Nilai Pendidikan dalam al Quran

127

NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
(Tafsir Q.S. Luqman Ayat 13 dan Q.S. Ash-Shaffat ayat 102-107)
Nursyamsu1

Abstract
The Qur'an in it contained many educational values that can be picked from
a paragraph to paragraph in the letter and juz. The value of education in the
Qur'an or being able to adapt with the times. The value of an education in
the Qur'an that is stories of the prophets and giving examples such as the
Prophet Ibrahim, Ismail and the Lukmanul Hakim recounted in the Quran
Luqman verse 13 and ash-Shaffat verse 102. The interpretation of the verses
is the content of the educational values, all values that can be obtained
through science, the science of education.
Keyword: Quran, science, Value education, Luqman Al-Haqim, Ibrahim,
Ismail

PENDAHULUAN
Kondisi zaman yang berubah dan sosiokultural masyarakat yang
cenderung cepat berubah. Begitu juga Penafsiran al-Qu a


tidak

oleh

kalah cepat dengan perkembangan zaman termasuk dunia pendidikan. alQu a

se agai pedo a

hidup sa pai akhi za a . De ga

keberadaan al-Qu a tak te atas oleh ua g da
se agai

de ikia

aktu. al-Qu a juga

u jizat dapat te lihat pada ayat-ayat yang berhubungan dengan


pendidikan. Pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia secara
universal. Bagaimana al-Qu a

e gisahka proses pendidikan?.

Dalam dunia pendidikan, al-Qu a

e

e ika solusi da ko t i usi

yang banyak. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dari ayatayat al-Qu a

ya g

e kaita

de gan pendidikan. banyak dikaji dan

ditafsirkan dengan berbagai pendekatan metode dan corak penafsiran.

1

Dosen STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang Lombok Timur

128

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan Ilmu, atau pendidikan tidak
terlepas dari ilmu.
Berdasarkan al-Qu a , Tuha adalah pe didik da gu u agi seluruh
mahkluk. Dialah yang mengatur dan mengelola alam semesta ini. Sebagai
pihak yang menempati posisi pendidik, tentu ia akan mengupayakan anakanak didiknya menuju kesempurnaannya yang pantas mereka raih dan
mengembangkan kemampuan tersembunyi yang mereka miliki. Begitu pula
dengan Tuhan yang maha mengatur dan bijaksana. Dia adalah pendidik yang
selau menginginkan seluruh mahluk-mahluknya mencapai kesempurnaan.

PENGERTIAN PENDIDIKAN
Kata Tarbiyah berasal dari bahasa arab yaitu: rabbi-yurabbi-tarbiyah,
dan Kata rabb yang secara etimologi berarti pemelihara, pendidik,
pengasuh, pengatur, yang menumbuhkan. raja/penguasa, tuan, penanggung
jawab, pemberi nikmat. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama

tuhan karena Tuhanlah yang secara hakiki menjadi pemelihara, pendidik,
pengasuh, pengatur dan menumbuhkan mahluk-Nya.2
Istilah tarbiyah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau
pendampingan

terhadap

anak

yang

dikasi

ilmu

sehingga

dapat

mengantarkan masa kanak-kanak tersebut ke arah yang lebih baik,3 upaya

pemahaman al-Qu a ya g diyaki i keu i e sala

ya telah

e u ulka

berbagai terminologi yang berkaitan dengan pemahaman al-Qu a .
Hadirnya

2

terminologi

Tafsir

Tarbawi

merupakan

sebuah


metode

Kata Rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata Tuhan.
Lihat ensiklopedi Al-Qur’an kajian kosa kata, (Jakarta : PSQ dan Lentera Hati, 2007) h. 801
3
Lihat Ar-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam Mufradat Alfradat Alfaz al-Qur’an, (Beirut:
Dar al-Fikr, tt) hal. 535

129

pemahaman kitab suci yang dilihat

dari sisi

pendidikan dengan lebih

memperhatikan corak pendidikan.4
Pendidikan dan pengajaran hampir-hampir menjadi kata padanan
yang setara untuk menunjukkan pada sebuah kegiatan atau proses

transformasi, baik ilmu maupun nilai, dalam al-Qu a se di i juga tidak
membedakannya. Jika kita telusuri secara mendalam al-Qu a

te dapat

beberapa istilah yang mengacu pada terminologi Pendidikan dan
Pengajaran, diantaranya adalah tar iyah, ta’li , ta’di da tazkiyah.5
Pendidik menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah orang yang
mendidik. Definisi ini memberi pengertian, bahwa pendidik adalah orang
yang melakukan aktivitas dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris
disebut dengan Teacher,6 yang diartikan guru atau pengajar dan Tutor yang
berarti guru privat, atau guru yang mengajar dirumah.
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz7 Mudarris,
Mu’alli

dan Mu’addi . Kata Ustadz jamaknya Asatidz yang berarti Teacher

(guru), professor (gelar akademik), jenjang dibidang intektual, pelatih,
penulis, dan penyair. Adapun kata Mudarris berarti Teacher (guru),
Instructor (pelatih) dan Lecturer (dosen). Selanjutnya kata Mu’alli


yang

juga berarti Teacher (guru), Instructor (pelatih), Trainer (pemandu). Dengan
demikian arti pendidik, mengacu kepada seseorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Secara
umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk
mendidik. Apabila dililihat secara khusus, pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan,
(Yogyakarta; Teras; 2008), cet. I, hal. 8
5
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; ....hal. 8
6
Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 41
7
Dr. H. Abuddin Nata, M.A. .... hal. 41- 42.
4


