujuan
APEC didirikan pada tahun 1989 untuk lebih meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran untuk wilayah dan untuk memperkuat komunitas Asia Pasifik.
Sejak awal, APEC telah bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain
di wilayah Asia Pasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis
meningkatkan ekspor. Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut sebagai
“Tujuan Bogor” yang bebas dan terbuka perdagangan dan investasi di kawasan Asia
Pasifik pada tahun 2010 untuk ekonomi industri hingga 2020 untuk mengembangkan
ekonomi. Tujuan ini diadopsi tahun 1994 oleh para pemimpin negara di pertemuan di
Bogor, Indonesia.
Bebas dan terbuka membantu perdagangan dan investasi ekonomi untuk tumbuh,
menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk
perdagangan internasional dan investasi. Sebaliknya, proteksi harga tetap tinggi dan
mendorong inefisiensi dalam industri-industri tertentu. Perdagangan bebas dan terbuka

7

membantu menurunkan biaya produksi dan dengan demikian mengurangi harga barang
dan jasa, manfaat langsung bagi semua.
APEC juga bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan efisien
pergerakan barang, jasa dan orang di seluruh di wilayah perbatasan melalui kebijakan
ekonomi dan kesejajaran dan kerjasama teknis.
* Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC
KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama
organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989. APEC menghasilkan
“Deklarasi Bogor” pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cukai
hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik, untuk negara maju paling lambat
tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020. Pada tahun
1997, KTT APEC diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian
setempat menggunakan bubuk merica (gas air mata) untuk meredakan aksi para
pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran Soeharto yang menjabat sebagai Presiden
Indonesia pada saat itu.
Pada tahun 2003, kepala organisasi Jemaah Islamiyah, Riduan Isamuddin alias
Hambali berencana melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand.
Hambali ditangkap di kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat
melaksanakan serangan itu. Pada tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan
pertama yang menjadi tuan rumah KTT APEC. KTT APEC kemudian terus berlanjut
hingga kini.
* Latar Belakang Pembentukan APEC
Konferensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa
Australia pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah
yang kemudian dikenal dengan nama “Asia Pacific Ekonomic Cooperation” atau
disingkat APEC. Latar belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan
pembangunan ekonomi regional akibat globalisasi sistem perdagangan, dan adanya
perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an
Kemajuan teknologi di bidang transportasi dan telekomunikasi semakin mendorong
percepatan perdagangan global yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang
cepat pada pasar uang, arus modal, dan meningkatnya kompetisi untuk memperoleh

8

modal, tenaga kerja terampil, bahan baku, maupun pasar secara global. Globalisasi
perdagangan ini mendorong meningkatnya kerja sama ekonomi di antara negara-negara
sekawasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan sistem pasar
tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area (NAFTA) di kawasan Amerika
Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara; dan Closer Economic
Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi antara Australia dan Selandia
Baru.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada dekade 80-an juga ditandai oleh
berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan diikuti dengan
berkurangnya persaingan persenjataan. Forum-forum internasional yang seringkali
didominasi dengan pembahasan masalah pertahanan dan keamanan, mulai digantikan
dengan pembahasan masalah-masalah ekonomi dan perdagangan. Sejalan dengan
perubahan tersebut, timbul pemikiran untuk mengalihkan dana yang semula digunakan
untuk perlombaan senjata ke arah kegiatan yang dapat menunjang kerja sama ekonomi
antar negara.
Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa dinamika perkembangan
Asia Pasifik menjadi semakin kompleks dan di antaranya diwarnai oleh perubahan besar
pada pola perdagangan dan investasi, arus keuangan dan teknologi, serta perbedaan
keunggulan komparatif, sehingga diperlukan konsultasi dan kerja sama intra-regional.
Anggota ekonomi APEC memiliki keragaman wilayah, kekayaan alam serta tingkat
pembangunan ekonomi, sehingga pada tahun-tahun pertama, kegiatan APEC difokuskan
secara luas pada pertukaran pandangan (exchange of views) dan pelaksanaan proyekproyek yang didasarkan pada inisiatif-inisiatif dan kesepakatan para anggotanya.
* Tujuan Pendirian APEC
Pada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun 1989, telah
disepakati bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar tanpa memberikan
“Mandatory Consequences” kepada para anggotanya. Dari kesepakatan yang diperoleh
dalam pertemuan tersebut dapat disimpulkan bahwa APEC memiliki dua tujuan utama:
1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui pembentukan sistem
perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka GATT dalam rangka memajukan

