Sejarah Perkembangan Hadis di Indonesia (1)

PERKEMBANGAN KAJIAN HADIS DI INDONESIA
Awal Abad ke 20 Sampai Tahun 1950

Tugas ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Hadis di Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. H. Agung Danarta, M.A.

Oleh :
Za’im Kholilatul Ummi

(12531150)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadis Nabi sebagai kitab pedoman hidup kedua setelah al-Qur’an menjadikannya
banyak dikaji oleh ulama-ulama pada bidang tersebut. Setiap perbuatan, perkataan, ketetapan,
dan sifat yang disandarkan kepada Rasulullah yang kemudian disampaikan kepada para
sahabat dan berlanjut hingga generasi ke generasi tersebut terus mengalami perkembangan.
Dari hal tersebut dapat diketahui sampai saat ini terdapat disiplin ilmu tersendiri yang
membahas hadis, tidak sedikit buku yang khusus membahas hadis.
Perkembangan hadis tidak hanya terjadi di wilayah Rasul dan sahabat-sahabatnya
hidup, namun juga tersebar meluas ke berbagai wilayah Islam lainnya. Perkembangan ini
karena adanya hadis yang disampaikan dari generasi ke generasi yang juga didukung oleh
semakin luasnya wilayah Islam. Kemudian para ulama pada masa itu mulai mengkaji hadis
dengan kelompok-kelompok kecil hingga diajarkan di perguruan tinggi atau pendidikan
formal.
Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, perkembangan hadis
juga masuk ke Indonesia. Menjadi menarik untuk dibahas karena bahkan sebagian besar dari
penikmat ilmu hadis sendiri belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan kajian
hadis di negaranya. Fenomena seperti ini biasa terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Perkembangan kajian hadis di Indonesia dapat dikatakan tergolong lamban, seperti yang
dijelaskan pada makalah sebelumnya mengenai perkembangan hadis sebelum abad ke 20. Hal
ini dapat dilihat dari buku-buku atau literature yang dihasilkan oleh ulama hadis di Indonesia
pada saat itu sebab sebelumnya lebih cenderung pada kajian al-Qur’an, fiqih, dan tasawuf

yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.
Penulisan buku/ karya di bidang hadis di Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 17.
Namun yang terjadi adalah tidak adanya pengembangan yang lebih jauh terhadap tulisantulisan tersebut sehingga kajian hadis mengalami kemandegan. Pengamatan di bidang kajian
juga juga dapat dibulang kurang dan tidak komprehensif. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis ingin ‘menyampaikan’ bahasan mengenai perkembangan kajian hadis di Indonesia
khususnya pada awal abad ke 20 sampai tahun 1950. Hal ini dilakukan agar pemahaman kita
dalam bidang hadis juga didukung dengan pengetahuan sejarah perkembangannya.
1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka agar materi
tidak jauh keluar dari titik pembahasan penulis merumuskan masalah sebagai beriku

:

1. Bagaimana sejarah perkembangan hadis di Indonesia dari awal abad ke 20 sampai
tahun 1950?
2. Apa saja kitab hadis yang banyak dikaji pada masa itu?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah


:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kajian hadis yang ada di Indonesia pada
awal abad ke 20 sampai tahun 1950,
2. Mengetahui kitab-kitab yang digunakan pada pembelajaran hadis di masa itu.
Selain tujuan di atas, yang penulis harapkan dari makalah ini adalah agar dapat
dijadikan sebagai penambah wawasan bagi pembaca, khususnya penulis mengenai sejarah
perkembangan kajian hadis pada awal abad 20 sampai tahun 1950.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kajian Hadis Awal Abad ke 20 - Tahun 1950
Kajian hadis di Indonesia menurut sebagian besar peneliti dapat ditemukan sejak abad
ke 17 dengan ditulisnya kitab-kitab hadis oleh Nur al-Din al-Raniri dan ‘Abd al-Rauf alSinkili dengan adanya buku terjemahan hadis dari Bahasa Arab ke Bahasa Melayu oleh kedua
ulama tersebut. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa perkembangan kajian hadis di
Indonesia sebelum abad ke 20 belum sampai pada kajian yang intens dan khusus mengenai
hadis. hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat pada saat itu lebih condong pada