130

perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi peseta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia
yang selalu diperlukan di sepanjang hidupnya. Manusia adalah makhluk
pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat pendidikan yang tepat, manusia
bisa meraih cita-cita luhur dan jalan kebahagiaannya. Tentu saja pendidikan
yang dimaksud adalah upaya pengembangan dan aktualisasi potensi internal
manusia untuk mencapai tujuan ideal. Dengan kata lain, selama potensi
tersembunyi manusia tidak teraktualisasikan, maka ia tidak akan bisa
mencapai kesempurnaan.
Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menuturkan, "Masyarakat
adalah khazanah seperti emas dan perak". Oleh karena itu, dengan landasan
pendidikan semacam itu, maka noda-noda dalam diri manusia akan
dibersihkan, dan potensi tersembunyi dalam dirinya akan berkembang.
Pendidikan sebagai sarana untuk memberikan petunjuk hidup dan
membangun diri manusia. Lewat pendidikan inilah, manusia akan manjadi
seorang pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting

dalam hidup bermasyarakat. "Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka
masyarakat akan hidup seperti hewan ternak. Dengan kata lain, pendidikan
bisa mengangkat manusia dari peringkat hewani menuju peringkat insani."
Menurut Islam, arti pendidikan adalah memberikan petunjuk dan
menyempurnakan

manusia dari

segala

sisi.

Mengenai

pentingnya

pendidikan menurut Islam ini, kita bisa merujuk pada Al-Quran, surat Al-Alaq
ayat 3 hingga 5. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya


131

ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal
dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal, manusia bisa menilai sebuah
kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti
utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping
memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga
keduanya masih membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang
hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat
memahami posisinya sebagai khalifah fil ardh.8
Manusia adalah makhluk yang memiliki tanggung jawab, yaitu
tanggung jawab menjadi khalifah fil ardh. Kekhalifahan manusia adalah
salah

satu

Sedangkan ta’a

bentuk

dari ta’a

ud-nya

kepada

sang

Khalik.

ud adalah tugas pokok dari penciptaan manusia, sekaligus

menggali, mengatur, menjaga dan memelihara alam semesta ini.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Qu a .
      
Da Aku tidak

e iptaka ji da

a usia

elai ka supaya

mereka mengabdi kepada-Ku .9
Terkait dengan masalah ibadah, terdapat beberapa golongan hamba
Allah yang sama-sama mengaku sebagai seorang hamba yang taat
beribadah. Mereka memiliki berbagai pengertian yang berbeda dalam
memahami apa hakikat dari ibadah. Diantaranya ada golongan yang
berpendapat bahwa ibadah itu adalah sikap taat dan ketertundukan seorang
hamba kepada sang Khaliqnya dalam rangka Ta'abbud kepada-Nya. Akan

8

Lihat Yusuf al-Qardawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban , terj. Abad
Badruzzaman, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 117-121.
9
Q.S adz-Dzariyat ayat 56

132

tetapi mereka kurang memperhatikan hal-hal kecil diluar itu yang terkait
dengan ibadah sosial, pergaulan ataupun sikap toleransi dalam sitiap situasi.
Ada pula yang berpendapat bahwa dalam ibadah yang menjadi titik
tekan adalah bagaimana seorang hamba bersungguh-sungguh tatkala
mengerjakan sesuatu, dan sesuatu tersebut bernilai ibadah apabila ia tulus.
Akan tetapi mereka acapkali menyepelekan ibadah mahdhoh, seperti sholat,
puasa dan lain-lain, karena kurangnya ilmu pengetahuan terutama Ilmu fiqih
dan ilmu yang lainnya, termasuk juga Iman.
Dala

Qu a dise utka

         
          

“e pur aka lah takara

da

ti

a ga

da

ja ga lah ka u

kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah
Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang-orang yang beriman .10

Pemanfaatan pengetahuan harus ditujukan untuk mendapatkan
kemanfaatan dari pengetahuan itu sendiri, menjaga keseimbangan alam
semesta ini dengan melestari-kan kehidupan manusia dan alam sekitarnya,
yang sekaligus sebuah aplikasi dari tugas kekhalifahan manusia di muka
bumi.

Dan

untuk ta’a
10

pemanfaatan

ud kepada Allah swt.

Q.S. al-A’raf ayat 85

pengetahuan

adalah

bertujuan

133

Pengetahuan tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diindra saja.
Pengetahuan juga meliputi berbagai hal yang tidak dapat diindra.11
Sebagaimana tertuang dalam al-Qu a
        
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat). Dan dengan
apa yang tidak kamu lihat .12
Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan nonmateri,
fenomena dan nonfenomena, bahkan ada wujud yang tidak dilihat,
diketahui oleh manusia manapun.13 Dalam al-Qu a dise utkan:
          
dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar
kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.

