179304833 ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM docx
ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasar pada hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut : perkembangon
ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju terlalu cepat: pendidikan merupakan proses
transisi dan (baik yang belajar maupun yang mengajar) dalam keadaan terbatas
kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi. Atas dasar hal ini,
maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang rnerupakan suatu masalah
pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara
lain pendekatan-pendekatan atas dasar keperluan masyarakat dan pendekatan atas dasar
keperluan pribadi. Untuk merealisasikannya maka diperlukan suatu model pengembongan
kurikulum serta analisis dan perkembangan kurikulum baik dan sisi kekurangannya maupun
dari sisi kelebihan kurikulum tersebut.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang
teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan model atau konstruksi merupakan ulasan teoretis
tentang suatu konsep dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan
ulasan teoretis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
hanya mencakup salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan
tentang suatu proses kurikulum, tetapi ada pula yang hanya menekankan pada mekanisme
pengembangannya saja, dan itu pun hanya pada uraian tentang pengembangan organisasinya.
BAB II
ANALIS1S KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM
A. Definisi Kurikulum
Ditinjau dari asal katanya, kurikutum berasal dan bahasa Yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang OIah Raga, yaitu kata Currere yang berarti jarak yang ditempuh,
dalam kegiatan tali tentu ada jarak yang ditempuh mulai dan start sampai dengan finish, jarak
tersebut disebut dengan Currere. Atas dasar tersebut pengertian Kurikulum ditetapkan dalom
bidang Pendidikan.
Dalam dunia pendidikan Kurikulum dapat diartikan segala aktivitas dan kegiatan belajar
yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di
dalam maupun di luar sekolah. Atas dasar itu secara oprasional Kurikulum dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1.
Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu
sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2.
Bahan tertulis yang digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran.
3.
Suatu Usaha untuk menyampaikan asas dan ciri penting dari rencana pendidikan
sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.
4.
Tujuan pengajaran, Pengalaman belajar, alat-atat belajar dan cara Penilaian
yang direncanakan dan digunakan guru di sekolah.
5.
Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Definisi di atas dapat dikiasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu :
Kurikutum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah.
Kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.
B. Macam-Macam Kurikulum
1.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada isi atau
materi yang berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi yang
diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan. Dan standar yang digunakan dalam kurikulum
ini adalah standar akademis yang ditetapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.
Dalam kurikulum ini berbasis konten, sehingga peseta didik dipandang sebagai kertas
putih yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu pengetahuan (Transfer Of Know
ledge). Dengan demikian gurulah yang lebih aktif dibandingkan dengan muridnya sebab guru
merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.
Pengembangan Kurikulum dilaksanakan secara sentralisasi, sehingga Departemen
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) memonopoli pengembangan ide dan konsep kurikulum.
Dengan demikian masyarakat tidak menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum 1994.
2.
Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK)
Kompetensi merupakan perpaduan dan pengetahuan, keterampilan, nilal dan sikap yang
direfteksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon ( 1988 : 109 ) menjelaskan
beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a) Pengetahuan (Knowledge)
b) Pemahaman (Understanding)
c) Kemampuan (Skill)
d) Nilal (Value)
e) Sikap (attitude)
f) Minat ( Intersert)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi di atas Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK )
dapat diartikan sebagai suatu konsep Kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (Kompetensi) tugas-tugas dengan standar performans tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.
Sedikitnya ada tujuh asumsi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK),
ketujuh asumsi tersebut adalah :
Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu
melakukon proses pembelajaran secara optimal.
Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata pelajaran dan
pengalaman.
guru.
Peserta didik bukanlah kertas putih/kosong yang dapat diisi dengan sekehendak
Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran yang diisi dengan kompetensi-
kompetensi potensial.
Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan sarana dan
prasarana untuk menggali potensi.
3.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)
KTSP merupakan singkatan dan Kunikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Perididikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan dibawah supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab dibidang pendidikan di SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA seria SMK. Dengan demikian
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum Oprasional yang di susun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada sebuah pendidikan sekolah dan
daerah masing-mosing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah dan dewan pendidikan akan
sangat bersahabat dengan kurikulum tersebut. Diasumsikan demikian karena mereka terlibat
Iangsung dan guru yang akan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sehingga
memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran baik kekuatan, kelemahan,
tantangan dan juga peluang.
C. Dampak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Dampak Positif
Dampak positif dari KTSP ini berdampak bagi guru dan siswa itu sendiri
Dampak positif bagi guru :
- Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran atau proses belajar mengajar (PBM)
- Menghemat waktu atau waktu yang digunakan lebih efektif.
- Dengan media KTSP yang simple mudah digunakan dalam praktek demonstrasi.
Dampak Positif bagi siswa:
- Menerima pelajaran dari guru lebih cepat di tangkap oleh siswa.