bidang tasawuf daripada syari’at. Kalaupun sudah dapat dijumpai kitab-kitab hadis, kajian di
dalamnya masih fokus pada kajian isi hadis belum sampai pada kajian kualitas hadis (sanad
dan matan hadis).
Masuk pada masa awal abad ke 20, kitab-kitab hadis masih belum dijadikan sebagai
sumber rujukan karena kajian ini masih bersifat baru di kalangan pendidikan di Indonesia
khususnya pesantren. Pada saat inilah ulama-ulama hadis mulai memberikan perhatian lebih
pada

bidang

kajian

hadis

dengan

mengumpulkan

kitab-kitab


hadis

kemudian

menterjemahkannya dan menjadikannya sebagai materi yang diajarkan di lembaga
pendidikan madrasah dan pesantren. Masih tidak adanya kitab-kitab hadis karya ulama
Indonesia sendiri pada awal abad 20 sebagai kajian dasar hadis di pesantren dijadikan sebagai
bukti bahwa pada masa ini kajian hadis di Indonesia masih dalam ranah pengantar.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia menyebutkan
bahwa pada masa perubahan (tahun 1900-1908) kitab-kitab hadis sudah mulai diajarkan di
surau-surau yang kemudian akan menjadi cikal bakal lahirnya madrasah di Sumatera. Adapun
kitab-kitab hadis yang mulai diajarkan pada masa ini adalah kitab Hadis Arba‘in karya alNawawi, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim di bidang materi hadis. Sedangkan di bidang
mushtalah al-hadis, digunakanlah kitab Baiquniyah dan/ syarh-nya. Kemudian pada masamasa selanjutnya, kitab-kitab hadis dijadikan buku pelajaran di madrasah-madrasah dan
pesantren-pesantren.1
Jika dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, di dalam
bukunya dituliskan bahwa pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relatif baru di
pesantren. Sebelumnya memang sudah banyak dipelajari karya atau kitab fiqih yang di
1 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1995, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, hlm.
53-61.


3

dalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun di sini sudah
mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai dengan keperluan
pengarangnya. Dijelaskan bahwa pada masa ini minat terhadap kajian hadis lebih besar
daripada sebelumnya, dapat dilihat bahwa telah banyak pesantren yang menjadikan hadis
sebagai materi atau mata pelajaran wajib bagi murid. Juga disebutkan bahwa kemajuan kajian
hadis pada masa ini disebabkan oleh dampak modernisme.2
Pada masa awal abad 20 telah banyak perubahan dan kemajuan dalam bidang
pendidikan di Indonesia yang kemudian berpengaruh dan dijadikan sebagai media dalam
kajian hadis, di antaranya
a) Madrasah
Permulaan munculnya madrasah baru pada awal abad ke 20, yang dilatar belakangi
oleh dua faktor yaitu semangat pembaharuan Islam dan respon pendidikan terhadap
kebijakaan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah. 3
Selain itu juga dilator belakangi oleh usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke
arah pendidikan yang lebih memungkinkan juga sebagai upaya menjembatani antara
pendidikan tradisional pesantren dan pendidikan modern hasil akulturasi.4
Pendidikan di Indonesian sebelumnya berlangsung tidak seperti yang terlihat saat ini.
Pendidikan Islam berlangsung di surau-surau tidak dalam kelas dan tanpa alat-alat tulis dan

