PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Vol. 2

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN DASAR
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS,
KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM
PEMBELAJARAN ABAD 21:
INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Bandung, 3 Desember 2016

Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina
Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAMSTUDI PENDIDIKANDASAR

SEKOLAHPASCASARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKANINDONESIA

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN DASAR

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas,
Komunikasi, dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:

Inovasi Pembelajaran Abad 21

Vol. 2
Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina
Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS,
KOMUNIKASI, DAN KOLABORAS I DALAM PEMBELAJARAN ABAD
21: INOVASI PEMBELAJ ARAN ABAD 21
ISBN 978-602-98647-5-5
Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
Vina Anggia N. Ariawan, S.Pd.
Cetakan I Desember 2016
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
Tlp. (022) 2001197 Pesawat, 124 Fax. (022) 2001197
Email: pascasarjana@upi.edu

ii


PENGANTAR
EDITOR SEMINAR NASIONAL PRODI PENDAS SPS UPI
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,
dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:
Inovasi Pembelajaran Abad 21
Abad 21 merupakan abad yang sarat akan teknologi serta daya saing yang kompetitif.
Pada abad 21 diharapkan generasi masa depan memiliki pola pikir kritis serta kreatif untuk
membangun bangsa Indonesia. Selain itu, kemampuan komunikasi juga menjadi kunci bagi
generasi masa depan agar mampu menjalin suatu kolaborasi. Salah satu upaya untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Seorang pendidik wajib memiliki pola pikir
inovatif yang mampu dituangkan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan peserta didik
yang mampu berdaya saing di masa depan.
Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi
Pembelajaran Abad 21. Penyelenggaraan seminar nasional didasari keinginan untuk
menampung ide-ide dari pendidik dan calon pendidik tentang inovasi pembelajaran abad 21.
Melalui kegiatan ini diharapkan partisipan memperoleh pengalaman serta inspirasi sehingga
dapat mengembangkan kualitas peserta didik sebagai generasi masa depan yang unggul dan

mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.

Bumi Siliwangi, 3 Desember 2016

Editor

iii

iv

DAFTAR ISI
Pengantar Editor Seminar Nasional Prodi Pendas SPs UPI ......................................... iii

BAGIAN I
Penggunaan Model Metode dan Pendekatan Pembelajaran dalam
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunikasi dan
Kolaborasi
Model Project Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa pada Pembelajaran IPS
Merry Christiana, Muliyati......................................................................................1

Strategi Means-Ends Analysis (MEA) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa
Moh. Nurhadi ........................................................................................................7
Pengembangan Pemahaman Konsep IPS di SD Kelas Rendah melalui Pendekatan
Personal Berlandaskan Pendekatan Sosial
Mubarok Somantri, Hany Handayani ....................................................................12
Penerapan Model Pembelajaran Mandiri Berbasis Content Management System (Cms)
Wordpress (E-Learning) dalam Pembelajaran Menulis Dongeng (Penelitian
Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Kota Bandung)
Nais Ambarsari ...................................................................................................16
Penerapan Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visualization, Intellectual) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV pada Pembelajaran IPA
tentang Daur Hidup Beragam Jenis Hewan
Nisrina Hardiani, Acep Roni Hamdani ..................................................................21
Penerapan Model Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Sekolah Dasar
Nur Fadillah, Trisna Romadhona ..........................................................................27
Penerapan Metode Games Jejak Kasus Dalam Pembelajaran IPS
Rekha Budi Ramdhani..........................................................................................33
Pengaruh Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Rina Indriani........................................................................................................38
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Quantum Learning dalam Pelajaran IPA
Rinaldi Yusup .....................................................................................................44
v

Keefektifan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Daur Air di Sekolah Dasar
Rintis Rizkia Pangestika ......................................................................................48
Kegiatan Berpikir Kritis Matematis Melalui Problem Based Learning Berstrategi
Accelerated Learning
Riska Oktaviani Tristania Pulungan.......................................................................54
Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Model Problem Based Learning (PBL) di
Sekolah Dasar
Rizki Ramadhan ..................................................................................................60
Penggunaan Metode Image Streaming dan Musik Latar terhadap Kemampuan Menulis

