Hubungan Kebijakan Anggaran Pemerintah T

Hubungan Kebijakan Anggaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Oleh : Gede Dwipa Ria Narasara

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak ,
negara sebesar Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah akan terlihat kecil
jika masyarakatnya tidak sejahtera. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat suatu
negara adalah pertumbuhan ekonominya, walaupun pertumbuhan ekonomi bukanlah alat
satu-satunya dalam mengukur kesejahteraan masyarakat suatu negara tapi setidakya
pertumbuhan ekonomi dapat memberikan sedikit gambaran tentang kondisi sebagian besar
masyarakat di suatu negara. Salah satu faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi adalah kebijakan fiskal yang diterapkan di suatu negara, beberapa tahun terakhir
ini Indonesia menerapkan kebijakan defisit anggaran, kebijakan ini diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tapi kenyataannya

harapan tersebut

tidak dapat berjalan mulus karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.


PENDAHULUAN
Gambaran Umum
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang
yang menerangkan atau mengukur perkembangan prestasi suatu perekonomian. Dalam
kegiatan ekonomi yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi
fiskal yang terjadi di suatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi kegiatan–
kegiatan ekonomi yang sudah ada, dan berbagai perkembangan lainnya.
Perumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di
suatu negara, terdapat banyak faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, beberapa
faktor tersebut yaitu :
- Tanah dan kekayaan alam lainnya
- Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
- Barang-barang modal dan tingkat teknologi

- Sistem sosial dan sikap masyarakat
- Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
- Kebijakan pemerintah
- Ekonomi global
Kebijakan pemerintah di bidang penganggaran pada khususnya sangat erat kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi, ada beberapa tujuan dari kebijakan fiskal yaitu :
a. untuk menciptakan stabilitas ekonomi;
b. untuk menciptakan lapangan kerja;
c. untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi;
d. untuk menciptakan keadilan dalam mendistribusikan pendapatan.

Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran,
kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan anggaran yang menyusun
pengeluaran sama besar dengan penerimaan.
Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Kebijakan Anggaran Surplus

Kebijakan anggaran surplus yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih kecil dari penerimaan.
Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah
jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak
statis).

Masalah
Beberapa tahun belakangan Indonesia menganut kebijakan defisit anggaran, banyak
terjadi pro dan kontra terhadap kebijakan ini, beberapa pakar ekonomi dan masyarakat
awam ada yang mengatakan bahwa kebijakan defisit anggaran bagi Indonesia saat ini
merupakan kebijakan yang sangat cocok untuk kondisi saat ini ada juga yang mengatakan
bahwa kebijakan ini malah akan berdampak buruk bagi negeri ini. Saat ini masih terdapat
masyarakat Indonesia yang masih tergolong pada kategori miskin dan hampir miskin
mungkin salah satu penyebab dari tingkat kemiskinan di Indonesia adalah kebijakan fiskal
yang diterapkan di Indonesia. Mengingat adanya kemungkinan tersebut maka perlu analisa
sejauh mana kebijakan fiskal di Indonesia dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang
sangat erat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia.

Tujuan

Jurnal ini dimaksudkan untuk menganalisa ada atau tidaknya hubungan antara
kebijakan fiskal yang diterapkan terhadap pertumbuhan ekonomi di negeri ini yang sangat
erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan. Setelah mengetahui keterkaitan semuanya maka
diharapkan akan ada solusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.