9

proses kerja sama ekonomi Asia Pasifik dan perampungan yang positif atas perundingan
Putaran Uruguay.
2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang difokuskan pada
kegiatan-kegiatan yang menyangkut penyelenggaraan kajian-kajian ekonomi, liberalisasi
perdagangan, investasi, alih teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Sesuai kepentingannya, APEC telah mengembangkan suatu forum yang lebih besar
substansinya dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun masyarakat Asia Pasifik
dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata melalui kerja sama
perdagangan dan ekonomi. Pada pertemuan informal yang pertama para pemimpin APEC
di Blake Island, Seattle, Amerika Serikat tahun 1993, ditetapkan suatu visi mengenai
masyarakat ekonomi Asia Pasifik yang didasarkan pada semangat keterbukaan dan
kemitraan; usaha kerja sama untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dari perubahanperubahan; pertukaran barang, jasa, investasi secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan
standar hidup serta pendidikan yang lebih baik, serta pertumbuhan yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
* Sekretariat APEC
Sekretariat APEC dibentuk pada tahun 1993. Para pegawai Sekretariat APEC
terdiri atas 21 pejabat dari seluruh negara anggota ekonomi dan beberapa orang staf lokal.
Sekretariat APEC dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif dengan masa tugas satu
tahun dan berasal dari negara anggota ekonomi yang sedang menjadi ketua APEC.
Indonesia menempatkan wakilnya di Sekretariat APEC dan mendapat tugas sebagai
Direktur Bidang Gender dan Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG
SME) sejak tahun 1998.
Sekretariat APEC yang berdomisili di Singapura, dalam melaksanakan tugasnya
terbagi dalam beberapa bidang yakni, Sekretariat APEC di bidang Committee on Trade
and Investment (CTI), bidang Services, Tariff and Non Tariff Measures (NTMs), bidang
Standards and Conformance (SCSC), bidang Customs Procedures (SCCP), bidang
Intelectual Pro-perty Right (IPEG), Competition Policy, Government Procurement
(GPEG), Deregulation, Rules of Origin, Dispute Mediation, Mobility of Business People,
Implementation of Uruguay Round Outcomes (UR Outcomes), Early Voluntary Sectoral
Liberalization (EVSL), Economic Committee, Budget and Management Committee

10

(BMC), Human Recources Development (HRD), Industrial Science and Technology
(ISTWG), Marine Resource Conservation, Telecommunications, Tourism, Trade
Promotion, Transportation, Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG
SME), Agrculture Technical Cooperation Reports Group (ATC), APEC Study Centers,
Sustainable Development, Infrastructure Workshop, Gender Issues Sustainable Recovery,
Management Review, Electronic Commerce, APEC Food System, Public Affairs,
Communications and Database.
* Sekretariat APEC berfungsi untuk:
1. menunjang mekanisme kegiatan APEC
2. menyediakan “advisory” teknis untuk koordinasi pembinaan bidang perdagangan
3. mengenalkan dan menginformasikan peranan APEC kepada masyarakat dunia
* Keanggotaan Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan aktif dalam pembentukan
APEC maupun pengembangan kerjasamanya. Keikutsertaan Indonesia dalam APEC
sangat didorong oleh kepentingan Indonesia untuk mengantisipasi dan mempersiapkan
diri dalam menghadapi perdagangan dunia yang bebas sekaligus mengamankan
kepentingan nasional RI. Kontribusi Indonesia terbesar bagi APEC adalah disepakatinya
komitmen bersama yang dikenal juga sebagai “Tujuan Bogor” (Bogor Goals) yaitu
liberalisasi perdagangan dan investasi secara penuh pada tahun 2010 untuk ekonomi yang
sudah maju, dan tahun 2020 untuk ekonomi berkembang. Komitmen ini menjadi dasar
dalam berbagai inisiatif untuk mendorong percepatan penghapusan tarif perdagangan
maupun investasi antar anggota APEC.
* Manfaat APEC Bagi Indonesia
1. APEC merupakan forum yang fleksibel untuk membahas isu-isu ekonomi
internasional.
2. APEC merupakan forum konsolidasi menuju era perdagangan terbuka dan sejalan
dengan prinsip perdagangan multilateral
3. Peningkatan peran swasta dan masyarakat Indonesia menuju liberalisasi
perdagangan

11

HI Aspas (3)
Hubungan Jepang dengan AS
Pada masa Perang Dunia (PD) II, Jepang merupakan negara yang sangat agresif,
konfrontatif, dan suka perang. Invasi militernya merambah hampir semua negara Asia
Pasifik termasuk Indonesia. Selain dikenal sebagai negara penjajah, Jepang juga terkenal
dengan kekejamannya. Dengan cara-cara konfrontatif inilah Jepang menerjemahkan
politik luar negeri (selanjutnya disingkat polugri)-nya, hingga akhirnya pada tanggal 15
Agustus 1945 dua kota kunci di Jepang, Hirosima dan Nagasaki diluluhlantahkan oleh
bom atom sekutu. Tamatlah kedigdayaan sang agresor PD II itu.
Paska perang, Jepang baru bangkit dengan sangat menggairahkan, kendati berada
di bawah bayang-bayang Amerika, namun Jepang baru tidak kehilangan energinya untuk
kembali menjadi bangsa besar. Kali ini bukan lagi agresifitas militer yang nampak dari
polugri Jepang, namun kooperatif dan diplomasi menjadi ciri baru negara Matahari Terbit
ini. Polugri Jepang paska PD II, menunjukkan karakteristik unik, berbeda dengan
sebelumnya, yaitu: (1) hubungan aliansi dengan Amerika; (2) kebijakan pertahanan yang
minimalis; (3) konsentrasi pada pembangunan ekonomi yang berorientasi ekspor; dan (4)
fokus geografik pada kawasan Asia Pasifik. Karakteristik terakhir mirip dengan
pernyataan Hatoyama, mantan Perdana Menteri Jepang, bahwa Jepang akan menjadikan
Asia sebagai fokus kebijakan luar negeri Jepang.
Tidak hanya karena kawasan Asia merupakan kawasan yang dekat secara
geografis namun Jepang juga berkepentingan menjadi pemimin perekonomian kawasan
itu, sebagaimana dikonsepsikan oleh Kaname Akamatsu dengan istilah flaying gasse
formation, formasi angsa terbang. Jepang berniat menjadi “angsa” yang terbang pertama
kali sebelum angsa-angsa lain, negara-negara Asia Pasifik lainnya menyusul. Cita-citanya
ini diwujudkan dengan memberikan aneka bantuan pada negara-negara di kawasan ini,
diharapkan aneka bantuan tersebut dapat memacu perekonomian mereka sehingga
mampu, setidaknya, mengikuti laju perekonomian Jepang. Prestasi Jepang dalam
perekonomian memang tak dapat dianggap enteng. Pada tahun 2005 saja menjadi negara
dengan standar hidup tertinggi kedua di dunia setelah Amerika, dengan GDP USD
25.800, sementara Amerika USD 35.200.