belajar yang mendukung. Namun pada tahun 1909 Syaikh Abdullah Ahmad mendirikan
sekolah agama (Madrasah Adabiah) di Minangkabau. Kemudian mulai berdiri madrasahmadrasah di daerah lain seperti pada tahun 1920 Syaikh M. Thaib Umar mendirikan sekolah
agama di Batu Sangkar, walaupun tidak berdiri lama.5
Madrasah-madrasah tersebut mulai memakai kitab-kitab baru yang berasal dari Mesir.
Seperti kitab Durusun Nahwiah dan Qawa’idul Lughah Arabiah, tidak hanya itu di sana juga
dimasukkan pelajaran sejarah, sejarah Nabi Muhammad, dan akhlak. Namun sayangnya
pelajaran ilmu buni Mesir juga diajarkan di madrasah-madrasah tersebut padahal tidak
sesuai.6
b) Majalah
2 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, 1995,
Bandung: Mizan, hlm. 161-162.
3 Dikutip dari http://naulisiregar.blogspot.com/2013/04/sejarah-madrasah-di-indonesia.html, diakses
tanggal 14 Februari 2015 pukul 7.19 am.
4 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1996, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 163.
5 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 63-66. Dan lihat Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam,... hlm. 161-162.

4

Perkembangan kajian hadis yang terjadi pada awal abad ke 20 ini tidak lepas juga

karena adanya pengaruh dari ulama mesir. Thaher Jalaluddin dikenal sebagai salah seorang
ulama pembaharu Indonesia yang telah memperkenalkan pemikiran Muhammad Abduh
melalui majalah “al-Imam” yang terbit pada tahun 1906 di Singapura. Majalah ini berisi
artikel tentang pengetahuan populer dan masalah agama. Majalah ini banyak tersebar di
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.7
H. Abdullah Ahmad, H. M. Thaib Umar, dan Abdul Karim Amrullah banyak
terinspirasi dengan adanya majalah “al-Imam” yang tersebar di Indonesia. Hingga akhirnya
mereka menerbitkan majalah “al-Munir” pertama kali di Minangkabau pada tahun 1911 M. di
antara isi majalah “al-Munir” adalah tentang kebaikan agama Islam dan kelapangannya
berdasarkan al-Qur’an dan Hadis, juga terdapat pula banyak kajian kritis terhadap Hadis yang
dilakukan oleh H. Abdul Karim Abdullah. dari sini dapat dilihat bahwa pada masa ini hadis
sudah mulai mendapat perhatian lebih dari ulama Indonesia. Telah banyak kajian yang mulai
khusus membahas hadis.8
Setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 1945 kajian hadis di Indonesia telah
menunjukkan kemajuan yang pesat dan mulai dikaji di Perguruan Tinggi. Islamic College di
Padang pertama kali dibuka dan dipimpin oleh Mahmud Yunus telah menggunakan
kurikulum Universitas Al-Azhar Kairo. Kemudian ditutup sementara karena Jakarta diduduki
oleh Sekutu dan dibuka kembali di Yogyakarta dan telah diubah menjadi Universitas Islam
Indonesia (UII) pada tahun 1948.9 Dan setelah mulai banyak berdiri Perguruan Tinggi Islam
lainnya di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Howard M, Federspiel terhadap literatur
hadis sampai tahun 1980-an (pada abad 20), beliau membagi jenis literatur hadis Indonesia
dalam empat jenis yaitu:10
1) Literatur ilmu hadis yang berisi analisis terhadap hadis yang berkembang pada
masa awal Islam untuk menentukan keotentikan dan kepalsuannya.
2) Literatur terjemah terhadap kitab-kitab hadis yang disusun pada masa klasik (6201250) dan masa pertengahan Islam (1250-1850).
6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 66.
7 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam,... hlm. 58.
8 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 79-80.
9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam,... hlm. 198.
10 Muhammad Tasrif, Jurnal Pengembangan Model Studi Hadits (Telaah Epistemologis Terhadap Studi
Haditsdi IAIN Sunan Ampel Surabaya), Edisi 7, Vol. 4, 2008. Hlm. 3