- Siswa lebih aktif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
2. Dampak Negatif.
Dampak negatif dari KTSP ini dapat berdampak terhadap Guru dan Siswa yaitu :
Dampak Negatif bagi guru :
Guru kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar atau guru akan merasa santai
dalam PBM.
Kurang fokusnya guru dalam mengajar.
Dampak Negatif Bagi Siswa
Siswa merasa kurang jelas dari materi yang disajikan oleh guru.
D. Perbedaan Kurikutum 1994, KBK, dan KTSP.
Dalam perubahan kurikulum pasti memiliki perbedaan-perbedaan. Namun perubahan
yang paling banyak terdapat perbedaan dari kurikulum ini adalah kurikulum 1994 dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau pun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Sebab dalam KBK dan KTSP hanya sedikit yang membedakan adalah dalam
Kunikulum KBK alokasi waktu untuk semua mata pelajaran lebih panjang sedangkan untuk
KTSP alokasi waktu yang digunakan terbagi-bagi, yakni untuk mata pelajaran di Ujian
Nasionat (UN) akan lebih panjang sedangkan untuk Ujian Akhir Skolah/Madrasah
(UAS/UAM) dipendekan.
Untuk perbandingan kurikulum antara kurikulum 1994 dengan kurikulum KBK adalah
sebagai berikut :
No
Kurikulum 1994
KBK
1.
Menggunakan pendekatan penguasaan
ilmu pengetahuan, yang menekankan
pada sisi atau materi, berupa pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi yang diambil
dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
2.
Standar akademis yang diterapkan Standar kompetensi yang memperhsecara secara seragam bagi setiap atikan perbedaan individu, baik
peserta didik.
kemampuan, kecepatan belajar,
maupun konteks sosial budaya.
3.
4.
5.
6.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi
tertentu disekolah, yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ada di
masyarakat.
Berbasis konten, sehingga peserta
didik dipandang sebagai kertas putih
yang perlu ditulisi dengan sejumlah
ilmu pengetahuan. (transrer of
knowledge)
Berbasis kompetensi, sehingga peserta
didik
berada
dalam
prosesperkembangan
yang
berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan
sesuai dengan kesempatan belajar
yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara
sentralisasi,
sehingga
DEPDIKNAS memonopoli perkembangan ide dan konsepsi kurikulum.
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara
desentralisasi,
sehingga
pemerintah
dan
masyarakat
bersama-sama menentukan standar
pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum
Materi yang dikembangkan dan
diajarkan disekolah seringkali tidak
sesuai dengan potensi sekolah
kebutuhan dan kemampuan peserta
didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.
Sekolah diberikan keleluasaan untuk
menyusun dan mengembangkan
silabus mata pelajaran sehingga
dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar sekolah.
Guru merupakan kurikulum yang Guru sebagai fasilitator yang bermenentukan segala sesuatu yang tugas mengkonsidikan lingkungan
terdadi di dalam kelas
untuk memberikn kemudahan bela-
jar peserta didik.
7.
Pengetahuan, keterampilan dan sikap Pengetahuan, keterampilan dan sidikembangkan melalui latihan, seperti kap dikembangkan berdasarkan pelatihan mengerjakan soal.
mahaman yang akan membentuk
kompetensi individual.
8.
Pembelajaran cenderung hanya dila- Pembelajaran yang dilakukan menkukan di dalam kelas, atau dibatasi dorong terjadinya kerja sama antara
oleh 4 dinding kelas.
sekolah, masyarakat dan dunia kerja
dalam
membentuk
kompetensi
peserta didik.
9.
Evaluasi Nasional yang tidak dapat Evaluasi berbasis kelas, yang
menyentuh aspek-aspek kepribadian menekankan pada proses dan hasil
peserta didik.
belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum
merupakan alat penting dalam proses pendidikan, sebagai alat yang penting untuk mencapai
tujuan. Kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatori dan adaptif terhadap
perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana yang ada di negara ini. Kurikulum seringkali berubah-ubah misalnya dari
kurikulum 1994 berganti ke Kurikuum Berbasis Kompetensi di tahun 2004. dan di tahun
2006 kini berganti kurikulum yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perubahan
Kurikulum disebabkan adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil kurikulum yang
telah/sedang terjadi dan adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam
dua periode.
Kurikulum yang ada di negara ini ada yang bersifat positif dan bersifat negatif baik guru
sendiri maupun bagi siswanya. Sebagaimana yang tertulis dalam makalah ini pada bab II.
http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/analisis-kekurangan-dan-kelebihan.html
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(COMPETENCY BASED CURRICULUM)
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(COMPETENCY BASED CURRICULUM)
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan
yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara
dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya
masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama
berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Dirjen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Departemen
Pendidikan Nasional (2000) pernah mengungkapkan bahwa salah
satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan
di tanah air adalah kurangnya perh`tian pada autput (lulusan).