14

Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim .15

Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada
seluruh kaum muslimin untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban
bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan. Islam menekankan akan
pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa
pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini
11 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2001), hal. 436
12
Q.S. Al-Haqqah ayat 38-39:
13
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, .... hal. 436
14
Q.S. Al-Nahl ayat 8
15
HR. Ibnu Majah

134

bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin
terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
I a

“yafi i pe ah

e yataka :

Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu.
Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan
barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu .
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk
menambah kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya
hingga akhir hayat.
Dalam al-Qu a dise utka :
                
  
Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya

kepadamu,

dan

Katakanlah:

"Ya

Tuhanku,

tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."16
Kata Ilmu mengandung makna yang luas dan umum yang mencakup
spektrum arti yang telah digunakan dalam sunah Nabi. Bahwa seorang Musli
tidak pernah akan keluar dari tanggung jawabnya untuk menuntut Ilmu.
Ilmu laksana cahaya yang selalu dibutuhkan, sebaliknya ilmu dianggap
tercela karena akibat-akibat tercela yang dihasilkan. Suatu batasan bagi
kaum muslim menuntut ilmu adalah larangan menuntut ilmu yang

16

Q.S Thahaa ayat 114

135

berbahaya, bahayanya lebih besaar dari manfaatnya seperti Ilmu sihir,
klenik, dan lainnya.17

TAFSIR AYAT-AYAT PENDIDIKAN

Beberapa ayat yang membahas tentang pendidikan sangatlah banyak
namun yang menjadi pembahasan di sini adalah :

Penafsiran QS. Luqman Ayat 13
              
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

‫ِب ه‬

‫ل ا‬

‫قا‬

: ingatlah

ketika

Lukman

berkata

kepada

anaknya.18 ‫ هو يعظه‬: ia memberi pelajaran kepadanya. Mau’izhah (pelajaran)
adalah mengingatkan kebaikan dengan cara lembut yang dapat melunakkan
hati. ‫ يا ب ي‬: bentuk tashghir dari ibni untuk menunjukkan kerinduan dan
kecintaan. ‫ل ِشر لظلم‬

‫عظيم‬: sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezhaliman yang besar. Kezhaliman adalah meletakkan
sesuatu bukan pada tempatnya. Syirik dikatakan zhalim, karena syirik
menyamakam antara pemberi nikmat satu-satunya dengan bukan pemberi
M. Zainuddin, “Paradigma Pendidikan Islam Holistik”, dalam Jurnal Ulumuna,
Volume XV Nomor 1 Juni 2011, hal. 78-79
18
Nama anaknya adalah An’am, Asykam, Matan, atau Tsaran menurut riwayat
Suhayli.
17

136

nikmat. Karena itu, siapa saja yang menyerupakan antara Khalik dengan
makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa dipastikan masuk ke dalam
golongan manusia yang paling bodoh. Sebab, perbuatan syirik menjauhkan
seseorang dari akal sehat dari hikmah sehingga pantas digolongkan ke
dalam sifat zalim, bahkan pantas disertakan dengan binatang.
Kata ‫ يعظه‬terambil dari kata ‫ عظو‬yaitu nasihat menyangkut berbagai
kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikan
sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan
kata ini yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana
dipahami dari panggilan mesra kepada anak.
Sedangkan ulama memahami kata ‫ عظو‬dalam arti ucapan yang
mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut
mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik, sehingga
sang ayah menyandang hikmah it uterus menerus menasihatinya sampai
akhirnya sang anak mengakui Tauhid.19
Pada ayat ini, Allah SWT memperingatkan kepada Rasulullah saw
nasihat yang pernah diberikan Luqman kepada putranya, waktu ia memberi
pelajaran kepada putranya itu. Nasihat itu ialah: "Wahai anakku, janganlah
engkau

mempersekutukan

sesuatu

dengan

Allah,

sesungguhnya

mempersekutukan Allah itu adalah kelaliman yang sangat besar.
Mempersekutukan Allah dikatakan kelaliman, karena perbuatan itu berarti
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu
yang melimpahkan nikmat dan karunia itu. Dalam hal ini menyamakan Allah
SWT sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak
dapat berbuat sesuatupun.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati. 2002
19

137

Dikatakan bahwa perbuatan itu adalah kezaliman yang besar, karena
yang disamakan itu ialah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang
seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada Nya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Masud, ia berkata tatkala turun ayat:
‫ل ين آم و لم يل سو ي ان م بظلم أ ل ك ل م أمن هم م ت‬

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman
mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.20

Maka timbullah keresahan di antara para sahabat Rasulullah saw
karena mereka berpendapat bahwa amat beratlah rasanya tidak
mencampur adukkan keimanan dan kezhaliman, lalu mereka berkata kepada
Rasulullah saw: "Siapakah di antara kami yang tidak mencampur adukkan
keimanan dan kezaliman? Maka Rasulullah menjawab: "Maksudnya bukan
demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman: "Hai anakku,
jangan kamu memperserikatkan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah kelaliman yang besar".
Dari ayat ini dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada anakanaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya itu
dapat menempuh jalan yang benar, dan menjauhkan mereka dari kesesatan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
‫يا أيّ ا ل ين آم و قو أنفس م أهلي م نا ً قودها ل اس لحجا‬

