Gaya Kepemimpinan pelatih olahraga dalam (7)

Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain:
a)

Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim

yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya
tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi
maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih
baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
b)

Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:

1) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke

bawah (top-down).
2) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau
hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.

c)

Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960),


dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam
dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu
tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak
perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan
bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan
menjadi empat macam yaitu:
1) Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d)

Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002)

mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.

2) Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
3) Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
e)


Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:

1)

Instruksi



Tinggi tugas dan rendah hubungan



Komunikasi sejarah



Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal




Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi

dengan ketat
2) Konsultasi


Tinggi tugas dan tinggi hubungan



Komunikasi dua arah



Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar

3) Parsitipatif



Tinggi hubungan rendah tugas



Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan

4) Delegasi


Rendah hubungan dan rendah tugas



Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan

masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan

f)

Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi,

liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1) Otoriter

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


Wewenang mutlak berada pada pimpinan



Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan



Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan




Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan



Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan

secara ketat


Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan



Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat



Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif




Lebih banyak kritik daripada pujian



Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat



Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat



Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman



Kasar dalam bersikap




Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

2) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


Wewenang pimpinan tidak mutlak



Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan



Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan




Komunikasi berlangsung timbal balik



Pengawasan dilakukan secara wajar



Prakarsa datang dari bawahan



Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan



Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif



Pujian dan kritik seimbang



Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing



Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar



Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak



Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai



Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama

3) Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:


Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan



Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan



Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan



Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan



Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku



Prakarsa selalu berasal dari bawahan



Hampir tiada pengarahan dari pimpinan



Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok



Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok



Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g)

Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan

dibedakan menjadi empat yaitu:
1) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas.
Motivasi dengan reward dan punishment.
2) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai

saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir
ada pada kelompok.
4) Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi
dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
D. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan yang Efektif
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan
sistem yang efektif. Seorang pemimpin

yang efektif adalah

seorang

pemimpin yang

dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan
bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain
menurut :
a)

Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :

1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan
dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta
kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5) Mengambil tindakan
b) Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama
mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c)

Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )

Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar
manusia ).
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal
orang lain dengan baik.
d)

Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )

Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain.
Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
2) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan
masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

E. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a.

Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu

bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan
berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta
mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan.
b.

Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan

yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.
c.

Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk

memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya.
Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.
e.

Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk

membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.
f.

Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar

pencapaian tujuan.
g.

Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan

pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas
kerja menjadi meningkat.

F. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks
dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan
dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi :
1.

Perencanaan dan Pengorganisasian

Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan
dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar.
Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan.
2.

Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan

Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang kegiatankegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang
pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar.
3.

Pemberian bimbingan

Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan
cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam
melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.
4.

Medorong Kerjasama dan Partisipasi

Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau
dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta
kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan
mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu
setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap
perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif.
Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5.

Kegiatan Koordinasi

Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam
kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan
adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan. Agar dapat

melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan
kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.
6.

Evaluasi Hasil Penampilan Kerja

Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan
staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan memperbaiki
kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia
juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur