KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN MANUSIA SEBA
KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR
MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN
(Homo Educandum)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Filsafat Pendidikan "
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
KELOMPOK 1
1. SAMSURI
2. MAKLUP KHOIRI
3. NITA YUNIATI
NIM. 2013471955
NIM. 2013471892
NIM. 2013471943
PAI A – SMT 4
PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag sebagai Ketua STAI Muhammadiyah.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing.
3. Rekan – rakan mahasiswa STAI Muhammadiyah.
4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalahnya.
Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami usahakan ini dapat
bermanfaat bagi semua, Amin
(PENYUSUN
)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..…
i
Kata Pengantar …………………………………………………..….
ii
Daftar Isi
…………………………………………………..….
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
2
C. Tujuan Masalah ………………………………………
2
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR
MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN (HOMO
EDUCANDUM)
A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial
……..
3
B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan
Sosial .
3
C. Hubungan Antar Manusia sebagai Insan
Pendidikan ……
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab, berasaldari kata nasiya
yang berarti lupa dan jika di lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak.
Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa
dan jina kartinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan
yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan
makhluklainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai
manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki ak
al. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat
diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai
makhluk alamiah dan makhluk social1.
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai
objek pendidikan. Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia
(khusus nyaman usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan
pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan pribadi
1Jamali, dkk, MembedahNalarPendidikan Islam, PustakaRihlah, 2005, hal 122-123
generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai
pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikansesuai de
ngantujuan dan nilai – nilai yang
dikehendaki
manusia
dimana
pendidikan
itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan,manusia (khususnya anak)
merupakan “sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu
proses
pendidikan
yang
pada
hakikatnya
yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang
memiliki
kepribadian
membedakannya
ialah
karena kodratnya belum berkembang2.
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan
manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat
ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek
pendidikan didalam masyarakat dan di alam semesta ini berperan bahwa
manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang
memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat untuk
membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam
lingkungan hidupnya secara bersama – sama.
Lebih
jauh
lagi,
manusia
bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu
manusia
untuk
mengembangkan
dirinya
dan
memanusiakan
manusia
sesuaidengan filsafat yang ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu
manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada di alam,
mengembangkan fitrah
manusia
untuk
mengembangkan
potensinya,
mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan
dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, dari mana
asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam
hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat
mendasar di dalam filsafat pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
2AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1997, Cet.III, hal.
27.
1.
2.
Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?
Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk ala
miah dan sosial?
3.
Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk
social.
2.
Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai
makhluk alamiah dan social.
3.
Untuk menegtahui hubungan antar manusia sebagai insane
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia
tidak bisa lepas dari alam. Manusia
membutuhkan alam untuk
hidup. Sebagai
contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita juga
menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk
melangsungkan
kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa
yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar,
otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya3.
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki
kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia
yang
lain.
Dalam
hidup bersama
dengan
sesamanya
(bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu,
mempunyai
dunia
dan
tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian
sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan
sesamanya. Melalui
hidup
dengan
sesamanyalah
manusia
akan
dapat
mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut
3http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan.html,
diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
manusia
sebagai
makhluk social
atau
makhluk
bermasyarakat
(Ernst
Cassirer,1987)4.
B.
Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.
Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri
sebagaimana makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukum
alamiah. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati,
ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (manusia mempunyai sifat tumbuh dan
berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan gerak, mempunyai nafsu,
insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia secara fisik
mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara
alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi5.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang
adadisekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang
lingkupalam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan
erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh
teknologi
yang
dimiliki
manusia.
Meskipun
terkadang
dalam
proses
pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan
satu samalainnya.
Pendidikan yang
didasari
oleh
tingkah
laku manusia di
alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu
sendiri.
Manusia dan
alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap
seper sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia
alamiah lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena
merekalebih berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah
disediakandi alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung
tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat belajar dan mempelajari
kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah yang
telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.
4Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006),
hal. 14
5Ibid.hal 16
Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang berbeda Antara
satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak persamaan,
namunsecara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri – sendiri.
Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah
manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi
dirinya.Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk
kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat kepribadiannya,
persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan pribadi lainnya, dan yang
sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi
yang
menjadi
kemampuan dari dirinya sendiri6.
Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya
masing – masing,
ingin mewujudkan
perkembangan
pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya.
jamannya
menurut
Dalam arti ia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi – potensi dan membuka kesempatan
dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul – betul ingin menjadi
orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap individu
akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya sehingga
membedakan dirinya dengan yang lainnya7.
Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang
barudan mengembangkan potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan
manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setia
plapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat
alamiahnya walaupun barangkali ia belum mencapainya.
Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat
di bagi – bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan “manusia adalah
makhluk alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan–akan
berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa
kemampuan
tertentu yang masing – masingnya bekerja tersendiri, seperti
6http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada
Jumat, 27 Maret 2015.
7Uyoh Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27
halnyaada yang disebut kemampuan –kemampuan
vegetatif,
seperti
makan,
berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan sensitif
seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut
kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan8.
Descartes pun menyatakan bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah
ditambah zat material yang masing – masingnya mempunyai peraturan –peraturan
tersendiri yang bertentangan. Kaum asosiasionis berpendapat bahwa jiwa
manusia terdiri atas unsur – unsur pengalaman sederhana yang lalu saling
disambungkan
secara mekanis. Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa
kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga denganse
luruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita
amatitersebut dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan
kitasebagai manusia alamiah pada waktu itu.
Manusia merupakan makhluk alamiah yang tidak hanya memiliki arti
bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa
manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut
corak
setiap
kepribadiaannya
termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu, manusia juga tidak lepas
dari kehidupan di lingkungannya yang mana manusia membutuhkan manusia
lainnya. Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya
untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai peranan
dalam
kelompoknya
yang
anggotalainnya. Kelompok
memperoleh
sesuatu
itu
bagi
memiliki hubungan
tidak
dirinya
hanya
sendiri,
timbal
memiliki
balik
dengan
kesempatan
tetapi ia juga
untuk
mambutuhkan
sumbangan dari oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran
manusiatentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta
bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan
manusia yang belajar mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki
tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya.
Manusia belajar menyesuaikan dirinya dengan norma – norma yang sudah
8Ibid.
terbentuk didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma –
norma yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan
– keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya9.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah
adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial
lainnya. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinyasendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya.
Manusia sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan bahwa tidak
pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan
oranglain.
Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau
mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, beinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku
serta bekerja sama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan
yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih “lemah” daripada
wujud sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu
nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib
mengayomi individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
9Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet.III,
hal. 29.
Ini merupakan salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan
manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interpendensi.
Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat
dan warga
negara. Hidup dalam
hubungan interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti
positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilanilai sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan
yang
luhur
yang
mencerminkan
sikapdan
suasana
kekeluargaan
serta
kegotongroyongan.
Tidak
hanya
terbatas
pada
segi
badaniah
saja,
manusia
juga
mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih
sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas
dan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu
sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia
hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak
dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut
memberi penekanan
bahwa
pendidikan
memberikan
kontribusi
bagi
pembentukkan pribadiseseorang.
Dengan demikian manusia sebagai
makhluk
social
berarti
bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam
hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksisocial.
Mariyati dan Suryawati (2003), menyatakan bahwa “interaksi social adalah
kontak
atau
hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok
atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat
Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah hubungan antar manusia
yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social”.
“interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai, dan saling mendukung ” (Siagian, 2004). Interaksi
social adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi
satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun
antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya kontak sosial dan
komunikasi.
C.
Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan
pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan
kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya
dalam perilaku sehari-hari. Dalam peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah
menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga
hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk mempertanggung jawabkan
kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya10.
Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan.
Adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam
dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau
kepribadiannya, seorang manusia tidak mungkin bisa memerankan arti dan
fungsinya sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang manusia tidak
mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa
potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang
10Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979)
hal.25
tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan,
sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan
hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan mulai
dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada
cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah),
menurut kemampuan konseptik-rasional11.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan
pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan
menolong dri sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian alam agar
tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan kata lain, pematangan diri adalah
bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi semakin
arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang menjadi
bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya
seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara
kodrati melekat pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap
kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat,
bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan
kasualitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan,
manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa
disebut juga dengan “homo educandum”. Manusia dipanggil sebagai homo
educandum karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia
memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap setiap individu12.
Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya tiga subpredikat
lainnya, yaitu homo educandee also (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk
yang dapat dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu,
11Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal 27.
12http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/manusia-sebagai-homoeducandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
pendidikan bagi manusia sangat penting, karena pendidikan tersebut merupakan
salah satu usaha dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan
manusia13.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
pendidikan diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk
membuat perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia
mewujudkan dirinya sebagai makhluk berpendidikan.
Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar
potensi kodrat cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk
dididik, mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.
13Ibid.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial: Manusia
diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak bisa lepas
dari alam.Manusia juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia
memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia yang lain.
2. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana manusia
tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada
kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut sebagai makhluk
social. Manusia sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara
hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia
memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting
dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk
alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.
3. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan : antara manusia dan
pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak
ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka Rihlah.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Wikepedia,
(Online)
dalam
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/
hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Wikepedia, (Online) dalam http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia
-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi: Cipta Utama.
Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan bintang.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,).
Wikepedia, (Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/
manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret
2015.
MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN
(Homo Educandum)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Filsafat Pendidikan "
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
KELOMPOK 1
1. SAMSURI
2. MAKLUP KHOIRI
3. NITA YUNIATI
NIM. 2013471955
NIM. 2013471892
NIM. 2013471943
PAI A – SMT 4
PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag sebagai Ketua STAI Muhammadiyah.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing.
3. Rekan – rakan mahasiswa STAI Muhammadiyah.
4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalahnya.
Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami usahakan ini dapat
bermanfaat bagi semua, Amin
(PENYUSUN
)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..…
i
Kata Pengantar …………………………………………………..….
ii
Daftar Isi
…………………………………………………..….
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
2
C. Tujuan Masalah ………………………………………
2
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR
MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN (HOMO
EDUCANDUM)
A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial
……..
3
B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan
Sosial .
3
C. Hubungan Antar Manusia sebagai Insan
Pendidikan ……
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab, berasaldari kata nasiya
yang berarti lupa dan jika di lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak.
Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa
dan jina kartinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan
yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan
makhluklainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai
manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki ak
al. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat
diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai
makhluk alamiah dan makhluk social1.
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai
objek pendidikan. Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia
(khusus nyaman usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan
pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan pribadi
1Jamali, dkk, MembedahNalarPendidikan Islam, PustakaRihlah, 2005, hal 122-123
generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai
pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikansesuai de
ngantujuan dan nilai – nilai yang
dikehendaki
manusia
dimana
pendidikan
itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan,manusia (khususnya anak)
merupakan “sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu
proses
pendidikan
yang
pada
hakikatnya
yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang
memiliki
kepribadian
membedakannya
ialah
karena kodratnya belum berkembang2.
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan
manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat
ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek
pendidikan didalam masyarakat dan di alam semesta ini berperan bahwa
manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang
memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat untuk
membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam
lingkungan hidupnya secara bersama – sama.
Lebih
jauh
lagi,
manusia
bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu
manusia
untuk
mengembangkan
dirinya
dan
memanusiakan
manusia
sesuaidengan filsafat yang ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu
manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada di alam,
mengembangkan fitrah
manusia
untuk
mengembangkan
potensinya,
mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan
dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, dari mana
asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam
hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat
mendasar di dalam filsafat pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
2AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1997, Cet.III, hal.
27.
1.
2.
Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?
Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk ala
miah dan sosial?
3.
Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk
social.
2.
Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai
makhluk alamiah dan social.
3.
Untuk menegtahui hubungan antar manusia sebagai insane
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia
tidak bisa lepas dari alam. Manusia
membutuhkan alam untuk
hidup. Sebagai
contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita juga
menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk
melangsungkan
kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa
yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar,
otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya3.
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki
kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia
yang
lain.
Dalam
hidup bersama
dengan
sesamanya
(bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu,
mempunyai
dunia
dan
tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian
sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan
sesamanya. Melalui
hidup
dengan
sesamanyalah
manusia
akan
dapat
mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut
3http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan.html,
diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
manusia
sebagai
makhluk social
atau
makhluk
bermasyarakat
(Ernst
Cassirer,1987)4.
B.
Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.
Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri
sebagaimana makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukum
alamiah. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati,
ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (manusia mempunyai sifat tumbuh dan
berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan gerak, mempunyai nafsu,
insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia secara fisik
mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara
alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi5.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang
adadisekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang
lingkupalam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan
erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh
teknologi
yang
dimiliki
manusia.
Meskipun
terkadang
dalam
proses
pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan
satu samalainnya.
Pendidikan yang
didasari
oleh
tingkah
laku manusia di
alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu
sendiri.
Manusia dan
alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap
seper sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia
alamiah lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena
merekalebih berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah
disediakandi alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung
tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat belajar dan mempelajari
kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah yang
telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.
4Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006),
hal. 14
5Ibid.hal 16
Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang berbeda Antara
satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak persamaan,
namunsecara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri – sendiri.
Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah
manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi
dirinya.Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk
kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat kepribadiannya,
persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan pribadi lainnya, dan yang
sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi
yang
menjadi
kemampuan dari dirinya sendiri6.
Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya
masing – masing,
ingin mewujudkan
perkembangan
pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya.
jamannya
menurut
Dalam arti ia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi – potensi dan membuka kesempatan
dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul – betul ingin menjadi
orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap individu
akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya sehingga
membedakan dirinya dengan yang lainnya7.
Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang
barudan mengembangkan potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan
manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setia
plapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat
alamiahnya walaupun barangkali ia belum mencapainya.
Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat
di bagi – bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan “manusia adalah
makhluk alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan–akan
berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa
kemampuan
tertentu yang masing – masingnya bekerja tersendiri, seperti
6http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada
Jumat, 27 Maret 2015.
7Uyoh Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27
halnyaada yang disebut kemampuan –kemampuan
vegetatif,
seperti
makan,
berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan sensitif
seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut
kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan8.
Descartes pun menyatakan bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah
ditambah zat material yang masing – masingnya mempunyai peraturan –peraturan
tersendiri yang bertentangan. Kaum asosiasionis berpendapat bahwa jiwa
manusia terdiri atas unsur – unsur pengalaman sederhana yang lalu saling
disambungkan
secara mekanis. Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa
kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga denganse
luruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita
amatitersebut dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan
kitasebagai manusia alamiah pada waktu itu.
Manusia merupakan makhluk alamiah yang tidak hanya memiliki arti
bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa
manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut
corak
setiap
kepribadiaannya
termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu, manusia juga tidak lepas
dari kehidupan di lingkungannya yang mana manusia membutuhkan manusia
lainnya. Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya
untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai peranan
dalam
kelompoknya
yang
anggotalainnya. Kelompok
memperoleh
sesuatu
itu
bagi
memiliki hubungan
tidak
dirinya
hanya
sendiri,
timbal
memiliki
balik
dengan
kesempatan
tetapi ia juga
untuk
mambutuhkan
sumbangan dari oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran
manusiatentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta
bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan
manusia yang belajar mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki
tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya.
Manusia belajar menyesuaikan dirinya dengan norma – norma yang sudah
8Ibid.
terbentuk didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma –
norma yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan
– keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya9.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah
adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial
lainnya. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinyasendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya.
Manusia sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan bahwa tidak
pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan
oranglain.
Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau
mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, beinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku
serta bekerja sama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan
yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih “lemah” daripada
wujud sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu
nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib
mengayomi individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
9Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet.III,
hal. 29.
Ini merupakan salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan
manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interpendensi.
Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat
dan warga
negara. Hidup dalam
hubungan interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti
positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilanilai sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan
yang
luhur
yang
mencerminkan
sikapdan
suasana
kekeluargaan
serta
kegotongroyongan.
Tidak
hanya
terbatas
pada
segi
badaniah
saja,
manusia
juga
mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih
sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas
dan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu
sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia
hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak
dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut
memberi penekanan
bahwa
pendidikan
memberikan
kontribusi
bagi
pembentukkan pribadiseseorang.
Dengan demikian manusia sebagai
makhluk
social
berarti
bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam
hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksisocial.
Mariyati dan Suryawati (2003), menyatakan bahwa “interaksi social adalah
kontak
atau
hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok
atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat
Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah hubungan antar manusia
yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social”.
“interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai, dan saling mendukung ” (Siagian, 2004). Interaksi
social adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi
satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun
antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya kontak sosial dan
komunikasi.
C.
Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan
pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan
kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya
dalam perilaku sehari-hari. Dalam peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah
menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga
hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk mempertanggung jawabkan
kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya10.
Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan.
Adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam
dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau
kepribadiannya, seorang manusia tidak mungkin bisa memerankan arti dan
fungsinya sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang manusia tidak
mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa
potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang
10Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979)
hal.25
tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan,
sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan
hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan mulai
dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada
cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah),
menurut kemampuan konseptik-rasional11.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan
pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan
menolong dri sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian alam agar
tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan kata lain, pematangan diri adalah
bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi semakin
arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang menjadi
bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya
seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara
kodrati melekat pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap
kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat,
bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan
kasualitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan,
manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa
disebut juga dengan “homo educandum”. Manusia dipanggil sebagai homo
educandum karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia
memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap setiap individu12.
Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya tiga subpredikat
lainnya, yaitu homo educandee also (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk
yang dapat dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu,
11Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal 27.
12http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/manusia-sebagai-homoeducandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
pendidikan bagi manusia sangat penting, karena pendidikan tersebut merupakan
salah satu usaha dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan
manusia13.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
pendidikan diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk
membuat perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia
mewujudkan dirinya sebagai makhluk berpendidikan.
Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar
potensi kodrat cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk
dididik, mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.
13Ibid.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial: Manusia
diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak bisa lepas
dari alam.Manusia juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia
memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia yang lain.
2. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana manusia
tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada
kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut sebagai makhluk
social. Manusia sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara
hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia
memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting
dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk
alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.
3. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan : antara manusia dan
pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak
ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka Rihlah.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Wikepedia,
(Online)
dalam
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/
hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Wikepedia, (Online) dalam http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia
-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi: Cipta Utama.
Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan bintang.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,).
Wikepedia, (Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/
manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret
2015.