20

Q.S. Al An'am: 82

138

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". 21
Dalam Tafsir fi zhilalil Qur’a , Sayid Quth

e afsi ka Qu a “u at

Luqman di atas bahwa Luqman al-Hakim mengarahkan kepada anaknya
dengan nasihat yang mengandung hikmah kebijaksanaan. Nasihat tersebut
tidak

mengandung

tuduhan,

akan

tetapi

mengandung

persoalan

ketauhidan.22
Kebijaksanaan orang tua (ayah) terhadap anaknya menjadi sebuah
keteladanan ketika seorang anak telah dewasa. Persoalan ketauhidan adalah
hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak sebelum ia
mengetahui hal perkara lainnya. Sebagai orang tua wajib menanamkan nilai
ketauhidan (keesaan) Allah dengan benar kepada anaknya.
Muhammad Ghazali menjelaskan bahwa pesan (wasiat) diteruskan
berkenaan dengan sikap kepada kedua orang tua, karena kedua orang tua
merupakan jalan bagi keberadaan manusia.23 Seorang anak sejatinya
membalas budi baik orang tua yang telah melahirkan dan mengasuhnya
hingga beranjak dewasa. Meskipun kasih dan sayang orang tua tak sanggup
dibalas dengan apapun, setidaknya kita tidak pernah menyakiti hati
keduanya.
Dalam Tafsir an-Nuur Hasby Ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa
kedudukan ayah adalah memberi pelajaran kepada anak-anaknya dan
menunjuki mereka kepada kebenaran dan menjauhkan mereka dari

21

Q.S. At Tahrim: 6
Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an, jilid 9, terj.
As’ad Yasin, dkk, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, hal. 164
23 Syaikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, terj. Qodirun Nur
dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal. 385
22

139

kebinasaan.24 Sebab seorang ayah bertanggung jawab dalam kehidupan
anaknya. Sedangkan dalam Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab
menekankan tentang metode pendidikan yang penuh kasih sayang orang
tua kepada anaknya, bukan dengan membentak.25 Agaknya hal semacam ini
kurang diperhatikan oleh orang tua pada zaman sekarang.
Luqman al-Hakim adalah seorang manusia pilihan yang namanya
dikisahkan dalam al-Qu a . Kisah ya g dia adika

adalah

e ge ai

pendidikan yang diberikan oleh Luqman kepada anaknya. Dalam masalah ini
kita tidak mengkaji tentang siapa Luqman, dimana ia tinggal, atau apa latar
belakang keilmuannya. Namun yang ingin kita petik dari kisah Luqman
adalah mencakup substansi makna pendidikan yang dilakukannya dan
interpretasi yang sesuai untuk masa kehidupan dunia kekinian.
Metode Luqman al-Hakim dengan anaknya ini dinisbatkan oleh
ula a il u ji a

ode

de ga

etode pe didika

de ga

asehat .

Metode i i ha us dii i gi de ga

etode pe didika

de ga

telada .

Keteladanan yang baik merupakan satu-satunya sarana untuk mewujudkan
tujuan nasehat yang dimaksud. Jika seandainya Luqman tidak mempunyai
teladan yang baik, maka nasehat tidak akan membekas kepada anaknya
dalam jangka waktu yang lama.26 Hendaknya orang tua menjadi teladan
(uswah) dalam kehidupan anaknya. Hidupkan nilai-nilai agama pada diri,
keluarga dan lingkungan tempat si anak dibesarkan. Jangan hanya menyuruh
anak untuk shalat, sedangkan orangtuanya asik dengan pekerjaan. Bahkan
tak jarang orang tua secara tidak sengaja telah mengajarkan kebohongan
kepada anaknya.

24

Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Tafsir An-Nuur , Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2000, hal. 320
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, ..... hal. 127
26
Syaikh Hasan Hasan Manshur, Metode Islam Dalam Mendidik Remaja , terj. Abu
Fahmi Huaidi, Jakarta: Mustaqiim, 2002, hal. 158

140

Luqman al-Hakim memberi pelajaran awal secara khusus kepada
anaknya mengenai ketauhidan. Ketauhidan memiliki nilai lebih dan
merupakan basic (dasar) dalam segala keilmuan. Semestinya pula pada
pendidikan modern sekarang. Konsep tauhid mendapat perhatian besar
oleh pelaku pendidikan. Nilai-nilai ketauhidan harus diajarkan sejak kecil
dengan berbagai cara dan disesuaikan dengan tingkatan usia seorang anak.
Jika hal ini dilaksanakan secara sistematis dan kontinyu, maka akan menjadi
bekal paling berharga bagi seorang anak dalam kehidupan dunianya.
Panggilan

Luqman

kepada

anaknya, hai

a akku , mencirikan

ungkapan yang indah dan tulus dari seorang ayah kepada si buah hatinya.
Sebagaimana pula telah dianjurkan dalam syariat agama Islam yang
menjadikan kewajiban bagi orang tua untuk memberi nama (panggilan) yang
i dah kepada a ak ya. Ka e a

a a juga se agai do a da

aka

te us

melekat pada diri seorang manusia.
Luqman menasehati anaknya agar tidak mempersekutukan Allah,
karena

hal

tersebut

merupakan

kezaliman

(dosa)

yang

besar.

