Pertumbuhan dan Hasil Dua Belas Genotipe Kacang Hijau pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang Sapi di Lahan Ultisol Growth and Yield of Twelve Mung Bean Genotypes at Several Cow Manure Doses in Ultisol

Akta Agrosia Vol. 19 No. 1 hlm 11 - 19 Januari - Juni 2016

11

Pertumbuhan dan Hasil Dua Belas Genotipe Kacang Hijau pada
Beberapa Dosis Pupuk Kandang Sapi di Lahan Ultisol
Growth and Yield of Twelve Mung Bean Genotypes at Several Cow Manure
Doses in Ultisol
Andria1, Catur Herison1*, Sigit Sudjatmiko1, Nurwita Dewi2
1
Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
2
Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB BIOGEN)
*: catur_herison@unib.ac.id
ABSTRACT
One major problem of low mungbean production in Indonesia is the lack of high yielding varieties
for marginal land. A study was done with an objective to compare growth and yield of twelve mung bean
genotypes on ultisol fertilized with several doses of cow manure. Twelve mung bean genotypes were grown
in a field under a randomized complete block design arranged in a Split Plot Design with 3 replications.
The Main Plots were four doses of cow manure, i.e. 0, 3, 6 or 9 ton.ha-1 and the Sub-Plots were twelve

mungbean genotypes, i.e. VR 3, VR 61, VR 88, VR 200, VR 204 K, VR 213 K, VR 266 ct, VR 341, VR 368,
VR 601 m, VR 222 Walet and VR 1074 Vinna-1. The result showed that the interaction between cow manure
doses and mungbean genotypes was only occured on number of leaf. Genotype VR 61 demonstrated the
highest plant stature, the greatest pod number, the heafiest pod and seeds per plant. Increasing dose of cow
manure until 9 tons.ha-1did not reach the optimum level for the growth and yield of mungbean genotypes
yet, except on the number of leaf variable on genotype VR 3, VR 88, VR 200, VR 266 ct and VR 601.
Key words : cow manure, genotypes, mungbean, ultisol

ABSTRAK
Rendahnya produktivitas kacang hijau ditingkat petani salah satunya adalah disebabkan oleh kurang
tersedianya varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil dua
belas genotipe kacang hijau pada berbagai taraf dosis pupuk kandang sapi di lahan ultisol, menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap Split Plot dengan tiga ulangan. Empat taraf dosis pupuk kandang
sapi, 0, 3, 6, dan 9 ton ha-1 sebagai petak utama dan dua belas jenis genotip kacang hijau, VR 3, VR 61, VR
88, VR 200, VR 204 K, VR 213 K, VR 266 ct, VR 341, VR 368, VR 601 m, VR 222 Walet, dan VR 1074
Vinna-1 sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interksi antara dosis pupuk kandang
sapi dengan genotipe kacang hijau pada variabel jumlah daun. Genotipe VR 61 memiliki nilai tertinggi
pada pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah polong, bobot polong, dan bobot biji per tanaman. Hasil biji
kering genotipe VR 61 107.42 g unit-1 percobaan. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi hingga 9 ton ha-1
belum mencapai titik optimum untuk pertumbuhan dan hasil genotipe kacang hijau, kecuali pertumbuhan

jumlah daun genotipe VR 3, VR 88, VR 200, VR 266 ct, dan VR 601 m.
Kata kunci :dosis, genotipe, kacang hijau, pupuk kandang sapi, ultisol

12

Andria, Catur Herison, Sigit Sudjatmiko, Nurwita Dewi : Pertumbuhan dan Hasil Dua

PENDAHULUAN
Kacang hijau (Vigna radiata L.)
merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi
masyarakat Indonesia, seperti olahan
bahan industri, olahan bahan pangan,
bubur kacang hijau, isi onde-onde, dan
sayuran kecambah (tauge) (Atman, 2007).
Tanaman ini memiliki potensi yang tinggi
untuk dikembangkan, namun masih kurang
mendapat perhatian dari petani karena
tingkat produksi dan keuntungan yang
termasuk rendah. Menurut Hidayah dan

