PENYUSUNAN STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAI

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Tim Peneliti:

1. Dr. Indra Suhendra, SE., M.Si.

2. Cep Jandi Anwar, SE., ME.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas tersusunnya Laporan Akhir ini. Laporan ini merupakan laporan tahap awal dalam pekerjaan Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten Untuk Wilayah Serang dan Cilegon yang diselenggarakan oleh Bappeda Propinsi Banten Tahun Anggaran 2014.

Substansi Laporan Akhir ini menjelaskan pendahuluan, data dasar Serang dan Cilegon, potensi daya saing Serang dan Cilegon, pendekatan dan metodologi, Analisa daya saing kewilayahan Serang dan Cilegon serta isu-isu strategis pengungkit daya saing kewilayahan Serang dan Cilegon.

Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Atas bantuan dan saran-saran yang telah diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Serang, Nopember 2014

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 3.1

Interchange Serang Timur Km 52+150 ..................................................... III –3 Gambar 3.2

Rencana Sistem Jaringan Jalan Kota Cilegon .......................................... III – 29 Gambar 4.1

Pendekatan Studi ...................................................................................... IV - 2

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

B B B A A A B B B II I

P P P E E E N N N D D D A A A H H H U U U LL L U U U A A A N N N

Undang-undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan otoritas/kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola seluruh sumberdaya ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kewenangan dari sistem otonomi adalah pengalokasian belanja yang sepenuhnya diberikan kepada pemerintah daerah. Keterbatasan anggaran menjadi permasalahan yang sudah berlangsung cukup lama sehingga pemerintah dituntut mampu menetapkan skala prioritas pembangunan. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah daerah dituntut memberikan pelayanan yang maksimal serta mampu menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang perekonomian daerah.

Otonomi daerah juga mendorong inovasi dan kreatifitas pemerintah daerah untuk mencari faktor-faktor produksi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah bagimana mendatangkan para investor untuk berinvestasi di daerah. Upaya untuk mencari faktor-faktor produksi ini, menimbulkan persaingan sehingga setiap daerah berlomba untuk menyedikan sarana dan prasarana penunjang perekonomian, seperti jalan; pelabuhan, jembatan, termasuk membuat peraturan daerah yang mempermudah ijin usaha.

Kemampuan daerah untuk mendapatkan fakor-faktor produksi disebut juga daya saing daerah. Menurut Pusat Studi Bank Indonesia (2009), daya saing daerah diartikan sebagai kemampuan perekonomian suatu daerah dalam mencapai pertumbuhan, tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik

I|1

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

dan internasional. Globalisasi salah satu pendorong bagi daerah dan negara untuk meningkatkan daya saing sebab globalisasi tidak hanya berdampak pada ekonomi nasional tetapi juga mempengaruhi perekonomian daerah. Tinggi rendahnya daya saing sangat menentukan kemampuan ekonomi suatu negara untuk bertumbuh dan berkembang. Laporan World Economi Forum 2010-2011, menunjukan posisi daya saing Indonesia berada di peringkat 44 dari 139 negara yang di survey.

Perekonomian wilayah Serang dan Cilegon dalam lima tahun terakhir menunjukan fenomena yang menarik untuk dicermati. Fenomena dimaksud adalah terjadinya pergeseran kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB). Jika tahun 2007 sektor industri di wilayah Serang dan Cilegon menyumbang 46,69 dan 63 persen terhadap PDRB, tetapi tahun 2012 meningkat menjadi 60,41 dan 69,60 persen. Meningkatnya peranan sektor industri terhadap perekonomian daerah tentu saja dikarenakan daerah tersebut memiliki iklim investasi yang sangat bagus. Fakta menunjukan bahwa salah satu penyebab meningkatnya sektor industri adalah karena banyaknya pabrik baru dan banyaknya pabrik yang pindah dari daerah lain, bahkan pindah dari negara lain. Industri baru maupun yang berpindah ditentukan oleh hukum ekonomi dimana investor lebih memilih daerah yang memberikan tingkat efisiensi bagi aktifitas produksinya. Jika merujuk pada definisi daya saing dapat dikatakan bahwa ketika suatu pabrik pindah dari daerah lain maka daya saing daerah wilayah Serang dan Cilegon lebih unggul dibanding daya saing daerah asalnya.

Kajian ini dilakukan untuk mengatahui tingkat capaian daya saing investasi di wilayah Serang dan Cilegon sebagai sebuah indikator keberhasilan pembangunan. Pengukuran indikator dayasaing daerah mengacu pada kriteria KPPOD (2005), mencakup pengukuran kelompok variabel-variabel yang mempengaruhi daya saing investasi daerah, yaitu: kelembagaan, keamanan politik dan sosial budaya, ekonomi daerah, tenaga kerja, dan infrastruktur fisik.

1.2. Identifikasi Masalah

Serang dan Cilegon merupakan satu wilayah dan memiliki potensi khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Seperti posisi strategis Ibu Kota Provinsi Banten, letaknya berdekatan dekat ibu kota Negara serta jalur perlintasan. Dilihat dari potensinya Serang dan Cilegon memiliki keunikan, tidak semata daerah kawasan industri tapi juga memiliki beragam keindahan alam. Potensi ini belum banyak tergali untuk dijadikan aspek daya

saing Serang dan Cilegon.

I|2

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelaksanaan Kegiatan adalah :

1. Mengidentifikasi potensi unggulan konektivitas yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;

2. Mengidentifikasi potensi ekonomi dan bisnis yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;

3. Mengidentifikasi potensi pariwisata yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;

4. Mensinergikan dan menyusun strategi peningkatan daya saing ekonomi Serang dan Cilegon agar mampu bersaing pada level nasional dan internasional.