12

* Persekutuan Amerika-Jepang dan Kepentingan Keamanan Amerika di Asia
Pasifik
Persekutuan Amerika-Jepang merupakan salah satu faktor penting bagi
kebijaksanaan Amerika di Asia Timur Laut khususnya, dan Asia Pasifik umumnya.
Persekutuan yang dibangun sejak tahun 1951. Itu telah menguntungkan kedua negara dan
relatif telah menciptakan kestabilan dan keamanan wilayah Asia Pasifik.
Dalam persekutuan itu disepakati bahwa Amerika menanggung beban keamanan
Jepang dengan menempatkan pasukanya di beberapa pangkalan yang disediakan oleh dan
di wilayah Jepang. Dengan demikian Amerika bisa menempatkan kekuatannya di posisi
yang strategis di wilayah Asia Pasifik guna menghadapi ancaman komunisme. Di lain
pihak, Jepang tidak perlu mengeluarkan banyak biaya bagi keamanannya karena sudah
dijamin oleh Amerika, dan oleh karenanya bisa mengkonsentrasikan diri pada
pembangunan ekonomi. Sedang bagi para pemimpin negara-negara Asia Pasifik,
persekutuan itu dianggap positif bagi kestabilan dan keamanan wilayah mereka karena
jaminan keamanan Amerika secara tidak langsung mampu mencegah remiliterisasi
Jepang. Keterlibatan Jepang di dalam Perang Dunia II telah menyadarkan para pemimpin
Asia Pasifik bahwa Jepang yang kuat secara militer akan mengancam kestabilan dan
keamanan Asia Pasifik.
Masalahnya timbul ketika menginjak dasawarsa 1970-an. Amerika merasa tidak
puas terhadap persekutuannya dengan Jepang. Amerika menganggap Jepang terlalu
menggantungkan diri pada jaminan keamanannya.
Amerika menganggap Jepang sudah kuat kehidupan ekonominya bahkan dalam
banyak hal telah menyaingi secara serius perekonomian Amerika; neraca perdagangan
kedua negara, misalnya, menunjukkan adanya surplus di pihak Jepang dan defisit di
pihak Amerika sehingga sudah saatnya Jepang harus menanggung beban keamanannya
sendiri, bahkan kalau mungkin membantu Amerika dalam memikul beban pertahanan dan
keamanan, paling tidak untuk wilayah Asia Timur Laut. Di lain pihak, menjelang
dasawarsa 1970-an Amerika mulai merubah strategi uatuk menghadapi Uni Soviet.
Amerika tidak lagi menganggap Republik Rakyat Cina sebagai musuh potensial, namun
sebagai pihak yang bisa dimanfaatkan untuk mengbadapi Uni Soviet. Dengan demikian
Amerika berusaha mengembalikan beban tanggung jawab pertahanan, cepat atau lambat

13

kepada negara-negara Asia Pasifik sendiri. Untuk itu Amerika terus menuntut Jepang agar
meningkatkan anggaran pertahanannya. Mengingat persekutuan Amerika-Jepang
merupakan faktor determinan dalam peraturan politik di kawasan Asia Timur Laut
khususnya, dan Asia Pasifik umumnya. Maka gerak-gerik hubungan kedua negara itu
secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan dampak terhadap kestabilan dan
keamanan wilayah Asia Pasifik
* Visi Pertahanan Jepang
Visi pertahanan Jepang adalah menjaga dan mempertahankan survival Jepang
serta selalu menjadi sekutu AS. Proses penentuan sistem pertahanan Jepang selalu
dikaitkan dengan perkiraan ancaman terhadap wilayah Jepang berdasarkan kondisi
perkembangan keamanan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Semenanjung Korea
(ancaman nuklir Korea Utara) dan kawasan laut di Selat Malaka serta Selat Taiwan,
merupakan wilayah strategik yang harus dipertahankan dan diperjuangkan stabilitas
keamanannya. Hubungan Jepang dengan RRC masih diwarnai oleh sikap masing-masing
yang saling curiga dan saling tidak percaya, akibat sejarah hubungan kedua bangsa di
masa lalu. Kekuatan militer yang saling berhadapan di Asia Timur, pada kenyataannya
adalah antara Cina di satu pihak menghadapi AS dan Jepang di pihak yang lain.
Walaupun teknologi peralatan perang RRC kemampuannya masih berada dibawah AS,
tetapi cukup banyak peralatan canggih dari mesin perang RRC berasal dari teknologi
Rusia. Banyak Dikhawatirkan terjadi kolaborasi antara Cina dengan Rusia, yang tujuan
pokoknya untuk mengimbangi AS, sehingga terjadi polarisasi kekuatan (bukan ideologi)
yang dapat menjadikan AS bukan lagi sebagai satu-satunya adikuasa di dunia.
Dalam manifesto partai DPJ terdapat 5 pilar pokok politik luar negeri baru Jepang
di bawah pemerintahan PM Yukio Hatoyama dahulu: 1) kedekatan dan kesetaraan
hubungan Jepang–AS; 2) menguatkan politik luar negeri Jepang di Asia dengan tujuan
untuk membentuk East Asia Community; 3) penghapusan ancaman nuklir Korea Utara; 4)
memainkan peran proaktif di dalam operasi penjaga perdamaian PBB, perdagangan dan
investasi liberal, dan berjuang melawan Pemanasan Global; 5) menghapus persenjataan
nuklir dan menghilangkan ancaman terorisme.

