ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PASIEN DI UNIT REHABILITASI (UNITRA) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM ANALYSIS OF EXTERNAL FACTORS AFFECTING DRUG ABUSE IN PATIENTS IN THE REHABILITATION UNIT (UNITRA) SAMBANG LIHUM PSYCH

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA
PADA PASIEN DI UNIT REHABILITASI (UNITRA) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM
ANALYSIS OF EXTERNAL FACTORS AFFECTING DRUG ABUSE IN PATIENTS IN THE
REHABILITATION UNIT (UNITRA) SAMBANG LIHUM PSYCHIATRIC HOSPITAL
Sartika Bestarini Sari1, Ratna Setyaningrum2, Nita Pujianti3, Fauzie Rahman3, Musafaah4
1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
2
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3
Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan
4
Departemen Biostatistik
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah kesehatan masyarakat yang akan
berdampak pada kriminalitas, disabilitas, morbiditas, dan moralitas. Data Penyalahguna Napza di
Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum mengalami peningkatan jumlah

pasien NAPZA selama 5 tahun terakhir. Tujuan penelitian untuk menjelaskan penyebab kasus
penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari segi faktor eksternal yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan pergaulan pada pasien di Unit Rehabilitasi (UNITRA)
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan Existential Phenomenology. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor lingkungan
keluarga yang mempengaruhi penyalahgunaan napza adalah karena ketidakutuhan dan konflik
dalam keluarga, pola asuh orangtua yang cenderung memanjakan dan tidak tegas dalam
memberikan sanksi atau hukuman, kesibukan orang tua, dan hubungan komunikasi interpersonal
antar keluarga yang kurang baik. Faktor lingkungan pergaulan yaitu adanya pengaruh dan ajakan
dari teman untuk menggunakan NAPZA dan pergaulan yang bebas, sedangkan faktor lingkungan
sosial adalah karena lingkungan tempat tinggal yang juga banyak menggunakan NAPZA,
kemudahan memperoleh NAPZA, dan kurangnya norma agama dalam lingkungan sosial
partisipan.
Kata Kunci : penyalahgunaan NAPZA, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan pergaulan,
faktor lingkungan sosial
ABSTRACT
Drug abuse is a public health issue that will have an impact on crime, disability, morbidity
and morality. Drug Abuse Data in Rehabilitation Unit (UNITRA) Sambang Lihum Psychiatric
Hospital has increased the number of drug patients for the last 5 years. The purpose of this
research is to explain the causes of drug abuse cases in terms of external factors such as family

environment factors, friend's social environment factor and social environment factors in patients in
Rehabilitation Unit (UNITRA) Sambang Lihum Psychiatric Hospital. The type of this research is
descriptive qualitative with Existential Phenomenology approach. The results of the study found
that family environmental factors affecting drug abuse are due to the disloyalty and conflict in the
family, parenting patterns that tend to be indulgent and indecisive in giving sanctions or
punishment, parental activity, and interpersonal communication relations between families are not
good. Environmental factors of the association is the influence and invitation of friends to use drugs
and free association, while the social environment factor is due to the environment where many
people use drugs, the ease of obtaining drugs, and the lack of religious norms in the social
environment of participants.

Keywords: drugs abuse, family environment factors, friend's social environment factor, social
environment factor

PENDAHULUAN
NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (1). Secara global,
diperkirakan rata-rata 243 juta penduduk dunia yang berusia 15-64 tahun telah menggunakan
NAPZA terutama ganja, opioid, kokain, dan amphetamine-tipe stimulan (ATS) dengan angka
kematian diperkirakan mencapai 20 juta pertahun (2). Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar pengguna narkoba di dunia dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Badan