1.4. Ruang Lingkup

Dalam kegiatan penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon melingkupi kegiatan –kegiatan sebagai berkut :

1. Melakukan survey pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder yang berhubungan dengan indikator daya saing daerah.

2. Menghitung nilai indikator daya saing daerah

3. Melakukan analisis terhadap kondisi eksisting indikator daya saing daerah.

4. Menyusun strategi pengembangan daya saing ekonomi daerah.

1.5. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon meliputi :

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa barat;

2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kota Cilegon;

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kprovinsi Banten;

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

I|3

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah

11. Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

12. Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan;

13. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2008 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan daerah.

1.6. Hasil/ Output Kajian

Tersusunnya Dokumen Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon sebagai bahan untuk penyusunan program dan kegiatan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Bidang Indagkop, Budaya Pariwisata dan Investasi.

I|4

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

2.1. Kewilayahan dan Demografi

2.1.1 Kewilayahan Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70 km dari Kota Jakarta. Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara. Sedangkan batas-batasnya sebagai berikut:

(1) Sebelah barat

: Kota Cilegon dan Selat Sunda;

(2) Sebelah utara : Laut Jawa, Kota Cilegon, dan Kota Serang; (3) Sebelah timur

: Kabupaten Tangerang;

(4) Sebelah selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Serang mencakup wilayah seluas 1467,35 km 2 , terbagi ke dalam 29 (dua puluh sembilan) kecamatan dan 326 kelurahan/ desa. Kabupaten Serang memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 23,8 o C – 32,4 o C dan curah hujan rata-rata

6 mm per bulan, dan lama hujan 14 hari. Jarak Kabupaten Serang terhadap Ibukota Provinsi Banten (Serang) sekitar 5 km dan jarak ke Ibu Kota Negara Republik Indonesia sekitar 70 km. Kabupaten Serang dilalui oleh beberapa sungai, yaitu; Sungai Cibantan dan Sungai Ciujung. Di antara sebelas sungai tersebut Kali Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semua sungai bermuara di Laut Jawa.

Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah atau morfologi. Kabupaten Serang berada pada ketinggian 0-1.778 meter di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar dataran rendah memiliki ketinggian kurang dari 500 meter, sementara dataran tinggi berupa rangkaian pegunungan yang terdapat di perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tabel 2.1.

Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi

di Kabupaten Serang Tahun 2013

Banyaknya Jumlah Jumlah No

8. Tunjung Teja

21 Pulo Ampel

25 Lebak Wangi

Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2014 Secara morfologi, wilayah Kabupaten Serang terbagi atas: (1) morfologi daratan, (2) morfologi perbukitan landai-sedang, dan (3) morfologi perbukitan terjal. Morfologi daratan pada umumnya terdapat pada wilayah timur dan di wilayah pantai barat, morfologi perbukitan landai-sedang terdapat pada wilayah tengah, sedangkan morfologi perbukitan terjal berada pada wilayah utara dan sebagian kecil wilayah selatan.

Keadaan hidrogeologi wilayah Kabupaten Serang dicirikan dengan:

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

1. Terdapat daerah aliran langka dengan daerah penyebaran di bagian utara dan tengan kota;

2. Auifer produktif dengan penyebaran luas, yang nnya melalui ruang antar butir, tetapi tidak terdapat mata air;

3. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, yang melalui ruang antar butir, tetapi tidak terdapat mata air. Struktur geologi Kabupaten Serang terdiri dari batuan vulkanik dan aluvium, dengan sebaran sebagai berikut:

1. Lava dan breksi Gunung Gede tersebar di bagian utara.

2. Breksi dan tuva Gunung Gede tersebar di bagian tengah sampai barat.

3. Endapan sungai berada di antara sebaran lava/breksi Gunung Gede dan breksi/tuva Gunung Gede.

4. Breksi dan tuva gunung danau tersebar di bagian tengah, barat dan selatan.

5. Tuva dan breksi Gunung Tukung tersebar di bagian barat daya.

6. Tuva Gunung Danau tersebar di bagian timur. Secara umum, keadaan tanah di Kabupaten Serang merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede. Jenis tanah ini dijumpai di dataran dan lereng pegunungan, berwarna coklat muda atau coklat tua dengan tekstur halus-kasar. Termasuk jenis tanah ini adalah lempung, lempung berpasir dan pasir. Jenis tanah pasir atau yang bersifat pasir mempunyai sifat resapan (permeabilitas) yang cukup baik.

Tanah yang berasal dari aluvium (endapan sungai, pantai, dan rawa) dijumpai di wilayah utara Kabupaten Serang. Jenis tanah ini dicirikan dengan warna abu-abu muda kecoklatan, bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung hingga pasir, dan tekstur halus kasar. Sebaran dan karakteristik jenis tanah yang terdapat di Kota Cilegon adalah sebagai berikut:

1. Aluvial dengan kedalaman efektif 30-60 cm, tekstur tanah halus, tersebar di wilayah utara;

2. Latosol dengan kedalaman efektif < 30 cm, tekstur tanah kasar, tersebar di wilayah utara;

3. Regosol dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah halus, tersebar di wilayah tengah, barat, timur, dan utara;

4. Aluvial dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah kasar, tersebar di wilayah bagian barat hingga barat daya;

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

5. Aluvial dengan kedalaman efektif 90 cm, tekstur tanah sedang, tersebar di bagian barat hingga barat daya;

6. Regosol kelabu kekuningan dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah halus, tersebar di bagian selatan;

7. Latosol dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah kasar, tersebar di bagian tengah; Penggunaan lahan di Kabupaten Serang merupakan perpaduan antara penggunaan lahan yang bercirikan perkotaan dan pedesaan. Dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Serang sebesar 146.335,86 Ha, penggunaan lahan di daerah ini terdiri dari lahan sawah (51.509,92 Ha), lahan bukan sawah (73.037 Ha), dan lahan bukan pertanian (21.788,94). Penggunaan lahan yang didominasi oleh pekarangan/bangunan tidak terlepas dari keberadaan industri-industri besar berskala nasional dan internasional di Kabupaten Serang.