Mempersekutukan Allah disini memiliki artian yang sangat sensitif.
Terkadang tanpa disadari, kemusyrikan telah ada ditengah-tengah kita.
Konon lagi pada era teknologi yang semakin canggih. Esensi dari
kemusyrikan kian gencar merongrong umat Islam. Tanpa ampun, segenap
Muslim dari berbagai jenjang usia terlena dalam buaian indah yang
terbungkus dengan kenikmatan semu.
Oleh karena itu, hendaknya orang tua dapat mendidik anaknya
sesuai dengan konsep pendidikan keislaman. Setidaknya ada tiga hal pokok
yang ditawarkan dalam penafsiran al-Qu a su at Lu

a ayat

yaitu :

pertama, Memanggil anak dengan panggilan yang indah dan penuh kasih
sayang. Kedua, Mengedepankan konsep musyawarah dalam setiap

141

suruhan atau larangan dan menggunakan argumen yang logis dan tepat.27
Menanamkan nilai ketauhidan (keesaan) Allah SWT yang benar kepada sang
anak.
Luqman menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk
se elu

elaksa aka ya g aik. Me a g At-takhiyah

u adda u

at-ta liyah ( e yi gki ka ke u uka le ih uta a da i pada

ala

e ya da g

perhiasan).28 Dari ayat ini pula dapat dipahami bahwa antara kewajiban
orang tua kepada anak-anaknya adalah member nasihat dan didikan. Orang
tua harus memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua tidak
boleh menganggap cukup apabila telah menyediakan segala kebutuhan fisik
seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan kesenangan lahiriyah
lainnya. Justru yang lebih penting adalah memperhatikan kebutuhan rohani
berupa pendidikan agama maupun pendidikan keilmuan lainya dan
keterampilan.
             
               
  
dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,

27 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, terj. Segaf Abdillah Assegaf dan
Miqdad Turkan, Jakarta: Lentera, 2002, hal. 216
28 M. Quraish Shihab,, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
....., hal. 200

142

kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.29

Jika orang tua memaksa untuk mempersekutukan Allah, maka
janganlah mematuhinya.setioap perintah untuk perbuatan maksiat, maka
tidak boleh ditaati. Namun demikian, jangan memutuska hubungan
silaturahmi dengan tetaplah menghormatinya

sebagai orang tua.

Berbaktilah kepada mereka selagi tidak menyimpang dari ajaran agama dan
bergaullah dengan mereka menyangkut keduniawian, bukan aqidah. Dalam
surat Al-Ankabut: 8,
             
        
Da ka i waji ka
ibui-bapaknya.

a usia

Dan

mempersekutukan

Aku

jika

er uat ke aika kepada dua ora g
keduanya

dengan

memaksamu

sesuatu

yang

uintuk

tidak

ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepada u apa ya g telah ka u kerjaka .
Hukum ini berlaku untuk semua umat Nabi Muhammad, yaitu
melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orang tuanya yang
bertentangan dengan ajaran agama. Dan juga sebagaimana dalam sebuah
riwayat bahwa Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang
ketika itu

asih

usy ikah, As a

e ta ya kepada Na i

agai a a

seharusnya ia bersikap, maka Rasul memerintahkannya untuk tetap

29

Q.S. Lukman ayat 15

143

menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta
mengunjungi dan menyambut kunjungannya.
Dalam Qu a “u at lu

a dise utka di atas, menceritakan kisah

Luqman al-hakim seorang bapak yang bijak, yang sangat menekankan
pentingnya

penanaman

tauhid

terhadap

anaknya.

Zakiyah

Drajat

menegaskan bahwa pembinaan keimanan yang tangguh seharusnya dimulai
dalam keluarga, sejak anak lahir bahkan sebelum lahirsampai akhir masa
remaja. Apabila pendidikan terabaikan masa anak-anak, maka akan sulitlah
bagi anak menghadapi perubahan pada dirinya, akibatkanya tidak jarang hal
itu membawa kegoncangan emosi.30

Penafsiran QS. Ash-Shaffat Ayat 102
                
           
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".

Ayat di atas

e ggu aka

e tuk kata ke ja

udha i pada kata-

kata ‫أ ي‬dan ‫أ بحك‬, Begitu juga pada kata ‫ت مر‬. Ini mengisyaratkan apa yang
beliau lihat itu seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaiannya itu.
Warni Djuwita,”anak dan pendidikan anak usia dini dalam cakrawala al-Qur’an
dan Hadis”, dalam Jurnal Ulumuna, volume XV nomor 1 Juni 2011, hal, 124
30

144

Sedangkan katapenyembelihan untuk mengisyaratkan bahwa perintah Allah
yang dikandung mimpi tersebut belum selesai dilaksanakan. Karena itu pula
jawaban anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan
bahwa ia siap.31 U apa