Narkotika Nasional (BNN) merilis data kelompok usia 10-20 tahun sebagai pengguna aktif dan
terjadi peningkatan 3,5% pengguna baru dimana setiap tahun peningkatan satu persen pengguna
baru (3). Kalimantan Selatan berdasarkan kasus penyalahgunaan NAPZA yaitu menempati
peringkat ke 6 di Indonesia pada tahun 2012 dengan jumlah kasus 1.188 yang awalnya peringkat
ke 9 pada tahun 2011 dengan jumlah kasus 887 (4). Berdasarkan data penyalahgunaan NAPZA
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalimantan Selatan tahun 2016 terdapat 345 orang
penyalahguna NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
akan berdampak pada kriminalitas, disabilitas, morbiditas, dan moralitas.
Menurut Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan
bahwa korban penyalahgunaan NAPZA wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum merupakan salah satu pusat detoksifikasi dan
rehabilitasi untuk para pencandu NAPZA yang menjadi tempat rujukan oleh BNNP Kalimantan
Selatan dan BNN kabupaten untuk para pencandu NAPZA. Terjadi peningkatan jumlah pasien
NAPZA yang masuk rawat inap di Unit Rehabilitasi (UNITRA) RSJ Sambang Lihum selama 5
tahun terakhir yaitu sebanyak 137 pasien rawat inap (2012), naik menjadi 166 pasien (2013),
berkurang menjadi 86 pasein (2014), kemudian kembali meningkatkan secara signifikan menjadi
205 pasien (2015), terus meningkat menjadi 333 pasien (2016).
Menurut Anganthi et al (2009) menjelaskan faktor – faktor yang berhubungan dengan
penyalahgunaan NAPZA terbagi menjadi dua faktor yakni faktor internal yang dapat berupa kondisi
pribadi dari penyalahguna NAPZA tersebut dan faktor eksternal seperti keluarga, lingkungan

tetangga (lingkungan sosial), serta teman sebaya (47). Menurut Soetjiningsih (2004) faktor-faktor
yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,
pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu (5). Menurut penelitian Ispandiyah W tahun
2016 terdapat pengaruh yang positif antara pengetahuan, sikap dan peran teman sebaya terhadap
perilaku pencegahan penyalahgunaan NAPZA (6). Menurut penelitian Asni M dkk tahun 2013
bahwa ketidakharmonisan keluarga, tingginya konformitas teman sebaya dan rendahnya
religiusitas menyebabkan kecenderungan remaja menjadi penyalahguna narkoba (7). Menurut
BNN tahun 2012 terdapat hubungan prevalensi terjadinya penyalahgunaan NAPZA dengan
lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan pola asuh yang tidak benar (8).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor eksternal
yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada pasien di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan penyebab kasus penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari segi faktor eksternal yaitu
faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan pergaulan pada pasien
di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Pendekatan penelitian dengan
Existential Phenomenology yaitu penelitian yang berfokus pada pengalaman, interprestasi serta
makna hidup seseorang yang mengalaminya (9). Populasi penelitian adalah seluruh residen di
UNITRA RSJ Sambang Lihum dan sampel diambil dari 3 orang partisipan residen. Penetapan

sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang telah diketahui
sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian serta memenuhi kriteria inklusi penelitian (10).

Partisipan residen tersebut berasal dari Banjarmasin atau Banjarbaru. Meningkatkan keabsahan
data penelitian dapat dilakukan dengan cara credibility melalui triangulasi dan dependabilitas.
Triangulasi sumber berasal dari keluarga atau kerabat yang dekat dengan residen tersebut, dan
konselor di UNITRA. Instrumen penelitian dengan pedoman wawancara dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Partisipan
Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah 3 orang residen laki-laki penyalahguna
NAPZA di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, dan pastisipan untuk
triangulasi sumber berasal dari keluarga dan petugas konselor di UNITRA sendiri, dengan bahasa
komunikasi yang digunakan bahasa Banjar dan bahasa Indonesia. Karakteristik partisipan 3
partisipan penyalahguna NAPZA digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Partisipan
Karakteristik
P1
P2
P3