Tabel 2.2. Luas Lahan di Kabupaten Serang Menurut Penggunaan (Ha), 2013

No. Penggunaan Lahan Luas

1. Lahan Sawah 51.509,92

- Irigasi Teknis 16.158,00 - Irigasi Setengah Teknis

5.380,00 - Irigasi Sederhana

4.075,65 - Tadah Hujan

10.172,61 - Pasang Surut, Folder, Lebak,

620,00 Rembesa, dan Rawa

2. Lahan Pertanian Bukan Sawah 73.037,00

- Ladang, Huma/Tegal, Kebun 39.188,72 - Perkebunan

9.817,00 - Hutan Rakyat

9.929,17 - Lahan Kering Lain

1.691,00 - Rawa, Tambak, Kolam, Empang

7.005,07 - Pengembalaan/ Padang Rumput

180,00 - Lainnya

3. Lahan Bukan Pertanian 21.788,94

- Rumah, Bangunan, dan Halaman 17.816,96 - Hutan Negara

552 - Rawa-rawa

414 - Lainnya (Jalan, Sungai, Danau,

3.005,98 lahan Tandus)

Jumlah 146.335,86

Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2014

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Berdasarkan aspek klimatologi, kondisi iklim di Kabupaten Serang relatif serupa dengan kondisi iklim di Indonesia pada umumnya, yakni beriklim tropis dengan dua kali pergantian musim dalam setahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November-April. Curah hujan tahunan rata-rata berkisar 1.000-1.500 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 14 hari, sedangkan kecepatan angin rata-rata berkisar 2,0-4,8 m/detik.

Kota Serang

Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70 km dari Kota Jakarta, Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara. Sedangkan batas-batasnya sebagai berikut:

(1) Sebelah barat : Kabupaten Serang; (2) Sebelah utara : Laut Jawa; (3) Sebelah timur : Kabupaten Serang; (4) Sebelah selatan : Kabupaten Serang.

Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor: 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang pada tanggal 10 November tahun 2007. Secara administratif Kota Serang yang merupakan Ibukota Provinsi

Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74 Km 2 . Luas wilayah tersebut terbagi atas

20 kelurahan dan 46 desa, yang termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen. Data luas wilayah Kota Serang per Kecamatan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 2.3.

Kota Serang secara geografis terletak antara 50 99’ – 60 22’ Lintang Selatan dan 1060 07’ – 1060 25’ Bujur Timur. Apabila memakai koordinat sistem UTM (Universal Transfer Mercator) Zone 48E wilayah Kota Serang terletak pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 dari Barat ke Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari Utara ke Selatan. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara keselatan adalah sekitar 21,7 Km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 20 km. Kota

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten, juga sebagai daerah alternative dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, karena dari Kota Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Wilayah Kota Serang sebagian besar adalah dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi dan hari hujan banyak dengan ukuran tertinggi dalam sebulan 53 mm dan rata-rata 14 hari hujan.

Tabel 2.3

Luas Wilayah Pembagian Administrasi Kota Serang Tahun 2013 No.

Persentase

Jumlah Kepadatan

Kecamatan

Kel/Desa Luas (Km 2

Penduduk (per km 2 )

2. Cipocok Jaya

611.897 2.163 Sumber: Kota Serang dalam Angka, Tahun 2014

Kondisi rona bentang alam (topografi) Kota Serang menunjukkan permukaan tanah yang relatif datar. Wilayah Kota Serang berada pada ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut, dengan rata-rata ketinggian sekitar 25 meter di atas permukaan laut. Kemiringan Kota Serang berkisar antara 0 – 40%.

Secara geologis, Kota Serang terdiri dari 3 (tiga) jenis batuan. Bagian terbesar adalah jenis batuan pretertiary sediments dan batuan aluvium, selain itu terdapat sedikit daerah termasuk batuan Young Quartenary Volcanic Products, yaitu pada bagian paling selatan Kota Serang (di Desa Gelam). Keadaan tanah (soil) di Wilayah Kota Serang terdiri dari 5 (lima) jenis, berdasarkan bahan induk penyusunnya yaitu: jenis podsoik merah, jenis asosiasi podsolik kuning, dan hidromorf kelabu, regosol kelabu kekuningan, regosol kelabu, jenis asosiasi latosol cokelat kemerahan, dan latosol coklat.

Dilihat dari segi hidrologi, keadaan di Wilayah Kota Serang meliputi sistem air tanah dan air permukaan. Secara umum, baik air tanah maupun air permukaan di Kota Serang tersedia cukup memadai. Hal ini disebabkan wilayah Kota Serang berada di dataran rendah (cukup berdekatan dengan pantai) dan memiliki curah hujan yang cukup, berkisar 1500 - 2000 mm/ tahun.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Sungai yang mengalir melalui Kota Serang adalah Sungai Cibanten. Sebagian masyarakat masih menggunakan sungai tersebut sebagai sumber air konsumsi (MCK), karena cukup dalamnya air tanah (pembuatan sumur). Permasalahannya adalah terjadinya banjir bila curah hujan tinggi, dan cukup terjalnya tebing sungai yang dapat membahayakan masyarakat sekitarnya.