Standarisasi kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru,
sarana
dan
fasilitas
sekolah
merupakan
wujud
kendali
pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung
di dalam sistem. Akan tetapi standart kompetensi apa yang harus
dikuasai oleh seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar, belum mendapat perhatian semestinya.
Dalam pendidikan terdapat dua jenis standar, yaitu standar
akademis (academic content standards) dan standar kompetensi
(performance standards) (Mulyasa, 2002:24). Standar akademis
merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan esensial setiap
disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik.
Sedangkan standar kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses
atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik
sebagai penerapan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah
dipelajarinya.
Dengan
demikian,
standar
akademis
bisa
samauntuk seluruh peserta didik, tetapi standar kompetensi bisa
berbeda.
Dalam
memasuki
rangka
era
ketidakpastian,
mempersiapkan
globalisasi
yang
diperlukan
pendidikan
lulusan
penuh
pendidikan
tantangan
yang
dan
dirancang
berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan
tersebut
pemerintah
memprogramkan
kurikulum
berbasis
kompetensi (KBK) atau (Competency Based Curriculum) sebagai
acuan
dan
pedoman
mengembangkan
ketrampilan,
dan
bagi
berbagai
sikap)
pelaksanaan
ranah
dalam
pendidikan
pendidikan
seluruh
untuk
(pengetahuan,
jenjang
dan
jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
C. PEMBAHASAN
1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Kompetensi
merupakan
perpaduan
dari
pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (1981:45)
mengemukakan
bahwa
kompetensi
sebagai
pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton dalam
Mulyasa (1979:222) mengartikan kompetensi sebagai penguasan
terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dengan demikian
terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari
peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan
oleh dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang
baik antara pendidikan dan dunia kerja, terutama dalam
mengidentifikasi
dan
menganalisis
kompetensi
yang
perlu
diajarkan kepada peserta didik di sekolah.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
KBK
diarahkan
untuk
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik
agar
dapat
melakukan
sesuatu
dalam
bentuk
kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
KBK
kompetensi
memfokuskan
tertentu
oleh
pada
pemerolehan
peserta
didik.
kompetensi-
Oleh
karena
itu
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembalajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya
dapat
diamati
dalam
bentuk
perilaku
atau
ketrampilan peserta didik sabagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta
didik
menguasai
sekurang-kurangnya
tingkat
kompetensi
minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah
ditetpkan.
KBK juga menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk
melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak
dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua
masalah pendidikan, namun dapat memberikan sumbangan yang
cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan.
2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum
berbasis kompetensi, yaitu:
a. Adanya
pergeseran
dari
pembelajaran
kelompok
ke
arah
pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap
peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan
kdmampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada
orang lain. Untuk itu diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel,
baik sarana maupun waktu karena dimungkinkan peserta didik
belajar dengan kecepatan yang berbeda, serta mempelajari
bahan ajar yang berbeda pula.
b. Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau
belajar sebagi penguasaan (learning for mastery) adalah suatu
falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sitem
bembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapt mempelajari
semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Bloom dalm
Hall (1986) menyatakan bahwa “sebagian besar peserta didik
dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas
pemnelajaran dalah mengkondisikan lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik menguasai bahan pembelajaran
yang diberikan.
c. Pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall
(1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang
cukup. Jika asumsi tersebut diterima maka perhatian harus
dicurahkan kepda waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
Dalam hal ini, perbedaan antara peserta didik yang pandai
dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu,
peserta didik yang kurang memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mempelajari sesuatu atau memecahkan suatu masalah,
sementara yang pandai bisa lebih cepat melakukannya.
3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Depdiknas (2002) melukiskan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) sebagai berikut:
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan
berbagai
perkembangan
serta
perubahan
yang
sedang
berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur. Keimanan, nilai-nilai,
dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi
masyarakat
sangat
berpengaruh
terhadap
sikap
dan
arti
kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali,
dipahami,
dan
diamalkan
oleh
peserta
didik
melalui
pengembangan KBK.
b. Penguatan
integritas
memperhatikan
nasional.
penguatan
Pengembangan
integritas
KBK
nesional
harus
melalui
pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat
Indonesia
yang
majemuk
dan
kemajuan
peradaban
dalam
tatanan kehidupan dunia yang multikultural dan multibahasa.
c. Keseimbangan
Pengembangan
etika,
KBK
logika,
perlu
estetika,
dan
memperhatikan
kinestetika.
keseimbangan
pengalaman belajar peserta didik antara etika, logika, estetika,
dan kinestetika.