Susanto (2008), kendalanya antara lain
adalah kurang tersedianya varietas unggul,
kekeringan atau kelebihan air, teknik
bercocok tanam belum optimal, gangguan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
dan masalah sosial ekonomi.
Berdasarkan pola perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) konsumsi kacang hijau di Indonesia masih tergolong
rendah antara 1.1 s.d 1.47 kg kapita-1 tahun-1 (Ditjen Tanaman Pangan, 2012). Sementara agar kebutuhannya terpenuhi konsumsi kacang hijau harus mencapai 2.5 kg
kapita-1 tahun-1. Tantangan pengembangan
kacang hijau adalah peningkatan produktivitas di lahan kering dan mempertahankan
kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut, lahan kering seperti ultisol umumnya
tergolong masam dan miskin hara (Kasno,
2007).
Indonesia memiliki lahan ultisol dengan sebaran luas mencapai 45 794 000
ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Luas ultisol di Provinsi Bengkulu mencapai 705 161 ha (Mulyani et al.,
2004). Ultisol memiliki kandungan pH
yang berkisar 3.5-5.0 atau disebut masam
dan kandungan unsur Al, Fe dan Mn tinggi,
selain itu sifat biologi tanah yang rendah

karena kurangnya kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah (Utomo,
2008).

Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pH tanah juga
mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah, meningkatkan agregasi tanah,
memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah (Subowo et al.,
1990).
Pemberian berbagai jenis dan takaran dosis pupuk kandang (sapi, ayam, dan
kambing) dapat memperbaiki sifat fisik
tanah, yaitu menurunkan bobot isi serta meningkatkan porositas tanah dan laju
permeabilitas (Adimihardja et al., 2000).
Pupuk kandang sapi berasal dari kotoran
padat dan cair (urin) ternak sapi yang telah
bercampur dengan sisa-sisa makanan dan
material alas kandang (Musnawar, 2006).
Dijelaskan oleh Nurmawati dan Anang
(2000), hara yang terdapat didalam pupuk
kandang sapi berkadar rata-rata 0.56% N,
13.05% C, 27% C/N, 0.26% P, 0.16% K,

0.01% Ca, 0.18% Mg, 67.38% H2O, 7.01
pH H2O, 6.76 pH KCL. Hasil penelitian
Afif et al. (2014) mendapatkan bahwa tanaman kacang dengan laju asimilasi terbesar ada pada perlakuan pemberian pupuk
kandang sapi dibanding pupuk kandang
lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
membandingkan pertumbuhan dan hasil
dua belas genotipe kacang hijau pada berbagai taraf dosis pupuk kandang sapi di lahan ultisol.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Split Plot
dengan 3 ulangan. Dosis pupuk kandang
sapi, D0 = 0 ton ha-1, D1 = 3 ton ha-1, D2 = 6
ton ha-1, dan D3 = 9 ton ha-1, sebagai petak
utama dan dua belas genotipe kacang hijau,
G1 = VR 3, G2 = VR 61, G3 = VR 88, G4 =

Akta Agrosia Vol. 19 No. 1 hlm 11 - 19 Januari - Juni 2016

VR 200 G5 = VR 204 K, G6 = VR 213 K,

G7 = VR 266 ct, G8 = VR 341, G9 = VR
368, G10 = VR 601 m, G11 = VR 222 walet,
dan G12 = VR 1074 Vinna-1, sebagai anak
petak.
Persiapan lahan dimulai dengan
membersihkan area lahan yang akan digunakan dari gulma alang-alang dan perdu
liar, menggunakan sabit dan parang. Kemudian lahan dibajak menggunakan traktor sedalam 20 cm yang selanjutnya dilakukan penggemburan pertama menggunakan
cangkul. Setelah itu dibuat petakan 6 m x
2.5 m dengan jarak antar unit percobaan
0.5 m. Selanjutnya aplikasi pupuk kandang
sapi sesuai perlakuan.
Penanaman dilakukan dengan cara
menanam langsung 2-3 benih ke dalam lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x
25 cm. Pemupukan dengan dosis urea 50
kg ha-1, KCL 100 kg ha-1, dan SP-36 150 kg
ha-1 diberikan sebanyak dua kali.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penjarangan, penyiangan, dan pengendalian OPT. Pengairan dilakukan apabila tidak turun hujan
dan kondisi tanah dalam keadaan kering.
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman
yang tidak tumbuh dan atau pertumbuhannya tidak normal dengan menggunakan