Selain kawasan di sekitar aliran sungai, kawasan rawan air (kesulitan air bersih) adalah daerah built up area (daerah terbangun) perkotaan. Pemenuhan air minum bagi masyarakat Kota Serang, saat ini telah dilayani jaringan air minum perpipaan (PDAM).

Kota Cilegon

Kota Cilegon merupakan kota otonom yang secara yuridis dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 15 Tahun 1999. Sebagai kota yang secara geografis berada pada ujung barat Pulau Jawa serta merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, Kota Cilegon merupakan lokasi bagi berbagai kegiatan industri, baik industri berat ataupun menengah.

Secara administratif, Kota Cilegon berada pada koordinat 5 0 52’24” – 6 0 04’07” Lintang Selatan dan 105 0 54’05” – 106 0 05’11” Lintang Utara, yang batas-batasnya:

1. Sebelah barat

: Selat Sunda (Provinsi Lampung);

2. Sebelah utara

: Kabupaten Serang;

3. Sebelah timur

: Kabupaten Serang;

4. Sebelah selatan

: Kabupaten Serang.

Dengan luas 175,5 km 2 , Kota Cilegon dibagi ke dalam 8 (delapan) kecamatan dan

43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21,1 o C – 33,1 o

C, dan curah hujan rata-rata 95 mm per bulan.

Tabel 2.4. Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi di Kota Cilegon Tahun 2013

Banyaknya Jumlah Jumlah No

Letak Kantor/

Kelurahan RW RT

1. Ciwandan Tegal Ratu

2. Citangkil Kebon Sari

3. Pulomerak Taman Sari

4. Purwakarta Purwakarta

5. Grogol Grogol

6. Cilegon Ciwaduk

7. Jombang Jombang Wetan

8. Cibeber Kali Timbang

Kota Cilegon

Sumber: Cilegon Dalam Angka, Tahun 2013

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Jarak Kota Cilegon terhadap Ibu Kota Provinsi Banten (Serang) sekitar 15 km dan jarak ke Ibu Kota Negara Republik Indonesia sekitar 105 km. Kota Cilegon dilalui oleh beberapa sungai, yaitu; Kali Kahal, Tompos, Sehang, Gayam, Medek, Sangkanila, Cikuasa, Sumur Wuluh, Grogol, Cipangurungan, dan Cijalumpang. Di antara sebelas sungai tersebut Kali Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semua sungai bermuara di Selat Sunda. Selain sungai, di Kota Cilegon juga terdapat sebuah waduk yang cukup luas, yakni Waduk Krenceng yang membelah Desa Kebonsari, Lebakdenok, dan Tamansari di Kecamatan Ciwandan. Waduk ini merupakan sumber air PDAM yang dialirkan ke industri dan rumah tangga di sebagian wilayah Kota Cilegon.

2.1.2. Kondisi Demografi Kabupaten Serang

Jumlah penduduk Kabupaten Serang, berdasarkan survey sosial ekonomi nasional (Susenas) pada tahun 2012 sebanyak 1.448.966 jiwa yang tersebar cukup merata di duapuluh delapan kecamatan, dengan penduduk laki-laki sebanyak 735.552 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 713.414 jiwa dengan sex ratio sebesar 103,10. Laju pertumbuhan penduduk selama periode (2000-2012) sebesar 1,43% dan tingkat kepadatan penduduk mencapai sekitar 987 jiwa per kilometer persegi.

Jumlah penduduk Kabupaten Serang berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2012 adalah 1.036.160 jiwa, yang terdiri atas penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 669.029 jiwa atau 64,57 persen dan penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 367.131 jiwa atau 35,43%. Pertumbuhan penduduk usia produktif ini selama tiga tahun terakhir megalami fluktuasi, yaitu; 74,65 persen pada tahun 2010, menjadi 70,78 persen pada tahun 2011, dan menjadi menjadi 71,56 persen pada tahun 2012.

Tabel 2.5 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja, Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Serang Tahun 2010 – 2012 Tahun

Angkatan Kerja

64,57% - Bekerja

582.314 - Mencari Kerja

86.715 Bukan Angkatan Kerja

Sumber: Banten Dalam Angka, Tahun 2011-2013

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Latar belakang lapangan usaha penduduk Kabupaten Serang menunjukkan sektor Industri (126.525 jiwa) menjadi tumpuan utama sebagian besar penduduknya, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (4.447 jiwa), sektor pertanian (4.342 jiwa), sektor bank dan lembaga keuangan (2.150 jiwa), sektor jasa-jasa (1.612 jiwa), sektor pertambangan dan penggalian (1.276 jiwa), sektor bangunan (743 jiwa), sektor angkutan dan komunikasi (541), dan yang paling kecil sektor listrik, gas, dan air bersih (447 jiwa).

Tabel 2.6 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Serang Tahun 2012

Lapangan Usaha Tenaga Kerja

Pertanian 4.342 Pertambangan dan penggalian

1.276 Industri

126.525 Listrik, gas dan air bersih

447 Bangunan

743 Perdagangan, hotel dan restoran

4.447 Angkutan dan komunikasi

541 Bank dan lembaga keuangan

2.150 Jasa – jasa

142.083 Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, 2013

Jumlah

Kota Serang

Jumlah penduduk Kota Serang tahun 2010 adalah 576,961 jiwa dan tahun 2012 adalah 611,897 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kota Serang diperkirakan sebesar 2,98 % per tahun. Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya relatif tinggi adalah Kecamatan Cipocok Jaya, yaitu 5,91 %. Laju pertumbuhan penduduk Kota Serang per Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7. berikut ini;

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2010 – 2012

Jumlah Penduduk (Jiwa) No

3 Cipocok Jaya

Sumber: Kota Serang Dalam Angka, Tahun 2013

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Perkembangan penduduk dari tahun 2010 –2012, terlihat bahwa pada dasarnya pertumbuhan jumlah penduduk Kota Serang menunjukkan pola linear. Proyeksi jumlah penduduk Kota Serang untuk lima tahun kedepan dilakukan dengan memproyeksikan jumlah penduduk setiap kecamatan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dasar pertimbangannya adalah bahwa setiap kecamatan memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda dan terdapat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perkembangan penduduknya.