14

* Hambatan Ekonomi Dalam Kemitraan Jepang-AS (Studi Kasus Anti-Dumping
Policy)
Sebagai kekuatan ekonomi terkemuka didunia, Jepang dan Amerika Serikat
berusaha untuk meningkatkan peranan dalam peta perekonomian dunia. Saat Perang
Dingin berlangsung, Amerika mengalami pertumbuhan ekonomi yang fenomenal. Perang
ini melahirkan kembali kemakmuran, dan pada periode pasca perang Amerika Serikat
mengonsolidasi posisinya sebagai negara terkaya di dunia. Produk kotor nasional (Gross
National Product/ GNP), ukuran seluruh barang dan jasa yang diproduksi Amerika
Serikat mengalami peningkatan drastis, sehingga perluasan ekonomi baru diantaranya
arus modal serta pasar barang dan jasa yang meningkat.
Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dari 1960-an ke
1980-an, ekonomi Jepang mengalami perlambatan secara drastis pada awal 1990-an,
ketika muncul bubble economy. Persediaan kepemimpinan industri dan teknisi, pekerja
yang berpendidikan tinggi dan bekerja keras, tabungan dan investasi besar dan promosi
intensif pengembangan industri dan perdagangan internasional telah memproduksi
ekonomi industri yang matang. Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah, tetapi
perdagangan menolongnya mendapatkan sumber daya untuk ekonominya.
Meskipun prospek ekonomi jangka panjang Jepang masih bagus, namun
sekarang dia berada dalam resesi terburuknya sejak perang dunia II. GDP nyata di Jepang
tumbuh rata-rata sekitar 1% antara 1991-98, dibandingkan dengan 1980-an sekitar 4%.
Pertumbuhan di Jepang pada dekade ini lebih rendah dari pertumbuhan negara maju
lainnya. Jepang memasuki masa resesi pada awal millenia, dimulai oleh resesi di AS,
tetapi sejak 2003 telah mulai tumbuh kembali dengan kuat dan pada 2004 menikmati
pertumbuhan tertinggi sejak 1990.
Penyelarasan hubungan kerjasama ekonomi antara Jepang dan Amerika sering
mendapat gesekan dari kedua belah pihak. Gesekan-gesekan tersebut antara lain berupa
pengenaan UU Anti Dumping menyangkut kebijakan perdagangan dan ekonomi.
Kebijakan anti dumping yang dilakukan oleh negara yang menerapkannya mempunyai
kontroversial, serta dampaknya terhadap perdagangan secara global juga aspek-aspek
yang berhubungan didalamnya.

15

Perdagangan internasional adalah salah satu instrumen penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang pada gilirannya akan
menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Agar semua negara dapat merasakan manfaat yang
sebesar-besarnya dari perdagangan internasional, sistem perdagangan diatur sedemikian
rupa sehingga sifatnya transparan, predictable dan equitable, bebas dan fair. Atas dasar
ini pula, perdagangan internasional harus dilaksanakan atas dasar non-diskriminasi,
perlakuan yang sama di pasar domestik dan saling memberikan konsesi atau resiprokal.
Perundingan perlu dilakukan dalam rangka mengintegrasikan kepentingan negara dengan
perjanjian internasional.
Sejak sekitar dua dekade lebih “dumping” merupakan suatu isu strategi
penetapan harga global yang penting. Menurut pengertiannya “dumping” sebagai
ditetapkan dalam GATT (General Agreements on Tariffs and Trade) 1979 merupakan
penjualan suatu produk yang diimpor pada tingkat harga yang lebih rendah dari harga
yang secara normal ditetapkan di suatu pasar domestik atau negara asalnya.
Amerika sendiri mendefinisikan “dumping” sebagai suatu praktek perdagangan
yang tidak adil yang menghasilkan “penderitaan” (injury), pengrusakan atau upaya
penghambat pendirian industri Amerika. Di bawah definisi ini, praktek dumping terjadi
apabila barang asal impor yang dijual di pasaran Amerika dijual dengan harga jual atas
dasar perhitungan harga pokok (cost of production) plus suatu marjin laba sebesar 8
persen atau pada tingkat di bawah harga yang ditetapkan di negara produsen asalnya.
Banyak kasus dumping sebagaimana dituduhkan oleh Amerika melibatkan produk
produk manufaktur buatan Asia Timur dan juga produk tempaan besi (iron castings)
buatan India, kepala sawit dan produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, kopi,
produk pertanian asal Perancis dsb. Jauh-jauh hari sudah diduga bahwa kasus konfrontasi
dagang antara Amerika-Jepang tidak dapat dihindari atau dihapus dari ingatan terutama
Amerika. Kalaupun hanya terbatas pada ancaman, apakah pihak Amerika karena alasan
politis membela industrialis yang kurang mampu bersaing ditinjau dari perhitungan atau
kalkulasi harga produk mereka. Dengan posisi dan kecanggihan sistemnya Amerika
langsung mendahului melalukan tindakan sepihak, menaikkan bea masuk, embargo, dan
sebagainya.