5

3) Literatur antologi hadis pilihan yang bersumber dari kitab kumpulan hadis.
4) Literatur berupa kumpulan hadis bertemakan sumber hukum dan materi pelajaran
sekolah-sekolah Islam.
B. Kitab-kitab Hadis yang Dikaji
Kitab-kitab hadis yang dikaji di madrasah dan pesantren pada awal abad ke 20 sampai

tahun 1960 menurut Mahmud Yunus, antara lain


Sahih al-Bukhari

Imam al-Bukhari



Fath al-Bari

Ibn Hajar al-‘Asqalani



Jawahir al-Bukhari

Mustafa M. ‘Umarah




Tajrid al-Sarih

Al-Zabidi



Sahih Muslim

Imam Muslim



Al-Arba’in al-Nawawiyah

Abu Zakariyya Yahya Al-Nawawi



Riyad al-Salihin

Yahya ibn Sharaf al-Din al-Nawawi



Bulug al-Maram

Ibn Hajar al-‘Asqalani



Subul al-Salam

Muhammad ibn Ismail al-Kahlani



Al-Adab al-Nabawi

Muhammad ‘Abd al-‘Aziz al-Khuli



Nail al-Awthar



Matn Bayquniyah/

Muhammad ibn ‘Ali al-Shaukani

Syarh Bayquniyyah

Taha ibn Muhammad al-Fattah



‘Ilm Mustalah al-Hadis

H. Mahmud Yunus



Minhat al-Mugit

Hafiz Hasan Mas‘udi



Nubhat al-Fikr

Ibn Hajar al-‘Asqalani

Seperti terlihat dalam tabel di atas, di bidang materi hadis, literatur yang digunakan meliputi
kitab primer, antologi hadis dan kitab sharh.
Yang termasuk dalam kitab primer adalah Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Jawahir
al-Bukhari, dan al-Tajrid al-Sarih, adapun yang termasuk antologi meliputi Arba‘in alNawawiyah, Riyad al-Salihin dan Bulug al-Maram, sedangkan yang merupakan kitab syarh
adalah Fath al-Bari Syarh al-Bukhari, Subul al-Salam Sharh Bulugh al-Maram, Hady alRasul, al-Adab al-Nabawi dan Nayl al-Awtar Syarh Muntaqa al-Akhbar. Dari sejumlah kitabkitab tersebut, yang paling banyak digunakan justru kitab-kitab antologi, sedangkan kitabkitab primer dan syarh justru hanya digunakan di sejumlah kecil madrasah dan pesantren.
6

Selain Mahmud Yunus, Martin Van Bruinessen juga dalam penelitiannya terhadap
madrasah-madrasah dan pesantren di beberapa wilayah atau provinsi di Indonesia
menyebutkan daftar literatur hadis yang digunakan di Indonesia disertai dengan penyebaran
dan penggunaannya, yaitu

Daerah
No.

1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.

Jumlah
Pesantren
Hadis
Bulughul
Maram
Subulus
Salam
Riyadus
Shalihin
Shahih
Bukhari
Tajridus
Sharih
Jawahir
Bukhari
Shahih
Muslim/
Syarah
Arba’in
Nawawi
Majalisus
Saniyah
Durratun
Nashihin
Tanqihul
Qaul
Mukhtarul
Ahadits
Ushfuriyah

Sumater
a

Kalsel

Jabar

Jateng

Jatim

Jumlah
Tingkat

4

3

9

12

18

46

1

0

6

5

12

24

1

1

0

0

1

3

1

0

7

6

9

23

2

1

6

7

5

21

Khawash

0

0

1

1

4

6

‘Aliyah

1

0

0

1

2

4

1

0

7

2

7

17

Tsanawiyah

3

0

5

1

6

15

Tsanawiyah

1

0

0

0

2

3

1

1

2

3

4

11

0

1

2

1

1

5

1

0

2

0

2

5

0

1

0

0

2

3

Tsanawiyah

‘Aliyah/
Khawash

‘Aliyah

Tsanawiyah

‘Ilm
7

Dirayah al-

14.
15.

