Peran Serta Perempuan dalam Pembangunan







Sejak tahun 2000, kesulitan air minum menjadi
permasalahan masyarakat yang susah terpecahkan di
Kebumen yaitu kondisi geografis Kebumen yang
bergunung-gunung, tercemarnya sumber air karena
kebiasaan sanitasi masyarakat yang kurang baik, dan
penambangan liar pasir di sungai, serta menurunnya
debit air tanah, serta banyaknya sarana sumur dalam
yang rusak
Dalam upaya memperbaiki situasi ini, POKJA AMPL
Kebumen melihat bahwa selain strategi konsolidasi
dengan dinas/SKPD terkait dibutuhkan kelompok strategis
yang potensial dalam mengatasi permasalahan diatas
Kelompok perempuan dinilai mempunyai fungsi strategis,
dan belum banyak dilibatkan dalam proses pembangunan
AMPL






Gagasan ini kemudian ditangkap menjadi strategi
pelibatan perempuan dengan mulai melibatkan
perempuan dalam kegiatan-kegiatan strategi komunikasi
pembangunan AMPL
Advokasi untuk melibatkan perempuan dalam kegiatan
dimulai pada program Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) kepada 27 desa rawan air
dan sanitasi di tahun 2007








Peserta 50% peserta perempuan: ibu rumah
tangga, PKK, Dharma Wanita, LSM, Lurah dan
camat perempuan, staff di SKPD sampai dengan
anggota DRPD perempuan, dan wartawati dari
mass media
Dari hasil ini isu mengenai perempuan sudah
mulai muncul, karena terlihat dalam identifikasi
masalah terlihat bahwa perempuan mengambil
peranan penting di sektor AMPL.
Hal ini mendorong Pokja AMPL untuk menindak
lanjuti program berikutnya





Peserta terdiri dari 35 orang unsur
masyarakat 11 desa dan kecamatan
terkait, media lokal (TV, Radio, dan Surat
kabar), LSM dan Universitas, dengan Tim

WASPOLA dan Tutor terkait, serta Pokja
AMPL Pusat
Tujuan : menyusun rencana sosialisasi
pembangunan AMPL dengan melibatkan
perempuan di 11 desa










Camat Poncowarno (perempuan) yang langsung
menanggapi untuk menggagas cara melibatkan
masyarakat supaya mau berpartisipasi dalam AMPL
Pelatihan Media Rakyat untuk membangun
Partisipasi Masyarakat yang dilakukan dan dimotori

oleh Pokja AMPL dan Camat Poncowarno
Acara ini mendapat dukungan dari Bupati kebumen
Pelatihan media rakyat dilakukan langsung di
lapangan, dengan peserta dari 5 kecamatan
Peserta lokakarya: PKK , profesi perempuan lain
seperti lurah, dokter, guru maupun ibu rumah
tangga biasa







 

Peserta dari desa 100 orang warga yang terdiri
dari 90% perempuan dan 10% pria
Rekomendasi yang menarik yang muncul dari
pertemuan ini adalah peserta akan membawa

ilmu yang sudah mereka bawa tentang AMPL
kepada warga di lokasi mereka.
Di sisi lain di tingkat Kabupaten, akan
direncanakan program kampanye AMPL di masa
mendatang, perempuan akan mulai menjadi
penyelamat air dan lingkungan di wilayah
mereka.







Kelompok perempuan mempunyai rasa percaya diri
yang lebih tinggi untuk terlibat, berani mengajukan
pendapat dan belajar memimpin suatu pertemuan
dengan metode group media yang diajarkan dalam
pelatihan yang difasilitasi WASPOLA.
Dalam kesempatan praktek, ketika diundang sore

harinya peserta diskusi dari kelompok perempuan
yang datang terlihat sangat antusias membicarakan
permasalahan dan gagasan untuk aksi ke depan
menyelamatkan AMPL
Untuk memulai gerakan penyelamatan hutan dan
bahkan kelompok perempuan ini berani menegur
aparat keluarahan yang melakukan usaha penjualan
kayu dengan menebang hutan di dekat desa.







