ANALISIS KADAR BORAKS DAN TARTRAZINE PAD

ANALISIS KADAR BORAKS DAN TARTRAZINE PADA MIE BASAH DI PASAR
TRADISIONAL BANDAR LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Seminar Proposal

Oleh
Lia Oktari
09311042

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TULANG BAWANG
LAMPUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kebiasaan makan kita ditentukan oleh tradisi dan kebudayaan. Makanan yang tidak enak dan
dapat menimbulkan sakit biasanya dihindarkan. Hal ini dituturkan oleh para orang tua kepada

anak atau orang yang lebih muda. Dalam bahan pangan sering kali terdapat senyawa-senyawa
kimia yang tidak mempunyai nilai nutrisi (Winarno, 2004).
Makanan adalah komponen utama yang sangat berperan penting dalam kehidupan umat manusia.
Tidak satupun manusia dapat bertahan tanpa makanan sehari saja, sehingga dalam hal ini
makanan adalah penentu dari segala aktivitas manusia. Makanan dapat diistilahkan sebagai
segala sesuatu yang dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia dan tidak mendatangkan
bahaya bagi yang mengkonsumsinya. Makanan bisa juga diistilahkan sebagai sesuatu yang
mengandung unsur atau zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dan mendatangkan manfaat bagi
orang yang mengkonsumsinya (Tumbel, 2010).
Mie basah adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambah pangan yang diijinkan, berbentuk khas mie
yang tidak dikeringkan (Anonim, 1992).
Kadar air mie basah cukup tinggi, sehingga mie basah memiliki waktu penyimpanan yang cukup
pendek. Beberapa produsen mie menambahkan bahan tambahan pangan pengawet untuk
memperpanjang masa simpan dan pewarna untuk mempertahankan penampakan warna agar
tetap terlihat segar (Ayuningtyas Shenna dkk, 2014).
Mie dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet bila dimasukan dalam freezer. Penggunaan
boraks pada mie akan menghasilkan tekstur lebih kenyal dan lebih awet. Boraks adalah zat

pengawet yang banyak digunakan dalam industri tekstil, insektarium dan herbarium, namun saat

ini orang cenderung menggunakannya dalam industri rumah tangga sebagai bahan pengawet
makanan seperti pada pembuatan mie basah (Tumbel, 2010).
Pemakaian zat warna sebagai aditif pada makanan dan minuman yang telah meluas sejalan
dengan perkembangan teknologi pangan. Penggunaanya antara lain untuk menarik itu harus
diwaspadai. Pada penggunaan zat pewarna terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian
zat pewarna untuk sembarang bahan makanan, misalnya zat warna unuk tekstil dan kulit dipakai
untuk mewarnai bahan makanan. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan
oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan dan minuman (Sudarmadji,
Bambang dan Suhardi, 2003).
Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan diantaranya adalah
tartrazine. Tartrazine secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan
dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan dan
mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan pewarna alami
(Sumarlin, 2010).
Tartrazine menghasilkan warna kuning yang digunakan dalam berbagai makanan yang berwarna
kuning separti mie basah. Pengaruh tartrazine terhadap kesehatan adalah memicu asma, ruam
kulit, menurunkan aktivitas enzim pencernaan, serta mengurangi mineral seng dalam tubuh
(Wijaya, 2011).

1.2 Perumusan Masalah

Apakah mie basah di Pasar Tradisional Bandar Lampung mengandung boraks dan tartrazine.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis kandungan boraks dan tartrazine pada mie basah yang dijual di Pasar
Tradisional Bandar Lampung sesuai SNI 01-2897-1992.

1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat, tentang bahaya kandungan boraks dan tartrazine
pada mie basah yang di jual di Pasar Bandar Lampung.

1.5 Hipotesis
Terdapat boraks dan tartrazine pada mie basah yang di jual di Pasar Tradisional Bandar Lampung
tidak sesuai SNI 01-2897-1992.