Inisial Nama
G
S
N
Usia
17 tahun
22 tahun
22 tahun
Lama di Unitra
2 bulan
1 bulan
1 bulan
Agama
Islam
Islam
Islam
Pendidikan
SMA
SD
Perguruan Tinggi

Jenis Napza
Zenith dan Sabu
Sabu
Zenith dan Sabu
Sumber : Data hasil reduksi wawancara mendalam, 2017.
B. Analisis Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA
Peneliti akan menggambarkan keseluruhan tema yang terbentuk berdasarkan keterangan
partisipan pada 3 faktor eksternal penyebab penyalahgunaan NAPZA yang tercantum dalam
tujuan khusus penelitian. Bahasan tema dari hasil wawancara mendalam tersebut, peneliti
jelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Lingkungan Keluarga
Risiko penyalahgunaan NAPZA dapat dipengaruhi berbagai faktor, salah
satunya
dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan bagian terkecil dari suat masyarakat. Keluarga
juga merupakan tempat pendidikan pertama bagi individu. Di dalam keluarga anak belajar untuk
hidup sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain. Ketika anak mencapai masa
remaja perilaku yang diharapkan pada remaja adalah perilaku tidak merokok, tidak minumminuman beralkohol, mematuhi norma/aturan, tidak memberontak, dan disiplin dalam keluarga
dan masyarakat (11)). Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga,
kesibukan orang tua, hubungan interpersonal antar keluarga, dapat merupakan faktor yang
berperan serta pada penyalahgunaan narkoba. Jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba dewasa

ini, sebagian besar sudah melibatkan kalangan remaja (12).
1) Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti yang dilakukan terhadap tiga partisipan, didapatkan
satu partisipan mengatakan pengaruh perhatian dan kasih sayang orangtua berpengaruh
terhadap perilaku penyalahgunaan napza yang dilakukannya. Dari hasil triangulasi sumber yaitu
pihak keluarga dari P1 yang selama ini tinggal bersama P1 dalam satu rumah bersama nenek dan
kakeknya juga memberikan keterangan yang sama mengenai kurangnya perhatian dari ibu dan
ayah sehingga juga berpengaruh atas tindakan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan P1.
Hubungan kasih sayang dan kekeluargaan yang kuat akan terjalin komunikasi yang baik di
antara anggota keluarga yang akan berlanjut pada kelekatan antara anak dan orangtua. Kelekatan
(attachment) terjalin dengan beberapa unsur diantaranya adalah rasa percaya, interaksi timbal
balik, stimulasi, sikap positif, kehangatan, penerimaan, dukungan emosional (13). Banyaknya
remaja yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika disebabkan karena faktor dari
lingkungan seperti pergaulan bebas yang tidak di awasi oleh orang tua, dari faktor keluarga broken
home, serta rasa penasaran sehingga mencoba menggunakan narkotika.(1).
2) Adanya konflik dan ketidakharmonisan dalam keluarga
Ketidakutuhan keluarga inti yaitu ayah dan ibu membuat pasrtisipan 1 tidak mendapat kasih
sayang dan perhatian dari orangtuanya sejak dia kecil. Sehingga dia menyalurkan rasa
kekecewaan tersebut dengan banyak membuat masalah untuk meminta perhatian ibu dan