d. Kesamaan memperoleh kesempatan. Pengembangan KBK harus
menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perlu
diutamakan dalam pengembnagan kurikulum. Seluruh peserta
didik dari berbagai kelompok berhak menerima pendidikan yang
tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
e. Abad pengetahuan dan teknologi informasi. Kurikulum perlu
mengembangkan
kemampuan
berfikir
dan
belajar
dengan
mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubahdan penuh ketidakpastian, yang
merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
f. Pengembangan ketrampilan untuk hidup. Pengembangan KBK
perlu memasukkan unsur ketrampilan untuk hidup agar peserta
didik
memiliki
ketrampilan,
sikap,
dan
perilaku
adaptif,
kooperatf, dalam menghadapi tantangan dan tuntunan kehidupan
sehari-hari secara efektif.
g. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlang sepanjang hidup
manusia untuk mengembangkan, menambahkan kesadaran, dan
selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah di berbagai
bidang.
Oleh
karena
itu,
pengembangan
KBK
perlu
memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dpat
dilakukan melalui pendidikan formal dan non-formal, serta
pendidikan
alternatif
yang
diselenggarakan
baik
oleh
pemerinyah maupun masyarakat.
h. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif.
Pengembangan
KBK
harus
berupaya
memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan
menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya. Penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
menjadi
sangat
penting
dalam
rangka
pencapaian
upaya
tersebut.
i. Pendekatan
menyeluruh
dan
kemitraan.
Pendekatan
yang
digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus
berfokus pada kebutuan peserta didik yang bervariasi dan
mengintegrasikan
pencapaian
berbagai
pengalaman
disiplin
belajar
ilmu.
menuntut
Keberhasilan
kemitraan
dan
tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekola, orang
tua,
perguruan
tinggi,
dunia
usaha
dan
industri,
serta
masyarakat pada umumnya.
5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Pengembangan
(KBK) memiliki
kurikulum
beberapa
model-model lain, seperti:
kelebihan
berbasis
kompetensi
dibandingkan
dengan
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah,
yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.
Standar kompetensi yang memperhatika perbedaan individu,
baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial
budaya sehingga peserta didik lebih bisa mandiri dan tidak
tergantung dengan orang lain.
Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam
proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, baik pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan
sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
Pengembangan
sehingga
menentukan
kurikulum
dilakuan
pemerintah
dan
standar
pendidikan
secara
masyarakat
yang
desentralisasi,
bersama-sama
dituangkan
dalam
kurikulum.
Sekolah
diberi
mengembangkan
keleluasaan
silabus
mata
untuk
menyusun
dan
pelajaran
sehingga
dapat
mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru
sebagai
fasilitator
yang
bertugas
mengkondisikan
lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik.
Pengetahuan,
ketrampilan,
dan
sikap
yang
dikembangkan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerjasama
antara sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk
kompetensi peserta didik.
Evaluasi berbasis kelas, yang memekankan pada proses dan
hasil belajar.
Pengembangan
kurikulum
berbasis
kompetensi
(KBK) memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
KBK
lebih
menekankan
pada
kemampuan
(kompatensi)
melakukan sesuatu, sehingga pendekatan ilmu pengetahuan
y`ng
lebih
menekankan
pada
isi
atau
materi
berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis dan evaluasi
hasil belajar kurang diperhatikan.
Adanya
pergeseran
dari
pembelajaran
kelompok
ke
arah
pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap
peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan
kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada
orang lain, sehingga interaksi sosial antar peserta didik kurang
terlihat.
Kurangnya
guru
yang
berkualitas
dan
profesional
untuk
melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
D. KESIMPULAN
1. kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai
konsep
kurikulum
kemampuan
yang
melakukan
menekankan
pada
(kompetensi)
pengembangan
tugas-tugas
dengan
standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
2. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum
berbasis
kompetensi,
pembelajaran
kelompok
yaitu:
ke
adanya
arah
pergeseran
pembelajaran
dari
individual,
pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau
belajar sebagi penguasaan (learning for mastery), pendefinisian
kembali terhadap bakat.
3. Pengembangan
KBK
perlu
memperhatikan
dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Keimanan,
nilai, dan budi pekerti luhur, Penguatan integritas nasional,
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, Kesamaan
memperoleh kesempatan, Abad pengetahuan dan teknologi
informasi, pengembangan ketrampilan untuk hidup, belajar
sepanjang hayat, berpusat pada anak dengan penilaian yang
berkelanjutan dan komprehensif, pendekatan menyeluruh dan
kemitraan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar.
2008. Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa,
E.