Tabel 2.8.

Distribusi Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk

Kota Serang Tahun 2012

Kepadatan No Kecamatan

Penduduk Jiwa/Km 2

Sumber: Kota Serang Dalam Angka, Tahun 2013 Tingkat kepadatan penduduk di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 2.293,98

jiwa per Km 2 . Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Serang, yaitu 8.376,55 jiwa per Km 2 . Sedangkan Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Curug, yaitu 990,12 jiwa per Km 2 .

Tabel 2.9.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut

Kecamatan di Kota SerangTahun 2012 Jumlah Penduduk

No Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah Sex Ratio

611.897 105,44 Sumber: Kota Serang Dalam Angka, Tahun 2013

TOTAL

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Kota Cilegon

Jumlah penduduk Kota Cilegon pada tahun 2012 sebanyak 392.341 jiwa yang tersebar cukup merata di delapan kecamatan, dengan penduduk laki-laki sebanyak 200.550 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 191.791 jiwa dengan sex ratio sebesar 105,00. Laju pertumbuhan penduduk selama periode (2011-2012) sebesar 1,67% dan tingkat kepadatan penduduk mencapai sekitar 2.235 jiwa per kilometer persegi.

Jumlah penduduk Kota Cilegon berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2012 adalah 280.075 jiwa, yang terdiri atas penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 184.121 jiwa atau 65,74% dan penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 95.954 jiwa atau 34,26%. Pertumbuhan penduduk usia produktif ini selama tiga tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif, yaitu 65,60% pada tahun 2010, menjadi 70,00% pada tahun 2011, dan menjadi menjadi 65,74% pada tahun 2012.

Tabel 2.10. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Cilegon Tahun 2010 – 2012 Tahun

Angkatan Kerja

65,74% - Bekerja

163.312 - Mencari Kerja

20.809 Bukan Angkatan Kerja

Sumber: Cilegon Dalam Angka, Tahun 2013 Latar belakang lapangan usaha penduduk Kota Cilegon menunjukkan

sektor perdagangan, hotel dan restoran (81.476 jiwa) menjadi tumpuan utama sebagian besar penduduknya, diikuti oleh sektor jasa-jasa (60.770 jiwa), sektor industri (43.569 jiwa), sektor angkutan dan komunikasi (27.042 jiwa), sektor bangunan (21.407 jiwa), sektor bank dan lembaga keuangan (18.468 jiwa), sektor pertanian (13.804 jiwa), sektor pertambangan dan penggalian (2.507 jiwa), dan yang paling kecil sektor listrik, gas, dan air bersih (566 jiwa). Selama tiga tahun terakhir, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang paling tinggi, sedangkan sektor industri mengalami penurunan yang paling besar.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tabel 2.11. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kota Cilegon Tahun 2010 – 2012

Tahun Lapangan Usaha

13.804 12.939 Pertambangan dan penggalian

43.569 52.934 Listrik, gas dan air bersih

21.407 24.815 Perdagangan, hotel dan restoran

81.476 84.731 Angkutan dan komunikasi

27.042 24.731 Bank dan lembaga keuangan

18.468 15.908 Jasa – jasa

Sumber: Cilegon Dalam Angka, 2013

Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Cilegon telah mencapai 392.341 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun. Tingkat kepadatan penduduk Kota Cilegon pada tahun 2012 telah mencapai 2.235 jiwa per km 2 . Dilihat dari tingkat kesejahteraannya, terdapat sejumlah 13.909 keluarga Kota Cilegon pada tahun 2012, secara umum tergolong dalam tahapan keluarga sejahtera, dengan predikat hamper

miskin berjumlah 2.898 keluarga (20,84 persen), keluarga miskin berjumlah 5.507 keluarga (39,59 persen), dan sekitar 5.504 keluarga (39,57 persen) menyandang predikat sangat miskin.

2.2. Pendidikan dan Ketenagakerjaan

2.2.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi. Pendidikan juga memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menciptakan, menyerap teknologi modern, dan untuk mengembangkan kapasitas serta menyebarluaskan pengetahuan, agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Disamping itu, mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Pendidikan

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam mendukung kemajuan wilayah, termasuk dalam mendukung proses pembangunan sanitasi suatu wilayah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Tingkat pendidikan penduduk tergambar melalui indeks pendidikan, salah satunya adalah angka partisipasi sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indokator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. 
 Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS = 100 % dan tidak akan terjadi lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. 
 Angka Partisipasi Sekolah (APS), yang mengindikasikan seberapa besar akses dari penduduk usia sekolah dapat menikmati pendidikan formal di sekolah.