KERANGKA ANALISIS
Indonesia bisa dikatakan sebagai Negara yang sedang giat-giatnya melakukan
pembangunan. Bagi negara-negara yang sedang membangun, stabilisasi ekonomi
merupakan syarat bagi terlaksananya pembangunan ekonomi agar tujuan pembangunan
dapat tercapai secara efisien dan efektif. Apabila pembangunan ekonomi dilaksanakan
dengan kurang memperhatikan berbagai faktor – faktor yang relevan maka dapat
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi sehingga menghambat pembangunan itu sendiri.
Maka dari itu pembangunan ekonomi sangat memerlukan desain kebijaksanaan ekonomi,
baik kebijaksanaan kualitatif maupun kebijaksanaan kuantitatif. Ada dua kebijakan yang
biasa digunakan dalam ekonomi makro yaitu, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan ekonomi yang terkait dengan jumlah uang yang
beredar dalam mengatasi masalah perekonomian. Sedangkan kebijakan fiskal dalam
mempengaruhi perekonomian lebih mempersentasikan pilihan – pilihan pemerintah dalam
menentukan besarnya jumlah pengeluaran dan pendapatan negara yang tertuang dalam

APBN .
Kegunaan

anggaran sebagai

instrumen utama kebijakan

fiskal memberikan

pembenaran kepada pemerintah untuk melakukan campur tangan guna mempengaruhi
pertumbuhan dan tingkat aktivitas ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal, baik dari sisi
pendapatan maupun dari sisi belanja.
Terjandinya krisis ekonomi 1998 membuat pemerintah mengalami defisit finansial.
APBN mengalami penurunan pendapatan secara drastis namun pengeluaran semakin tinggi
akibat besarnya beban penangulangan krisis. Sehingga terjadi krisis fiskal di Indonesia yang
ditandai dengan meningkatnya belanja pemerintah terutama untuk kewajiban kontinjensi.
Keadaan di atas membuat pemerintah Indonesia terbelit beban utang yang berat untuk
menutup defisit APBN. Utang pemerintah bertambah menjadi tiga sampai empat kali lipat

dari kondisi sebelum krisis, dan hampir tiga perempat dari pertambahan ini merupakan

utang dalam negeri yang harus dibayar untuk restrukturisasi perbankan (. Kewajibankewajiban penutupan utang (bunga dan amortisasi) melebihi 40 persen penerimaan
pemerintah selama beberapa tahun terakhir, sedangkan kebutuhan pembiayaan baru (baik
dari luar maupun dalam negeri) di tahun-tahun mendatang masih tetap dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan belanja.
Pascakrisis Indonesia masih bergantung pada utang dalam negeri guna membiayai
defisit APBN. Namun untuk utang dari luar negeri digunakan untuk pembangunan di dalam
negeri, seperti pembangunan infrastruktur, industri, pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) dan pinjaman untuk program lainnya. Defisit anggaran yang terjadi sangat
membatasi ruang gerak pemerintah dalam melakukan pembangunan di dalam negeri.
Perhatian terhadap utang dan defisit memiliki arti penting dalam analisis keuangan
pemerintah. Hal ini disebabkan karena defisit yang dibiayai dengan surat utang akan
menimbulkan efek crowding-out. Pinjaman yang dilakukan pemerintah terhadap publik akan
berakibat pada berkurangnya investasi swasta. Hal ini disebabkan penurunan cadangan
dana publik yang akan diikuti oleh meningkatnya tingkat bunga. Dengan biaya modal yang
tinggi, investasi swasta menjadi tertekan dan pertumbuhan ekonomi akan menurun.
Defisit fiskal juga dapat berdampak negatif terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Efek yang dapat ditimbulkan oleh ekspansi anggaran pemerintah yang
terlampau eksesif adalah terjadinya pelarian modal (capital flight) ke luar negeri. Dalam
jangka pendek, defisit yang dibiayai dengan utang luar negeri dan juga utang dalam negeri
beban ekonominya bisa berakumulasi menjadi semakin besar. Konsekuensinya, dalam

jangka panjang, akan timbul pergeseran beban utang ke generasi yang akan datang.
Selain masalah defisit anggaran, aspek lain yang penting adalah masalah sinkronisasi
kebijakan fiskal dengan siklus bisnis perekonomian .Idealnya, kebijakan fiskal memiliki sifat
sebagai automatic stabilizer perekonomian, artinya dalam kondisi perekonomian sedang
mengalami