ayahnya, sampai dia menyalahgunakan napza karena juga pengaruh dari temannya. Hawari
(2009) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA
adalah keutuhan keluarga dimana remaja dengan status orangtua tunggal baik karena bercerai
maupun karena meninggal lebih cenderung melakukan penyalahgunaan NAPZA itu sendiri (14).
Partisipan 2 dan 3 memberi keterangan berbeda, mereka mengatakan kalau keluarga mereka
merupakan keluarga yang harmonis dan tidak pernah ada pertengkaran atau konflik. Keluarga
yang harmonis ternyata tidak menjadi jaminan juga si anak dapat terhindar dari penyalahgunaan
NAPZA, selain faktor keluarga terdapat faktor dari pergaulan teman dan lingkungan sekitar yang
bisa membawa dampak perilaku buruk pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa pola
keluarga harmonis dapat pula menjadikan remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Lingkungan
dari dalam (keluarga) secara keseluruhan bersifat positif, dan mengajarkan hal-hal positif,
sehingga keluarga tidak memiliki pengaruh besar dalam pembentukan perilaku remaja berisiko
penyalahgunaan NAPZA (15).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2008) bahwa hubungan yang
kurang harmonis diantara keluarga menjadi penyebab remaja menyalahgunakan NAPZA (14).
Menurut BNN, (2009) ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA yaitu
memiliki orang tua otoriter, hubungan dengan orang tua kurang harmonis, orang tua bercerai
atau menikah lagi, orang tua terlalu sibuk/acuh (16).
3) Peraturan yang ada di rumah
Partisipan 1 mengatakan jika dirumah telah ada peraturan untuk jam malam, dan pihak

keluarga juga biasanya juga langsung menanyakan P1 jika dia tidak pulang sampai pada jam
malam yang ditentukan, namun P1 yang biasanya bersikap tidak taat. Orangtua biasanya jika
marah, hanya sekedar menegur saja, tidak melakukan suatu bentuk hukuman yang membuat jera,
dan partisipan 2 mengatakan kalau sudah dimarahi dia biasanya tetap pada keinginannya untuk
jalan keluar rumah. Partisipan 3 juga mengatakan hal serupa mengenai peraturan untuk jangan
keluar malam, namun dia biasanya banyak alasan agar bisa keluar malam.
Pemantauan orang tua yang lebih besar, ditandai dengan mengetahui keberadaan anak-anak
mereka atau mengawasi mereka, tampaknya berkaitan dengan perilaku kurang nakal. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran keluarga
terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dengan resiko 4,2 kali lebih besar menyalahgunakan
narkoba bila memiliki keluarga yang kurang berperan dalam pencegahan penyalahgunaan
narkoba dibandingkan dengan responden yang tidak menyalahgunakan narkoba (17).
4) Pola Asuh
Partisipan 1 dan 3 mengatakan kalau selama ini orangtua loyal dalam memberikan uang, dan
cenderung memberi kebebasan serta terlalu memanjakan P1. Keluarga dari partispan 2 cenderung
menyayangi dengan memberikan teguran bahwa jangan terlalu sering keluar rumah, partispan 2
mengatakan bahwa dia lebih dibebaskan untuk keluar saat sudah mulai bekerja sebagai supir truk.
Namun, karena sekarang partisipan 2 sudah mengangkut barang dengan truk ketempat yang jauh
dan biasanya hanya ada di rumah setiap hari jumat, dari situlah pengawasan orangtua mulai
berkurang dan teman sesama kerja jadi supir yang mengajak untuk menggunakan sabu tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kim, Hetherington, dan Reiss (1999), remaja yang orang
tuanya terlalu negatif atau yang rendah dalam pemantauan cenderung menjadi berorientasi pada
teman-teman yang menyimpang dan terlibat dalam perilaku yang lebih eksternalisasi (18).
Menurut Colondom (2007) menyatakan bahwa keluarga mampu menjadi faktor protektif atau faktor
resiko dalam penyalahgunaan narkoba. Pendapat lain yang diusung oleh Gordon & Gordon (2004)
menyatakan bahwa anak-anak yang selalu dimanja dan dipenuhi keinginannya oleh orang tuanya
juga sulit untuk mengatakan tidak pada narkoba (19).
5) Kurangnya komunikasi dalam keluarga
Saat ditanya dimana kah partisipan sering menghabiskan waktunya, ketiganya menjawab
lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah daripada didalam rumah dan jarang
berkomunikasi dengan keluarga. Partisipan 1 mengatakan kalau dia biasanya sehabis pulang
sekolah ganti baju kemudian main lagi keluar bersama temannya, partisipan 2 mengatakan kalau
dia banyak menghabiskan waktu diluar karena bekerja dan hanya setiap hari jumat baru pulang ke
rumah, sedangkan partisipan 3 mengatakan kalau orangtua yang sibuk dan jarang berada dirumah
yang menyebabkan juga kurang komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi orang tua-anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol,
pemantauan dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk dipersepsi positif dan negatif

oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua berkomunikasi (20). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perilaku sosial remaja sangat berpengaruh pada lingkungan sekitarnya.
Sehingga diperlukan peranan orang tua agar dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba pada
remaja, bila hubungan orang tua dan remaja tidak baik, maka remaja akan terlepas ikatan
psikologisnya dengan orang tua. Hal ini mengakibatkan remaja akan mudah terlibat
penyalahgunaan narkoba (21).
b. Faktor Lingkungan Sosial
1) Lingkungan tempat tinggal yang juga banyak menggunakan NAPZA
Dari keterangan wawancara mendalam dengan partisipan diketahui bahwa lingkungan tempat
tinggal partisipan juga kebanyakan menggunakan napza dan mudah untuk memperoleh napza. P1
mengatakan kalau tetangga sekitar juga ada yang makai dan perilakunya cenderung negatif.
Berada dalam lingkungan yang sama memudahkan seseorang untuk terpengaruh melakukan hal
negatif. Sama halnya dengan penggunaan narkoba, berawal dari tawaran dan ajakan dari
seseorang untuk mengkonsumsi narkoba maka individu tersebut lebih cepat terkontaminasinya
(2).
2) Lingkungan tempat tinggal yang kurang agamis dan bersikap acuh tak acuh
Partispan mengatakan kalau masyarakat didaerah tempat tinggalnya kurang agamis, kegiatan
seperti pengajian hanya sebagian yang melaksanakan itupun hanya ibu-ibunya saja, saat hari
biasa langgar di daerah sana hanya ada tiga sampai empat orang yang mendatangi. Selain itu,
tetangga sekitar bersikap acuh tak acuh.
Faktor eksternal yang menggiring seseorang untuk mencoba narkoba adalah kurangnya
pengetahuan agama, kekurangan atau kelebihan kasih sayang dari orang tua, pengaruh teman
atau pergaulan di sekolah dan lingkungannya, gampangnya akses terhadap narkoba karena
transaksi bisa berlangsung dimana‐mana, sulitnya keluar dari siklus pergaulan yang telah
kecanduan narkoba (22).
3) Kemudahan mendapatkan NAPZA
Partisipan mengatakan bahwa sangat mudah untuk mendapatkan obat terlarang atau zinet
dan dijual bebas. Bandar biasanya berusia lebih tua dari P1 dan jumlahnya semakin banyak,
bandar zinet biasanya bergerka bebas ada di tempat umum seperti di pinggir jalan dan terminal
yang ada di pal 6 Banjarmasin. Partisipan 2 dan 3 mengatakan jika mendapatkan sabu adalah
dengan membeli di tempat teman dan teman punya banyak kenalan bandar sabu.
c.
1)