Tabel 2.12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Umur di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon, tahun 2012 Kelompok Umur

Kab/ Kota

99.83 91.01 51.14 13.64 Kota Serang

Kab Serang

97.05 86.87 58.54 14.37 Kota Cilegon

98.84 96.76 68.40 14.32 Sumber: Banten dalam Angka, 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa APS untuk usia 7-12 tahun di seluruh wilayah mendekati 100 persen, artinya hampir seluruh anak usia tersebut telah mengikuti pendidikan dasar. Untuk umur 13-15 tahun, terlihat bahwa Kota Cilegon memiliki indeks paling besar yaitu 96.76, artinya bahwa 96.76 persen penduduk usia 13-15 tahun di kota cilegon sedang bersekolah, sedangkan Kota Serang hanya terdapat 86.87 persen penduduk usia tersebut yang sedang bersekolah, sementara itu, untuk Kabupaten Serang sebanyak 91.01 persen. Untuk pendidikan menengah atas, Kota Cilegon memiliki indeks yang paling besar yaitu 68.40 disusul oleh Kota Serang dengan indeks 58.54 dan Kabupaten Serang sebesar 51.14. Sedangkan untuk APS usia 19-24, 14.37 persen penduduk usia tersebut di Kota Serang mengikuti pendidikan tinggi, sementara untuk Kota Cilegon dan Kabupaten Serang berturut-turut dengan indeks 14.32 dan 13.64.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tingginya tingkat partisipasi pendidikan di tiap daerah tentu saja harus didukung oleh sarana dan prasarana di bidang pendidikan yang disediakan untuk masyarakat. Banyaknya jumlah sekolah menurut tingkat pendidikan harus mengikuti jumlah penduduk yang ada di daerah tersebut sehingga bisa menutupi kebutuhan pendidikan, hal tersebut juga harus diimbangi oleh jumlah tenaga pendidik yang harus mencukupi sehingga tercipta rasio yang ideal anatara jumlah sisa dan guru. Tabel di bawah ini menunjukan jumlah sekolah, sisa dan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan di masing-masing daerah.

Tabel 2.13

Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru di Kabupaten Serang, Kota Serang dan

Kota Cilegon Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2012

SMU Kab/ Kota Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Guru Sekolah Siswa

Guru Sekolah Siswa Guru

67 18.551 1.465 Kota Serang

Kab Serang 722

30 16.840 550 Kota Cilegon

18 6.738 628 Sumber: Banten dalam Angka, 2013

Pemerintah senantiasa memberikan edukasi pada masyarakat akan pentingnya pendidikan yang akan memberikan efek yang sangat besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat maka posisi daya tawar masyarakat di dunia kerja menjadi lebih besar dan akan diikuti oleh besarnya upah yang diterima pekerja. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa di Kabupaten Serang sebanyak 32.59 persen penduduk hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD atau sederajat. Sementara itu, untuk masyarakat yang mampu mengikuti pendidikan tinggi, baik Diploma maupun sarjana hanya sebesar 2.91 persen.

Sementara itu, Kota Serang, mayoritas penduduknya hanya menyelesaikan pendidikan dasar saja, hal itu terbukti dengan tinnginya persentase penduduk yang hanya menyelesaikan sekolah dasar dan sederajat sebesar 28,58 persen, akan tetapi proporsi masyarakat yang memasuki pendidikan tinggi relatif cukup besar yaitu 7.30 persen. Sedngkan untuk Kota Cilegon, sebagian besar penduduknya telah berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas yaitu sebesar 32.69 persen, sementara untuk pendidikan tinggi di Kota Cilegon sebesar 7.67 persen.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tabel 2.14

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2012

Jenjang Pendidikan

Kab/ Kota

SD

< SD

SLTP SLTA

DI-DII

DIII- Universitas

Sederajat

Kab Serang 27.39 32.59 19.86 17.14 0.36 2.65 Kota Serang 21.27 28.58 17.79 25.05 0.50 6.80 Kota Cilegon 12.62 23.73 23.30 32.69 1.29 6.38

Sumber: Banten dalam Angka, 2013

2.2.2 Ketenagakerjaan

Perkembangan ketenagakerjaan di wilayah Serang dan Cilegon pada Tahun 2012 ditunjukan oleh tabel di bawah ini.

Tabel 2.15

Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon tahun 2012

Bukan Jumlah Kab/ Kota

Angkatan Kerja

Angkatan Penduduk 15 Bekerja

Pengangguran

Jumlah

Kerja Tahun Keatas

367.131 1.036.160 Kota Serang

Kab Serang 582.314

150.076 413.282 Kota Cilegon

Sumber: Banten dalam Angka, 2013

Kabupaten Serang sekitar 64,5 persen penduduknya merupakan angkatan kerja atau sekitar 669.029 jiwa, dan bukan angkatan kerja sebanyak 367.131 jiwa. Sementara itu, untuk Kota Serang dari sekitar 413.282 jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas, terdiri dari 263.206 orang merupakan angkatan kerja yang terbagi sebanyak 234.786 jiwa bekerja dan 28.420 adalah pengangguran, dan yang bukan angkatan kerja sebanyak 150.076 jiwa. Sedangkan di Kota Cilegon, jumlah penduduk bekerja sebanyak 159.670 jiwa dan yang tidak bekerja sebanyak 20.360 jiwa. Sedangkan yang bukan angkatan kerja, yaitu; 93.811 jiwa.

Mayoritas penduduk yang bekerja di wilayah tersebut adalah di sektor perdagangan, rumah makan dan hotel dengan jumlah 137.489 jiwa di Kabupaten Serang, 48.286 jiwa di Kota Serang, dan 77.413 jiwa di Kota Cilegon. Sedangkan yang bekerja di sector indusri dan pengolahan berturut-turut sebanyak 109.716 jiwa, 30.178 jiwa, dan 49.539 jiwa untuk kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon. Untuk masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, yang paling banyak terdapat di kabupaten serang dengan jumlah 124.123 jiwa, sementara untuk kota serang dan Cilegon sebanyak 7.370 dan 12.234 jiwa.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tabel 2.16.