2008. Kurikulum
Berbasis
Kompetensi,
Konsep,
Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan
Pembalajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/06/kurikulum-berbasis-kompetensi.html
KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasar pada hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut : perkembangon
ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju terlalu cepat: pendidikan merupakan proses
transisi dan (baik yang belajar maupun yang mengajar) dalam keadaan terbatas
kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi. Atas dasar hal ini,
maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang rnerupakan suatu masalah
pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara
lain pendekatan-pendekatan atas dasar keperluan masyarakat dan pendekatan atas dasar
keperluan pribadi. Untuk merealisasikannya maka diperlukan suatu model pengembongan
kurikulum serta analisis dan perkembangan kurikulum baik dan sisi kekurangannya maupun
dari sisi kelebihan kurikulum tersebut.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang
teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan model atau konstruksi merupakan ulasan teoretis
tentang suatu konsep dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan
ulasan teoretis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
hanya mencakup salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan
tentang suatu proses kurikulum, tetapi ada pula yang hanya menekankan pada mekanisme
pengembangannya saja, dan itu pun hanya pada uraian tentang pengembangan organisasinya.
BAB II
ANALIS1S KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM
A. Definisi Kurikulum
Ditinjau dari asal katanya, kurikutum berasal dan bahasa Yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang OIah Raga, yaitu kata Currere yang berarti jarak yang ditempuh,
dalam kegiatan tali tentu ada jarak yang ditempuh mulai dan start sampai dengan finish, jarak
tersebut disebut dengan Currere. Atas dasar tersebut pengertian Kurikulum ditetapkan dalom
bidang Pendidikan.
Dalam dunia pendidikan Kurikulum dapat diartikan segala aktivitas dan kegiatan belajar
yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di
dalam maupun di luar sekolah. Atas dasar itu secara oprasional Kurikulum dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1.
Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu
sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2.
Bahan tertulis yang digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran.
3.
Suatu Usaha untuk menyampaikan asas dan ciri penting dari rencana pendidikan
sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.
4.
Tujuan pengajaran, Pengalaman belajar, alat-atat belajar dan cara Penilaian
yang direncanakan dan digunakan guru di sekolah.
5.
Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Definisi di atas dapat dikiasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu :
Kurikutum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah.
Kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.
B. Macam-Macam Kurikulum
1.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada isi atau
materi yang berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi yang
diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan. Dan standar yang digunakan dalam kurikulum
ini adalah standar akademis yang ditetapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.
Dalam kurikulum ini berbasis konten, sehingga peseta didik dipandang sebagai kertas
putih yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu pengetahuan (Transfer Of Know
ledge). Dengan demikian gurulah yang lebih aktif dibandingkan dengan muridnya sebab guru
merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.
Pengembangan Kurikulum dilaksanakan secara sentralisasi, sehingga Departemen
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) memonopoli pengembangan ide dan konsep kurikulum.
Dengan demikian masyarakat tidak menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum 1994.
2.
Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK)
Kompetensi merupakan perpaduan dan pengetahuan, keterampilan, nilal dan sikap yang
direfteksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon ( 1988 : 109 ) menjelaskan
beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a) Pengetahuan (Knowledge)
b) Pemahaman (Understanding)
c) Kemampuan (Skill)
d) Nilal (Value)
e) Sikap (attitude)
f) Minat ( Intersert)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi di atas Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK )
dapat diartikan sebagai suatu konsep Kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (Kompetensi) tugas-tugas dengan standar performans tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.
Sedikitnya ada tujuh asumsi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK),
ketujuh asumsi tersebut adalah :
Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu
melakukon proses pembelajaran secara optimal.
Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata pelajaran dan
pengalaman.
guru.
Peserta didik bukanlah kertas putih/kosong yang dapat diisi dengan sekehendak
Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran yang diisi dengan kompetensi-
kompetensi potensial.
Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan sarana dan
prasarana untuk menggali potensi.
3.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)
KTSP merupakan singkatan dan Kunikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Perididikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan dibawah supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab dibidang pendidikan di SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA seria SMK. Dengan demikian
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum Oprasional yang di susun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada sebuah pendidikan sekolah dan
daerah masing-mosing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah dan dewan pendidikan akan
sangat bersahabat dengan kurikulum tersebut. Diasumsikan demikian karena mereka terlibat
Iangsung dan guru yang akan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sehingga
memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran baik kekuatan, kelemahan,
tantangan dan juga peluang.
C. Dampak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Dampak Positif
Dampak positif dari KTSP ini berdampak bagi guru dan siswa itu sendiri
Dampak positif bagi guru :
- Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran atau proses belajar mengajar (PBM)
- Menghemat waktu atau waktu yang digunakan lebih efektif.
- Dengan media KTSP yang simple mudah digunakan dalam praktek demonstrasi.
Dampak Positif bagi siswa:
- Menerima pelajaran dari guru lebih cepat di tangkap oleh siswa.