benih serupa pada tujuh hari setelah tanam
(hst). Penjarangan dilakukan agar tanaman seragam pertumbuhannya dengan cara
mencabut dan menyisakan satu tanaman
per lubang tanam yang dilakukan 14 hst.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma dan menyingkirkannya dari lahan penelitian. Untuk pengendalian hama kutu daun dan ulat
penggerek polong dilakukan penyemprotan rutin satu kali seminggu setelah tanaman berbuah dengan menggunakan larutan
insektisida berbahan aktif profenopos 500
g l-1 air dengan konsentrasi 2 ml, L-1.
Panen dilakukan ketika polong sudah berwarna hitam atau coklat, dengan

13

cara memetik polong kacang hijau pada
pagi hari saat udara masih lembab untuk
menghindari agar polong tidak pecah saat
pemanenan. Polong kemudian dijemur selama 2-3 hari dibawah terik sinar matahari
hingga kering. Kemudian pengambilan biji
dilakukan secara manual yaitu polong yang
telah kering dipukul-pukul dengan tongkat
kayu dalam kantong untuk menghindari

kehilangan hasil dan biji dipisahkan dari
kulit polong dengan cara ditampi.
Adapun variabel yang diamati terhadap 5 tanaman sampel yang dipilih secara acak dari tiap unit percobaan adalah:
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
daun, tingkat kehijauan daun, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, bobot
biji per tanaman, bobot berangkasan segar,
bobot berangkasan kering, dan indeks panen. Data yang diperoleh dianalisis varian
(ANAVA) pada taraf 5% menggunakan
program statistik. Apabila berbeda nyata
akan dilanjutkan dengan analisis Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) untuk genotipe dan Polinomial Ortogonal (PO) untuk
dosis pupuk kandang sapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya interaksi antara dosis pupuk
kandang sapi dengan genotipe terdapat
pada variabel jumlah daun. Dosis pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata terhadap
variabel tinggi tanaman, tingkat kehijauan
daun, umur panen, dan bobot brangkasan

segar. Genotipe berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, diameter batang,
tingkat kehijauan daun, umur berbunga,
umur panen, jumlah polong per tanaman,
bobot polong per tanaman, bobot biji per
tanaman, bobot brangkasan segar, bobot
brangkasan kering, dan indeks panen
(Tabel 1).

14

Andria, Catur Herison, Sigit Sudjatmiko, Nurwita Dewi : Pertumbuhan dan Hasil Dua

Tabel 1. Rangkuman hasil analisis varian perlakuan dosis pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil genotipe kacang hijau.
Variabel yang diamati
Nilai Fhitung
Dosis
Genotipe
Interaksi

Tinggi tanaman
6.33 *
4.72 *
1.21 ns
Diameter batang
3.88 ns
4.12 *
1.18 ns
Jumlah daun
4.33 ns
3.58 *
1.92 *
Tingkat kehijauan daun
10.81 *
1.93 *
1.42 ns
Umur berbunga
0.80 ns
81.96 *
0.17 ns

Umur panen
5.76 *
12.51 *
1.16 ns
Jumlah polong per tanaman
1.34 ns
6.99 *
1.12 ns
Bobot polong per tanaman
1.24 ns
3.69 *
0.98 ns
Bobot biji per tanaman
1.35 ns
3.51 *
0.91 ns
Bobot berangkasan segar
5.54 *
4.72 *
0.90 ns
Bobot berangkasan kering
3.63 ns
4.30 *
1.01 ns
Indeks panen
2.68 ns
8.05 *
1.18 ns
Keterangan :

* = Berpengaruh nyata pada uji F taraf 5%,
ns = Berpengaruh tidak nyata pada uji F taraf 5%