Faktor Lingkungan Pergaulan
Pengaruh oleh teman
Partisipan 1 dan 3 mengatakan pada saat SMA pergaulan dengan teman makin bebas.
Partisipan 2 mengatakan jika kenal sabu pertama kali adalah dari teman sesama kerjaan yaitu
supir truk. Dari pertemanan tersebut teman kemudian mengajaknya untuk juga menggunakan
sabu. Dari yang awalnya diajak oleh teman tersebut, lama-kelamaaan partisipan 2 mengatakan
jika dia mulai membeli sendiri sabu tersebut.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran
teman sebaya terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dengan resiko 19 kali lebih besar. Hal
ini menunjukkan bahwa memiliki teman sebaya yang memperkenalkan dan menyalahgunakan
narkoba memiliki resiko 19 kali lebih besar terhadap penyalahgunaan narkoba (23).
2)
Kecenderungan mengikuti gaya teman
Partisipan 1 mengatakan jika pengaruh gaya teman yang dia ikuti sebesar 70% hal ini
berarti jika pengaruh teman telah cukup tinggi yang mempengaruhi dirinya untuk berbuat dan
bertingkah laku sesuai yang teman lakukan. Partisipan 2 mengatakan jika penagruh gaya teman
besar, awalnya dia melihat gaya teman mengisap sabu, dan dari situ melihat gaya teman yang
memakai sehingga muncul keinginan partispan 2 juga ikut menggunakan. Menurut Santrock
(1990) menyebutkan bila konformitas (pengaruh sosial) teman sebaya bersifat negatif dapat
dengan mudah terbawa pada perilaku kurang baik seperti merokok, mencuri dan menggunakan
obat-obat terlarang (narkoba) (25).
3) Pengaruh pergaulan yang bebas
Berdasarkan hasil keterangan wawancara mendalam ketiga partisipan mengatkan kalau
pernah pergi ke diskotik, pernah minuman mabuk dan hiburan malam. Seperti yang telah
dikatakan Santrock (2003), bahwa beberapa ahli mengatakan teman sebaya dapat memengaruhi

atau mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan terlarang dan kenakalan lainnya, hal ini
tidak menutup kemungkinan bahwa semakin dekat seorang remaja dengan teman sebayanya,
maka akan memengaruhi perilaku konsumsi napza pada remaja tersebut akibat dari pergaulannya
dengan teman sebaya (25).
SIMPULAN
Faktor eksternal yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada partisipan residen lakilaki di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, ditinjau dari 3 faktor
eksternal sebagai berikut:
a) Faktor Lingkungan Keluarga
1) Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua
2) Adanya konflik dan ketidakharmonisan dalam keluarga
3) Peraturan yang ada di rumah sering dilanggar oleh partisipan
4) Pola asuh keluarga yang terlalu memanjakan, loyal dalam memberi uang, dan sikap
kurang tegas dalam memberi sanksi pada partisipan jika berbuat salah
5) Pemberian ajaran agama dalam keluarga
6) Riwayat penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga
7) Kurangnya komunikasi dalam keluarga
b) Faktor Lingkungan Sosial
4) Lingkungan tempat tinggal juga kebanyakan menggunakan napza dan kemudahan para
partisipan untuk memperoleh NAPZA
5) Lingkungan tempat tinggal yang kurang agamis dan bersikap acuh tak acuh
6) Kemudahan mendapatkan NAPZA
c) Faktor Lingkungan Pergaulan
1) Pengaruh ajakan oleh teman
2) Kecenderungan mengikuti gaya teman
3) Pengaruh pergaulan yang bebas diantaranya merokok, hiburan malam diskotik, dan
minuman alkohol.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar
tentang NAPZA, terutama bagi orangtua agar dapat memberi nasihat dan perhatian terhadap
anaknya. Bagi para remaja/pemuda diharapkan dapat dengan sungguh-sungguh menjauhi
NAPZA.
2. Bagi Program (Unit UNITRA di RSJ Sambang Lihum)
Hendaknya dapat memasukkan penanaman nilai-nilai moral, dampak penyalahgunaan
remaja, dan bimbingan cara memecahkan masalah yang adekuat dalam pelaksanaan terapi
penyalahgunaan NAPZA, mendekatkan mereka kepada Allah SWT dengan pembekalan
kerohanian beribadah. Hal ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada remaja agar tidak
melakukan penyalahgunaan NAPZA apabila menghadapi suatu permasalahan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya agar lebih mengasah kemampuan untuk melakukan wawancara
mendalam sehingga kepadatan data hasil wawancara lebih tereksplorasi dan lebih luas dalam
pemilihan tema faktor penyalahgunaan NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
no. 422/menkes/sk/iii/2010 tentang pedoman penatalaksanaan medik gangguan penggunaan
napza, Jakarta: Kemenkes RI, 2010.
2. World
Health
Organization.
The
world
health
report.
(online),
(http://www.who.int/whr/2010/10_summary_en.pdf, diakses pada Agustus 2017) WHO, 2010.