- Siswa lebih aktif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
2. Dampak Negatif.
Dampak negatif dari KTSP ini dapat berdampak terhadap Guru dan Siswa yaitu :
Dampak Negatif bagi guru :
Guru kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar atau guru akan merasa santai
dalam PBM.
Kurang fokusnya guru dalam mengajar.
Dampak Negatif Bagi Siswa
Siswa merasa kurang jelas dari materi yang disajikan oleh guru.
D. Perbedaan Kurikutum 1994, KBK, dan KTSP.
Dalam perubahan kurikulum pasti memiliki perbedaan-perbedaan. Namun perubahan
yang paling banyak terdapat perbedaan dari kurikulum ini adalah kurikulum 1994 dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau pun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Sebab dalam KBK dan KTSP hanya sedikit yang membedakan adalah dalam
Kunikulum KBK alokasi waktu untuk semua mata pelajaran lebih panjang sedangkan untuk
KTSP alokasi waktu yang digunakan terbagi-bagi, yakni untuk mata pelajaran di Ujian
Nasionat (UN) akan lebih panjang sedangkan untuk Ujian Akhir Skolah/Madrasah
(UAS/UAM) dipendekan.
Untuk perbandingan kurikulum antara kurikulum 1994 dengan kurikulum KBK adalah
sebagai berikut :
No
Kurikulum 1994
KBK
1.
Menggunakan pendekatan penguasaan
ilmu pengetahuan, yang menekankan
pada sisi atau materi, berupa pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi yang diambil
dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
2.
Standar akademis yang diterapkan Standar kompetensi yang memperhsecara secara seragam bagi setiap atikan perbedaan individu, baik
peserta didik.
kemampuan, kecepatan belajar,
maupun konteks sosial budaya.
3.
4.
5.
6.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi
tertentu disekolah, yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ada di
masyarakat.
Berbasis konten, sehingga peserta
didik dipandang sebagai kertas putih
yang perlu ditulisi dengan sejumlah
ilmu pengetahuan. (transrer of
knowledge)
Berbasis kompetensi, sehingga peserta
didik
berada
dalam
prosesperkembangan
yang
berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan
sesuai dengan kesempatan belajar
yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara
sentralisasi,
sehingga
DEPDIKNAS memonopoli perkembangan ide dan konsepsi kurikulum.
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara
desentralisasi,
sehingga
pemerintah
dan
masyarakat
bersama-sama menentukan standar
pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum
Materi yang dikembangkan dan
diajarkan disekolah seringkali tidak
sesuai dengan potensi sekolah
kebutuhan dan kemampuan peserta
didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.
Sekolah diberikan keleluasaan untuk
menyusun dan mengembangkan
silabus mata pelajaran sehingga
dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar sekolah.
Guru merupakan kurikulum yang Guru sebagai fasilitator yang bermenentukan segala sesuatu yang tugas mengkonsidikan lingkungan
terdadi di dalam kelas
untuk memberikn kemudahan bela-
jar peserta didik.
7.
Pengetahuan, keterampilan dan sikap Pengetahuan, keterampilan dan sidikembangkan melalui latihan, seperti kap dikembangkan berdasarkan pelatihan mengerjakan soal.
mahaman yang akan membentuk
kompetensi individual.
8.
Pembelajaran cenderung hanya dila- Pembelajaran yang dilakukan menkukan di dalam kelas, atau dibatasi dorong terjadinya kerja sama antara
oleh 4 dinding kelas.
sekolah, masyarakat dan dunia kerja
dalam
membentuk
kompetensi
peserta didik.
9.
Evaluasi Nasional yang tidak dapat Evaluasi berbasis kelas, yang
menyentuh aspek-aspek kepribadian menekankan pada proses dan hasil
peserta didik.
belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum
merupakan alat penting dalam proses pendidikan, sebagai alat yang penting untuk mencapai
tujuan. Kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatori dan adaptif terhadap
perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana yang ada di negara ini. Kurikulum seringkali berubah-ubah misalnya dari
kurikulum 1994 berganti ke Kurikuum Berbasis Kompetensi di tahun 2004. dan di tahun
2006 kini berganti kurikulum yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perubahan
Kurikulum disebabkan adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil kurikulum yang
telah/sedang terjadi dan adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam
dua periode.
Kurikulum yang ada di negara ini ada yang bersifat positif dan bersifat negatif baik guru
sendiri maupun bagi siswanya. Sebagaimana yang tertulis dalam makalah ini pada bab II.
http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/analisis-kekurangan-dan-kelebihan.html
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(COMPETENCY BASED CURRICULUM)
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(COMPETENCY BASED CURRICULUM)
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan
yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara
dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya
masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama
berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Dirjen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Departemen
Pendidikan Nasional (2000) pernah mengungkapkan bahwa salah
satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan
di tanah air adalah kurangnya perh`tian pada autput (lulusan).