Interaksi dosis pupuk kandang sapi dengan genotipe kacang hijau
Berdasarkan hasil analisis varian
interaksi antara dosis pupuk kandang sapi
dengan genotipe kacang hijau pada variabel
jumlah daun, terdapat perbedaan pola
respon jumlah daun antar genotipe terhadap
peningkatan dosis pupuk kandang sapi
yang berbeda-beda. Hal ini karena genotipe
memiliki kamampuan yang berbeda-beda
dalam menyerap unsur hara dalam tanah.
Menurut Poespodarsono (2005), genotipe
mempunyai kamampuan yang berbedabeda untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan tempat tumbuhnya. Perbedaan
genotipe menunjukkan pertumbuhan
jumlah daun dengan pola respon kuadratik
dan linear terhadap peningkatan dosis
pupuk kandang sapi. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Tawakal (2009), bahwa
pemberian pupuk kandang sapi sebagai
perlakuan berpengaruh nyata terhadap
variabel jumlah daun dan umur berbunga
pada pertanaman kedelai. Daun merupakan
salah satu organ penentu tingkat produksi
tanaman, karena perannya sebagai penyerap
dan pengubah energi cahaya matahari pada
proses fotosintesis.

Genotipe VR 3, VR 88, VR 200,
VR 266 ct, dan VR 601 m menunjukkan
pola respon secara kuadratik, sedangkan
genotipe VR 61, VR 204 K, VR 213 K, VR
341, VR 368, VR 222 Walet, dan VR 1074
Vinna-1 menunjukkan pola peningkatan
pertumbuhan jumlah daun secara linear.
Genotipe VR 3 (G1) menunjukkan pola
respon pertumbuhan jumlah daun tertinggi
secara kuadratik dengan persamaan Y =
2.6933 + 0.6089 - 0.0444x2 (R2 = 0.6473).
Dosis pupuk kandang sapi sebagai
perlakuan memberikan kontribusi sebesar
64.73% terhadap variabel pertumbuhan
jumlah daun genotipe VR 3. Pertumbuhan
jumlah daun pada genotipe VR 3 mencapai
maksimal pada pemberian dosis pupuk
kandang sapi 6.86 ton ha-1 yaitu sebesar 4.8
tangkai/tanaman. Menurut Murbandono
(2005), bahan organik dapat berperan
langsung sebagai sumber hara tanaman dan
secara tidak langsung dapat menciptakan
suatu kondisi lingkungan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik, yaitu dengan
meningkatkan ketersediaan hara untuk
mendukung
pertumbuhan
tanaman.
Genotipe VR 368 (G9) memberikan pola
respon pertumbuhan jumlah daun terendah

Akta Agrosia Vol. 19 No. 1 hlm 11 - 19 Januari - Juni 2016

terhadap peningkatan dosis pupuk kandang
sapi dengan pola pertumbuhan secara linear
dengan persamaan Y = 3.2533 + 0.0622x
(R2 = 0.1230). Peningkatan jumlah daun
pada genotipe VR 368 bertambah rata-rata
sebesar 0,06 tangkai setiap penambahan
dosis pupuk kandang sapi 1 ton ha-1.
Dosis pupuk kandang sapi memberikan
kontribusi sebesar 12.30% terhadap
pertumbuhan jumlah daun pada genotipe
VR 368. Kualitas dan kuantitas daun akan
menjadi penentu tingkat produksi tanaman,
karena perannya sebagai penyerap dan
pengubah energi cahaya matahari pada
proses fotosintesis. Menurut Sundari et
al. (2005), kualitas dan kuantitas cahaya
matahari yang diterima oleh tanaman
terhadap penaungan dapat mempengaruhi
hasil produksi biji kacang hijau.
Pertumbuhan dan hasil kacang hijau
pada berbagai taraf dosis pupuk kandang sapi
Pemberian dosis pupuk kandang
sapi nyata berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, tingkat kehijauan daun, umur
panen, dan bobot brangkasan segar (Tabel
1). Wiroatmodjo et al. (1990), menyatakan
bahwa penggunaan pupuk organik akan
dapat mendorong perkembangan akar dan
berfungsi menyerap hara dan air untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Ismail
et al. (2014) pemberian pupuk kandang
sapi pada pertumbuhan kacang panjang
berpengaruh nyatauntuk parameter tinggi
tanaman, panjang polong, berat polong,
dan jumlah polong.
Berdasarkan hasil analisis regresi,
tinggi tanaman meningkat seiring dengan
peningkatan dosis pupuk kandang sapi secara linear dengan persamaan Y = 8.6493
+ 0.4698x (R2 = 0.4659). Tinggi tanaman
berkaitan dengan hasil kacang hijau seperti jumlah polong, bobot polong, dan bobot
biji per tanaman.
Dosis pupuk kandang sapi sebagai