16

Membanjirnya barang-barang produksi Jepang di Amerika adalah salah satu
konsekuensi dari mekanisme “pasar bebas”. Hal itu disebabkan Jepang dapat
memproduksi dengan lebih efisien dari Amerika, upah buruhnya murah, tak banyak likaliku proteksi lingkungan, wajar saja produknya membanjiri pasar domestik Amerika.
Pengalaman yang berbeda dengan kampanye “pasar bebas” yang disuarakan dengan
lantang oleh negara-negara maju. Misalnya, Prancis, Austria, Norwegia dan Finlandia,
pasca Perang Dunia II, menempuh kebijakan industrial yang selektif.

17

HI Aspas (4)
Hubungan Jepang dengan Cina
Satu fenomena penting dalam hubungan Internasional modern dewasa ini adalah
lahirnya kekuatan-kekuatan besar baru yang muncul di berbagai kawasan dunia. Keadaan
ini telah mengakibatkan pergeseran dalam politik internasional yang sebelumnya terbagi
dalam dua kutub kekuatan (bipolar) menjadi multipolar. Ciri-ciri tersebut adalah: 1)
bankitnya negara-negara Eropa Barat yang hancur akibat Perang Dunia II dan tumbuh
menjadi kekuatan industri besar seperti Jerman Barat (sekarang Jerman); 2) munculnya
Jepang sebagai raksasa ekonomi dunia dengan kemajuan teknologi yang pesat dan luar
biasa. 3) meningkatnya peranan negara-negar Timur Tengah dan kawasan Teluk Persia
sebagai sumber penghasila minyak dan energi dunia; dan 4) munculnya Republik Rakyat
Cina (RRC) sebagai raksasa dunia baru yang kemudian menggeser tempat Taiwan di
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
* Sengketa Regional Cina-Jepang: Kepulauan Diaoyu/ Senkaku
Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan sebuah kepulauan yang berada di
Laut Cina Timur, tepatnya berada pada sebelah Timur Republik Rakyat Cina, sebelah
selatan Jepang, dan sebelah utara Republik Cina atau Taiwan. Berada pada garis
koordinat 25°47′53″ Lintang Utara dan 124°03′21″ Bujur Timur, kepulauan ini hanya
memiliki luas 7 km². Kepulauan Diaoyu atau Senkaku terdiri dari lima pulau besar dan
tiga karang, dari lima pulau dan tiga karang yang ada di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku
tersebut, tidak satu pun dari semua itu yang berpenghuni pada tahun 2010, meskipun
pada awal abad ke-20 sempat berpenghuni sekitar 200 jiwa yang merupakan pekerja
untuk sebuah perusahan ikan makarel.
* Historiografi Kepulauan Diaoyu atau Senkaku
Jejak pertama yang tercatat di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dimulai oleh
bangsa Cina melalui catatan perjalanan liang zhong hai dao zhen jing yang ditulis pada
tahun Yongle 2 atau 1403 Masehi. Ketika itu, nama Kepulauan Diaoyu sudah disebut
sebagai Diaoyu. Selain itu, ada pula catatan kedua yang ditulis pada tahun Jiajing 14 atau
1534 Masehi, yaitu shi liuqiu lu yang ditulis oleh utusan Kekaisaran Cina dinasti Ming,
Chen Kan, ketika berkunjung ke Ryukyu. Jepang yang ketika itu masih berstatus sebagai
negara fasal dari dinasti Ming mengakui bahwa Kepulauan Diaoyu adalah wilayah

18

kedaulatan Kekaisaran Ming. Maka dari itu, dalam bahasa Jepang, Kepulauan Diaoyu
disebut sebagai Uotsuri yang memiliki arti yang sama dengan nama dalam bahasa Cina,
yaitu memancing ikan.
Sejak Kekaisaran Cina menganeksasi Taiwan pada tahun 1683, Kepulauan
Diaoyu atau Senkaku dijadikan sebagai wilayah di bawah kekuasaan Provinsi Taiwan.
Perubahan konstelasi terjadi setelah Cina dan Jepang berperang pada tahun 1894 yang
akhirnya berakhir pada kekalahan Cina dengan penandatanganan Traktat Shimonoseki
yang menjadikan Taiwan dan Korea menjadi wilayah yang terbebas dari pengaruh
Kekaisaran Cina. Sejak saat itu, Jepang mengambil-alih pemerintahan yang berlangsung
di Taiwan, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut.
Jepang kemudian mengklaim bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini
merupakan teritori bebas, sehingga Jepang kemudian mengganti kekuasaan Kepulauan
Diaoyu atau Senkaku dari di bawah Taiwan menjadi di bawah kekuasaan Nansei
(Kepulauan Ryukyu) yang lebih dikenal dengan nama Okinawa. Sejak saat itu pula, nama
Kepulauan Diaoyu mulai diganti menjadi Senkaku. Setelah Jepang mengalami kekalahan
pada Perang Dunia II, kontrol atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tidak dikembalikan
kepada Cina seperti layaknya Taiwan, melainkan berada di bawah kontrol Amerika
Serikat. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh kekuasaan atas Kepulauan Diaoyu atau
Senkaku yang telah diubah, dari yang seharusnya di bawah Taiwan menjadi Okinawa.
Amerika Serikat mengendalikan kontrol atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku sejak
tahun 1945 sampai tahun 1972.
* Konflik Regional Tiongkok-Jepang: Sengketa Kedaulatan atau Eksplorasi
Minyak?
Permasalahan yang kemudian menjadi isu yang memanas adalah klaim Jepang
yang menyebutkan bahwa Cina hanya ingin merebut kedaulatan Jepang melalui klaim
sepihak atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Hal tersebut diperkuat oleh temuan fakta
yang menyatakan bahwa Cina sebelum menemukan ladang minyak bumi di Kepulauan
Diaoyu atau Senkaku yang ditemukan pada akhir tahun 1970, masih mengakui
kedaulatan Jepang atas Kepulauan Senkaku, misalnya tulisan artikel koran Renmin Ribao
pada tahun 1953 yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu (yang disebut dengan nama

