IMPLIKASI PENERAPAN KEBIJAKAN KURIKULUM pdf

1

IMPLIKASI PENERAPAN KEBIJAKAN KURIKULUM 2013 PADA
SEKOLAH DASAR DI PEDESAAN ATAU DI DAERAH PINGGIRAN
DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN
Oleh : Angga Debby Frayudha

Abstrak. Pendidikan bukan hanya sekedar menjadi sebuah wacana untuk
digembar-gemborkan melalui berbagai program yang tidak tepat sasaran.
Kurikulum 2013 lahir sebagai solusi tepat yang akan menjadi kurikulum
pendidikan nasional di Indonesia. Namun perlu dipertimbangkan lagi kebijakan
pelaksanaanya, mengingat, masih banyaknya sekolah-sekolah di pedesaan atau
pedalaman yang tidak ditunjang oleh fasilitas yang lengkap, SDM guru yang tidak
bisa memanfaatkan fasilitas atau media belajar yang sudah ada pun perlu
dibenahi, dan otonomi yang ada dalam Kurikulum 2013 sendiri untuk
membebaskan para guru menyusun bahan ajar sendiri sesuai dengan daerah
masing-masing meski harus mengacu pada Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan di bawah pengawasan dinas kabupaten atau kota, tidaklah sesuai
dengan ujian akhir nasional yang kadang soal-soalnya bertentangan dengan apa
yang selama 6 tahun dipelajari oleh para siswa di sekolah mereka masing-masing.
A.


PENDAHULUAN
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam

agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena
perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang
kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, pemerintah
berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh
layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Semua
warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa
terkecuali, baik ”yang kaya” maupun ”yang miskin” dan masyarakat perkotaan
maupun pedesaan (terpencil). Kurang meratanya pendidikan di Indonesia terutama
akses memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil menjadi
suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah-langkah strategis dari
pemerintah untuk menanganinya.
Di dalam pemerataan akses pendidikan bagaimana pentingnya setiap warga
memproleh persamaan dalam memproleh pendidikan tanpa diskriminasi. Hal ini

Email : mpyenk@gmail.com


2

didasari oleh Critical Theory (Teori Kritis) yang memiliki esensi adalah
konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik
sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara
alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.
Reformasi tahun 1998 telah melahirkan tuntutan publik termasuk pelayanan
pendidikan yang adil dan berkualitas. Tuntutan publik terhadap adanya perubahan
sistem, pengelolaan, maupun pelayanan pendidikan melahirkan suatu keputusan
sekaligus kesepakatan untuk memberlakukan desentralisasi pendidikan yang
merupakan bagian dari desentralisasi pemerintahan dalam bentuk otonomi daerah
secara keseluruhan (Baedhowi, 2009:88).
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ditetapkan bahwa pendidikan dan
kebudayaan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang pelaksanaannya
dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Untuk melaksanakan kebijakan
otonomi daerah di bidang pendidikan dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 yang diperbarui dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.
Tujuan otonomi bidang pendidikan pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan, yang penyelenggaraannya dilakukan dengan :
(1) meningkatkan penyelenggaraan pendidikan yang transparan dan akuntabel.
(2) meningkatkan efektifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan dan
(3) memberdayakan semua komponen stakeholder pendidikan.
Krisis global semakin membuat kehidupan yang sudah sulit menjadi
semakin rumit bahkan telah menjadi suatu dilema dan masalah klasik yang tidak
pernah kunjung selesai. permasalahan yang kian nampak dan semakin menjadijadi adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang
berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dirasakan oleh mereka.
Terkait dengan kemiskinan ini, publikasi dari BPS tanggal 2 Juli 2007,

Email : mpyenk@gmail.com

3

menyebutkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 mencapai 37,17 juta (16,58
persen). Dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin bulan Maret 2006 yang
berjumlah 39,30 juta (17,75 persen). Badan Pusat Statistik memperkirakan,

jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding
jumlah penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa ( KOMPAS.com Rabu, 23
Juni 2010). Dari data jumlah penduduk tersebut angka kemiskinan di Indonesia
masih cukup tinggi. Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas
Armida S Alisjahbana mengatakan, jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini
mencapai 31 juta jiwa (data ini masih menjadi perdebatan karena BPS dinilai telah
memanipulasi data jumlah penduduk miskin). Sebanyak 78 persen di antaranya
hidup di daerah Jawa dan Sumatera (Kompas.com Selasa 13 Juli 2010). memang
jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Angka-angka tersebut adalah
manifestasi dari kemiskinan yang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan
penduduk suatu negara. Kemiskinan itu pula yang menyebabkan sebagian
masyarakat di negara ini lebih mengedepankan urusan perut untuk bertahan hidup
daripada memikirkan bagaimana untuk membayar sekolah. Sehingga sudah dapat
dipastikan masyarakat akhirnya terus terpuruk dalam belenggu kemiskinan.
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidupnya. Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf
pendidikan merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara yakni
bukan


saja

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

tetapi

juga

menciptakan

kesejahteraan umum dan melaksanakan ketertiban dunia. Pendidikan mempunyai
peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi
kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.
Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar (educated people) yang
menjadi prasyarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri, demokratis,
sejahtera, dan bebas dari kemiskinan. Dalam amandemen UUD 1945 Pasal 31

Ayat (1) dan (2) menegaskankan, setiap warga negara berhak mendapat

Email : mpyenk@gmail.com

4

pendidikan. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
Dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 maka semua
warga berhak mendapatkan pendidikan termasuk bagi siswa sekolah dasar di
daerah pedesaan atau di daerah pinggiran dan ditegaskan lagi dalam amandemen
UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan 2. Dan jika pun ada beberapa sekolah unggul atau
sekolah yang bertaraf internasional di negara kita yang tercinta ini, coba kita
tanyakan lagi pada diri kita masing-masing, berapa persenkah anak-anak di
seluruh pelosok nusantara mampu bersekolah di sekolah-sekolah elit tersebut,
Jawabannya tentu saja sangat sedikit dan hanya bagi mereka-mereka yang punya
orang tua kayalah yang mampu menikmati pendidikan yang layak dan berkualitas.
Kurikulum nasional yang di adaptasi oleh semua sekolah di Indonesia
sekarang ini sebenarnya tidaklah efektif dan selalu tidak tepat sasaran. Mengapa
demikian? Nah, mari kita telaah terlebih dahulu apa itu kurikulum dan seperti

apakah kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini. Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan
sebagai rambu-rambu (pedoman) dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pengajaran itu sendiri. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang
dirancang untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dimasa
depan mereka. Pemerintah melalui menteri pendidikan dan kebudayaan merasa
perlu menyiapkan kurikulum yang lebih mumpuni dibanding kurikulum
sebelumnya. Beberapa alasan dikemukan oleh pemerintah dalam hal ini
Mendikbud mengapa kurikulum 2013 perlu, salah satu diantaranya adalan bonus
demografi. Bonus demografi merupakan sebuah keuntungan yang akan dimiliki
oleh Indonesia dimasa yang akan datang, diperkirakan rentang tahun 2010 - 2035,
dimana populasi manusia Indonesia memiliki jumlah usia produktif tinggi,
sementara jumlah usia yang non produktif mencapai rendah. Bisa dibayangkan
apabila pada masa ini jumlah yang produktif ini tidak produktif (kementrian
pendidikan dan kebudayaan 2013 – Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SD/MI).
Dalam mengembangkan kebijakan pendidikan yang mampu dirasakan oleh
rakyat miskin maka harus diperhatikan adalah bagaimana pendidikan itu