15

perlakuan memberikan kontribusi sebesar
46.59 %. Dari persamaan tersebut setiap
penambahan pupuk kandang sapi 1 ton
ha-1 akan menambah tinggi tanaman ratarata sebesar 0.47 cm. Tinggi tanaman akan
meningkat dengan pemberian dosis pupuk
kandang sapi 9 ton ha-1. Menurut Sitompul
dan Guritno (1995), tanaman yang aktif
dalam melakukan proses fotosintesis akan
memacu pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah akar, panjang akar,
berat segar tanaman dan pada akhirnya
dapat meningkatkan berat kering tanaman.
Kehijauan daun meningkat seiring
dengan peningkatan dosis pupuk kandang
sapi. Pemberian pupuk kandang sapi dapat
menambah unsur hara nitrogen dalam
tanah. Menurut Fitrianah et al. (2012),
unsur nitrogen lebih banyak berperan pada
fase pertumbuhan vegetatif tanaman seperti
pembentukan zat kehijauan daun (klorofil)
yang dibutuhkan tanaman dalam proses
fotosintesis. Kehijauan daun berkaitan
dengan potensi hasil kacang hijau seperti
jumlah polong per tanaman, bobot polong
per tanaman, dan bobot biji per tanaman.
Berdasarkan analisis regresi, terdapat
peningkatan kehijauan daun terhadap
penambahan dosis pupuk kandang sapi
secara linear dengan persamaan Y = 38.81
+ 1.0037x (R² = 0.3109), dosis pupuk
kandang sapi memberikan kontribusi
sebesar 31.1% terhadap peningkatan zat
kehijauan daun kacang hijau. Respon umur
panen pada pemberian dosis pupuk kandang
sapi secara linear dengan persamaan Y =
53.886-0.2116x (R² = 0.0768). Perlakuan
dosis pupuk kandang sapi memberikan
kontribusi sebesar 7.68%, dan setiap
penambahan pupuk kandang sapi 1 ton ha-1
akan mempercepat umur panen pertama
rata-rata 0.2 hari. Hal ini diduga karena
unsur hara dari pupuk kandang sapi yang
diberikan telah habis dan sebagian tercuci
oleh air hujan yang turun. Sesuai dengan
penelitian Ratri (2009), setelah pupuk

16

Andria, Catur Herison, Sigit Sudjatmiko, Nurwita Dewi : Pertumbuhan dan Hasil Dua