Hasil dari pelatihan adalah mampu
mensosialisasikan pentingnya program AMPL
dan peran perempuan di dalamnya, baik
kepada masyarakat maupun aparat
pemerintahan

Terdapat kader di 27 desa yang mayoritas
adalah perempuan, yang memiliki
pengetahuan dalam penyadaran keberlanjutan
pembangunan air minum dan anitasi
Adanya rencana kerja Kabupaten dalam
sosialisasi keberlanjutan AMPL khususnya
yang memberdayakan perempuan









Kelompok perempuan merupakan stakeholder yang dapat
diandalkan dalam membangun kesadaran pada tingkat
masyarakat, karena mereka memahami tentang persoalan
sehari-hari AMPL

Kelompok perempuan merupakan stakeholder yang potensial
dalam merubah perilaku masyarakat, karena mereka lebih vokal
dalam menyuarakan tentang pentingnya AMPL dalam
membangun masyarakat, yang dimulai dari keluarga sendiri.
Peran pimpinan perempuan, baik dalam tataran pimpinan
daerah, maupun dalam tataran kegiatan, sangat dominan dalam
mendukung upaya pelibatan perempuan dalam pembangunan
AMPL, ditunjukkan dengan aktifnya para ibu pejabat di kebumen,
serta bagaimana kiprah mereka selama proses berlangsung
Fasilitasi yang memberikan ruang partisipasi yang cukup dengan
hadir bersama di daerah dan praktek lapangan, memberikan
ruang untuk menimbulkan kepercayaan diri kaum perempuan di
tingkat desa, sehingga mereka terpicu untuk menjadi agen
perubahan di tingkat masyarakat













Diselenggarakan di Bangka tahun 2008-2009
Pelatihan bagi pelatih yang berasal dari Pokja AMPL
Bangka selama 3 hari
Pelatihan enumerator 5 hari
Peserta adalah kader posyandu dari 10 desa di
Kecamatan Merawang
Materi pelatihan adalah pemahaman tentang materi
dasar AMPL, pemahaman tentang kuesioner, teknik
wawancara
Pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktek
lapangan di sebuah desa
Bertindak sebagai supervisor dalam pelaksanaan
pendataan adalah Dinas Kesehatan Bangka dalam
hal ini Sanitarian

Bertindak sebagai quality control adalah Pokja AMPL
Bangka yang terdiri dari dinas terkait







Kader wanita dengan pendidikan maksimum
SMA dapat diandalkan dalam proses pendataan
Dalam prosesnya, tidak saja mengumpulkan
data tetapi juga melakukan penyampaian pesan
tentang prinsip pembangunan air minum dan
sanitasi yang sehat bagi masyarakat
Dengan insentif yang relatif kecil, memberikan
hasil yang cukup memuaskan, yang dilakukan
dalam waktu yang relatif tidak lama











Desa Tanjung Tiga Kecamatan Lembak Kabupaten
Muara Enim dalam waktu satu bulan tidak ada lagi
warga desa yang BABS
Kondisi ini dicapai melalui pelaksanaan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang (i)
mengedepankan perubahan perilaku dan bukan
membangun sarana fisik; (ii) tanpa subsidi pada
masyarakat.
Kata kuncinya adalah pemicuan langsung kepada
masyarakat dengan menimbulkan rasa jijik, dan rasa
malu
Keberhasilan program STBM ini terutama didorong oleh
keterlibatan bidan desa dalam proses pemicuan.
Keberhasilan bidan desa disebabkan oleh (i) kedekatan
bidan desa dengan masyarakat terutama ibu rumah
tangga; (ii) kapasitas yang memadai sebagai bidan
desa; (iii) bidan desa merupakan tenaga kesehatan
satu-satunya yang ada di desa.