ekspansi,

maka

pengeluaran

pemerintah

seharusnya

berkurang

atau


penerimaan pajak yang bertambah. Sebaliknya, jika perekonomian sedang mengalami
kontraksi, kebijakan fiskal seharusnya ekspansif melalui peningkatan belanja atau
penurunan penerimaan pajak. Dengan demikian, automatic stabilizer kebijakan fiskal
mensyaratkan adanya fungsi countercyclical dari kebijakan fiskal.
Secara teoritis kebijakan fiskal dalam model ekonomi makro dirumuskan melalui
pengeluaran

pendapatan

nasional

kotor

(gross

national

income)

yang


bertujuan

mempengaruhi sektor investasi – saving ( IS) sehingga mampu mempengaruhi agregat
demand (AD) nasional, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Y=C+I+G+E–M

Saat subsidi di hapuskan maka pengeluaran pemerintah ( G ) akan turun, dan
pendapatan agregat ikut turun. Agar penghapusan subsidi tidak membuat Y terlalu turun,
maka dana subsidi dipindahkan ke sektor lain yang dapat diserap kembali kas negara, yaitu
investasi. Dana subsidi yang biasa digunakan untuk mengurangi harga BBM dan beberapa
kebutuhan pokok agar tetap terjangkaau di alokasikan untuk pembangunan kawasan
industri yang ditopang oleh infrastruktur penunjang dan pelatihan bagi tenaga SDM yang
akan mengelola hal tersebut.
Anggaran subsidi yang di pindahkan ke investasi melalui pembangunan industri –
industri dalam negeri tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga dapat
mengurangi pengangguran terdidik maupun tidak terdidik.

Data Perbandingan Antara Deficit Angaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
TAHUN


DEFISIT ANGGARAN

PERTUMBUHAN

TINGKAT

(DALAMTRILYUNAN

EKONOMI

KEMISKINAN

RUPIAH)
2008

-4,12

6,1


15,42

2009

-88,62

4,5

14,15

2010

-46,85

6,1

13,33

2011

-150,84

6,5

12,49

2012

-190,11

6,23

11,66

2013

-225,5

5,9%

11,70

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2008 defisit APBN sebesar -88,62
trilyun rupiah dan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5 % lalu tingkat kemiskinan
berada di kisaran angka 14,15 %, pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 defisit anggaran
bertambah besar menjadi -88,62 trilyun, pertumbuhan ekonomi turun menjadi berada di
kisaran 4,5% tapi tingkat kemiskinan pun menurun menjadi 14,15%, pada tahun berikutnya
yaitu tahun 2010 defisit anggaran diturunkan menjadi -46,85 trilyun, pertumbuhan ekonomi
malah meningkat menjadi 6,1% dan tingkat kemiskinan pun turun menjadi 13,33%, pada
tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 defisit anggaran melonjak drastic menjadi 150,84 trilyun
pertumbuhan ekonomi naik menjadi 6,5 % lalu tingkat kemiskinan kembali berhasil
diturunkan menjadi 12,49%, lalu pada tahun 2012 defisit anggaran meningkat lagi menjadi
-190,11 trilyun kali ini pertumbuhan ekonomi malah menurun menjadi 6,23% tapi tingkat

kemiskinan tetap berhasil diturunkan menjadi 11,66%, lalu pada tahun 2013 kembali terjadi
peningkatan deficit anggaran menjadi 225,5 trilyun kali ini pun pertumbuhan ekonomi
kembali menurun menjadi 5,9% dan ternyata tingkat kemiskinan meningkat menjadi 11,70
%
Hal di atas mengindikasikan bahwa deficit anggaran sangat berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi, ketika deficit anggaran membesar pertumbuhan ekonomi relatif
stabil tapi tetap mengalami penurunan, untungnya penurunan pertumbuhan ekonomi
tersebut tidak terlalu signifikan sehingga tetap dapat menekan angka kemiskinan.
Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak saja efek dari kebijakan fiskal yang
ditetapkan pemerintah tapi juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi turunnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut, misalnya saja efek dari perekonomian global,
kebijakan negara lain yang berhubungan dengan Indonesia, harga komoditi luar negeri yang
dikonsumsi di dalam negeri, dan terdapat banyak lagi faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.