Cerpen
Senja Pradestia Putri ............................................................................................65
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Menulis Teks

Diskusi
Siti Pitrianti .........................................................................................................71
Strategi Pembelajaran IPS Abad 21 untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di Sekolah Dasar
Subarkah, Irwan ..................................................................................................77
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan
Kecerdasan Ekologis dan Hasil Pembelajaran IPS
Suprihatin, Risma Prasasti ...................................................................................83
Model Membaca Steinberg untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Siswa Sekolah Dasar
Tatat Hartati........................................................................................................89
Penerapan Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And
Transferring) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi Bangun Ruang
Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Ulfah ................................................................................................................ 102
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD
Vira Pratiwi, Ika Fitri Apriani ............................................................................. 108
Pembelajaran Kontekstual sebagai Modal Terciptanya Social Care pada Peserta Didik
Wahyu Dwi Lestari............................................................................................ 115
Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Penalaran Matematis Siswa di

Sekolah Dasar Kelas V SD
Yeni Dwi Kurino ............................................................................................... 120

vi

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Yuyu Yuliati ...................................................................................................... 124
Pengembangan Model Cliosfer dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas V
Yuyun Dwi Haryanti.......................................................................................... 130
Pengaruh Model Multiliterasi Berbasis Integratif Berdiferensiasi untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi Matematis
Zaenal Abidin .................................................................................................... 136
BAGIAN II
Penggunaan Media dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi
Efektivitas Google Earth sebagai Media E-Learning di Sekolah Dasar
Neni Maulidah, Murniwati.................................................................................. 141
Penggunaan Media Big Book Terhadap Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar

Rahmat Sutedi, Restu Pujiantara ......................................................................... 147
Penggunaan Teknik Quick On The Draw dengan Media Cerita Bergambar untuk
Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Sekolah Dasar
Ridwan Firdaus.................................................................................................. 154
Penggunaan Media Permainan Batu Loncatan untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Berkomunikasi Peserta Didik
Sari Rejeki Utami .............................................................................................. 159
BAGIAN III
Pembelajaran Literasi dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi
Implementasi Program West Java Leader Reading Challenge (WJLRC) sebagai
Budaya Literasi di Sekolah Dasar
Muhammad Rizal Fauzi...................................................................................... 165
Pembiasaan Membaca sebagai Wujud Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar
Nunuy Nurkaeti................................................................................................. 172
Profil Kemampuan Literasi IPS dan IPA Peserta Didik Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar
dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah
Rokayah, Neni Hermita, Chaerul Rochman ......................................................... 178
Pendidikan Literasi Abad 21 dan Implementasinya pada Pemerolehan dan
Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

Rosalina Siagian ................................................................................................ 184
vii

Sastra Didaktis sebagai Afirmasi Literasi Komunikasi di SD
Seni Apriliya, Elan, Dwi Alia ............................................................................. 188
BAGIAN IV
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dalam Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi
Permainan Tradisional Jung dan Kearifan Lokal Pesisir Pantai Bengkalis
Nurmahen ......................................................................................................... 195
Fiksimini Berbasis Cybersastra dan Local Wisdom sebagai Model Literasi Mutakhir
Abad 21 di Sekolah Dasar
Sani Aryanto, Eli Nurlela Andriani...................................................................... 200
BAGIAN V
Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Abad 21
Efektivitas Pelatihan Komunikasi Interpersonal untuk Mengurangi Rasa Malu (Shyness)

Nandhini Hudha A............................................................................................. 206
Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan
Karakter

Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, dan Reni Bakhraeni ........................................... 212
Menumbuhkan Kepemimpinan Anak di Sekolah Dasar
Roni Rodiyana ................................................................................................... 218
Peran Pendidikan Karakter dalam Konteks Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) di Abad 21
Ropal Aria Silo, Ferdinandus Husen Pantar ......................................................... 224
Menumbuhkan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif
Selly Puspa Dewi Rachman................................................................................ 230
Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Abad 21
Tri Juli Hajani.................................................................................................... 233
Pembentukan Karakter Anak melalui Pendidikan Berbasis Budaya di Kabupaten
Purwakarta sebagai Inovasi Pembelajaran Abad 21
Wahyuni , Lia Yulianti ....................................................................................... 238
Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah Dasar
Wina Dwi Puspitasari......................................................................................... 244
Nilai Kepemimpinan Pendidikan dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Karakter
Siswa Sekolah Dasar
Yoyo Zakaria Ansori.......................................................................................... 250

viii

BAGIAN VI
Kurikulum dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas
Komunkasi dan Kolaborasi
Komparasi Pendidikan Finlandia-Indonesia sebagai Upaya Merumuskan Formulasi
Sistem Pendidikan yang Unggul di Abad 21
Rizki Ananda .................................................................................................... 255
Konsep Pengembangan Pendidikan Masa Depan (Abad 21)
Sinta Wahyuni ................................................................................................... 262
Perpaduan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Cambridge sebagai Alternatif
Kurikulum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pada Abad 21
Sita Ratnangingsih ............................................................................................. 267
BAGIAN VII
Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Abad 21
Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan
Berasrama Program Profesi Guru Pasca SM-3T (Analisis Indikator Kompetensi
Kepribadian dan Sosial Guru Pendidikan Berasrama Program PPG Pasca SM-3T)
Mia Muslimah.................................................................................................... 273
Peran Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Produktivitas
Kerja Guru Sekolah Dasar
Mohammad Ajid Abdul Majid ............................................................................ 277
Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada Abad Ke 21
Monalisa Gherardini........................................................................................... 283
Membina Hubungan Guru dan Siswa (rapport building) Guna Meningkatkan
Kompetensi Guru dalam Mengajar
Muhamad Nova ................................................................................................. 288
BAGIAN VIII
Permasalahan di Sekolah Dasar pada Pembelajaran Abad 21
Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Keliling di Kelas 3 SD
Rini Yulia Agustini ............................................................................................ 294
Learning Obstacles Materi Persamaan Linear Satu Variabel
Siti Maryam Rohimah ........................................................................................ 299
Analisis Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Operasi Hitung Campuran
Wulan Andini .................................................................................................... 30

ix

NILAI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER SISWA
Yoyo Zakaria Ansori, M.Pd
Dosen Universitas Majalengka
Email al.anshory0928@gmail.com

A. Abstrak dan Kata Kunci
Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuannya yaitu
membentuk siswa berkarakter melalui pembinaan terhadap siswa, tujuan tersebut
dapat tercapai apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk
menggerakan orang-orang yang ada di dalam organisasi, diperlukan seorang
pemimpin yang dapat membimbing dan mengarahkan. Seorang pemimpin
diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan mengarahkan
orang lain dan mampu menjadi pilihan yang representatif dari kebutuhan
organisasi.
Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga rasional
apabila
keterpurukan
pendidikan
salah
satunya
disebabkan kinerja
kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga
tidak membuat strategi pendidikan yang adaptif terhadap perubahan.Sehingga
suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan.
Pentingnya kepemimpinan pada satuan pendidikan menjadikan penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui nilai kepemimpinan
yang diperankan kepala
sekolah dalam membina guru, kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah
dalam pembinaan karakter siswa, nilai kepemimpinan yang diperankan kepala
sekolah dalam membangun kerja sama dengan tenaga kependidikan dalam upaya
menciptakan budaya sekolah yang berkarakter.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan untuk
mendalami nilai kepemimpinan pendidikan kepala sekolah sedangkan untuk
memfasilitasi perkembangan pemikiran para ahli dengan memakai pertemuan
(interplay) antar ide.
Hasil dari kajian yang peneliti laksanakan, kepemimpinan kepala sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan karakter siswa di awali
diri 1) kepala sekolah yang meliputi nilai individu, sosial, dan transendental. 2)
perlu melibatkan seluruh unsur sumber daya sekolah 3) menyelenggarakan atau
mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan.
Kata Kunci:Nilai kepemimpinan, Implikasi, Pendidikan Karakter

B. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan yang baik dan bermutu merupakan harapan dan tujuan bagi
bangsa Indonesia, pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia Indonesia

seutuhnya, demikian yang diamanatkan oleh aturan normatif kita. Pendidikan
yang bermutu harus disediakan melalui jalur, jenis, dan jenjang yang ada dalam
sistem pendidikan kita. Pendidikan yang bermutu dapat terselenggara dengan
komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan
bermutu pada setiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan harus dapat diakses
seluruh warga Indonesia.
Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
peran pendidikan diarahkan untuk mencapai pembangunan nasional yang dapat
didekati melalui aspek agama, psikologis, budaya, dan tentu saja aspek ilmiah.
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuan di
atas, tujuan tersebut dapat tercapai apabila melibatkan semua elemen yang ada di
dalamnya. Untuk menggerakan orang-orang yang ada di dalam organisasi
tersebut, diperlukan seorang pemimpin yang dapat membimbing dan
mengarahkan. Seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih
dalam mengatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi pilihan yang
representatif dari kebutuhan organisasi.
Kepemimpinan menurut Yukl Gary (2010, hal. 8) adalah leadership is the
process of influenching others to understand and agree about what needs to be
done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective
efforts to accomplish shared objectives. Kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Penjelasan di atas memberikan makna bahwa di tangan pemimpinpemimpin itu suatu organisasi ditentukan. Pemimpin pendidikan yang mampu
melahirkan berbagai konsep pendidikan yang bisa mewadahi dan
mengadaptasikan dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi sehingga
mereka siap menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan di era globalisasi,
sehingga suatu organisasi dituntut untuk beradaptasi mengikuti perubahan
tersebut agar tujuan tercapai.
Sekolah Dasar sebagai salah satu organisasi pendidikan yang utama
dalam jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.(peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990)
Namun kenyataannya, dewasa ini masih terdapat kesulitan-kesulitan
untuk mewujudkan tujuan tersebut, menurut Dasim Budimansyah (2012, hal. 17)
di masyarakat secara sosiologis masih merebaknya berbagai perilaku buruk yang
sangat jauh dari pendidikan karakter. Senada dengan pendapat tadi menurut

Kama Abdul Hakam (2013, hal. 3) perbuatan immoral mulai menyentuh anakanak usia Sekolah Dasar (SD). Mereka ada yang terlibat narkoba, tindakan
kekerasan antar teman, seksualitas, bahkan sampai pembunuhan. Fenomena
tersebut mengindikasikan beratnya beban yang harus dipikul dunia persekolahan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Kejadian tersebut berangkat dari berbagai aspek yang salah satunya
adalah faktor kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah yang seharusnya mampu
untuk mengoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumber daya
pendidikan yang ada di sekolah. Kenyataannya pada saat ini kepala kepala
sekolah masih banyak yang belum mampu untuk memengaruhi, mendorong,
membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan menggerakan sumber daya
manusia di sekolah seperti guru, staf, peserta didik, komite sekolah, dewan
pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan
karakter. Padahal dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun
tidak semua kepala sekolah
menguasai seluruh kompetensi secara utuh. Berdasarkan survei tahun 2015 oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan menunjukkan bahwa kompetensi kepala
sekolah masih lemah. Penguasaan kompetensi kepribadian (67,3%), manajerial
(47,1%), kewirausahaan (55,3%), supervisi (40,41%), dan sosial (64,2%).
Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah, maka usaha
untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi
kepala sekolah karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang
direncanakan dan diprogram secara baik pula sehingga sekolah menjadi lembaga
pembudayaan nilai moral bagi siswa.Maka seharusnyalah nilai dijadikan sebagai
basis kepemimpinan bagi kepala sekolah, nilai sangat penting dalam suatu
organisasi sebagai acuan bergeraknya seluruh anggota dalam melaksanakan
pencapain tujuan yang diharapkan. Menurut Ahmad Sanusi (2015 hal. 13) alasan
manusia dibalik pengambilan keputusan adalah nilai. Ada seperangkat atau
sejumlah nilai yang melandasi pilihan manusia. Juga ada seperangkat nilai yang
menjadi rujukan dan pertimbangan pilihan manusia. Sebab menurut Michael
Fullan dalam El Widdah(2012, hal. 78) “leaders who have not strong values and
no aspirations for their school may provide a dull consistency”. Pemimpin yang
tidak memiliki nilai kuat dan tidak memiliki aspirasi bagi sekolahnya akan
mengarahkan kepada ketidakkonsistenan dalam pencapaian tujuan sekolah.
Dengan demikian seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
tidak boleh lepas dari nilai, baik nilai diri, nilai sosial, dan nilai transsendental.
Itulah dasar ketertarikan peneliti mengambil judul “Nilai Kepemimpinan
Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pembinaan Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar”.
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Nilai kepemimpinan apakah yang
diperankan kepala sekolah dalam membina guru?
1. Nilai kepemimpinan apakah yang diperankan kepala sekolah dalam
pembinaan karakter siswa?