kandang sapi didekomposisikan selama
dua bulan dan diproses menjadi pupuk cair
kandungan hara terlarutnya mengalami
penurunan.
Bobot brangkasan segar kacang hijau
meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk kandang sapi. Hal ini dikarenakan unsur hara nitrogen yang terkandung
pada pupuk kandang sapi dan dalam tanah
tinggi. Menurut Susilo (1991), keberadaan nitrogen yang cukup dalam tanah dapat meningkatkan sintetis protein untuk
pembelahan dan pembesaran sel yang menyebabkan bertambahnya jumlah dan peningkatan ukuran sel sehingga bobot berangkasan segar meningkat.
Adanya peningkatan secara signifikan bobot brangkasan segar tanaman terhadap penambahan dosis pupuk kandang
sapi secara linear dengan persamaan Y =
3.1002x + 12.33 (R² = 0.3086). Perlakuan dosis pupuk kandang sapi memberikan
kontribusi sebesar 30.86% terhadap bobot brangkasan segar tanaman, dan setiap
penambahan pupuk kandang sapi 1 ton
ha-1 akan meningkatkan bobot brangkasan segar tanaman rata-rata sebesar 3.1 g
per tanaman. Semakin tinggi dosis pupuk
kandang sapi yang diberikan akan meningkatkan kandungan nitrogen dalam batang
dan daun yang menyebabkan jumlah protein lebih banyak, sehingga daun dan batang
tumbuh lebih besar dan berat tanaman total
meningkat (Hakim et al., 1989). Nitrogen
merupakan unsur yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman,
kandungan nitrogen yang cukup besar dalam pupuk kandang sapi yang diberikan sebagai perlakuan dapat meningkatkan unsur
hara nitrogen dalam tanah.
Pertumbuhan dan hasil 12 genotipe kacang hijau
Penggunaan genotipe kacang
hijau yang berbeda berpengaruh nyata
pada semua variabel pengamatan tinggi

tanaman, diameter batang, tingkat
kehijauan daun, umur berbunga, umur
penen, jumlah polong per tanaman, bobot
polong per tanaman, bobot biji pertanaman,
bobot brangkasan segar, bobot brangkasan
kering, dan indeks panen. Hasil analisis
keragaman pertumbuhan dan hasil dua
belas genotipe kacang hijau (Tabel 2 dan
Tabel 3).
Genotipe VR 61 memberikan nilai
tertinggi pada variabel tinggi tanaman,
menghasilkan polong yang lebih banyak,
sehingga bobot polong dan bobot biji keringnya juga tinggi. Namun tinggi tanaman
genotipe VR 61 secara signifikan berbeda
tidak nyata terhadap genotipe lain kecuali VR 88, VR 200, dan VR 1074 Vinna-1.
Jumlah polong genotipe VR 61 berbeda tidak nyata dengan genotipe VR 213 K, serta
bobot polong dan bobot biji per tanaman
genotipe VR 61 secara signifikan berbeda
tidak nyata dengan genotipe VR 3, VR 88,
VR 200, VR 204 K, VR 213 K, VR 341, VR
601 m, dan VR 222 walet. Genotipe VR 266
ct memiliki ukuran polong dan biji yang lebih kecil dibandingkan genotipe yang lainnya, sehingga bobot polong per tanaman,
bobot biji per tanaman, dan indeks panennya rendah. Namun genotipe ini memiliki
ukuran diameter batang, bobot brangkasan
segar dan bobot brangkasan kering tertinggi. Diameter batang dan bobot brangkasan
kering genotipe VR 266 ct berbeda tidak
nyata dengan genotipe VR 3 dan VR 61.
Genotipe VR 601 m memiliki ukuran biji
yang lebih besar dibandingkan genotipe
lain sehingga bobot biji per tanaman dan
indeks panennya tinggi. Bobot biji per tanaman dan indeks panen genotipe VR 601
m tidak berbeda secara signifikan dengan
genotipe VR 3, VR 88, VR 200, VR 213 K,
VR 341, dan VR 222 walet. Genotipe VR
213 K memiliki umur berbunga dan umur
panen tercepat. Genotipe VR 1074 Vinna-1
memiliki fase pertumbuhan vegetatif yang
relatif lebih rendah dibandingkan genoti-