Standarisasi kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru,
sarana
dan
fasilitas
sekolah
merupakan
wujud
kendali
pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung
di dalam sistem. Akan tetapi standart kompetensi apa yang harus
dikuasai oleh seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar, belum mendapat perhatian semestinya.
Dalam pendidikan terdapat dua jenis standar, yaitu standar
akademis (academic content standards) dan standar kompetensi
(performance standards) (Mulyasa, 2002:24). Standar akademis
merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan esensial setiap
disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik.
Sedangkan standar kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses
atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik
sebagai penerapan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah
dipelajarinya.
Dengan
demikian,
standar
akademis
bisa
samauntuk seluruh peserta didik, tetapi standar kompetensi bisa
berbeda.
Dalam
memasuki
rangka
era
ketidakpastian,
mempersiapkan
globalisasi
yang
diperlukan
pendidikan
lulusan
penuh
pendidikan
tantangan
yang
dan
dirancang
berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan
tersebut
pemerintah
memprogramkan
kurikulum
berbasis
kompetensi (KBK) atau (Competency Based Curriculum) sebagai
acuan
dan
pedoman
mengembangkan
ketrampilan,
dan
bagi
berbagai
sikap)
pelaksanaan
ranah
dalam
pendidikan
pendidikan
seluruh
untuk
(pengetahuan,
jenjang
dan
jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
C. PEMBAHASAN
1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Kompetensi
merupakan
perpaduan
dari
pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (1981:45)
mengemukakan
bahwa
kompetensi
sebagai
pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton dalam
Mulyasa (1979:222) mengartikan kompetensi sebagai penguasan
terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dengan demikian
terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari
peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan
oleh dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang
baik antara pendidikan dan dunia kerja, terutama dalam
mengidentifikasi
dan
menganalisis
kompetensi
yang
perlu
diajarkan kepada peserta didik di sekolah.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
KBK
diarahkan
untuk
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik
agar
dapat
melakukan
sesuatu
dalam
bentuk
kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
KBK
kompetensi
memfokuskan
tertentu
oleh
pada
pemerolehan
peserta
didik.
kompetensi-
Oleh
karena
itu
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembalajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya
dapat
diamati
dalam
bentuk
perilaku
atau
ketrampilan peserta didik sabagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta
didik
menguasai
sekurang-kurangnya
tingkat
kompetensi
minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah
ditetpkan.
KBK juga menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk
melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak
dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua
masalah pendidikan, namun dapat memberikan sumbangan yang
cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan.
2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum
berbasis kompetensi, yaitu:
a. Adanya
pergeseran
dari
pembelajaran
kelompok
ke
arah
pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap
peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan
kdmampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada
orang lain. Untuk itu diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel,
baik sarana maupun waktu karena dimungkinkan peserta didik
belajar dengan kecepatan yang berbeda, serta mempelajari
bahan ajar yang berbeda pula.
b. Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau
belajar sebagi penguasaan (learning for mastery) adalah suatu
falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sitem
bembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapt mempelajari
semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Bloom dalm
Hall (1986) menyatakan bahwa “sebagian besar peserta didik
dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas
pemnelajaran dalah mengkondisikan lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik menguasai bahan pembelajaran
yang diberikan.
c. Pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall
(1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang
cukup. Jika asumsi tersebut diterima maka perhatian harus
dicurahkan kepda waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
Dalam hal ini, perbedaan antara peserta didik yang pandai
dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu,
peserta didik yang kurang memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mempelajari sesuatu atau memecahkan suatu masalah,
sementara yang pandai bisa lebih cepat melakukannya.
3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Depdiknas (2002) melukiskan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) sebagai berikut:
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan
berbagai
perkembangan
serta
perubahan
yang
sedang
berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur. Keimanan, nilai-nilai,
dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi
masyarakat
sangat
berpengaruh
terhadap
sikap
dan
arti
kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali,
dipahami,
dan
diamalkan
oleh
peserta
didik
melalui
pengembangan KBK.
b. Penguatan
integritas
memperhatikan
nasional.
penguatan
Pengembangan
integritas
KBK
nesional
harus
melalui
pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat
Indonesia
yang
majemuk
dan
kemajuan
peradaban
dalam
tatanan kehidupan dunia yang multikultural dan multibahasa.
c. Keseimbangan
Pengembangan
etika,
KBK
logika,
perlu
estetika,
dan
memperhatikan
kinestetika.
keseimbangan
pengalaman belajar peserta didik antara etika, logika, estetika,
dan kinestetika.