Hadits
Baiquniyah
/ Syarah
Minhatul
Mughits

2

0

2

1

2

7

Tsanawiyah

0

0

2

1

0

3

‘Aliyah

Dilihat sekilas pada tabel di atas menunjukkan bahwa telah banyak kitab-kitab hadis
yang dikaji pada awal abad ke 20 ini. Namun pada dasarnya kitab-kitab hadis di atas masih
merupakan kitab yang isinya lebih pada materi akhlak dan fiqih. Sebab tujuan utama dari
pembelajaran yang dilakukan saat itu bukanlah bermaksud pada penelitian hadis secara
mandiri melainkan untuk meningkatkan pengalaman keagamaan di pesantren atau madrasah
semata.11
Sebelum abad 20 ulama-ulama Nusantara yang terkenal telah mengkaji hadis adalah
Nur al-Din al-Ranini, Abul Rauf al-Sinkili, dan Muhammad Mahfudz al-Tirmasi.12
Sedangkan pada awal abad 20 ketika hadis mulai mendapat perhatian khusus telah banyak
ulama Indonesia yang tertarik pada kajian ini, di antaranya adalah Mahmud At-tirmasi (yang
telah memulai kajian hadis pada sebelum abad ke 20), Hasyim Asy’ari, Mahmud yunus,
Hasybi Ash-Shidiqi, Abdul Qadir Hasan, Bisri Mustafa.13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia menyebutkan
bahwa pada masa perubahan (tahun 1900-1908) kitab-kitab hadis sudah mulai diajarkan di
surau-surau yang kemudian akan menjadi cikal bakal lahirnya madrasah di Sumatera. Adapun
kitab-kitab hadis yang mulai diajarkan pada masa ini adalah kitab Hadis Arba‘in karya alNawawi, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim di bidang materi hadis. Sedangkan di bidang
11 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia,...
hlm. 160.
12 Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII:
Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. 1998. Bandung: Mizan.
13 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 79-80.

8

mushtalah al-hadis, digunakanlah kitab Baiquniyah dan/ syarh-nya. Kemudian pada masamasa selanjutnya, kitab-kitab hadis dijadikan buku pelajaran di madrasah-madrasah dan
pesantren-pesantren.
Jika dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, di dalam
bukunya dituliskan bahwa pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relatif baru di
pesantren. Sebelumnya memang sudah banyak dipelajari karya atau kitab fiqih yang di
dalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun di sini sudah
mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai dengan keperluan
pengarangnya. Dijelaskan bahwa pada masa ini minat terhadap kajian hadis lebih besar
daripada sebelumnya, dapat dilihat bahwa telah banyak pesantren yang menjadikan hadis
sebagai materi atau mata pelajaran wajib bagi murid. Juga disebutkan bahwa kemajuan kajian
hadis pada masa ini disebabkan oleh dampak modernisme.

B. Kritik dan Saran
Sebagai salah satu hasil dari sebuah penelitian yang sederhana, penulis merasa bahwa
masih banyak kerurangan yang ada. Oleh karena itu, penulis meminta kepada seluruh pihak,
khususnya bagi para pembaca untuk senantiasa memberika kritik dan saran. Hal ini ditujukan
agar mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

9

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. 1998.
Bandung: Mizan.
Bruinessen, Van Martin. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia. Cet-II. 1995. Bandung: Mizan.
Danarta, Agung. Kajian Hadis di Indonesia Tahun 1900-1945 (Telaah terhadap
Pemikiran Beberapa Ulama tentang Hadis. 1999/2000. Jogjakarta: Proyek
Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet-II. 1996. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. 1995. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.

10