19

Jepang, Senkaku) merupakan wilayah yang berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat,
yaitu Okinawa.
Alasan tersebut beralasan, mengingat sewaktu Jepang menandatangani pernyataan
menyerah tanpa syarat kepada negara-negara sekutu (Amerika Serikat, Inggris Raya,
Perancis, Uni Soviet, dan Republik Cina), Republik Cina pada saat itu tidak
mempermasalahkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang masih berada di bawah
kekuasaan Okinawa. Kesalahan Republik Cina tersebut dijadikan alasan yang sangat kuat
bagi Jepang bahwa Cina tidak pernah berkontribusi apapun atas Kepulauan Diaoyu atau
Senkaku, sehingga sudah selayaknya Jepang yang memiliki kekuasaan atas kepulauan
tersebut.
Berdasarkan perspektif Cina, tentu Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah milik
Cina yang berada di bawah kekuasaan Provinsi Taiwan. Ketika Jepang menyerah tanpa
syarat kepada negara-negara sekutu pada 14 Agustus 1945, Perjanjian Postdam yang
dibuat pada 26 Juli 1945 secara resmi diterima oleh Jepang. Dalam perjanjian tersebut
termaktub bahwa kekuasaan Jepang hanya dibatasi pada Kepulauan Honshu, Hokkaido,
Kyushu, Shikoku dan pulau-pulau kecil lainnya yang akan ditentukan oleh negara-negara
sekutu. Cina sudah melakukan protes pasca-keputusan Amerika Serikat pada tahun 1971
yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah wilayah Jepang, karena
Cina merupakan negara yang ikut menandatangani Perjanjian Postdam tersebut. Terlepas
dari penemuan Cina terkait minyak bumi di Laut Cina Timur, khususnya Kepulauan
Diaoyu atau Senkaku tersebut pada tahun 1970.
Melalui dua perspektif yang berlainan ini, permasalahan sengketa wilayah atas
Kepulauan Diaoyu atau Senkaku masih berlangsung hingga saat ini, khususnya saat kapal
nelayan dengan kapten Zhan Qixiong bertabrakan dengan kapal patroli Jepang dekat
dengan wilayah Kepulauan Diaoyu atau Senkaku pada 7 September 2010 pukul 10 pagi.
* Analisa Kasus: Perjalanan Panjang Menuju Konsensus
Tentu sangat tidak mudah menyelesaikan permasalahan sengketa regional apabila
kedua belah pihak yang berkonflik tetap teguh pada pendirian masing-masing yang
berlawanan satu dengan yang lain. Cina dan Jepang dalam hal ini mengambil langkah
yang normatif, yaitu mempertahankan status quo, yang menjadikan Cina dan Jepang
tidak mampu mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di wilayah Kepulauan Diaoyu atau

20

Senkaku tanpa persetujuan dari kedua belah pihak. Jelas jika dikaitkan dengan teori Barry
Buzan mengenai keamanan regional, penyebab permusuhan antara Cina dan Jepang
sesuai dengan dua dari pentakotomi yang diberikan, yaitu sejarah sengketa regional dan
faktor sosio-ekonomis.
Ditinjau dari sejarah sengketa regional, tentu Kepulauan Diaoyu atau Senkaku
sudah seharusnya tidak perlu dipermasalahkan lagi kedudukannya, karena fakta sejarah
menunjukan bahwa Cina adalah penguasa pertama di kepulauan tersebut. Nama-nama
yang bahkan dipakai oleh Jepang hingga saat ini masih banyak berhubungan dengan
nama-nama yang diklaim oleh Cina, dengan perbedaan cara penyebutan, yang sudah
dinamai sejak abad ke-17, pasca-integrasi Taiwan terhadap Kekaisaran Cina. Jepang
dalam hal ini menggunakan alasan bahwa legitimasinya atas Kepulauan Diaoyu atau
Senkaku berawal dari keterlantaran kepulauan tersebut, dan dalam hal ini Jepang
diperkuat dengan kemenangan atas Perang Cina-Jepang pertama pada tahun 1894-1895
yang menjadikan Jepang memiliki kekuasaan atas Taiwan beserta wilayah-wilayah yang
meliputinya, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku.
Jika Taiwan dan wilayah-wilayah sekitar Taiwan dikembalikan kepada Republik
Cina pada tahun 1945, seharusnya Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang diganti posisi
superordinasinya dari Taiwan menjadi Okinawa seharusnya dikembalikan lagi ke posisi
awal sebelum Traktat Shimonoseki ditandatangani. Dari kerancuan ini dapat diperkuat
bahwa sebenarnya posisi Jepang dalam isu sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini
didasari oleh ketidakadilan pihak Jepang maupun negara sekutu, dalam hal ini Amerika
Serikat, dalam menempatkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang pernah diganti
yurisdiksinya menjadi ke posisi awal. Amerika Serikat justru mendukung Jepang yang
menempatkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di bawah kekuasaan Okinawa, entah
karena pada saat itu Amerika Serikat sempat menduduki Okinawa sejak 1945-1972 dan
merasa menyayangkan jika harus mengembalikan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku
kepada Cina atau ada alasan lain di balik itu. Padahal, secara geografis tampak jelas
bahwa jarak antara Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dengan Okinawa (410 kilometer)
dan Taiwan (180 kilometer) tentu lebih mendukung untuk diserahkan kepada Taiwan.
Di balik ketidakadilan Jepang dan Amerika Serikat terhadap pemahaman
historiografi yang dimiliki oleh Cina, perlu diperhatikan juga sikap pemerintah Cina sejak