d. Kesamaan memperoleh kesempatan. Pengembangan KBK harus
menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perlu
diutamakan dalam pengembnagan kurikulum. Seluruh peserta
didik dari berbagai kelompok berhak menerima pendidikan yang
tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
e. Abad pengetahuan dan teknologi informasi. Kurikulum perlu
mengembangkan
kemampuan
berfikir
dan
belajar
dengan
mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubahdan penuh ketidakpastian, yang
merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
f. Pengembangan ketrampilan untuk hidup. Pengembangan KBK
perlu memasukkan unsur ketrampilan untuk hidup agar peserta
didik
memiliki
ketrampilan,
sikap,
dan
perilaku
adaptif,
kooperatf, dalam menghadapi tantangan dan tuntunan kehidupan
sehari-hari secara efektif.
g. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlang sepanjang hidup
manusia untuk mengembangkan, menambahkan kesadaran, dan
selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah di berbagai
bidang.
Oleh
karena
itu,
pengembangan
KBK
perlu
memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dpat
dilakukan melalui pendidikan formal dan non-formal, serta
pendidikan
alternatif
yang
diselenggarakan
baik
oleh
pemerinyah maupun masyarakat.
h. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif.
Pengembangan
KBK
harus
berupaya
memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan
menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya. Penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
menjadi
sangat
penting
dalam
rangka
pencapaian
upaya
tersebut.
i. Pendekatan
menyeluruh
dan
kemitraan.
Pendekatan
yang
digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus
berfokus pada kebutuan peserta didik yang bervariasi dan
mengintegrasikan
pencapaian
berbagai
pengalaman
disiplin
belajar
ilmu.
menuntut
Keberhasilan
kemitraan
dan
tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekola, orang
tua,
perguruan
tinggi,
dunia
usaha
dan
industri,
serta
masyarakat pada umumnya.
5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
Pengembangan
(KBK) memiliki
kurikulum
beberapa
model-model lain, seperti:
kelebihan
berbasis
kompetensi
dibandingkan
dengan
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah,
yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.
Standar kompetensi yang memperhatika perbedaan individu,
baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial
budaya sehingga peserta didik lebih bisa mandiri dan tidak
tergantung dengan orang lain.
Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam
proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, baik pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan
sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
Pengembangan
sehingga
menentukan
kurikulum
dilakuan
pemerintah
dan
standar
pendidikan
secara
masyarakat
yang
desentralisasi,
bersama-sama
dituangkan
dalam
kurikulum.
Sekolah
diberi
mengembangkan
keleluasaan
silabus
mata
untuk
menyusun
dan
pelajaran
sehingga
dapat
mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru
sebagai
fasilitator
yang
bertugas
mengkondisikan
lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik.
Pengetahuan,
ketrampilan,
dan
sikap
yang
dikembangkan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerjasama
antara sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk
kompetensi peserta didik.
Evaluasi berbasis kelas, yang memekankan pada proses dan
hasil belajar.
Pengembangan
kurikulum
berbasis
kompetensi
(KBK) memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
KBK
lebih
menekankan
pada
kemampuan
(kompatensi)
melakukan sesuatu, sehingga pendekatan ilmu pengetahuan
y`ng
lebih
menekankan
pada
isi
atau
materi
berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis dan evaluasi
hasil belajar kurang diperhatikan.
Adanya
pergeseran
dari
pembelajaran
kelompok
ke
arah
pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap
peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan
kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada
orang lain, sehingga interaksi sosial antar peserta didik kurang
terlihat.
Kurangnya
guru
yang
berkualitas
dan
profesional
untuk
melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
D. KESIMPULAN
1. kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai
konsep
kurikulum
kemampuan
yang
melakukan
menekankan
pada
(kompetensi)
pengembangan
tugas-tugas
dengan
standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
2. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum
berbasis
kompetensi,
pembelajaran
kelompok
yaitu:
ke
adanya
arah
pergeseran
pembelajaran
dari
individual,
pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau
belajar sebagi penguasaan (learning for mastery), pendefinisian
kembali terhadap bakat.
3. Pengembangan
KBK
perlu
memperhatikan
dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Keimanan,
nilai, dan budi pekerti luhur, Penguatan integritas nasional,
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, Kesamaan
memperoleh kesempatan, Abad pengetahuan dan teknologi
informasi, pengembangan ketrampilan untuk hidup, belajar
sepanjang hayat, berpusat pada anak dengan penilaian yang
berkelanjutan dan komprehensif, pendekatan menyeluruh dan
kemitraan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar.
2008. Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa,
E.
2008. Kurikulum
Berbasis
Kompetensi,
Konsep,
Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan
Pembalajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/06/kurikulum-berbasis-kompetensi.html