a ak: Engkau akan mendapatiku isya Allah

termasuk para penyabar, dengan mengaitkan kesabarannya dengan
kehendak Allah, menunjukkan betapa tinggi akhlak dan sopan santun
kepada Allah dan orangtuanya.
Dalam tafsir fi Dzilali al-Qur`an disebutkan bahwa, Ibrahim terpisah
dari kerabat dan keluarganya dan telah berhijrah dari kampong halamannya.
Di masa tuanya ia diberikan rizki dengan hadirnya seorang anak laki-laki
istimewa yang selama ini ia nantikan. Maka di saat nabi Ibrahim yakin bahwa
anak itu mampu berusaha bersamanya, dalam tidurnya ia melihat bahwa ia
hendak menyembelih anaknya, kemudian ia sadar bahwasannya itu adalah
isyarat dari Tuhan untuk menyembelih buah hati yang ia cintai. Tiada ragu
dan bimbang lagi, kecuali rasa ketaatan dan tidak terlintas di pikirannya,
kecuali tasliim (ketundukan). Ia menyadari bahwa ini adalah isyarat dari
Allah Swt. Isyarat ini bukan wahyu yang jelas dan bukan perintah langsung,
akan tetapi isyarat dari Allah, dan ini adalah cukup baginya untuk melakukan
hal tersebut tanpa perlu bertanya lagi kepada Tuhannya, mengapa ia harus
menyembelih buah hati satu-satunya. Ia menerima isyarat tersebut dengan
hati yang ridho dan tenang32
Menurut Ibnu Katsir nama lengkapnya adalah Ibrahim bin tarikh bin
Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin
Arfakhsyadz bin saam bin Nuh AS. Istri nabi Ibrahim yang pertama adalah
Sarah sedang yang kedua adalah Siti Hajar. Adapun anak anak beliau adalah
Nabi Ismail dari istrinya Hajar, dan Nabi Ishaq dari Istrinya Sarah, kemudian
31
32

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, .... hal. 63
Sayyid Quthub. fi Dzilal al-Qur’an. Beirut. Dar al-Syuruq.

145

da i Na i Isha

e pu yai a ak Na i Ya u ke udia Na i Yusuf da da i

keturunan Nabi Ismail hingga Nabi kita Nabi Muhammad saw.33
Nabi Ibrahim disebutkan dalam Al-Qu a se a yak 69 kali dala

6

ayat dan menjadi nama surat ke 14 dari Al-Qu a .34 Ayat-ayat tersebut
secara garis besar menjelaskan tentang sifat-sifat dan keutamaan Nabi
Ibrahim, Allah menguji Nabi Ibrahim, dakwah Nabi Ibrahim dan membangun
ka ah, Na i I ahi

e u aika i adah haji, Na i I ahi

kekasih Allah,

turunnya azab kepada kepada kaum Nabi Ibrahim dan hijrah Nabi Ibrahim ke
Sham. Juga menjelaskan tentang kehidupan kekeluargaan Nabi Ibrahim
bersama Siti Hajar dan Ismail as, mimpi menghidupkan orang mati, dan
berdebat dengan raja Namrud. Interaksi dengan ayahnya, berisi tentang
dakwah kepada ayahnya, kekufuran ayah Nabi Ibrahim dan permohonan
ampun Ibrahim untuk ayahnya.35
Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan ujian yang berat bagi
Ibrahim as, ketika Allah SWT memerintahkan kepadanya agar dia
menyembelih anaknya satu-satunya, sebagai korban di sisi Allah. Ketika itu
Ismail as mendekati masa balig masa remaja, suatu tingkatan umur sewaktu
anak dapat membantu pekerjaan orang tuanya, Ibrahim as. dengan hati
yang sedih memberitahu kepadanya tentang perintah Tuhan yang
disampaikan kepadanya melalui mimpi dan dia minta pula pendapat
anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan dengan
penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang besar
bagi orang tua dan anak, Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu Ismail
as dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar
33

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir , (terj. M. Abdul Ghoffar), Jilid V. Pustaka Imam
Syafi’I, Jakarta, 2009, hal. 27
34
Dalam Surah Al-Baqarah 12 kali, surah Ali Imran 7 kali, Al-A’nam, Hud, alAnbiya’ 4 kali dan As-Shaffat, al-Haj 3 kali.
35
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan (10 Cara Qur’an Mendidik
Anak), UIN Malang Press, Malang, Cet.I, 2008, hal. 99-100

146

melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat, rela
dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala
perintah-Nya lagi pasrah kepada-Nya.
Ismail yang masih sangat muda itu mengatakan lagi kepada orang
tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi cobaan itu, tidak akan
ragu-ragu menerima qada dan qadar Tuhan dan dia dengan tabah dan sabar
menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail as sangat dipuji oleh Allah
SWT dalam firman-Nya:
            
dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail
(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang
ya g e ar ja ji ya, da Dia adalah seora g Rasul da Na i . 36

bahwa Allah membatalkan perintahnya ini. Mungkin dalam hal ini
kita bertanya mengapa Allah memerintahkan untuk menyembelih, lalu
sebelum selesai penyembelihan itu, perintah tersebut dibatalkan?
Jawabannya adalah karena bukanlah darah yang mengalir dari nabi Ismail
yang dikehendaki Allah, akan tetapi yang Allah kehendaki dari nabi Ibrahim
adalah kecintaannya kepada Rabbnya. Seberapa besar pengorbanan yang
mampu diberikan nabi Ibrahim kepada cinta sejatinya. Seorang sufi, yakni
Ibrahim al-Khawas mengatakan, Ci ta adalah pe iadaa kei gi a , sifat
da ke utuha seseora g. Cinta merupakan lahan bagi bala dan ujian bagi
manusia. Bila ingin mengarungi samudera cinta yang bergelombang, maka ia
harus berani berkorban meski nyawa sebagai taruhannya. Jangan sampai ia

36

Q.S. Maryam ayat 54

147

menanggung malu dengan lari dari cinta.37 Cintanya kepada Allah yang
membuat Ibrahim rela mengorbankan cinta-cinta lain yang ada dihatinya,
demi keridhoan cinta sejatinya termasuk cintanya terhadap anak yang ia
tunggu sepanjang hidupnya.