2. Bagaimana peran kepala sekolah yang efektif untuk menciptakan iklim dan
kultur sekolah yang positif?
3. Nilai kepemimpinan apakah yang diperankan kepala sekolah dalam
membangun kerja sama dengan pendidik dalam upaya menciptakan budaya
sekolah yang berkarakter?
D. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam
pembinaan karakter siswa?
2. Ingin mengetahui peran kepala sekolah yang efektif untuk menciptakan iklim
dan kultur sekolah yang positif?
3. Ingin mengetahui nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam
membangun kerja sama dengan pendidik dalam upaya menciptakan budaya
sekolah yang berkarakter?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada
banyak pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan,
khususnya dalam rangka pelaksanaan pembinaan pendidikan karakter terhadap
siswa di sekolah. Di samping itu pula diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah khazanah keilmuan dan temuan baru tentang nilai kepemimpinan
pendidikan di sekolah.
Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk mengembangkan teori pendidikan karakter
khususnya tentang nilai kepemimpinan pendidikan di sekolah.
2. Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat meningkatkan kerjasama antar
semua guru bidang studi dalam rangka melaksanakan pendidikan karakter
siswa.
3. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
mengambil kebijakan pendidikan tentang implementasi pendidikan karakter
baik ditingkat pusat, daerah, dan tingkat satuan pendidikan.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan pijakan untuk
penelitian selanjutnya, agar diperoleh pengetahuan baru yang lebih
bersinergi.
F. Pembahasan
Nilai dan norma individu pemimpin harus beranjak dari nilai norma
pribadi yang utuh dan dari nilai dan norma umum yang disepakati bersama untuk
selanjutnya dibawa kedalam organisasi artinya organisasi dijalankan tidak
dengan bebas nilai sepertimenurut Ace Suryadi (2015, hal. 95) pendidikan
karakter tidak dapat dilakukan di dalam suatu ruang hampa (vacuum tube) yang
bebas nilai karena karakter sangat terkait erat (bounded) dengan kehidupan.
Kepemimpinan berbasis nilai akan menjadikan nilai dan norma sebagai basis
kepemimpinannya dalam menjalankan peranannya. Nilai dan norma individu
pemimpin harus beranjak dari nilai norma pribadi yang utuh dan dari nilai dan
norma umum yang disepakati bersama untuk selanjutnya dibawa kedalam
organisasi sebagaimana berikut:

Values-based leadership is leading by staying true to one’s values. It
means to lead others by remaining consistent with the leader’s beliefs
and never swaying from one’s fundamental values. You may be
wondering, does this mean a values-based leader never changes his or
her principles? The answer is no. The leader may change his or her
strategy, tactics, or approach given the situation, but the leader never
changes his or her underlying values, beliefs, or principles.

1.

2.