Email : mpyenk@gmail.com


5

mengemas sistem pendidikan dengan seluruh komponen, yaitu kurikulum, materi
pendidikan, sarana prasarana, lingkungan siswa, guru dan tenaga pendidikan
lainnya, proses pendidikan dan lainnya. Sehingga diperlukanlah membangun
sistem pendidikan yang demokratis. Dalam Democracy Theory (Teori Demokrasi)
mengajarkan bahwa anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di
dalam proses perumusan dan penentuan kebijaksanaan pemerintahan. Dengan kata
lain, pemerintah (government) melakukan apa yang dikehendaki oleh rakyat,
setidak-tidaknya pemerintah menghindarkan diri dari apa yang tidak dikehendaki
oleh anggota masyarakat.Teori yang digagas oleh JJ. Rousseau (Abad XIX) ini
memiliki tujuan mencapai kebaikan kehidupan bersama di dalam wadah suatu
negara, khususnya dalam tata hubungan antara manusia sebagai warganegara
dengan negaranya. Dan pada prinsipnya Teori Demokrasi bercita-cita membangun
pendidikan bagi seluruh masyarakat.

B.

PEMBAHASAAN
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dirancang untuk


menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dimasa depan mereka.
Pemerintah melalui menteri pendidikan dan kebudayaan merasa perlu menyiapkan
kurikulum yang lebih mumpuni dibanding kurikulum sebelumnya. Beberapa
alasan dikemukan oleh pemerintah dalam hal ini Mendikbud mengapa kurikulum
2013 perlu, salah satu diantaranya adalan bonus demografi. Bonus demografi
merupakan sebuah keuntungan yang akan dimiliki oleh Indonesia dimasa yang
akan datang, diperkirakan rentang tahun 2010 - 2035, dimana populasi manusia
Indonesia memiliki jumlah usia produktif tinggi, sementara jumlah usia yang non
produktif mencapai rendah. Bisa dibayangkan apabila pada masa ini jumlah yang
produktif ini tidak produktif. karakterisitik kurikulum 2013 antara lain :
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)
mata pelajaran.

Email : mpyenk@gmail.com

6

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi
Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
B.1

Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil.


Untuk kurikulum SD/MI, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan melalui
pendekatan terintegrasi. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas I, II, dan III ke
dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Dengan pendekatan ini maka Struktur Kurikulum SD/MI menjadi lebih sederhana
karena jumlah mata pelajaran berkurang.
Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
Ilmu Pengetahuan Sosial tercantum dalam Struktur Kurikulum dan memiliki
Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi

Email : mpyenk@gmail.com

7

Dasar Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagaimana
Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema.
Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata
pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.
Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Sedangkan substansi muatan lokal
yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

B.2 Tujuan Satuan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan
bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

B.3

Struktur Kurikulum dan Beban Belajar

1.

Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum

dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum
yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Email : mpyenk@gmail.com

8

Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di
suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan
ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka
harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur
ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan
berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, dan
beban belajar.
2.

Beban Belajar
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa

belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masingmasing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam
setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Dengan adanya tambahan jam
belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan
waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan
untuk

mengamati,

menanya,

mengasosiasi,

dan

berkomunikasi.

Proses

pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik
peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan
menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan
masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru
melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

C.

Perspektif manajemen pendidikan dalam Kurikulum 2013
Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya

terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil
atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.

Email : mpyenk@gmail.com

9

Menurut Mulyani A. Nurhadi Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan
yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah suatu kegiatan
atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan
efisien.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian
manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting,
yaitu: (a). usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan
adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang
atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan,
menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada
kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.
Jika pengertian Manajemen Pendidikan ini diterapkan pada usaha
pendidikan maka sudah termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau
pengaturan. Menurut Mulyani A. Nurhadi definisi Manajemen Pendidikan adalah
rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pengertian lain
mengenai Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang
tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Dalam rangkaian penerapan kurikulum 2013 itu merupakan suatu proses
pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan
unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan yang hanya tujuanya untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan dari penerapan

Email : mpyenk@gmail.com

10

kurikulum ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa untuk mengelola pendidikan
secara baik dan bermutu. Dalam proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh
sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga
kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa
mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
Jadi dimaksudkan dalam sudut pandang manajemen pendidikan maka kurikulum
2013 bisa dikelola dengan baik dan pengelolaan itu tujuannya dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
D.

Perspektif Kurikulum 2013 yang diterapkan di Sekolah Dasar pada
daerah Pedesaan atau daerah Pinggiran
Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik

integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan
alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan
pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan
Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah
Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya maka

Email : mpyenk@gmail.com

11

sekolah juga dituntut agar kelengkapan pembelajaran juga lengkap namun sekolah
dasar di daerah pedesaan atau di daerah pinggiran mengalami kesulitan dalam hal
tersebut sehingga hasil dari pendekatan pembelajaran tersebut kurang begitu
maksimal.
Dampak dari penerapan kurikulum 2013 didaerah pedesaan atau pinggiran
antara lain :
1. Guru mengajar di dua atau tiga sekolah demi mengejar kekurangan jam agar
memperoleh tunjangan sertifikasi. Kadang jarak antarsekolah tempatnya mengajar
sangat jauh sehingga para guru sudah kelelahan dan tidak lagi memiliki waktu
untuk belajar hal baru.
2. Pengurangan jam mata pelajaran atau penghapusan mata pelajaran akan
menyebabkan kelebihan guru.
3. Postur anggaran cenderung mengutamakan pembangunan fisik, seperti
membangun dan memperbaiki sekolah, membeli alat, dan melengkapi
sarana/prasarana. Sementara itu, sangat minim anggaran untuk membangun
kapasitas guru.
4. kurikulum 2013 itu lebih berorientasi kepada manusia karakter dari pada
manusia berilmu. Oleh karena itu, sistem penilaian pun mestinya menggunakan
penilaian kualitatif.
5. Buku Kurikulum 2013 sangat spesifik, terlebih buku untuk Sekolah Dasar (SD)
(kelas 1-3) karena hanya berlaku setahun saja dan hal ini akan menggerogoti uang
BOS demi kurikulum 2013.
Tujuan otonomi daerah dibidang pendidikan adalah untuk meningkatkan
mutu pendidikan dengan menyelenggarakan pendidikan yang transparan,
akuntabel dan layanan pendidikan yang efektif, efisien, dan memberdayakan
semua komponen stakeholder. Untuk mencapai tujuan tersebut setelah dilakukan
penelitian pengembangan model implementasi kebijakan pendidikan kota
Semarang, di hasilkan “model implementasi kebijakan pendidikan hasil
pengembangan

adalah

model

implementasi

kebijakan

pendidikan

yang

menerapkan prinsip interaktif, partisipatif, manajemen dan good governance”.

Email : mpyenk@gmail.com

12

Interaktif dalam implementasi kebijakan pendidikan maksudnya bahwa
implementasi kebijakan pendidikan adalah sebagai suatu proses yang dinamis,
sehingga setiap pihak yang terlibat baik sebagai penentu, pelaksana dan pengguna
kebijakan sesuai dengan kapasitasnya dapat mengusulkan perubahan dalam setiap
tahapan pelaksanaan, apabila di pandang terdapat kekurangan atau kelemahan
yang mengganggu pencapaian tujuan kebijakan. Disamping itu setiap hasil
evaluasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan kebijakan lebih lanjut. Sehingga
setiap tahapan implementasi kebijakan bidang pendidikan selalu dievaluasi, dan
segala potensi, kekuatan, dan kelemahan dalam setiap tahapan implementasi dapat
diketahui dan segera diperbaiki untuk mencapai tujuan kebijakan pendidikan yang
diharapkan (Grindle, 1995).
Penyelenggaraan pendidikan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan
harus diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Untuk itu penyelenggaraan
pendidikan harus menerapkan fungsi manajemen secara baik, yaitu perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan (actuating), dan
pengendalian (controlling). Dalam tahap penetapan kebijakan pendidikan sebagai
kebijakan

pelaksana,

pengorganisasian,

prinsip

menggerakkan,

manajemen
dan

dimulai

pengendalian.

dari

perencanaan,

Sedangkan

dalam

pelaksanaan/eksekusi kebijakan pendidikan, implementator menerapkan fungsi
pengorganisasian,

menggerakkan

dan

pengendalian.