Akta Agrosia Vol. 19 No. 1 hlm 11 - 19 Januari - Juni 2016

17

Tabel 2. Keragaan pertumbuhan vegetatif dua belas genotipe kacang hijau di ultisol
Variabel
Genotipe
Tinggi
Diameter
Tingkat
Bobot
Bobot
tanaman (cm) batang (mm) kehijauan
brangkasan
brangkasan
daun
segar (g)
kering (g)
VR 3
11.28 ab
4.81 abc
46.18 a
32.61 b
6.98 ab
VR 61
11.68 a
4.91 ab
43.49 abc
34.19 b
7.48 ab
VR 88
10.10 cd
4.23 cd
43.85 abc
19.81 cd
4.46 cd
VR 200
10.03 cd
4.22 cd
42.67 abc
20.37 cd
4.11 cd
VR 204 K
11.54 ab
4.19 cd
42.41 abc
29.17 bc
5.81 bc
VR 213 K
10.48 bc
4.20 cd
45.46 a
21.77 cd
4.49 cd
VR 266 ct
11.08 abc
5.26 a
41.20 bc
44.06 a
8.42 a
VR 341
11.33 ab
4.39 bcd
42.84 abc
25.47 bcd
5.27 bcd
VR 368
10.63 abc
4.00 d
40.22 c
21.49 cd
4.35 cd
VR 601 m
11.40 ab
4.25 cd
43.52 abc
24.63 bcd
4.66 cd
VR 222 walet
10.62 abc
4.39 bcd
44.40 ab
25.58 bcd
5.50 bcd
VR 1074
9.02 d
3.88 d
43.67 abc
16.18 d
3.31 d
Vinna-1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
pada DMRT taraf 5%

Tabel 3.

Keragaan pertumbuhan generatif dan komponen hasil dua belas genotipe kacang
hijau di ultisol
Variabel
Genotipe
Umur
Umur
Jumlah
Bobot
Bobot biji
Indeks
berbunga panen (hst) polong
polong
per tanaman panen (%)
(hst)
(g)
(g)
VR 3
31.8 de
53.2 bc
7.4 bcd
6.3 ab
4.9 a
40.2 abc
VR 61
32.7 cd
54.2 b
11.1 a
6.9 a
5.1 a
40 bcd
VR 88
31.3 de
52.8 bcd
5.1 cde
5.6 abc
4.5 ab
45.8 ab
VR 200
36.0 b
53.6 b
4.8 e
4.8 bc
3.9 ab
45.6 ab
VR 204 K
33.3 c
51.7 de
8.7 b
5.8 abc
4.3 ab
37.5 cd
VR 213 K
31.0 e
51.0 e
8.9 ab
5.5 abc
3.9 ab
42.5 abc
VR 266 ct
38.3 a
57.6 a
4.8 e
2.8 d
2.0 c
19.3 e
VR 341
32.7 cd
51.3 e
7.2 bcde
5.9 abc
4.6 ab
42.7 ab
VR 368
32.0 cde
52.1 cde
7.6 bcd
4.3 cd
3.1 bc
34.7 d
VR 601 m
36.0 b
51.8 cde
7.8 bc
6.3 ab
4.9 a
47.9 a
VR 222 walet
33.3 c
54.1 b
6.6 bcde
5.6 abc
4.5 ab
41 abcd
VR 1074 Vinna-1 31.0 e
51.9 cde
4.5 de
4.2 cd
3.2 bc
46.7 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
pada DMRT taraf 5%

18

Andria, Catur Herison, Sigit Sudjatmiko, Nurwita Dewi : Pertumbuhan dan Hasil Dua

pe lain, sehingga tinggi tanaman, diameter
batang, bobot brangkasan segar, dan bobot
brangkasan keringnya juga rendah.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Antar genotipe terdapat pola respon
pertumbuhan jumlah daun yang berbeda terhadap peningkatan dosis pupuk
kandang sapi.
2. Genotipe VR 3 memiliki kehijauan
daun tertinggi. Genotipe VR 61 memiliki nilai tertinggi pada pertumbuhan
tinggi tanaman, jumlah polong, bobot
polong, dan bobot biji per tanaman.
Genotipe VR 213 K memiliki umur
berbunga dan umur panen tercepat.
Genotipe VR 266 ct memiliki nilai tertinggi pada variabel diameter batang,
bobot brangkasan segar, dan bobot
brangkasan kering. Genotipe VR 601
m menunjukkan nilai tertinggi pada variabel indeks panen.
3. Penggunaan berbagai taraf dosis pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tingkat kehijauan
daun, umur panen, dan bobot brangkasan segar.

DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U.
Kurnia. 2000. Pengaruh penggunaan
berbagai jenis dan takaran pupuk
kandang terhadap produktifitas
tanah ultisol terdegradasi di Desa
Batin, Jambi. Hlm: 303-319. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Sumber
Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku
II. Lido-Bogor, Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor. 6-8
Desember. 1999.

Afif. T., D. Kastono, dan P. Yudono. 2014.
Pengaruh macam pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga
kultivar kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di lahan pasir Pantai
Bugel Kulon Progo.Vegetalika 3(3):
78 – 88.
Atman. 2007. Teknologi budidaya kacang
hijau Vigna radiata L. di lahan sawah. J. Ilmiah Tambua 6(1): 89-95.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2012.
Road map peningkatan produksi kacang tanah dan kacang hijau tahun
2010 – 2014. Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Fitrianah, L., F. Siti, dan H. Yunin. 2012.
Pengaruh komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan dan kandungan saponin pada dua varietas tanaman gendola (Basella sp). J. Agrovigor
5(1): 34-46.
Hakim, N., M.Y. Nyakfa, A.M. Lubis, S.G.
Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha,
G.B. Hong, dan Bailey. 1989. DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hidayah, I. dan A.N. Susanto. 2008. Analisis kelayakan finansial teknologi
usahatani kacang hijau setelah padi
sawah di Desa Waekasar, Kecamatan
Mako, Kabupaten Buru, Maluku. J.
Budidaya Pertanian 4(1): 54-63.
Kasno, A. 2007. Kacang hijau alternatif
yang menguntungkan ditanam di
lahan kering. Tabloid Sinar Tani 23
Mei 2007. Jakarta.
Ismail, M.R., N. Pomalingo, dan Nurmi.
2014. Pengaruh pupuk kandang sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil ta-

Akta Agrosia Vol. 19 No. 1 hlm 11 - 19 Januari - Juni 2016

naman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Skripsi. Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo. (tidak dipublikasikan).
Mulyani, A., Hikmatullah, dan H. Subagyo. 2004. Karakteristik dan potensi
tanah masam lahan kering di Indonesia. hlm. 1-32 dalam Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan
Tanah Masam. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Murbandono, L. 2005. Membuat Kompos.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Musnawar, E.I. 2006. Pupuk Organik Cair
dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurmawati, S. dan S. Anang. 2000. Studi perbandingan penggunaan pupuk
kotoran sapi dengan pupuk kascing
terhadap produksi tanaman selada
(Lactuca sativa Var.crispa) Laporan
Penelitian. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Penelitian Indonesia Universitas Terbuka
(PSI-UT). Jakarta.
Poespodarsono. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB.
Bogor.
Ratri, D.T. 2009. Pengaruh konsentrasi
larutan pupuk kandang sapi sebagai
pupuk daun organik terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas kedelai (Glycine max (L) Merr).
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. (tidak dipublikasikan).
Sitompul, S.M., dan B. Guritno. 1995.
Analisis Pertumbuhan dan Tanaman.

19

Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.
Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990.
Pengaruh bahan organik terhadap
pencucian hara tanah ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9:
26−31.
Sundari, T., Soemartono, Tohari, dan W.
Mangoendidjojo. 2005. Keragaan
hasil dan toleransi genotipe kacang
hijau terhadap penaungan. J. Ilmu
Pertanian 12(1): 12-19.
Susilo, H. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Universitas Indonesia. Press Salema. Jakarta.
Tawakal, M.I. 2009. Respon pertumbuhan
dan produksi beberapa varietas kedelai (Glicine max L.) terhadap pemberian pupuk kandang sapi. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan. (tidak dipublikasikan).
Utomo, B. 2008. Perbaikan sifat tanah ultisol untuk meningkatkan pertumbuhan Eucalyptus urephilla pada ketinggian 0-400 meter. Staf Pengajar
Departemen Kehutanan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wiroatmodjo, J., E. Sulistyono, dan
Hendrinova. 1990. Pengaruh berbagai pupuk organik dan pupuk daun
terhadap pertumbuhan dan hasil rimpang jahe (Zingiber officinale R.) jenis Badak. Buletin Agronomi 19(1):
33-38.