21

masa Republik Cina hingga Republik Rakyat Cina sebelum tahun 1971 yang cenderung
menerima keadaan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah miliki Jepang, yang
pada saat kekalahan Jepang diduduki oleh Amerika Serikat. Sikap yang terkesan defensif
ini memperlemah posisi Cina dalam pengambilalihan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di
era kini, mengingat Cina bahkan menyatakan secara terang-terangan di media massa
lokal pada tahun 1953, bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan wilayah
negara lain. Kesalahan fatal ini terkesan terlambat ketika Cina mulai mengambil sikap
agresif terhadap keputusan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu
atau Senkaku adalah milik Jepang di bawah kekuasaan Okinawa. Pada akhirnya,
kelemahan-kelemahan yang dibuat oleh pemerintah Cina sendirilah yang menyebabkan
tidak kuatnya Cina dalam mengambilalih Kepulauan tersebut.
Di tinjau dari segi faktor sosio-ekonomis, Cina dan Jepang jelas memiliki
kepentingan yang sangat tinggi atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, mengingat
cadangan minyak bumi yang melimpah di daerah tersebut, di tengah dua negara yang
miskin sumber daya alam dan haus akan kebutuhan energi. Dari hal tersebut, tampak jelas
bahwa Cina dan Jepang tampak seperti dua negara yang sedang memperebutkan bukan
hanya kedaulatan, melainkan faktor ekonomi yang membayangi dari Kepulauan Diaoyu
atau Senkaku.

22

HI Aspas (5)
Hubungan Jepang dengan Korea Selatan
* Demi Gugusan Pulau Dokdo, Korsel Siap Putus Hubungan dengan Jepang
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Ban Ki-moon, Rabu tamggal 9 Mei 2008, di
Seoul, menyatakan negaranya siap mengambil risiko mengorbankan hubungan baik
dengan Jepang dalam persengketaan teritorial atas gugusan Pulau Dokdo yang terletak di
perairan laut antara Korsel dan Jepang. Ia juga menyatakan, Korsel akan bersikap keras
mempertahankan kedaulatan wilayah di gugusan pulau karang itu, yang juga diklaim
Jepang sebagai bagian dari wilayahnya.
Perseteruan soal gugusan pulau itu, yang oleh Korsel disebut Dokdo atau kadang
ditulis Tokto (dan oleh Jepang dinamai Takeshima), pecah justru di saat Tokyo dan Seoul
tengah memperingati ulang tahun ke-40 hubungan diplomatik antara kedua negara.
Hubungan makin tegang akhir-akhir ini setelah seorang anggota parlemen tingkat
provinsi di Jepang mengusulkan penetapan sebuah hari peringatan untuk mendukung
klaim Tokyo atas Kepulauan Takeshima alias Dokdo.
"Sengketa Dokdo merupakan masalah yang terkait dengan wilayah dan
kedaulatan kami. Dengan demikian, isu ini dapat dianggap lebih penting dibanding
hubungan Korsel-Jepang dan masalah-masalah lainnya," kata Menlu Korea Ban Ki-moon
dalam acara konferensi persnya dulu.
Menurut Ban, ia akan menangani masalah itu dengan tegas dan keras, untuk
melindungi wilayah Korsel. Ban dijadwalkan akan terbang ke Tokyo, namun rencana
kunjungan tersebut telah ditangguhkan.
Pernyataan Ban yang bernada keras dikeluarkan setelah Pemerintah Korsel
sebelumnya dihujani kecaman di dalam negeri karena dianggap tidak mengambil langkah
yang cukup keras terhadap Jepang dalam persengketaan ini. Ban menyatakan bahwa
pemerintah menyadari adanya berbagai tuduhan bahwa mereka bersikap terlalu lunak
dalam menanggapi masalah ini. "Kami kini akan menangani masalah itu dengan cara
yang dapat diterima rakyat Korsel," katanya.
* Konflik Warisan PD II
Persengketaan soal gugusan pulau karang di tengah Laut Jepang (yang disebut
Korsel sebagai Laut Timur) itu sesungguhnya merupakan persengketaan lama dan sudah