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerjadi Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, tahun 2012 Lapangan Usaha Pekerjaan Utama

Kab/ Kota Pertanian

Lainnya Jumlah

78.764 582.314 Kota Serang

Kab Serang 124.123

38.599 234.786 Kota Cilegon

38.180 159.670 Sumber: Banten dalam Angka, 2013

Tingkat pengangguran di wilayah Serang dan Cilegon masih menunjukan angka yang cukup besar meskipun mengalami penurunan dari tahun 2010-2012. Untuk Kabupaten Serang, dari 16.19 persen TPT pada tahun 2010 menjadi 12.96 persen pada tahun 2012. Sementara untuk Kota Serang turun menjadi 10.80 pada tahun 2012 dari

17.11 persen tahun 2010. Sedangkan perubahan terbesar terjadi di Kota Cilegon, dengan perubahan sebesar 8.53 persen dari tahun 2010-2012. Untuk tingkat partisipasi angkatan kerja, besarannya berfluktuatif tiap tahun, hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan sosio ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi angkatan kerja.

Tabel 2.17

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Tahun 2010-2012

TPAK Kab/ Kota

16.19 13.29 12.96 65.68 64.74 64.57 Kota Serang

Kab Serang

17.11 13.84 10.80 67.64 68.60 63.69 Kota Cilegon

19.84 13.14 11.31 65.60 70.00 65.74 Sumber: Banten dalam Angka, 2013

2.3. Konektivitas dan Transportasi

2.3.1. Transportasi Nasional dan Wilayah Terkait Wilayah Serang dan Cilegon

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa untuk skala wilayah pada tataran nasional, regional maupun lokal dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa di dalam kawasan perkotaan. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Sesuai dengan sifatnya, lingkup bahasan pengembangan jaringan jalan dibatasi hanya terhadap jaringan jalan yang berskala nasional, propinsi atau lintas kabupaten/kota.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Jaringan jalan primer secara umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna tingkat nasional. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar pusat kegiatan nasional ibukota propinsi, jalan strategis nasional, serta jaringan jalan tol/bebas hambatan. Jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah-daerah rawan, bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara, serta dalam rangka pertahanan dan keamanan.

Sebagai salah satu penunjang kegiatan perekonomian, jalan raya sangat diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar arus distribusi barang dan jasa serta mobilitas orang dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga kegiatan pembangunan, produksi dan perdagangan akan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Sistem jaringan jalan yang ada saat ini cenderung berkembang lebih cepat di Kota Tangerang, dikarenakan kota ini mudah dijangkau dari banyak arah, karena telah dihubungkan oleh fasilitas prasarana jalan raya yang memadai baik dari segi lebar jalan, panjang jalan dan kualitas perkerasannya. Pemerintah daerah telah membangun prasarana jalan raya sampai ke pelosok-pelosok desa, hingga tidak ada lagi desa yang terisolir.

Pergerakan orang dan barang antar kota di Provinsi Banten dilayani oleh angkutan jalan serta angkutan rel. Transportasi ini sangat berperan dalam melayani pergerakan manusia dan barang antar pusat-pusat kegiatan wilayah dalam provinsi ini. Interaksi yang cukup kuat terjadi antara Kota Serang sebagai ibukota Kabupaten dengan Kota Cilegon dan Pelabuhan Bojonegara di sebelah barat dan Cikande di sebelah timur. Interaksi itu terjadi disebabkan kota-kota tersebut menjadi orientasi (kegiatan ekonomi, perdagangan, jasa dan lain-lain) pusat kegiatan lokal yang tersebar di sekitarnya.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Untuk menunjang kelancaran perhubungan darat di Provinsi Banten pada tahun 2012, panjang jalan nasional dan jalan provinsi tercatat secara berturut-turut sepanjang 476,49 km dan 852,89 km. Dari total panjang jalan nasional tersebut, sebesar 28,370 km dalam kondisi baik, 402,401 km kondisi sedang, dan 45,720 dalam kondisi rusak. Untuk jalan provinsi, sepanjang 429,420 km dalam kondisi baik, 215,544 km kondisi sedang, dan 207,924 km dalam kondisi rusak. Kondisi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.18 Panjang Jalan Menurut Tingkat Pemerintah yang Berwenang, Jenis Permukaan, Kondisi Jalan, dan Kelas Jalan di Provinsi Banten (km), 2011-2012

No Uraian

Jalan Nasional

Jalan Provinsi

1 Jenis Permukaan

a. Diaspal

b. Kerikil

c. Tanah

d. Tidak Dirinci

2 Kondisi Jalan

a. Baik

b. Sedang

c. Rusak

d. Rusak Berat

3 Kelas Jalan

a. Kelas I

b. Kelas II

c. Kelas III

d. Kelas IIIA

e. Kelas IIIB

f. Kelas IIIC

631,79 … Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Banten, 2013

g. Kelas Tidak Dirinci

Ruas jalan nasional di wilayah Provinsi Banten pada saat ini mempunyai volume lalu-lintas rata-rata sebesar 0,7 yang berarti kelancaran arus lalu-lintas terganggu karena adanya aktivitas perdagangan/pasar, pabrik/industri, pusat-pusat perbelanjaan di sepanjang jalan serta kapasitas jalan yang terbatas karena lebar badan jalan rata-rata 7 meter pada ruas jalan nasional di Banten Utara (Merak-Tangerang) dan ruas Ciputat-Batas DKI. Kinerja pelayanan jalan pada ruas jalan Provinsi pada umumnya cukup baik dengan rasio volume lalu-lintas per kapasitas rata-rata sebesar 0,4. Kemacetan lalu-lintas pada umumnya bersifat lokal yang terjadi pada pusat-pusat kegiatan masyarakat.