Penafsiran QS. Ash-Shaffat Ayat 103-107
    
 

   

    

     

   
 

3. Maka tatkala kedua ya telah

erserah diri da

I rahi

membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya ).104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,105.
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang

37

Muhsin Labib, Jatuh Cinta Puncak Pengalaman Mistis, (Jakarta : Lentera, cetakan
I, April 2004). Hal. 114

148

nyata.107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
esar .38

Ayat yang lalu menguraikan kesediaan anak untuk disembelih atas
perintah Allah. Maka tanpa ragu tatkala keduanya telah berserah diri secara
penuh dan tulus kepada Allah dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipisnya, maka ketika itu terbukti kesabaran keduanya. Pisau yang
begitu tajam atas kuasa Kami tidak melukai Ismail sedikitpun dan
Kami melalui Malaikat

e a ggil ya: Hai I rahi , su gguh e gkau telah

membenarkan mimpi, karena itu Kami memberimu ganjaran dengan
menjadikanmu

imam

dan

Sesungguhnya

perintah

teladan

bagi

menyembelih

orang-orang
anak

serta

bertakwa.
kewajiban

memenuhinya benar-benar suatu ujian yang nyatayang tidak dapat dipikul
kecuali manusia pilihan.39
Kata (‫ ) تَلَه‬yaitu tempat yang tinggi. Ada juga yang memahami
tumpukan pasir/ tanah yang keras. Maksud ayat ini adalah membaringkan
dan meletakkan pelipisnya pada tempat yang keras agar tidak bergerak.
Sedangkan kalimat( ‫ ص قت‬-‫ ) لرّ ؤيا‬yaitu telah membenarkan mimpi itu, dan
melaksanakan sesuai dengan kemampuan yang diperintahkan Allah melalui
mimpi. Boleh jadi Nabi Ibrahim hanya bermimpi menyembelih anaknya,
tanpa melihat adanya darah yang memancar, apalagi yang menyebabkan
kematian ataupun mungkin juga melihat dalam mimpinya Ismail berlumuran
darah dan itulah yang beliau lakukan tetapi perintah yang dimimpikan itu
dibatalkan Allah. Demikian Nabi Ibrahim telah melaksanakan perintah,

38
39

Q.S. Ash-shaffat ayat 103-107
Quraish Shihab, tafsir al-Mishbah, ..... hal 64

149

seandainya tidak ada panggilan untuk itu, tentu ia akan terus berupaya
sehingga terpenuhi perintahNya.40
Firman-Nya: (‫ه ل و ل َء ل ين‬

), yaitu Sesungguhnya ini benar-benar

suatu ujian yang nyata. Ujian yang dimaksud disini merupakan cobaan
terhadap Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak satu-satunya yang
sangat disayangi dan berpuluh tahun lamanya menanti kehadirannya, oleh
Allah

justru

diperintahkan

untuk

Sangat memilukan lagi Ismail harus disembelih oleh

disembelih.
ayahnya

sendiri.

Ayat berikutnya: ‫ ) ف ي ا ب بح عظيم‬Yaitu Dan Kami menembusnya dengan
seekor sembelihan yang besar, yaitu seekor kibas yang besar dan
sempurna.41 Dengan demikian Penafsiran ayat di atas, memuat penjelasan
tentang permohonan Nabi Ibrahim untuk memperoleh anak, doa terkabul
dengan anak yang amat penyabar, mimpi Nabi Ibrahim menyembelih Ismail,
Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya kepada Ismail, pelaksanaan
penyembelihan dan diakhiri dengan keselamatan Ismail, yang berarti
kesuksesan misi Nabi Ibrahim, sebagai Rasul yang benar-benar pilihan.
Dalam Tafsir Tematik Muhammad Ghazali mentafsirkan bahwa
Ibrahim adalah sosok seorang yang telah tua dan disuruh untuk menyembih
putra satu-satunya yang paling dicintainya. Ibrahim adalah hamba yang
saleh tidak akan mampu mendurhakai Allah SWT. Sehingga mimpinya yang
datang dari Allah tersebut disampaikan kepada anaknya Ismail. Dan Ismail
merespon agar ayahnya melaksanakan apa yang diperintah oleh Allah
SWT.42
Menurut riwayat Ibnu Abbas, tatkala Ibrahim as diperintahkan untuk
melakukan ibadah datanglah setan menggoda. Setan mencoba berlomba

40

Quraish Shihab, tafsir al-Mishbah, ..... hal 64
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ...... hal. 64
42
Syaikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, ... hal. 385
41

150

dengan dia, tapi Ibrahim as berhasil mendahuluinya sampai ke Jumrah
aqabah.