Pelaksanaan/eksekusi

kebijakan pendidikan sebagai penentu berhasil tidaknya kebijakan pendidikan
harus menerapkan prinsip good governance, yaitu transparansi, akuntabilitas,
fairness, dan responsivitas. Sehingga kebijakan pendidikan benar-benar dapat
menjamin adanya peningkatan mutu pendidikan.
Permasalahan kesenjangan akses antara daerah pedesaan dan perkotaan
dianggap signifikan. Tetapi seperti disebutkan sebelumnya sedikit data yang dapat
menjadi buktibukti kuat untuk asumsi ini. Pertama data yang tersedia tidak
menunjukkan dengan jelas macam-macam pelayanan. Untuk mengungkapkan
masalah ini secara tepat pemerintah perlu untuk mengklasifikasi pelayanan
dengan saling mengoreksi antara swasta dan negeri, subsidi dan non subsidi, yang
mencari keuntungan dan tidak mencari keuntungan diseluruh pedesaan dan

Email : mpyenk@gmail.com

13

perkotaan, untuk mengungkap informasi yang krusial seperti bagaimana ivestasi
pemerintah menguntungkan atau tidak menguntungkan orang miskin. Data yang
tidak dihitung secara regional mengenai perluasan dan frekuensi pelayanan
menggunakan (pendaftaran dan partisipasi dalam hal jumlah jam, jumlah hari
perminggu dan perbulan ) dapat juga membantu pemerintah menyampaikan
ketidak merataan dalam jenjang partisipasi.
Pelatihan guru adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
kualitas pelayanan, tetapi yang penting dapat berbentuk kuatitatif lebih mudah
dari yang lain. Sampai sekarang di Indonesia data aspek penting mengenai
kualitas kurang. Latar belakang laporan ini menyediakan beberapa data mengenai
kualifikasi dan tingkat pelatihan tenaga kerja anak usia dini, tetapi tim review
tidak melihat laporan resmi mengenai hal ini. Juga tidak mendapatkan data yang
relevan di referensi internasional. Distribusi guru yang bermutu di daerah-daerah
(pedesaan dan perkotaan) akan menjadi indikator yang bermanfaat membuktikan
ketidak merataan kualitas regional.

E.

Perspektif Kurikulum 2013 Dalam Evaluasi Kebijakan Publik
Dalam Studi Analisis Kebijakan Publik, maka salah satu cabang bidang

kajiannya adalah Evaluasi Kebijakan. Mengapa Evaluasi Kebijakan dilakukan,
karena pada dasarnya setiap kebijakan negara (public policy) mengandung resiko
untuk mengalami kegagalan. (Abdul Wahab, 1990 : 47-48), mengutip pendapat
Hogwood dan Gunn (1986), selanjutnya menjelaskan bahwa penyebab dari
kegagalan suatu kebijakan (policy failure) dapat dibagi menjadi 2 katagori, yaitu :
(1) karena “non implementation”

(tidak terimplementasi), dan (2) karena

“unsuccessful” (implementasi yang tidak berhasil). Tidak terimplementasikannya
suatu kebijakan itu berarti bahwa kebijakan itu tidak dilaksanakan sesuai dengan
di rencanakan. Sedangkan implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi bila
suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan sudah sesuai rencana, dengan
mengingat kondisi eksternal ternyata sangat tidak menguntungkan, maka
kebijakan pendidkan tersebut tidak dapat berhasil dalam mewujudkan dampak