Berikut ini adalah data ruas jalan provinsi dan jalan nasional di Provinsi Banten beserta panjang dan jenis lapis permukaannya

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

Tabel 2.19.

Data Ruas Jalan Provinsi dan Nasional di Provinsi Banten, 2012

No. Ruas Ruas Jalan Status Panjang Lapis Permukaan

1. Serang dan Cilegon Nasional

001. Cilegon-Merak

Hotmix 001.11K

Nasional 8,496

Hotmix 001.12K

Jl. Raya Cilegon (Cilegon)

Nasional 1,300

Hotmix 002.

Jl. Raya Merak

Nasional 5,012

Hotmix 002.11K

Serang-Cilegon

Nasional 6,541

Hotmix 002.12K

Jl. Maulana Yusuf (Serang)

Nasional 0,900

Hotmix 002.13K

Jl. SA. Tirtayasa (Serang)

Nasional 0,610

Hotmix 002.14K

Jl. Mayor Safei (Serang)

Nasional 3,339

Hotmix 002.15K

Jl. Raya Cilegon (Serang)

Nasional 4,939

Hotmix 003.11K

Jl. Raya Serang (Cilegon)

Nasional 1,658

Hotmix 026.1

Jl. Ahmad Yani (Serang)

Nasional 1,780

Hotmix 026.11K

Jl. Raya Anyer (Cilegon)

Nasional 3,722

Bts. Kota Serang-Bts. Kota Pandeglang Nasional 16,601 Hotmix 029.15K

Hotmix 029.14K

Jl. Yusuf Martadilaga

Nasional 1,025

Hotmix 029.16K

Jl. TB.A. Katib

Nasional 0,706

Jl. Raya Pandeglang (Serang)

128 Pakupatan - Palima

Jl. Trip Jamaksari

Kemang – Kaligandu

Jl. Ayip Usman

Lopang – Banten Lama

Jl. KH. Abdul Fatah Hasan

Jl. Abdul Hadi

Jl. Lingkar Selatan (Jl. TB. Suwandi)

Jl. Letnan Jidun

Sempu – Dukuh Kawung

Jl. Veteran Serang

Jl. KH. Syam’un Serang

Simpang Taktakan Gn. Sari

Palima – Pasang Teneng

Terate – Banten Lama

Banten Lama – Pontang

Ciruas – Pontang

Jalan Parigi – Sukamamah

Kramatwatu – Tonjong

Gunung Sari – Mancak – Anyer

Ciruas – Petir – Wr Gunung (Sorok)

Provinsi

Aspal, Concrete 185

Cikande – Rangkasbitung

Provinsi

Jalan Yasin Beji

Provinsi

Aspal Jumlah 242,760

Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Banten, 2013

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

2.3.2 Sistem Perangkutan dan Terminal

Keberadaan angkutan umum merupakan salah satu prasarana penting dalam pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Tidak adanya pilihan lain yang lebih murah menjadikan angkutan umum merupakan pilihan utama dalam melakukan perjalanan. Khusus pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, angkutan umum merupakan prasarana penting dalam melakukan aktifitas.

Demikian pula yang terjadi di Provinsi Banten, angkutan umum merupakan pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat untuk melakukan perjalanan. Hal ini terlihat dari besarnya demand pengguna angkutan umum yang ada khususnya pada jalur-jalur utama dan pada waktu pagi dan sore hari. Banyaknya penumpang yang tidak terangkut dan kurangnya kapasitas angkutan umum sangat terlihat khususnya pada waktu pagi hari. Namun pada waktu siang dan sore hari, demand angkutan umum yang ada sangatlah kecil sehingga sering terjadi antrian kendaraan yang menumpuk pada terminal.

Besarnya kebutuhan akan angkutan umum menjadikan pengusahaan angkutan umum menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi sebagian pihak. Hanya dengan modal investasi kendaraan dan ijin trayek, seseorang akan dapat ikut serta dalam pengusahaan angkutan umum. Hal ini menjadi salah satu sumber permasalahan angkutan umum, dimana terbatasnya ijin trayek yang dikeluarkan menjadikan ijin trayek yang ada dilapangan menjadi barang dagangan dengan harga tinggi.

Lingkup analisis sistem angkutan umum dan terminal dalam skala pengembangan jaringan transportasi wilayah kabupaten adalah untuk memperoleh rekomendasi sistem jaringan angkutan umum dalam kota yang hirarkinya disesuaikan idealisasi sistemnya dengan memperhatikan kebutuhan perjalanan/trayek yang dilayaninya. Selain itu, juga memperhatikan angktuan umum antara kota (AKDP dan AKAP) yang ada. Perencanaan angkutan umum yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi sistem terminal yang tersinkronisasikan dengan jaringan trayek angkutan umum yang beroperasi secara efisien dan efektif dalam mendukung pembangunan wilayah.

Pada dasarnya untuk angkutan umum antar kota dan pengelolaan terminal merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (UPT Terminal LLAJ) di mana terminal tersebut berada (Kepmenhub Nomor 68 Tahun 1993), namun karena perencanaan angkutan umum tersebut juga tidak terlepas dari angkutan antar kota (AKAP maupun AKDP) maka rekomendasi yang diusulkan harus dikompromikan dengan PemerIntah Provinsi Banten serta dikoordinasikan dengan Departemen Perhubungan.

Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon

2.3.3 Sistem Jaringan Kereta Api