23

terjadi sejak akhir Perang Dunia (PD) II. Kepulauan itu tidak berpenduduk. Namun,
Korsel menempatkan pasukan tentara yang menjaga wilayah laut di sekitarnya, yang kaya
akan ikan.
Gugusan Pulau Dokdo terletak kurang lebih di tengah-tengah antara Jepang dan
Korsel, sekitar 220 kilometer dari Samchok, kota pelabuhan di pesisir timur Korsel dan
berjarak kurang lebih sama dari Matsue, kota pelabuhan di pantai barat Jepang.
Meski berulang kali diprotes Jepang, di pulau itu Korsel tetap membangun
sejumlah rumah pondokan, mercusuar, dan berbagai fasilitas pemantau.
Ketegangan dalam hubungan antara Korsel dan Jepang mulai merebak Februari
2008 ketika Duta Besar Jepang di Seoul Toshiyuki Takano menegaskan kembali bahwa
secara historis maupun yuridis, pulau-pulau itu adalah bagian dari wilayah Jepang.
Pernyataan ini membangkitkan kemarahan rakyat Korsel, yang sebagian ada yang
berusaha menyerbu Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang. Pemerintah Korsel secara resmi
juga memanggil seorang pejabat tinggi di Kedubes Jepang untuk menyampaikan protes.
Konflik lain terjadi ketika Kementerian Pertahanan Korsel mengerahkan empat
pesawat jet tempur untuk mencegat sebuah pesawat terbang Jepang yang sedang terbang
mendekati Pulau Dokdo. Pesawat ringan sipil yang membawa seorang pilot, wartawan,
dan juru kamera tersebut digunakan oleh surat kabar Jepang Asahi Shimbun, yang
kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak melanggar wilayah udara
Korsel dan terbang ke daerah itu hanya untuk pengambilan gambar.
Sepanjang sejarah kontemporer, hubungan antara Tokyo dan Seoul sebelumnya
juga pernah buruk akibat aksi penjajahan Jepang yang brutal di Semenanjung Korea
tahun 1910-1945. Kekejaman yang ditunjukkan pasukan pendudukan Jepang pada masa
itu telah menumbuhkan sentimen anti-Jepang yang mendalam di antara rakyat Korea.
Khawatir Jepang akan lebih diuntungkan jika Amerika Serikat (AS) sampai
terlibat dalam sengketa dua negara bertetangga ini, Presiden Korsel Roh Mo-hyun
menyatakan akan membatasi peran pasukan AS yang ada di Korsel. Seperti diberitakan,
pasukan AS yang ditempatkan disana dapat terlibat dalam konflik di luar Semenanjung
Korea hanya jika ada persetujuan dari Korsel.
* Korsel Tak Akan Pernah Mundur Untuk Memprotes Jepang Soal Dokdo

24

Para demonstran Korea Selatan (Korsel) membakar bendera Jepang dan boneka
Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Demonstrasi menentang Jepang terus marak di
seluruh Korsel, Rabu tanggal 16 Maret 2008. Menteri Luar Negeri Korsel Ban Ki-moon
mencela Jepang karena terus mengklaim pulau-pulau karang kecil (Dokdo) yang oleh
Korsel dinyatakan sebagai miliknya juga.
Di Jepang, Dokdo juga disebut sebagai Takeshima. "Berhentilah merampok
Dokdo!" kata para aktivis. Sementara itu, ratusan orang lainnya melakukan protes dalam
salah satu pertemuan paling besar di Kedutaan Besar Jepang di Seoul, yang dijaga oleh
pasukan polisi anti huru-hara.
Protes terus marak dalam beberapa hari kemudian di Korsel. Dua aktivis telah
memotong jari kelingkingnya untuk mendramatisir perlawanan mereka.
Meski demikian, Prefektur Shimane di Jepang tetap memberlakukan peraturan
yang menetapkan 22 Februari sebagai “Hari Takeshima”. Sikap pemerintahan di sebuah
prefektur Jepang itu (semacam Propinsi) memicu protes dari Korsel.
* Tindakan Tercela
Menteri Luar Negeri Ban Ki-moon mengecam langkah prefektur itu sebagai
“tindakan tercela”. Departemen Luar Negeri Korsel mengatakan Pemerintah Tokyo harus
bertanggung jawab penuh atas hal itu. “Tak ada gunanya mendengarkan tindakan tercela
Prefektur Shimane itu karena tidak akan berdampak pada status Dokdo yang masuk
wilayah Korsel,” kata Ban.
Ia mengatakan Seoul akan mengambil sejumlah tindakan balasan untuk lebih
memperkuat pengawasan efektif atas pulau karang kecil itu, di mana sebuah kontingen
polisi Korsel telah ditempatkan beberapa tahun terakhir. “Reaksi pemerintah itu
difokuskan pada pertahanan teritorial kita atas Dokdo,” kata Ban, sambil menambahkan
bahwa secara bertahap tindakan balasan akan dipersiapkan pada tingkat pemerintah.
Deplu Korsel mengeluarkan siaran pers yang meminta Prefektur Shimane untuk
mencabut peraturan yang menyatakan Dokdo sebagai wilayah Jepang, dan memanggil
seorang pejabat diplomat senior Jepang untuk menyerahkan protes kepada Tokyo.
“Pemerintah akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menyuruh
Prefektur Shimane membatalkan penentuan ‘Hari Dokdo (Takeshima)’ dan menjelaskan

25

bahwa Jepang sendiri bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang mungkin
menyusul,” kata siaran itu.
Pemerintah Korsel juga memutuskan membuka pulau-pulau kecil itu untuk
dikunjungi warga Korsel. Langkah itu bertujuan untuk menegaskan bahwa Dokdo berada
di bawah pengawasan Korsel walau hal itu dapat dipastikan akan menimbulkan
kemarahan Jepang dan memicu ketegangan hubungan d