Email : mpyenk@gmail.com

14

atau hasil akhir yang telah dikehendaki. Biasanya kebijakan yang memiliki resiko
untuk gagal disebabkan oleh faktor-faktor diantaranya : pelaksanaannya jelak (bad
execution), kebijakannya sendiri itu memang jelek (bad policy) atau kebijakan itu
sendiri yang bernasib kurang baik (bad luck). Adapun telaah mengenai dampak
atau evalausi kebijakan adalah, dimaksudkan untuk mengkaji akibat-akibat dari
suatu kebijakan atau dengan kata lain untuk mencari jawaban apa yang terjadi
sebagai akibat dari pada “implementasi kebijakan” (Abdul Wahab, 1997 : 62).
Menurut (Santoso, 1988; 8), sementara itu (Lineberry 1977; 104), analisis dampak
kebijakan dimaksudkan untuk mengkaji akibat-akibat pelaksanaan suatu
kebijakan dan membahas “hubungan antara cara -cara yang digunakan dan hasil
yang hendak akan dicapai”. Sinyal tersebut lebih diperjelas oleh (Cook dan Scioli
1975 : 95), dari salah satu buku yang ditulis oleh (Dolbeare, 1975 : 95) dijelaskan
bahwa :“policy impact analysis entails an extension of this research area while, at
the same time, shifting attention toward the measurment of the consequences of
public policy. In other words, as opposed to the study of what policy causes”.
Dengan demikian, secara singkat analisis dampak kebijakan “menggaris bawahi”
pada masalah what policy causes sebagai lawan dari kajian what causes policy.
Konsep evaluasi dampak yang mempunyai arti sama dengan konsep kebijakan
yang telah disebutkan diatas, yaitu : Seperti pada apa yang pernah didefinisikan
oleh (Dye, 1981 : 366 –367) : “Policy vealuation is learning about the
consequences of public policy”. Adapun definisi yang lebih kompleks adalah
sebagai berikut : “Policy evaluation is the assesment of the overall effectiveness
of a national program in meeting its objectives, or assesment of the relative
effectiveness of two or more programs in meeting common objectives” (Wholey,
1970, dalam Dye, 1981). Evaluasi Kebijakan adalah merupakan suatu aktivitas
untuk melakukan penilaian terhadap akibat-akibat atau dampak kebijakan dari
berbagai program-program pemerintah. Pada studi evaluasi kebijakan telah
dibedakan antara “policy impact/ outcome dan policy output. “Policy Impact/
outcome ” adalah akibatakibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan
dengan dilaksanakannya suatu kebijakan. Adapun yang dimaksud dengan “Policy

Email : mpyenk@gmail.com

15

output” ialah dari apaapa yang telah dihasilkan dengan adanya program proses
perumusan kebijakan pemerintah (Islamy, 1986 : 114-115).
Permasalahan Pendidikan di daerah-daerah adalah: (1) belum optimalnya
kemampuan dan kesiapan SDM di lingkungan pendidikan dalam menjalankan
kebijakan desentralisasi pendidikan; (2) kurang optimalnya sekolah untuk
mengatur sendiri penyelenggaraan pendidikan; (3) ranking kelulusan siswa tidak
sama dengan daerah lain; (4) masih rendahnya pemahaman dan pengalaman
pengelolaan keuangan sekolah sesuai regulasi yang ada; (5) masih sedikitnya
sekolah yang bertaraf nasional dan internasional berdasarkan proporsi jumlah
sekolah; (6) disparitas kualitas sekolah dan pendidik, antara sekolah di tengah
kota dengan di wilayah pinggiran kota; (7) masih rendahnya pemahaman
masyarakat berpartisipasi dalam pendanaan pendidikan; dan (8) Sarana dan
prasarana sekolah masih ada yang tidak sesuai dengan kebutuhan sesuai.

Email : mpyenk@gmail.com

16

F.

PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa, model impelementsi yang sesuai untuk diterapkan di semua daerah
meliputi perkotaan, pedesaan dan daerah pinggiran adalah model interaktif,
partisipatif, fungsi manajemen dan good governance Karena dengan model
tersebut pelaksanaan kebijakan pendidikan dapat dilakukan dengan
transparan, akuntabel, memberdayakan semua komponen stakeholder
pendidikan, sehingga mutu pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan
efisien. walaupun perlu adanya penyendirian kualitas sekolah karena pada
sekolah pinggiran atau pedesaan yang pada umumnya dari struktur pengajar,
alat kelengkapan dan manajemen yang tidak sama dengan perkotaan perlu
diantisipasi tersendiri agar tidak menimbulkan kesan kesenjangan bagi
sekolah tersebut dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan bagi
sekolah di daerah pinggiran atau pedesaan sangatlah penting. namun bagi
sekolah tersebut perbedaan kelengkapan peralatan sekolah-sekolah atau halhal lain yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran seharusnya tidak
menjadi penghambat yang begitu signifikan terhadap proses belajar
mengajar dan dapat menggangu kebijakan pemerintah untuk menerapkan
Kurikulum 2013 di seluruh Stakeholder pendidikan dari kota sampai desa
dari sekolah negeri sampai swasta dan disini dibutuhkan peran guru yang
sangat besar guna pencapaian kurikulum 2013 agar bisa dilaksanaakan
dengan baik.
Saran pertama, berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam penetapan
kebijakan pelaksana di bidang pendidikan, harus benar-benar dilakukan
dengan prinsip interaktif dan partisipatif serta mentaati tahapan fungsi
manajemen yaitu planning, actuating, organizing, dan controlling. Kedua,
dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan disamping menerapkan fungsi
manajemen khususnya organizing, actuating, controlling, juga menerapkan
prinsip good goverenance yaitu transparansi, akuntabilitas, fairnes dan

Email : mpyenk@gmail.com

17

responsivitas. Ketiga, perlu adanya kebijakan Khusus dari Pemerintah bagi
daerah pedesaan atau pinggiran untuk menerapan kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA
Griffiths,L.V. 1983. Masalah Pendidikan di Daerah Pedesaan, Unesco
Abdul Wahab, Solichin, 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara,
Rineka Cipta, Jakarta.
Soedijarto. 2013. Pendidikan yang mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan
Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia, Kompas, Jakarta
Daulay, Hanum, Latifah. 2008. EVALUASI KEBIJAKAN DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN
JUMLAH SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. Jurusan
Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatra Utara
http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-ontent/uploads/sites/65/2013/03/dokumenkurikulum-2013.pdf. diakses tanggal tanggal 30 september jam 10:26
http://urip.files.wordpress.com/2013/02/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-sdver-3-3-2013.pdf. diakses tanggal tanggal 30 september jam 10:28
http://www.man1pekanbaru.sch.id/file_download/kurikulum-2013-kompetensidasar-sma-ver-3-3-2013.pdf diakses tanggal tanggal 30 september jam
10:33
http://www.lpmpjabar.go.id/sites/default/files/IMPLIKASI%20KURIKULUM%2
02013.doc. didownload tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:12
http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001385/138522ind.pdf.
tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:39

Email : mpyenk@gmail.com

didownload

18

http://dikmen.kemdikbud.go.id/dak/Peraturan%20DAK%20DIKDAS%202013%2
0pada%20rakor%20Dikmen.pdf. didownload tanggal 6 oktober 2013
pukul 11:43
http://unesdoc.unesco.org/images/0007/000764/076492indb.pdf.

didownload

tanggal 6 oktober 2013 pukul 19:39
http://re-searchengines.com/imamhanafie3-07-2.html diakses tanggal 6 oktober
2013 pukul 11:21
http://tempo-institute.org/kurikulum-sekolah-bagi-si-miskin-di-pedalaman/
diakses tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:21
http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/jmp/article/download/265/286. diakses
tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:22

Email : mpyenk@gmail.com