3. Jurnal data pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN) tahun 2015, (online) (http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20151223/pressrelease-akhir-tahun-2015-20151223003357.pdf diakes Agustus 2017).
4. Data penyalahguna napza tahun 2016. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan
Selatan, 2016.
5. Asmoro D. Pengaruh faktor lingkungan pecandu terhadap penyalahguaan napza pada remaja
(study di bnn surabaya). Doctoral dissertation. Surabaya: Universitas Airlangga, 2016.
6. Tambunan R, Sahar J, Hastono Sp. Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku
penggunaan napza pada remaja di balai pemulihan sosial bandung. Jurnal keperawatan
Indonesia. 2008; 12(2): 63-9.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan
‘pengguna narkoba dapat dicegah dan dapat direhabilitasi’. Jakarta: Kemenkes RI, 2014.
8. Wulandari Cm, Retnowatu Da, Handojo Kj, Rosida. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan napza pada masyarakat di Kabupaten Jember. Jurnal Farmasi Komunitas,
2015; 2(1): 1-4.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 35
tahun 2009 tentang narkotika dan peraturan pemerintah ri nomor 40 tahun 2013 tentang
pelaksanaan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Jakarta: Kemenkes RI,
2013.
10. Wartini. Karakteristik penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) di pusat
pendidikan masyarakat anti narkoba sibolangit center tahun 2009. Skripsi, Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2009.
11. Approaches to substance abuse prevention. Dalam monograph series 63. National Institute
On Drug Abuse, 2001.
12. Mardani. Penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum islam dan hukum pidana nasional.
Jakarta: Pt Raja Grafind, 2008.
13. Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. Human Development (Perkembangan Manusia
edisi 10 buku 2). (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
14. Brown S.D, Lent, R.W. (Eds.) Handbook of counseling psychology. Singapore: John Wiley &
Sons, Inc,1992.
15. Riyanto. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan napza. Jakarta:
Erlangga, 2008.
16. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Narkoba ancam generasi bangsa media
informasi dan komunikasi sinar badan narkotika nasional. Jakarta: Alberta Media, 2011.
17. Afiatin T. Persepsi terhadap diri dan lingkungan pada remaja penyalahguna napza (narkotika,
psikotropika dan zat adiktif). Psikologika, 2001: (12), 11-28.
18. Kim JE, Hetherington EM, Reiss D. Associations among family relationship, antisocial peers,
and adolescents externalizing behaviors: gender and family type differences. Child
Development. 1999.
19. Rahmawaty S. hubungan antara keadaan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan
narkoba pada siswa dan siswi SMA Negeri 20 Jakarta. Jakarta.
Skripsi.
Universitas Indonesia; 2012.
20. Lestari, S. Psikologi keluarga penanaman nilai dan penanaman konflik dalam keluarga,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
21. Hurlock. Perkembangan anak, (Terjemahan) Jilid 2 Jakarta: Erlangga, 1997.
22. Zaenal Abidin Anwar, PP. Suryalaya. Penanggulangan Napza, Cetakan: I, Bandung: CV.
Wahana Karya Grafika, 2010.
23. Rahmadona E, Agustin H. Faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba di RSJ
Prof. HB. Sa’anin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2014 ;8(2):60-6.
24. Gunarsa SD. Seri Psikologi bunga rampai psikologi perkembangan dari anak sampai usia
lanjut, BPK Gunung Mulia, 2004
25. Santrock JW. Adolescene; perkembangan remaja. Edisi keenam. Jakarta (ID) : Erlangga,
2003.