3.

4.

Kepemimpinan berbasis nilai adalah memimpindengan tetap setia kepada
nilai-nilai individu. Ini berarti untuk memimpin orang lain harus tetap konsisten
pada keyakinan dan tidak pernah bergoyang dari nilai-nilai fundamental
seseorang. Mungkin kitabertanya-tanya, apakah ini berarti pemimpin berbasis
nilai tidak pernah berubah prinsipnya ?Jawabannya adalah tidak. Pemimpin
dapat mengubah strateginya, taktik, atau pendekatan yang diberikansituasi, tetapi
pemimpin tidak pernah berubah nilai-nilai yang mendasari, keyakinan,
atauprinsip. Dengan demikian kebijakan dari kepala sekolah harus ada nilai yang
mendasarinya sehingga hasil kebijakannya mampu membangun siswa yang
berkarakter.
Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan nilai karena
karakter adalah value in action nilai yang diwujudkan dalam tindakan
(Lickona,1991). Karakter juga sering disebut operative value atau nilai-nilai
yang dioperasionalkan dalam tindakan (perilaku). Oleh karena itu, pendidikan
karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam proses menginternalisasikan,
menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri
peserta didik. Dengan internalisasi nilai-nilai kebajikan pada diri peserta didik di
atas dapat dilakukan melalui penciptaan kultur sekolah yang baik.
Kultur sekolah berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala
sekolah tentang masa depan organisasi sekolah. Kepala sekolah yang memiliki
visi untuk menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam
membangun kultur sekolah. Sehingga menurut J. H. Stronger (2013, hal. 18)
terdapat hubungan antara kepemimpinan dan kultur sekolah, dimana kultur
tersebut adalah faktor yang berkaitan dengan efektifitas kepala sekolah.Oleh
karenanya peran kepala sekolah yang efektif akan mendorong untuk menciptakan
iklim dan kultur sekolah yang positif. Menurut J. H. Stronger (2013, hal. 19)
iklim dan kultur sekolah yang positif memiliki ciri sebagai berikut:
Melibatkan siswa, staf, guru, orang tua siswa, dan seluruh komunitas sekolah
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan pembelajaran yang aman dan
positif (Cotton, 2003)
Menggunakan pengetahuan sosial, kultural, kepemimpinan, dan dinamika politik
komunitas sekolah untuk memelihara lingkungan pembelajaran yang positif
(Piltch & Frederick, 2005)
Memberi contoh bagaimana berekspektasi tinggi dan menghormati siswa, staf,
orang tua siswa, dan komunitas sekolah (Cotton, 2003; Council of Chief State
School Officers, 2002; Haris & Lowery, 2002)
Mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan untuk mengelola
situasi konflik dengan cara yang tepat dan efektif (Cornell & Sheras, 1998;
United States Departement Of Education, 2006)