Setan

menggodanya

lagi,

tetapi

Ibrahim

as

menyuruh

melemparinya dengan batu tujuh kali hingga dia lari. Pada waktu jumratul
wusta datang lagi setan menggodanya, tapi dilempari oleh Ibrahim as tujuh
kali. Kemudian Ibrahim as menyuruh anaknya menelungkupkan mukanya
untuk segera disembelih. Ismail as waktu itu sedang mengenakan baju gamis
(panjang) putih: Berkata dia kepada bapakaya; "Wahai bapakku, tidak ada
kain untuk mengafaniku kecuali baju gamisku itu, maka lepaskanlah supaya
kamu dengan gamisku itu dapat mengafaniku". Maka Ibrahim mulai
meninggalkan baju gamis itu, tapi pada saat itulah ada suara di belakangnya
menyeru dia: "Hai Ibrahim, kamu sudah melaksanakan dengan jujur
mimpimu". Ibrahim segera berpaling, tiba-tiba seekor kambing kibas putih
ada di hadapannya.
Disini tergambar jelas bahwa orang tua dan anaknya merupakan
sosok penghuni syurga dan selalu berjihad dijalan-Nya. Meskipun ajal
menjemput didepannya. Realita jihad atau pengorbanan untuk zaman ini,
hendaknya diaplikasikan dengan mengarahkan anak kepada jalan yang
diridhai-Nya.
Dalam Tafsir an-Nuur Hasby Ash-Shiddieqy menjelaskan tentang doa
Ibrahim agar dikarunia seorang putra. Dan Allah memberi karunia tersebut.
Pada saat tiba masanya, Allah menagih janji Ibrahim untuk menyembelih
putranya. Dan Ismailpun dengan suka rela menerima taqdir yang akan
menimpanya itu. Pada diri Ismail memang terpancar penghayatan iman
yang benar dan penyerahan diri yang sempurna, serta sabar dan rela kepada
ketetapan Allah dengan sepenuh-penuhnya.43 Dan disini Allah menguji iman
keduanya sehingga mencapai derajat yang sangat mulia.

43

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir An-Nuur, …, hal. 3470

151

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menyebutkan bahwa
ketinggian akhlak dan sopan santun seorang anak itu tidak terlepas dari sang
ayah. Pastilah sang ayah telah menanamkan dalam hati dan benak anaknya
tentang keesaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang indah serta bagaimana
seharusnya bersikap kepada-Nya. Sikap dan ucapan sang anak yang direkam
oleh ayat ini adalah buah dari pendidikan tersebut.44

KESIMPULAN
Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau
dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar dan sempurna, sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai
manusia. Konsep pendidikan yang ditawarkan nabi Ibrahim melalui kisahnya
bersama Ismail dan Luqman al-Hakim merupakan nilai pendidikan yang
penuh dengan makna. Di dalamnya terdapat berbagai sisi pendidikan yang
di lihat dari berbagai segi sehingga mengantar anak didik kearah pencapaian
tujuan pendidikan. Luqman al-hakim menanamkan akidah dan tauhid
kepada anaknya.
Inti dari pendidikan Ibrahim adalah pengharapan yang sangat besar
akan generasi nya kelak sebagai penerus yang akan melanjutkan
perjuangannya dalam mewujudkan generasi shaleh yang menyembah
kepada Allah swt. Dengan pemantapan disegi aqidah maka terealisir semua
pelaksanaan disegi lainnya. Disini terlihat kearifan Nabi Ibrahim sebagai
pendidik yang professional yang selalu yakin dengan keberhasilan
pendidikan yang dilakukannya. Hal ini membuktikan bahwa beliau benarbenar sebagai Rasul pilihan yang menjadi panutan seluruh umat. Sikap
44

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah…, hal. 63

152

berbakti kepada bapaknya dan itu termasuk perintah dari Allah harus
dijalankan. Sikap patuh dan taat serta sabar seorang anak terhadap apa yang
diperintahkan Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA
Ar-Raghib al-Ashfahany, Mu’ja

Mufradat Alfradat Alfaz al-Qur’a , (Beirut:

Dar al-Fikr, tt).
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Qur’a Te ta g
Pendidikan, (Yogyakarta; Teras; 2008).
Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan GuruMurid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001).
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, terj. Segaf Abdillah Assegaf dan
Miqdad Turkan, (Jakarta: Lentera, 2002)
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, Jilid V.
(Jakarta, Pustaka i a

“yafi I,

Miftahul Huda, I teraksi Pe didika

9).
Cara Qur’a Me didik

Anak), (UIN Malang Press, Malang, Cet.I, 2008)
Muhsin Labib, Jatuh Cinta Puncak Pengalaman Mistis, (Jakart : Lentera,
cetakan I, April 2004)
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’a , (Bandung: Mizan, 2001).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a .
(Jakarta: Lentera Hati. 2002).
M.Quraish Shihab Dkk, Ensiklopedi Al-Qur’a kajia kosa kata, (Jakarta : PSQ
dan Lentera Hati, 2007).

153

M. Zai uddi , Paradig a Pe didika Isla

Holistik , dalam Jurnal

Ulumuna, Volume XV Nomor 1 Juni 2011, hal. 78-79
Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Tafsir An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2000)
Sayid Quthb, Tafsir Fi )hilalil Qur’a di Bawah Nau ga al-Qur’a , jilid 9,
te j. As ad Yasi , dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004)
Syaikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’a , terj. Qodirun
Nur dan Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005).
Syaikh Hasan Hasan Manshur, Metode Islam Dalam Mendidik Remaja, terj.
Abu Fahmi Huaidi, (Jakarta: Mustaqiim, 2002)
Wa i Dju ita, anak dan pendidikan anak usia dini dalam cakrawala alQur’a da Hadis , dalam Jurnal Ulumuna, volume XV nomor 1 Juni
2011
Yusuf al-Qardawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abad
Badruzzaman, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2001)