Perbandingan Data Belanja Pemerintah dan Tingkat Inflasi
TAHUN

BELANJA PEMERINTAH (DALAM TRILYUNAN

TINGKAT INFLASI

RUPIAH)

(%)

2011

1.294.999,2

3.79

2012

1.548.310,4

4.30

2013

1.683.011,1

8,38

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa belanja pemerintah dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2013 selalu meningkat, demikian pula dengan tingkat inflasi yang semakin
meningkat, hal ini disebabkan karena defisit anggaran tersebut digunakan untuk melakukan
pembangunan di berbagai sektor dengan harapan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional walaupun kenyataannya berbeda dengan harapan. Pembangunan yangn
dilakukan pemerintah menyebabkan peredaran uang di masyarakat melimpah sehingga
menyebabkan inflasi. Dampak inflasi yang semakin tinggi malah menyebabkan efek yang
semakin buruk yang dapat memperparah penurunan pertumbuhan ekonomi. Jika kita lihat
pertumbuhan ekonomi tahun 2013 pada tabel I maka terdapat penurunan pertumbuhan
ekonomi

dari 6,23% menjadi 5,9% salah satu penyebab dari turunnya pertumbuhan

ekonomi ini adalah tingkat inflasi yang sangat besar pada tahun 2013 yaitu 8,38%

KESIMPULAN
1.

Pada beberapa tahun terakhir ternyata Indonesia menggunakan kebijakan defisit
anggaran;

2.

Kebijakan defisit anggaran tersebut diharapkan oleh pemerintah dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tapi ternyata tidak berjalan semulus yang diharapkan;

3.

Kebijakan fiskal sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang dapat
memberikan efek pada tingkat kemiskinan;

4.

Pada situasi tertentu misalnya jika perekonomian sedang dalam keadaan kontraksi,
defisit anggaran dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (ceteris paribus), akan
tetapi hal itu tetap bergantung pada hal-hal lain berhubungan dengan perekonomian;

5.

Jika ekonomi nasional sedang dalam keadaan ekspansi maka defisit anggaran yang
terlalu besar justru akan memperparah keadaan ekonomi ditandai dengan adanya
penurunan pertumbuhan ekonomi

6.

Kebijakan fiskal bukan satu-satunya variable yang dapat menunjukkan hubungan yang
sebanding dengan pertumbuhan ekonomi.

7.

Kebijakan defisit fiskal juga sangat berpengaruh pada peningkatan inflasi di Indonesia
yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi

8.

Defisit anggaran yang terlalu besar ternyata dapat meningkatkan inflasi, lalu inflasi yang
terlalu

besar

ternyata

dapat

memperparah keadaan

ekonomi

nasional

yang

menyebabkan semakin parahnya penurunan pertumbuhan ekonomi.
SARAN
1. Hendaknya pemerintah berhati-hati dalam menerapkan kebijakan fiskal karena terdapat
banyak faktor

yang

harus dipertimbangkan agar pertumbuhan ekonomi dapat

ditingkatkan
2. Pemerintah harus terus memantau rasio hutang agar tidak melakukan kesalahan dalam
menerapkan kebijakan defisit anggaran, jika terjadi kesalahan maka akan terjadi
kegagalan pembayaran hutang dan menyebabkan kekacauan perekonomian
3. Pemerintah harus benar-benar tepat dalam menganalisa apakah perekonomian sedang
aktif atau sedang lesu sehingga pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat
apakah menggunakan kebijakan defisit anggaran atau surplus anggaran
4. Pemerintah harus tepat menggunakan Kebijakan fiskal agar dapat memperkecil tradeoff
antara pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
inflasi
DAFTAR PUSTAKA
Sadono, Sukirno . Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta. Rajagrafindo Persada. 2012

www.bps.go.id
http://yantiruby.blogspot.com/2013/05/kebijakan-fiskal.html