5. Melakukan pengambilan keputusan bersama untuk menjaga moral sekolah yang
positif (Fink & Resnick, 2001; Leitwood & Riehl, 2003)
Pentingnya peran kepala sekolah dapat dilihat dari pendapatnya Thomas
Lickona (1992, Hal. 99) bahwa kepala sekolah berperan penting dalam
pembentukan kultur moral di sekolah yang dapat menumbuhkan nilai, sikap, dan
perilaku positif. Kepala sekolah efektif adalah pelopor dalam dalam pendidikan
karakter di sekolah yang dipimpinnya. Dalam menciptakan kultur yang kondusif,
kepala sekolah mengatur dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan yang
mendorong terciptanya kultur sekolah yang memungkinkan tumbuhnya karakter.
Kegiatan tersebut, diantaranya: workshop, diskusi antar guru, pengembangan
kurikulum dan pengajaran, gerakan kebersihan sekolah, kegiatan ibadah,
pembunaan organisasi siswa, penegakan disiplin, pertandingan olahraga,
perlombaan
kesenian,
penyelenggaraan
pendidikan
kecakapan
hidup,
memberikan teladan dan sejenisnya.
Sedangkan menurut Kama Abdul Hakam (2013) untuk menciptakan
pendidikan karakter maka kepala sekolah hendaknya merancang programprogram peningkatan empat kompetensi utama guru (pedagogik, kepribadian,
professional dan sosial) yang berbasis pendidikan nilai. Pemberian pelatihan
khusus kepada guru tentang pendekatan-pendekatan dalam pendidikan nilai serta
strategi integrasi nilai-nilai karakter ke dalam rancangan pembelajaran (Silabus
dan RPP) menjadi salah satu kebutuhan mendasar yang perlu difasilitasi oleh
Kepala Sekolah melalui forum MGMP atau organisasi gugus.
G. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Kepemimpinan berbasis nilai adalah
memimpindengan tetap setia
kepada nilai-nilai individu, sosial, dan transendental. Ini berarti untuk
memimpin orang lain harus tetap konsisten pada keyakinan dan tidak
pernah bergoyang dari nilai- nilai fundamental seseorang.
b. Untuk kesuksesan pembinaan karakter di sekolah maka perlu
melibatkan seluruh unsur sumber daya sekolah diantaranya siswa, staf,
guru, orang tua siswa,komite sekolah dan seluruh komunitas sekolah.
c. Kepala
sekolah
perlu
menyelenggarakan
kegiatan
atau
mengikutsertakan guru , diantaranya: workshop, diskusi antar guru,
pengembangan kurikulum dan pengajaran, gerakan kebersihan sekolah,
kegiatan ibadah, pembunaan organisasi siswa, penegakan disiplin,
pertandingan
olahraga,
perlombaan
kesenian,
penyelenggaraan
pendidikan kecakapan hidup, memberikan teladan dan sejenisnya.
2. Saran
a. Kepala sekolah untuk lebih meningkatkan lagi penguasaan
kompetensinya
yaitu
kompetensi
kepribadian,
manajerial,
kewirausahaan, supervisi , dan sosial. Disamping itu perlu adanya
pemahaman bahwa tanggung jawab kepemimpinan tidak kepada diri
sendiri tetapi juga kepada Tuhan YME.
b. Semua sumber daya manusia yang ada di sekolah harus mulai
menyadari bahwa keberhasilan pembinaan pendidikan karakter di
sekolah, berangkat dari keterpaduan seluruh elemen sehingga masingmasing harus menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

c. Kepala sekolah harus mengadakan kegiatan untuk menambah
pengetahuan baru kepada guru berkaitan dengan pendidikan karakter
agar ketika menerapkan tidak salah langkah. Disamping itu
menggiring para guru untuk mengikuti seminar, pelatihan, workshop,
symposium, atau yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Saadun .(2014). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, Malang: IKIP
Malang
Ambarita, Alben .(2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Graha Ilmu: Jakarta
Budimansyah, Dasim (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter, Widya Aksara
Press: Bandung
Kesuma, Dharma .(2012). Pendidikan Karakter, Rosadakarya: Bandung
Koesoema, Dhoni .(2013) Pendidikan Karakter, Grasindo: Jakarta
Hakam, Kama Abdul .(2013). Pendekatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. UPI:
Bandung
-------------------------- .(2008). Pendidikan Nilai, Value Press: Bandung
Lickona, Thomas (1991), Educating for Character, How Our Schools can Teach Respect and
Responsibility, New York, Bantam Books.
----------------------- .(2004). Character Matters, Bumi Aksara: Jakarta
Maftuh, Bunyamin .(2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. UPI Pascasarjana :
Bandung
Mulyana, Rohmat .(2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta : Bandung
Mulyasa, E .(2012). Manajemen Pendidikan Karakter, Rosdakarya: Bandung
--------------- .(2015). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Rosdakarya: Bandung
Stronger, James .(2013). Qualities of effective Principals, ASCD: USA
Suryadi, Ace .(2015) Pendidikan Menghadapi tahun 2025, Rosadakarya: Bandung
Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003

249

ISBN 978-602-98647-5-5

9 786029 864755